Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
OLEH:
KELOMPOK 2
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Agita Anggun
Alika Fitrianti
Angga Wahyu I.
Geovani Anggasta L.
Hanny Horizoni
Prasdiana Heny P
Vebby Rista V.
Zulfikar Albaits M.
(121.0005)
(121.0009)
(121.0011)
(121.0041)
(121.0043)
(121.0000)
(121.0)
(121.0)
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas limpahan rahmat
dan hidayah Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini sesuai
dengan waktu yang telah ditetapkan.
Penulisan makalah ini bertujuan untuk menyelesaikan tugas yang
diberikan kepada kami dalam menempuh perkulihan khususnya dalam mata
kuliah sistem reproduksi I dengan pokok bahasan dan judul Konsep Dasar
Penyakit Amenore.
Makalah ini terdiri dari anatomi dan fisiologi sistem reproduksi wanita,
konsep dasar menstruasi, dan konsep dasar dari penyakit amenore.
Adapun dalam penulisan makalah ini masih ada kekurangan, untuk itu
kami mengharapkan kritik dan saran untuk perbaikan dalam pembuatan makalah
selanjutnya. Terimakasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam
pembutaan makalah ini.
Penyusun
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.........................................................................................................ii
Daftar Isi.................................................................................................................iii
BAB 1: PENDAHULUAN......................................................................................1
1.1 Latar Belakang.......................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................2
1.3 Tujuan....................................................................................................2
1.3.1 Tujuan Umum..............................................................................2
1.3.2 Tujuan Khusus.............................................................................2
1.4 Manfaat Penulis.....................................................................................3
BAB 2: TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................4
2.1 Anatomi Dan Fisiologi Sistem Reproduksi Wanita...............................4
2.1.1 Organ Reproduksi Eksternal........................................................4
2.1.2 Organ Reproduksi Internal...........................................................6
2.1.3 Fisiologi Sistem Reproduksi Wanita..........................................10
2.2 Konsep Dasar Menstruasi....................................................................12
2.1.1 Definisi........................................................................................12
2.1.2 Siklus Menstuasi.........................................................................13
2.1.3 Perubahan Pada Siklus Menstruasi.............................................15
2.3 Konsep Dasar Amenore.......................................................................15
2.1.1 Definisi.......................................................................................15
2.1.2 Klasifikasi..................................................................................16
2.1.3 Etiologi.......................................................................................17
2.1.4 Patofisiologi...............................................................................17
2.1.5 Web Of Caution (WOC).............................................................19
2.1.6 Manifestasi Klinis......................................................................20
2.1.7 Penatalaksanaan.........................................................................20
2.1.8 Pemeriksaan Penunjang.............................................................21
BAB 3: PENUTUP................................................................................................22
3.1 Kesimpulan..........................................................................................22
3.2 Saran.....................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Amenore adalah istilah medis untuk tidak adanya periode menstruasi, baik
2
menyebabkan amenore tergantung pada usia orang dan jika ia telah mengalami
menarche.
Secara umum penatalaksanaan pada amenore berupa pemberian hormonhormon yang merangsang ovulasi, iradiasi (penyinaran) dari ovarium,
pengembalian keadaan umum, menyeimbangkan antara kerja, rekreasi, dan
istirahat, serta pembedahan untuk mengangkat tumor jika penyebabnya adalah
tumor.
Berdasarkan kejedian diatas diharapkan perawat dapat memberikan asuhan
keperawatan yang efektif dan efisien dalam melakukan tindakan keperawatan
sehingga dapat meringankan penyakit yang diderita klien.
1.2
Rumusan Masalah
1.2.1 Bagaimana anatomi fisiologi sistem reproduksi pada wanita?
1.2.2 Bagaimana konsep dasar menstruasi?
1.2.3 Bagaimana konsep dasar amenorea?
1.3
Tujuan
1.3.1
Tujuan umum
Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami tentang anatomi dan
fisiologi sistem reproduksi pada wanita, konsep dasar menstruasi, serta konsep
dasar pada penyakit amenore.
1.3.2 Tujuan khusus
1. Mahasiswa dapat memahami definisi amenore.
2. Mahasiswa dapat mengetahui etiologi dari amenore.
3. Mahasiswa dapat mengetahui patofisiologi dari amenore.
4. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami web of caution (WOC)
dari amenore.
5. Mahasiswa dapat mengetahui manifestasi klinis dari amenore.
6. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami penatalaksanaan pada
pasien dengan amenore.
7. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami pemeriksaan penunjang
1.4
anatomi dan fisiologi sistem reproduksi wanita, konsep dasar menstruasi, dan
konsep dasar amenore.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
2.1.1
4
4. Labium Minus (Labia Minora)
Labia minora adalah dua lipatan jaringan yang rata, kemerahan, dan
tampak jika labia mayora dipisahkan. Kedua lipatan ini bersatu pada
ujung atas vulva. Tidak terdapat folikel rambut di labia minora, tetapi
banyak dijumpai folikel sebasea dan kadang-kadang beberapa kelenjar
keringat. Bagian dalam lipatan labia minora terdiri atas jaringan ikat
yang memiliki banyak pembuluh dan beberapa serabut otot polos
seperti yang biasa dijumpai pada jaringan erektil. Struktur ini sangat
sensitif dan diinervasi oleh banyak ujung saraf.
5. Klitoris
Klitoris adalah suatu badan yang berbentuk silinder, kecil, erektil, dan
terletak di dekat ujung superior vulva. Struktur ini mengarah ke bawah
diantara kedua lipatan labia minora dan menyatu, membentuk
prepusium dan frenulum klitoridis. Klitoris terdiri atas glans, korpus
(badan), dan dua krus. Glans berdiameter 0,5 cm, ditutupi oleh epitel
skuamosa berlapis yang banyak mengandung ujung saraf sehingga
sangat peka terhadap sentuhan. Pembuluh-pembuluh klitoris erektil
berhubungan dengan bulbus vestibuli. Klitoris adalah organ erotik
utama pada perempuan.
6. Vestibulum Vagina
Vetibulum vagina adalah daerah yang berbentuk buah badam (almondshaped) yang ditutupi labia minora di sebelah lateral dan meluas dari
klitoris (atas) sampai frenulumlabiorum pudendi (bawah). Terdapat
enam saluran yang bermuara pada tempat ini, yaitu uretra, vagina,
sepasang duktus Bartholin, dan kadang-kadang sepasang duktus
parauretra yang disebut juga duktus dan kelenjar Skene. Pada
vestibulum, ditemukan kelenjar vestibularis mayor, yaitu kelenjar
Bartholin, sepasang kelenjar kecil berdiameter 0,5 - 1 cm yang masingmasing terletak di balik vestibulum pada kedua sisi introitus vagina.
Kelenjar Bartholin berada dibawah otot konstriktor vagina dan kadangkadang ditutupi sebagian oleh bulbus vestibuli. Selama perangsangan
seksual, kelenjar ini mengeluarkan cairan mukoid.
7. Uretra
5
Dua pertiga bawah uretra terletak tepat diatas dinding vagina anterior
dan berakhir di sebelah luar pada orifisium eretrae. Orifisium uretrae
terletak di garis tengah vestibulum 1 - 1,5 cm dibawah arkus pubis dan
dekat dengan introitus vagina.struktur ini biasanya tampak keriput.
8. Introitus Vagina
Introitus vagina terletak di bagian bawah vestibulum dan memiliki
ukuran serta bentuk yang sangat bervariasi. Pada gadis, struktur ini
sering tersembunyi seluruhnya oleh labia minora yang tumpang tindih
dan jika labia minora terbuka, struktur ini biasanya tampak hampir
tertutup total oleh himen (selaput dara) membranosa.
9. Himen (selaput dara)
Terdiri dari jaringan ikat kolagen dan elastic. Lapisan tipis ini yang
menutupi sabagian besar dari liang senggama, di tengahnya berlubang
supaya kotoran menstruasi dapat mengalir keluar.
2.1.2
6
lateralis memiliki kedalaman sedang. Forniks posterior biasanya dapat
dijadikan akses bedah untuk mencapai rongga peritoneum.
Mukosa vagina terdiri atas epitel skuamosa berlapis yang tidak
bertanduk. Dibawah epitel, terdapat lapisan fibromuskular tipis dan
biasanya terdapat selapis otot polos sirkular di bagian dalam serta
selapis otot polos longitudinal di sebelah luar. Terdapat selapis jaringan
ikat tipis yang melapisi mukosa dan otot serta kaya akan pembuluh
darah dan mengandung beberapa kelenjar getah bening kecil. Pada
keadaan normal, tidak terdapat kelenjar di vagina.
Vagina mendapat banyak pasokan darah, sepertiga atas diperdarahi
oleh percabangan arteri uterina ke arah serviks dan vagina, sepertiga
tengah oleh arteri vesikalis inferior, dan sepertiga bawah oleh arteri
haemorrhoidalis (rektalis) media dan arteri pudenda interna. Vagina
dikelilingi oleh pleksus vena yang luas, pembuluh-pembuluh tersebut
mengikuti perjalanan arteri. Akhirnya, vena ini akan bermuara ke vena
iliakan interna. Umumnya, limfe yang berasal dari vulva dan sepertiga
bawah vagina dialirkan ke kelenjar getah bening inguinalis, limfe dari
sepertiga tengah vagina ke kelenjar getah bening hipogastrika, dan
limfe dari sepertiga atas vagina ke kelenjar getah bening iliaka.
2. Uterus
Uterus adalah organ muskular yang sebagian ditutupi oleh peritoneum
atau serosa. Permukaan rongga uterus dilapisi oleh endometrium.
Selama kehamilan, uterus berfungsi sebagai tempat untuk penerimaan,
implantasi, retensi, dan nutrisi konseptus, yang akan dikeluarkan saat
persalinan. Uterus perempuan yang tidak hamil terletak diantara rongga
panggul antara kandung ekmih di sebelah anterior dan rektum di
sebelah posterior. Bagian inferior, yaitu serviks, menonjol ke dalam
vagina. Hampir seluruh dinding posterior uterus dilapisi oleh serosa,
atau peritoneum. Bagian bawah dinding posterior uterus memebentuk
batas anterior ekskavasio rectouterina atau kavum Douglasi. Hanya
bagian atas dinding anterior uterus yang seluruhnya dilapisi peritoneum.
Bentuk uterus mirip dengan buah pir pipih dan terdiri atas dua bagian
utama yang bentuknya tidak sama, yakni bagian segitiga di sebelah atas
7
yang disebut korpus (badan), dan bagian fusiform atau silindrik
disebelah bawah yang disebut serviks.
a. Serviks uteri
Serviks adalah bagian khusus uterus yang berada di bawah isthmus.
Serviks disusun oleh sedikit otot polos dan jaringan besar oleh
jaringan ikat kolagen ditambah jaringan elastik dan pembuluh darah.
Perubahan dari jaringan kolagenosa serviks ke jaringan otot korpus
uteri pada umumnya terjadi mendadak, namun dapat pula bertahap,
bahkan sampai sepanjang 10 mm.
b. Korpus uteri
Permukaan anterior korpus uteri hampir datar, sedangkan permukaan
posteriornya jelas terlihat konveks. Dinding korpus uteri terdiri atas
tiga lapisan, yaitu serosa, muskularis, dan mukosa.
c. Ligamentum uteri
Ligamentum latum uteri, ligamentum teres uteri, dan ligamentum
rektouterinum membentang dari kedua sisi uterus. Ligamentum
latum adalah lipatan peritoneum khusus, etrdiri atas dua struktur
seperti sayap yang membentang dari batas lateral uterus ke dinding
panggul, sehingga membagi rongga panggul menjadi kompartemen
anterior dan posterior. Ligamentum teres uteri membentang dari
kedua sisi uterus ke arah lateral; ligamentum ini muncul sedikit di
bawah dan anterior pangkal oviduk. Ligamentum rektouterinum
terdiri atas jaringan ikat dan beberapa otot polos serta ditutupi oleh
peritoneum.
3. Tuba uterina
Tuba uterina (oviduk suatu tuba falopii) membentang dari kornu
uteri ke tempat dekat ovarium dan merupakan akses perjalanan ovum
menuju rongga uterus. Tuba uterina memiliki panjang yang bervariasi,
mulai dari 8 sampai 14 cm, dan ditutupi oleh peritoneum, sedangkan
lumennya dilapisi oleh membran mukosa. Masing-masing tuba uterina
dibagi menjadi bagian interstisial, isthmus, ampula, dan infundibulum.
Ketebalan tuba uterina berbeda-beda. Bagian tersempit (isthmus)
berdiameter 2-3 mmdan bagian terlebar (ampula) berdiameter antara 58 mm. Secara umum, otot tuba uterina terdiri atas dua lapisan-lapisan
dalam yang sirkular dan lapisan luar yang longitudinal.
8
Tuba uterina dilapisi membran mukosa yang epitelnya terdiri atas
selapis sel kolumnar, sebagian bersilia dan yang lainnya bersifat
sekretorik. Arus yang ditimbulkan oleh silia tuba adalah sedemikian
rupa sehingga arah alirannya menuju ke rongga uterus. Peristalsis tuba
diperkirakan merupakan faktor penting dalam transportasi ovum.
4. Ovarium
Ovarium adalah organ yang bentuknya hampir sepeti buah badam
(almond-shaped) dan berfungsi sebagai tempat perkembangan dan
pengeluaran ovum serta sintesis dan sekresi hormon steroid. Ukuran
ovarium cukup bervariasi. Selama masa subur, ovarium memiliki
panjang 2,5 5 cm, lebar 1,5 3 cm, dan tebal 0,6 1,5 cm. Setelah
menopause, ukuran ovarium jauh berkurang.
Struktur umum ovarium dibedakan menjadi dua bagian yaitu
korteks dan medula. Korteks atau lapisan luar memiliki ketebalan yang
bervariasi sesuai usia dan menjadi semakin tipis seiring bertambahnya
usia. Di lapisan inilah terletak ovum dan folikel de Graaf. Bagian paling
luar korteks, yang suram dan putih disebut tunika al-buginea. Pada
permukaannya terdapat satu lapisan sel kuboid. Medula atau bagiaan
sentral ovarium, terdiri atas jaringan ikat longgar yang bersambungan
dengan mesovarium. Di medula, terdapat banyak arteri dan vena serta
sejumlah kecilserabut otot polos yang bersambungan dengan serabut di
ligamentum suspensorium ovarii; serabut otot mungkin berperan dalam
pergerakan ovarium.
2.1.3
9
masih dalam keadaan istirahat. Pada waktu pubertas ada pengaruh
hormon dari lobus anterior hipofise yaitu FSH. Folikel premordial
mulai tumbuh walaupun hanya satu yang masak kemudian pecah dan
yang lainnya mati.
3. Hormonal
Pada wanita terdapat releasing factor (RF) yang dikeluarkan dari
hipotalamus ke hipofisis yang merangsang pengeluaran. Follicle
Stimulating Hormone (FSH) dan Luteinizing Hormone (LH), keduanya
dikeluarkan oleh hipofisis anterior.
a. Hormon estrogen
Estrogen mempermudah pertumbuhan
folikel
ovarium
dan
meningkatkan tuba uterina dan jumlah otot uterus dan kadar protein
kontraktil uterus. Estrogen mempengaruhi organ endokrin dengan
menurunkan sekresi FSH, dalam beberapa keadaan menghambat
sekresi LH dan pada keadaan lain meningkatkan LH.
b. Hormon progesteron
Efek progesteron dalam tuba falopii meningkatkan sekresi dan
mukosa, pada kelenjar mamae meningkatkan perkembangan lobulus
dan alveolus kelenjar mamae, keseimbangan elektrolit, peningkatan
sekresi air dan natrium.
c. Follicle Stimulating Hormone (FSH)
Mulai ditemukan pada gadis umur 11 tahun dan jumlahnya terus
bertambah sampai dewasa. Pembentukan FSH akan berkurang pada
pembentukan/pemberian estrogen dalam jumlah yang cukup, suatu
keadaan yang terjadi pada kehamilan.
d. Luteinizing Hormone (LH)
LH bekerjasama dengan FSH menyebabkan terjadinya sekresi
estrogen dari folikel de Graaf. LH juga menyebabkan penimbunan
substansi dari progesteron dalam sel granulosa.
e. Prolaktin (luteotropin, LTH)
Hormon ini ditemukan pada wanita yaang mengalami menstruasi,
terbanyak pada urine wanita hamil, masa laktasi dan menopause.
Fungsi hormon ini adalah mempertahankan produksi progesteron
dari korpus luteum kelenjar hipofise, dirangsang dan diatur oleh
pusat
yang
lebih
tinggi
hipotalamus
untuk
menghasilkan
10
4. Ovulasi
Permulaan ovulasi menunjukkan LH dalam jumlah yang besar yang
menyebabkan sekresi hormon steroid folikular. Dibutuhkan dua
peristiwa untuk berlangsungnya ovulasi:
a. Kapsul folikel mulai melepaskan enzim proteolitik dari lisozim yang
mengakibatkan
pelarutan
dinding
kapsul,
mengakibatkan
yang
berperan
pada
pembengkakan
folikel.
Akhirnya
11
a. Rasa panas disertai dengan kemunduran kulit yang ekstrem.
b. Gelisah, letih, dan ansietas.
c. Penurunan kekuatan pada tulang seluruh tubuh.
2.2
2.2.1
masa ini tingkat kesuburan seorang wanita mencapai puncaknya dan secara
seksualitas sudah siap untuk dibuahi dan memiliki keturunan. Menstruasi terjadi
saat lapisan dalam dinding rahim luruh dan keluar dalam bentuk darah menstruasi.
Dalam keadaan normal, masa reproduksi dimulai ketika sudah terjadi pengeluaran
sel telur yang matang (ovulasi) pada siklus menstruasi (Misaroh, 2009).
Menstruasi adalah perubahan secara fisiologis pada wanita secara berkala
dan dipengaruhi oleh hormone reproduksi. Periode ini penting dalam hal
reproduksi, biasanya terjadi setiap bulan antara remaja sampai menopose
(Nugroho, 2010).
Menstruasi adalah pengeluaran darah dan sel-sel tubuh dari vagina yang
berasal dari dinding rahim perempuan secara periodik (Wulandari, 2011).
Menstruasi adalah siklus fisiologis dimana
masa subur dan siap untuk dibuahi serta memiliki keturunan, dimana terjadi
peluruhan di lapisan dinding rahim dan keluar disertai darah yang terjadi setiap
bulan.
2.2.2
Siklus Menstruasi
Siklus menstruasi berkaitan dengan pembentukan sel telur dan
12
folikel. Pada awal siklus berikutnya pada hari 1-14, folikel akan
melanjutkan perkembangannya karena pengaruh FSH dalam ovarium.
Setelah itu terbentuklah folikel yang sudah masak (folikel degraaf) dan
menghasilkan
2.
hormone
esterogen
yang
berfungsi
menumbuhkan
LH
(Luteinizing
Hormone)
yang
berperan
untuk
4.
13
b.
c.
2.2.3
jaringan lain mengalami respon yang dapat digunakan sebagai prediksi, misalnya:
1. Sebelum ovulasi: suhu basal wanita lebih rendah, seringkali < 37oC.
2. Setelah ovulasi: seiring peningkatan kadar prodesteron, suhu basal
3.
4.
meningkat.
Lendir pra-pasca ovulasi lengket sehingga menghambat penetrasi sperma.
Padasaat ovulasi lendir menjadi jernih dan cair, lendir terlihat, teraba, dan
5.
2.3
2.3.1
14
Amenore adalah kelainan dimana tidak adanya perdarahan menstruasi,
dapat sementara atau menetap selama periode lebih dari 6 bulan. Amenore
merupakan gambaran normal pada prapubertas, kehamilan dan wanita post
menopouse (Widijanti, 2014).
2.3.2
Klasifikasi
Klasifikasi amenore ada 2 yaitu amenore fisiologis dan amenore patologis.
Amenore fisiologis terjadi sebelum menarche dan pada saat kehamilan, menyusui,
serta menopouse. Sedangkan amenore patologis terdiri dari 2 macam yaitu
amenore primer dan amenore sekunder. Amenore primer yaitu apabila belum
pernah datang menstruasi sampai umur 16 tahun (Norwitz, 2007). Sedangkan
menurut Rayburn, 2001 amenore primer adalah tidak datang menarche pada usia
16 tahun tanpa mempedulikan ada tidaknya pertumbukan dan perkembangan
normal dan kemunculan ciri-ciri kelamin sekunder. Amenore sekunder adalah
ketiadaan menstruasi selama lebih dari 6 bulan atau selama 3 siklus menstruasi
pada wanita yang sebelumnya memiliki siklus menstruasi teratur (Norwitz, 2007).
2.3.3
Etiologi
Setidaknya 80% kasus amenore disebabkan oleh anovulasi kronik.
Pubertas terlambat
Kegagalan dari fungsi indung telur
Agenesis uterovagina atau tidak tumbuhnya organ rahim dan vagina
Gangguan susunan saraf pusat
15
5.
amenore mungkin disebabkan oleh defek genetik seperti disgenesis gonad, yang
biasanya ciri-ciri seksual sekunder tidak berkembang. Kondisi ini dapat
disebabkan oleh kelainan duktus muler, seperti tidak ada uterus, agenesis vagina,
septum vagina transversal, atau hymen imperforata. Pada 3 penyebab terakhir,
menstruasi dapat terjadi discharge menstruasi tidak dapat keluar dari traktus
genitaslis. Keadaan ini disebut kriptomenore. Pada kebanyakan kasus amenore
primer, tidak terdapat kelainan dan wanita muda tersebut boleh berharap
mendapatkan menstruasi pada waktunya. Pada beberapa wanita dalam kelompok
ini, terdapat gangguan makan atau terlalu berat berolahraga.
Menurut Kumalasari, 2012 Penyebab amenore sekunder yaitu:
1. Obat-obatan
2. Stress dan depresi
3. Nutrisi yang kurang, penurunan berat badan yang berlebihan,
olahraga yang berlebihan, dan oebsitas.
4. Gangguan hipotalamus dan hipofisis
5. Gangguan indung telur
6. Kelainan endokrin (misalnya sindroma cushing yang menghasilkan
sejumlahbesar hormon kortisol oleh kelenjar adrenal)
7. Penyakit kronik dan sindrom Asherman (Kumalasari, 2012).
Sedangkan menurut Jones, 2001 penyebab yang paling umum pada
amenore sekunder adalah kehamilan, tetapi keadaan ini terjadi pada masa
reproduksi dengan berbagai penyebab antara lain berat badan menurun, ovarium
polikistik, hipofisis tidak sensitif, hiperprolaktinemia, kegagalan ovarium primer,
sindoma Asherman, hipotiroidisme.
2.3.4
Patofisiologi
Disfungsi hipofise terjadi gangguan pada hipofise anterior gangguan dapat
16
menyebabkan terjadinya pelepasan neurotransmitter seperti serotonin yang dapat
menghambat pelepasan gonadrotropin. Kelainan ovarium dapat menyebabkan
amenorrhea primer maupun sekuder. Amenorrhea primer mengalami kelainan
perkembangan ovarium (gonadal disgenesis). Kegagalan ovarium premature dapat
disebabkan kelainan genetic dengan peningkatan kematian folikel, dapat juga
merupakan proses autoimun dimana folikel dihancurkan. Melakukan kegiatan
Penyakit,
Kegagalan
fungsidapat menimbulkan amenorrhea
Kelainan dimana dibutuhkan kalori
yang berlebih
yang
kehamilan,
stress,
hipotalamus
- hipofisiscadangan kolesterol tubuh
genetik
banyak sehingga
habis dan bahan untuk pembentukan
obat-obatan,
hormone steroid seksual (estrogen dan progesterone) tidak tercukupi. Pada
obesitas,dll
keadaaan tersebut jugaHipogontestikular
terjadi pemecahan estrogen
berlebih untuk mencukupi
hipogonadotropin
Disgenesis
Siklus
kebutuhan bahan bakar dan
terjadilah defisiensi estrogen
feminization
gonaddan progesterone yang
menstruasi
memicu
terjadinya amenorrhea. Pada keadaan latihan berlebih banyak dihasilkan
FSH
dan LH
terganggu
endorphin
menyebabkan penurunan
menurun yang merupakan derifat morfin. EndorphinOvarium
Tidak
Testis
gagal
GnRH sehingga estrogen dan progesterone menurun. Pada
keadaan stress berlebih
punya
menggantikan
berkembang
Tidak
terjadi
Ovarium
tidak realizing hormone (CRH) dilepaskan. Pada
cortikotropin
peningkatan CRH
terjadi
uterus
ovarium
menstruasi
terangsang
opoid
yang dapat menekan pembentukan GnRH (Elizabeth J.Corwin. 2000).
Ovarium
Estrogen dan
Tidak dapat
berupa
progesteron tidak
mengalami
jaringan
dihasilkan
menstruasi
pengikat
Siklus menstruasi
Tidak terjadi
tidak terjadi
menstruasi
Amenore Sekunder
Obstruksi
Respon
aliran darah
psikologis
ke uterus
MK:
Kurangnya
suplai
oksigen ke
2.3.5
Amenore Primer
Web Of Caution
uterus
Tanda seks
Iskemik jaringan
sekunder tidak
uterus
terjadi
MK: Kerusakan
MK: Gangguan
Citra Tubuh,
Harga Diri
Rendah
integritas jaringan
Ansietas
17
2.3.6
Manifestasi Klinis
Gejala amenore bervariasi tergantung pada penyebabnya, antara lain:
1. Jika penyebabnya adalah kegagalan mengalami pubertas, maka tidak
akan ditemukan tanda-tanda pubertas seperti pembesaran payudara,
pertumbuhan rambut kemaluan dan rambut ketiak, serta perubahan
bentuk tubuh.
2. Jika penyebabnya adalah kehamilan akan ditemukan morning sickness
dan pembesaran perut.
3. Jika penyebabnya adalah kadar tiroid yang tinggi maka gejalanya
adalah denyut jantung yang cepat, kecemasan serta kulit yang hangat
dan lembab.
Tanda dan gejala lainnya yang mungkin ditemukan pada amenore:
1. Sakit kepala
2. Galaktore (pembentukan air susu pada perempuan yang tidak hamil
3.
4.
5.
6.
2.3.7
Penatalaksanaan Amenore
Secara umum penatalaksanaan pada amenore berupa pemberian hormon-
18
Pemeriksaan Penunjang
Pada amenorrhea primer : apabila didapatkan adanya perkembangan
untuk
melihat
resiko
osteoporosis,
kadang
dibutuhkan
BAB 3
PENUTUP
3.1
Simpulan
Amenore adalah keadaan kegagalan menarche sampai usia 16 tahun,
tanpa memandang ada tidaknya karakteristik seks sekunder atau tidak
dialaminya menstruasi selama 3 sampai 6 bulan pada perempuan yang
sebelumnya memiliki siklus menstruasi yang teratur. Klasifikasi amenore
ada 2 yaitu amenore fisiologis dan amenore patologis. Amenore fisiologis
terjadi sebelum menarche dan pada saat kehamilan, menyusui, serta
menopouse. Sedangkan amenore patologis terdiri dari 2 macam yaitu
amenore primer dan amenore sekunder. Setidaknya 80% kasus amenore
disebabkan oleh anovulasi kronik.
Secara umum penatalaksanaan pada amenore berupa pemberian
hormon-hormon yang merangsang ovulasi, iradiasi (penyinaran) dari
ovarium, pengembalian keadaan umum, menyeimbangkan antara kerja,
rekreasi, dan istirahat, serta pembedahan untuk mengangkat tumor jika
penyebabnya adalah tumor.
3.2
Saran
Jadi jangan menganggap Amenore adalah hal yang biasa, dan bagi yang
19
DAFTAR PUSTAKA
Syaifudddin. 2006. Anatomi Fisiologi Untuk Mahasiswa Keperawatan Ed: 3.
Jakarta: EGC.
Norwitz, Errol & Schorge, John. 2007. At a Glance Obstetri & Ginekologi Ed: 2.
Jakarta: Airlangga.
Jones, Derek L. 2001. Dasar-Dasar Obstetri & Ginekologi Ed: 6. Jakarta:
Hipokrates.
Kumalasari, Intan & Andhyantoro, Iwan, 2012. Kesehatan Reproduksi Untuk
Mahasiswa Kebidanan dan Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Gant, Norman F & Cunningham, F.Gary. 2011. Dasar-Dasar Ginekologi &
Obstetri. Jakarta: EGC.
Widijanti, Anik, dkk. 2014. Case Report: Amenore Primer Pada Empty Sella Vol:
27 No: 2. FK Universitas Brawijaya Malang.
Prawirohardjo, Aarwono. 2007. Ilmu Kandungan. Jakarta: Tridasa Printer.
Rayburn, William F & Carey J. Christopher. 2001. Obstetri & Ginekologi. Jakarta:
Widya Medika.
Baradero, Mary. Dayrit, Mary Wilfrid. Siswandi, Yakobus. 2007. Seri Asuhan
Keperawatan Klien Gangguan Sistem Reproduksi & Seksualitas. Jakarta:
EGC.
Nugroho, Taufan & Utama, Bobby Indra. 2014. Masalah Kesehatan Reproduksi
Wanita. Yogyakarta: Nuha Medika.