Terapi Paliatif
Dan
Nyeri Pada Kanker
Oleh:
Alfred H L Toruan
Pembimbing:
Dr. Budianto T, SpB-KOnk
PENDAHULUAN
Pada permulaan abad XX ini hampir tidak ada orang yang dapat disembuhkan
dari kanker maka kini di akhir abad ini diperkirakan baru 1/3 penderita yang dapat
khemosensitif sedang sisanya cepat atau lambat sebagian besar akan meninggal
karena kanker yang dideritanya.
Sebagaimana kita ketahui bahwa macam terapi di bidang onkologi meliputi :
tindakan bedah, kemoterpi, terapi hormonal, dan imunoterapi. Cara tersebut dapat
dilakukan sendiri-sendiri maupun kombinasi dan beberapa cara penanganan tersebut,
sesuai dengan diagnosa dan kondisi pasien. Dalam menangani pasien tersebut kita
harus mengetahui tujuan dari tindakan tersebut, yaitu apakah tindakan tersebut
bersifat kuratif (penyembuhan) atau tindakan tersebut bersifat paliatif (meringankan)
Garis petunjuk yang dapat dipergunakan untuk titik tolak mengenai pemberian
pelayanan yaitu :
Berilah keterangan dan informasi yang adekuat mengenai penyakitnya, kepada
penderita dan lingkungannya.
Bicarakan dengan pederita tentang rencana penanganannya.
Dengarkanlah keluhan penderita, bantulah dan tenangkan sebanyak mungkin.
Perhatikan tanda-tanda problema psikologik
Rujuklah penderita, jika perlu untuk konsultasi psikiatri.
Waspadai kemungkinan untuk bantuan psikologik, misalnya oleh psikiater,
rohaniwan atau perkumpulan tertentu didalam masyarakat
Jika diagnosa kanker sudah ditegakkan dan bersifat lokal tanpa bukti-bukti
penyebaran, maka tujuan terapi adalah untuk membasmi kanker dan menyembuhkan
pasien. Jika kanker telah telah menyebar melampaui kemampuan terapi lokal, maka
terapi ditujukan untuk paliatif.
Dalam tulisan ini akan dibahas mengenai terapi dan perawatan paliatif dalam
bidang onkologi dan juga akan dibahas mengenai nyeri pada kanker dan
penanganannya karena keluhan tersebut banyak muncul pada kanker terutama yang
lanjut.
TERAPI PALIATIF
Terapi paliatif adalah terapi atau tindakan aktif untuk meringankan beban
penderita kanker dan memperbaiki kualitas hidupnya terutama yang tidak dapat
disembuhkan lagi.
Fase paliatif terminal biasanya dimulai dengan berita buruk, jika tidak ada lagi
kemungkinan untuk terapi. Sering berita buruk ini sulit untuk dicerna oleh keluarga
daripada pemberitahuan terdahulu bahwa penyakitnya memeang kanker. Pada waktu
itu masih ada gambaran untuk terapi tapi sekarang tidak ada lagi dan yang dihadapi
adalah kematian.
Tujuan terapi paliatif adalah :
1. Meningkatkan kualitas hidup penderita
2
2.
3.
4.
5.
ASAL NYERI
Nyeri pada penderita kanker dapat berasal dari:
1. somatik
Nyeri somatik berasal dari adanya kerusakan jasmaniah akibat adanya
kanker tersebut. Nyeri tersebut dapat berupa nyeri :
- Nosiseptif
Nyeri nosiseptif ialah nyeri karena rangsangan pada nosiseptor aferen saraf
perifer yang diakibatkan oleh prostaglandin E, kerusakan, infiltrasi atau
tekanan pada jaringan karena adanya kanker tersebut.
- Neurogenik
Nyeri neurogenik ialah nyeri karena demyelinasi atau diferensiasi saraf, akibat
tekanan atau infiltrasi saraf oleh kanker tersebut.
2. Psikogenik
Banyak gejala-gejala gambaran psikiatrik yang dapat disebabkan oleh
aktivitas tumor atau terapinya, walaupun tidak ada penelitian epidemologik yang
baik mengenai problema psikiatri pada penderita kangker. Gejala-gejala yag
mungkin timbul adalah depresi berat, ketakutan, bahaya bunuh diri, sukar untuk
tidur, kelelahan, mual dan muntah serta nyeri.
Nyeri psikogenik adalah nyeri kejiwaan akibat adanya stress, depresi,
marah, cemas, dsb.
Pada kanker ini nyeri dapat disebabkan oleh :
- kehilangan pekerjaan, kedudukan, dan peran dalam masyarakat
- kehilangan harapan
- perubahan bentuk tubuh
Nyeri pada seorang penderita kanker dapat berasal dari kelainan
jasmaniah, kejiwaan atau kedua-duanya.
SEBAB NYERI
Nyeri pada penderita kanker dapat disebabkan oleh :
a. kanker itu sendiri
Nyeri karena kanker itu sendiri diperkirakan sebanyak 70%. Nyeri itu dapat
karena :
- Kanker, terutama pada saraf otak, saraf atau tulang.
- Infiltasi kanker ke saraf, tulang atau kanker lanjut
- Metastase kanker, antara lain di tulang, organ, otak
- Komplikasi kanker
Fisik : destruksi, fraktur, nekrose
Psikis : depresi, cemas, dsb.
b. komplikasi pengobatan kanker
Nyeri karena komplikasi pengobatan kanker diperkirakan sebanyak 1020%
- Komplikasi bedah : infeksi, fibrosis, hematom, edema
- Komplikasi radioterapi : radionekrose, fibrosis, dermatitis
- Komplikasi khemoterapi : neuritis, mukositis, myositis
c. tidak berhubungan dengan kanker
Nyeri disini dapat timbul bersama-sama dengan proses kanker tetapi tidak
berhubungan dengan langsung, biasanya penyakit-penyakit yang berhubungan dengan
getiatri misalnya rheumatoid arthritis, migraine, dll.
INTENSITAS NYERI
Intensitas nyeri itu dapat :
a) Ringan
Nyeri yang tidak menggangu penderita bekerja
b) Sedang
Nyeri yang mengganggu bekerja, tetapi masih dapat ditahan
c) Berat
Nyeri yang menyebabkan penderita tidak dapat bekerja dan atau nyeri itu
tidak dapat ditahan oleh penderita.
Intensitas nyeri itu dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti :
a) Beratnya penyakit
Pada umumnya kanker stadium dini tidak nyeri. Nyeri timbul pada kanker
stadium lanjut. Sering juga terjadi tidak ada korelasi antara beratnya penyakit
dan rasa nyeri yang ditimbulkannya
b) Kepribadian
Seperti emosi, kecemasan, keadaan lingkungan
Terapi Nyeri pada Kanker
Penanganan nyeri harus didasarkan pada fase-fase nyeri yang dijumpai.
Pemberantasan nyeri pada kankerbukan merupakan suatu monotrapi karena
banyaknya keluhan-keluhan yang menyertai gejala tumor tersebut seperti nausea,
kelelahan, insomnia dsb.
Walau tersedia banyak obat nyeri dan banyak cara untuk menghilangkan nyeri,
banyak penderita kanker tidak mendapatkan pengobatan dan penanganan yang
memuaskan. Sebelumnya perlu disadari bahwa nyeri sangat diperngaruhi oleh
kecemasan dan ketakutan akan nyeri.
Terapi nyeri hendaknya ditujukan terhadap semua jenis nyeri yang dirasakan
oleh penderita. Terlebih dahulu harus ditentukan penyebab nyeri.
Terapi ini dapat berupa :
A. Terapi kausa
Terapi utama adalah terapi yang ditujukan pada nyeri yang disebabkan oleh
kanker atau komplikasinya.
Pada umumnya nyeri itu akan hilang setelah diberi terapi spesifik untuk kanker
itu, misalnya :
- Eksisi tumor-ulkus-nekrose
- Radioterapi
- Khemoterpi
- Hormonterapi
B. Terapi Simpatomatik
Hanya untuk meringankan gejala, contohnya dengan medika mentosa, teknik
invasif atau teknik-teknik khusus
Teknik medikamentosa
Terapi medikamentosa masih merupakan terapi yang terpenting untuk
menangani nyeri, karena terpi ini masih dapat diterapkan oleh semua dokter, sifatnya
reversibel dan dapat ditoleransi oleh penderita.
Dianjurkan untuk permulaan pemberian tidak memberikan dosis yang terlau rendah.
Dengan ini akan diperoleh kepercayaan dari penderita terhadap pengobatan yang
diberikan. Pengobatan yang diberikan harus juga diberikan pada waktu-waktu yang
tetap berdasarkan anamnesis nyeri dan sifat farmako kimia dari obat. Dengan cara ini
dapat diatur kadar obat didalam darah yang cukup dan mengindarkan penderita dari
keterlambatan efek karena analgesinya.
2. By the Clock: Pasien mendapatkan obat nyeri secara rutin dan teratur setiap
harinya, yaitu dengan selang waktu tertentu. Dosis berikutnya harus diberikan
sebelum dosis yang sebelumnya hilang sama sekali. Hal ini membuat nyeri
reda secara berkesinambungan dan memperkecil episode nyeri pasien yang
biasa mengeluh nyeri selama 24 jam. Tujuannya yaitu mencegah nyeri lebih
baik daripada bereaksi terhadap nyeri.
3. By the Ladder: Tipe pengobatan nyeri harus berubah tergantung parahnya
nyeri.Tahap pertama yang diberikan adalah yang non opioid, jika hal ini tidak
meredakan rasa nyerinya, harus ditambahkan opioid untuk nyeri ringan sampai
sedang, kemudian bila nyeri masih tidak dapat diredakan maka diganti dengan
opoid untuk nyeri sedang sampai berat. Hanya satu obat yang boleh digunakan
pada saat yang sama pada masing-masing kelompok. Jika suatu obat tidak
manjur, jangan diganti dengan obat yang sama kemanjurannya (misalnya dari
kodein ke dekstiopropoksifen). Tetapi berikanlah obat yang betul-betul lebih
kuat, contohnya morfin.
10
11
DAFTAR PUSTAKA
1. R. Sjamsuhidayat & Wim de Jong, edisi revisi, Buku ajar Bedah 1997 p 516
518
2. Lipincott Williams & Wilkins, CancerPain : Neurological perspective,2000 p
1350
3. C.J.H Van de Velde et al, Onkologi : Nyeri dan Pemberantasan Nyeri Pada
Kangker, 1999.
4. E.M.L Haagedoorn, et al, Essensial Onclogy for Health Profesionals, Cancer
Pain Management, 1994 p 325 339
5. Del Regato J.A, Spjut H.J. Cox., Ackerman and Del regators Cancer
Diagnosis, Treatment and prognosis, 6 th edition. The C.V. Mosby Co. St
Louis 1985 p 59 -68
6. WHO, Cancer Pain Relief, 2nd Edition. Penerbit ITB 1996, p 17-34
12