Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PEMBIMBING
: Ir. UnungLeoanggraini, MT
Oleh :
Kelompok
V (Lima)
Nama
1. Nurul Fathatun
,121424023
,121424024
3. Reni Swara M
,121424026
4. Resza Diwansyah P
,121424027
5. Rinaldi Adiwiguna
,121424028
Kelas
3A
I.
Tujuan Praktikum
Setelah melakukan percobaan ini diharapkan dapat:
Menjalankan peralatan unit pengering fluidisasi dengan aman dan benar.
Menghitung efisiensi panas/ kalor dari peralatan unit pengering fluidisasi di lab.
Pilot Plant.
Mengetahui titik fluidisasi, laju fluida dan perkiraan waktu yang dibutuhkna
dengan optimum.
II.
LandasanTeori
Pengeringan adalah Pengurangan/Penurunan kadar air dalam bahan sampai
batas tertentu yang diperlukan untuk proses lanjutan, dengan penerapan panas.
Pengeringan merupakan proses penghantaran panas dan massa yang terjadi secara
serempak. Sebagai media pembawa panas dan massa uap biasanya dipakai udara
dengan entalpi dan tekanan tertentu.
Tujuan Pengeringan yaitu sebagai :
1. Pengawetan
2. Mengurangi volume dan berat produk: transportasi dan penyimpanan
3. Penganekaragaman produk seperti breakfast cereal dan minuman instan
Pemisahan komponen yang memiliki perbedaan sifat fisik ataupun kimiawi
merupakan salah satu proses yang sering dijumpai pada proses teknik kimia selain
pencampuran, reformasi, dan lain-lain. Pengering sistem fluidisasi unggun sebagai
proses pemisahan bertujuan meningkatkan konsentrasi atau kemurnian suatu
komponen yang berbentuk padatan dengan menghilangkan cairan terkandung yang
bertitik didih lebih rendah. Padatan yang mempunyai titik didih lebih tinggi akan
didapatkan sebagai produk akhir yang diharapkan kering, ringan tetapi mempunyai
karakteristik awal. Penggunaan pemanasan biasanya adalah steam, sangat besar
pengaruhnya selain rancang bangun dari peralatan sendiri. Proses ini banyak
digunakan pada produk farmasi yang mementingkan sterilitas, tetapi untuk produk
produk bangunan semen, bijih plastik, dan lain-lain kapasitas merupakan prioritas.
Perhitungan perpindahan kalor, massa memerlukan pengetahuan tentang luas
area kontak fluida (udara) dengan partikel unggun, laju massa, dan kekuatan penyebab
(driving force) yang biasanya berupa temperatur atau konsentrasi. Masalah yang
sering dijumpai adalah penentuan titik fluidisasi yang dikategorikan optimum yaitu
laju fluida dan ketingian unggun terfluidisasi tidak terlalu tinggi yang menyebabkan
timbulnya dua fasa yang sangat berbeda (tidak homogen), satu fasa sinambung
(kontinyu) dan tidak sinambung.
Suhu: Makin tinggi suhu udara maka pengeringan akan semakin cepat
Kecepatan aliran udara pengering: Semakin cepat udara maka pengeringan
lambat
Arah aliran udara: Makin kecil sudut arah udara terhadap posisi bahan,
maka bahan semakin cepat kering
Ukuran bahan: Makin kecil ukuran benda, pengeringan akan makin cepat
Kadar air: Makin sedikit air yang dikandung, pengeringan akan makin cepat.
Tahap Pengeringan
Dasar pengeringan adalah terjadinya penguapan air ke udara karena perbedaan
kandungan uap air antara udara dengan bahan yang dikeringkan. Salah satu faktor
yang mempercepat proses pengeringan adalah kecepatan angin atau udara yang
mengalir. Udara yang tidak mengalir menyebabkan kandungan uap air di sekitar
bahan yang dikeringkan semakin jenuh sehingga pengeringan semakin lambat.
Peristiwa yang terjadi selama pengeringan meliputi dua proses, yaitu :
1. Proses perpindahan panas, yaitu proses menguapkan air dari dalam bahan atau
proses perubahan bentuk cair ke bentuk gas.
2. Proses perpindahan massa, yaitu proses perpindahan massa uap air dari permukaan
bahan ke udara.
Proses perpindahan panas terjadi karena suhu bahan lebih rendah dari suhu
udara yang dialirkan di sekelilingnya. Panas yang diberikan akan menaikkan suhu
bahan dan menyebabkan tekanan uap air di dalam bahan lebih tinggi dari tekanan uap
air di udara, sehingga terjadi perpindahan uap air dari bahan ke udara yang merupakan
perpindahan massa.
Klasifikasi Pengering
campuran uap tersebut dengan udara oleh bijih-bijih alumina. Percobaan oleh A. G.
Bakhtiar dapat diterapkan pada pengeringan fluidisasi unggun dengan persaan sebagai
berikut:
Gu( y - yo ) = WF d/dt
Gu
= waktu operasi
Di sini banyaknya kalor yang dilepas oleh kukus persatuan waktu tidak dapat
ditentukan /dihitung dengan tepat dikarenakan tekanan steam yang dipakai tidak
konstan sehingga katup pneumatik mengalami perubahan pembukaan sepanjang
waktu tergantung keadaan udara masuk. Begitu juga temperatur steam masuk tidak
tidak dapat ditentukan dengan tepat.
Kalor dilepas kukus = Kalor (kukus awal + kondensasi kondensat sisa kukus sisa).
Q1 = m1hg + m2hfg m2hf m3hg
Dengan :
hg
hf
hfg
m1
m2
m3
Asumsi:
Kondisi awal steam tidak mengalami kondensasi.
Kondisi akhir steam terkondensasi semua menjadi kondensat.
Gas masuk keperalatan dengan U1 (laju udara masuk), dan RH tertentu , yang
akan didapatkan H (enthalpi), kalor lembab, v (volume jenis), S (kalor spesifik, Cp)
dan kalor laten tertentu. Setelah mengalami pemanasan pada penukar panas maka nilai
nilai parameter tersebut akan berubah sesuai dengan grafik phsycometric chart
dengan mengubah salah satu sumbu titik potong yaitu temperatur kering /temperatur
diset.
Sedangkan udara yang keluar peralatan juga kita dapatkan U2 (laju udara
masuk), dan RH tertentu , yang akan didapatkan H (enthalpi), kalor lembab, v
(volume jenis), S (kalor spesifik, Cp) dan kalor laten tertentu.
Panas yang dilepas udara unggun secara sederhana dan diasumsikan tidak ada
yang hilang adalah sebagai berikut :
Kalor dilepas,Q2 = kalor udara awal kalor udara akhir + kalor untuk penguapan air (dari unggun)
Q2 = ( U1 x H1 ) ( U2 x H2 ) + ( U1 x 1 )
dan laju perpindahan massa:
M1 = ( U2 x Y2 ) (U1 x Y1 )
*U1, U2 = Laju alir udara kering masuk, keluar.
pengeringan dengan memanfaatkan aliran udara panas dengan kecepatan tertentu yang
dilewatkan menembus hamparan bahan sehingga hamparan bahan tersebut memiliki
sifat seperti fluida.
Fluidisasi tercapai apabila kecepatan aliran udara lebih besar dari kecepatan
minimum fluidisasi. Selama proses pengeringan apabila kecepatan aliran udara
ditingkatkan, tekanan statik udara pengering meningkat dan bahan yang dikeringkan
akan terangkat sampai ketinggian tertentu dan menyebabkan bahan terfluidisasi. Pada
kondisi ini bahan teraduk secara merata dan bantalan udara yang menyangga bahan
pada ketinggian tertentu disebut dalam keadaan fluidisasi minimum.
Hal-hal yang perlu diperhatikan pada system fluidized bed dryer adalah :
1. Bagian-bagian alat :
Posisi pelat distribusi udara mempengaruhi pola aliran udara di dalam alat
tersebut.
Bentuk dasar dari alat tersebut mempengaruhi produk yang dihasilkan dan
proses fluidisasi.
Tekanan operasi positif dan negative.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses fluidized bed drying, seperti :
Temperatur
Kelembaban
Laju alir udara
penurunan tekanan (P) dan kecepatan superficial fluida (U). Untuk keadaan yang
ideal, kurva hubungan ini berbentuk seperi terlihat dalam gambar 1:
air
atau
zat
cair
lain,
bisa
dilakukan
dengan
memakai
didalam partikel, sehingga yang diukur bukan lagi densitas partikel (berikut
pori-porinya) seperti yang diperlukan dalam persamaan di muka, tetapi
densitas
bahan
padatnya
(tidak
termasuk pori-pori
didalamnya).
Untuk
partikel-artikel yang demikian ada cara lain yang biasa digunakan, yaitu
dengan metode yang diturunkan Ergun.
2) Bentuk partikel
Dalam persamaan yang telah diturunkan, partikel padatnya dianggap
sebagai butiran yang berbentuk bola dengan diameter rata-rata dp. Untuk
partikel bentuk lain,
sebenarnya.
III.
Percobaan
Alat yang digunakan :
Ketumbar
1
2
IV.
Jas laboratorium
Sepatu dengan alas yang tidak licin
Langkah Kerja
IV.1. Persiapan Bahan Unggun
Masukkan ketumbar
ke dalam ember yang
telah diketahui berat
kosongnya
Masukkan unggun ke
dalam wadah dan
ratakan. Kemudian
catat suhu awal dan
tinggi awal unggun
Letakkan wadah
beserta isi pada
penopang pada
peralatan dan
tancapkan kabel ke
panel
IV.2.
Pengoperasian Alat
Putar saklar HS
dan BS ke 1 (on)
Membuka katup
udara tekan dan
mengatur tekanan
antara 4-5 bar
Putar pembersih
filter ke 1 (on)
dan interval 6-8
Atur waktu 60
menit pada panel
waktu proses
Atur temperature
udara masuk 50C
dengan menekan
tombol pengendali
temperatur
Buka katup
kukus/steam sampai
tekanan 2 bar
(apabila proses
menggunakan
steam)
Untuk penghentian
proses, tutup
katup-katup
manual
Tekan tombol
start dan atur
laju udara
sampai titik
fluidisasi
Ukur
kelembaban
Putar tombol
pembersih filter
ke 0 disusul
tombol HS dan BS
Matikan saklar
utama dengan
menekan
Tutup katup
kukus dan udara
tekan
I.
Data Pengamatan
a. Data Alat
Diameter tabung udara masuk dan keluar
Berat Fluidized Bed Dryer kosong
= 10 cm
= 9,5 kg
= 0,5 kg
= 0,68 kg
= 200 ml
= 28C
= 30C
= 6,5 cm
= 19 cm
= 7,5 cm, (pada volume udara = 6)
= 0,53 kg
Waktu
Tinggi
(menit
Unggun
(cm)
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
?
7,5
13
14
16
17
17,5
18
19
19,5
20
Udara Masuk
Temperatur (C)
Proses
?
26,2
27,4
27,8
28,3
28,3
28,9
29
29,1
29,2
29,2
Kering
32
30
30
30
30
30,5
30
30
30
30
Basah
30
22
22,5
22
23
23
23
23
24
24
Udara Keluar
Laju
(m/s)
8,67
9,50
9,17
8,81
9,11
8,45
9,15
9,10
9,07
9,23
Temperatur (C)
Proses
?
23
23
23
25
26
27
27
28
28
29
Kering
32
33
33
34
33
33
34
34
33
33.5
Basah
30
24
24
23
24
24
24
24
24
24
Laju
(m/s)
10,15
10,42
11,99
11,24
10,40
10,57
10,25
10,89
10,97
10,65
=
=
=
=
=
=
=
=
=
=
0,4 kg
0,62 kg
40 ml
28,5C
37C
2,8 cm
4 cm
19 cm, (pada volume udara = 7)
0,398 kg
1,58 kg
Udara Masuk
Tinggi
Unggun
= 0,4 kg
= 0,52 kg
= 120 ml
= 30C
= 40C
= 4,9 cm
= 18,6 cm
= 5,3 cm, (pada volume udara = 6)
= 0,38 kg
= 2,36 kg
Udara Keluar
Laju
Temperatur (C)
(m/s)
(cm)
Proses
Kering
Basah
5,3
13
12
11
11
13
11
11
11
12
13
55,9
50,2
51,3
55
53
50,2
52,5
59
50
48
60
32
33
33
33
32
32
32
33
33,5
32
33
24
24
24
24
23
23
23
23
23
23
23
8,81
8,21
7,84
7,85
7,94
7,86
7,68
7,74
7,58
7,76
7,89
Laju
Temperatur (C)
(m/s)
Proses
Kering
Basah
34
41
43
49
46
48
49
49
49
49
49
40
44
46,5
47
47
46
47
47
47
47
47
27
27
28
28
27
27
27
28
28
27
28
9,80
9,50
9,97
9,82
10,05
9,44
9,72
9,55
9,59
8,95
9,66
II.
Pengolahan Data
A. Menghitung air yang teruapkan
Run I (cooling)
t
= 50 menit
W
= 500 gram
Berat air dalam unggun
= 680 gr 500 g
= 180 gr
Berat air teruapkan
= 680 gr 530 gr
= 150 gr
Berat sisa air dalam unggun = 180 150
= 30 gr
150
%Berat unggun teruapkan
= 180
x 100%
= 83,33%
Run II (heating)
t
W
Berat air dalam unggun
Berat air teruapkan
Berat sisa air dalam unggun
= 50 menit
= 400 gram
= 620 gr 400 gr
= 220 gr
= 620 gr 398 gr
= 222 gr
= 220 222
= -2 gr
222
% Berat unggun teruapkan = 220
x 100%
= 100,91%
Run III (heating)
t
W
Berat air dalam unggun
Berat air teruapkan
Berat sisa air dalam unggun
%Berat unggun teruapkan
= 50 menit
= 400 gram
= 520 gr 400 gr
= 120 gr
= 520 gr 380 gr
= 140 gr
= 120 140
= -20
140
= 120
x 100%
= 116%
Run II (heating)
t
W
Berat air dalam unggun
Berat air teruapkan
Berat sisa air dalam unggun
= 50 menit
= 400 gram
= 620 gr 400 gr
= 220 gr
= 620 gr 398 gr
= 222 gr
= 220 222
= -2 gr
222
% Berat unggun teruapkan = 220
x 100%
= 100,91%
= 22,4 x
T
273
1
P
1
x ( 29
1
18
xY)
Dimana,
= 22,4 x
299.2 K
273
0,0264 )
Vh
1
1 atm
1
x ( 29
1
18
RUN 1 (cooling)
W = 0,5 kg
Udara masuk
Udara Keluar
Waktu
(menit)
T (oC)
Rh (%)
Vh
(m3/kg
dry air)
T (oC)
Rh (%)
Vh (m3/kg
dry air)
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
26.2
27.4
27.8
28.3
28.3
28.9
29
29.1
29.2
29.2
86.5
50.04
52.74
50.04
55.48
53.17
55.48
55.48
61.13
61.13
0.0264
0.0134
0.0141
0.0134
0.0149
0.0146
0.0149
0.0149
0.0164
0.0164
0.883
0.868
0.870
0.871
0.873
0.874
0.875
0.875
0.878
0.878
24
23
23
25
26
27
27
28
28
29
86.52
47.69
47.69
39.3
47.69
47.69
43.8
43.8
47.69
45.75
0.0266
0.0152
0.0152
0.0132
0.0152
0.0152
0.0147
0.0147
0.0152
0.0149
0.876
0.858
0.858
0.861
0.867
0.870
0.869
0.872
0.872
0.875
RUN 2 (heating)
W = 0,4 kg
Udara masuk
Waktu
(menit)
T (oC)
Rh (%)
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
52.2
55.5
56.1
50.8
55.1
55.7
57.5
46.3
55.5
55.1
50.5
63
51.82
56.29
51.82
68.16
43.89
44.81
42.92
42.92
46.78
42.92
0.0149
0.0155
0.0159
0.0155
0.0206
0.0147
0.0138
0.0136
0.0136
0.014
0.0136
Udara Keluar
Vh
(m3/kg
dry air)
0.942
0.953
0.955
0.939
0.959
0.952
0.956
0.923
0.950
0.949
0.935
T (oC)
Rh (%)
Vh (m3/kg
dry air)
31
34
43
45
47
48
49
47
50
48
49
62.5
49.4
38.07
29.75
27.08
25.05
23.63
22.23
23.16
25.94
23.16
0.0188
0.0176
0.0151
0.0138
0.0155
0.0151
0.0142
0.0134
0.0147
0.0165
0.0147
0.886
0.893
0.916
0.920
0.928
0.930
0.932
0.925
0.936
0.932
0.933
RUN 3 (heating)
W = 0,4 kg
Udara masuk
Waktu
(menit)
T (oC)
Rh (%)
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
55.9
50.2
51.3
55
53
50.2
52.5
59
50
48
60
51.82
47.69
47.69
47.69
46.78
46.78
46.78
42.92
41.11
46.78
42.92
0.0155
0.0152
0.0152
0.0152
0.014
0.014
0.014
0.0136
0.0134
0.014
0.0136
Udara Keluar
Vh
(m3/kg
dry air)
0.954
0.937
0.940
0.951
0.943
0.935
0.942
0.960
0.934
0.929
0.963
T (oC)
Rh (%)
Vh (m3/kg
dry air)
34
41
43
49
46
48
49
49
49
49
49
36.92
27.08
24.98
24.05
21.4
23.16
21.4
24.05
24.05
21.4
24.05
0.0173
0.0156
0.0164
0.0161
0.0143
0.0147
0.0143
0.0161
0.0161
0.0143
0.0161
0.893
0.911
0.918
0.935
0.923
0.930
0.932
0.935
0.935
0.932
0.935
= 0,077 kg/s
= 278,42 kg/jam
operasi (t). Sehingga dicari banyaknya air yang diserap dalam padatan (F),
dengan rumus :
Gu1 ( y - yo ) t = W F
Contohnya pada run pertama, kondisi menit ke-5
Diketahui W = 0,5 kg, Gu1 = 278,42 kg/jam, Y0 = 0,0264, Y = 0,0266, t =
50 menit.
278,42 * ( 0,0266 0,0264 ) 50/60 = 0,5 * F
F = 0,09 Kg.air/Kg.UK
Contohnya pada run kedua, kondisi menit ke-5.
Diketahui W = 0,5 kg, Gu1= 227,82 kg/jam, Y0= 0,0155, Y= 0,0176, t = 50 menit
227,82 x (0,0176 0,0155) 50/60 = 0,5 x F
F = 0,8 Kg air/Kg UK
y = 0.0266
yo = 0,0264
Run 1 (cooling)
W = 0,5 kg
Waktu
(menit
)
Y Yo
(kadar air
teruapkan
)
Gu1
(kg/jam
)
F (kg
air/kg dry
air)
M
(kg/jam
)
0
5
0.0002
277.621
0.093
10
0.0018
309.195
0.928
15
0.0011
297.729
0.546
20
-0.0002
285.881
-0.095
25
0.0003
294.918
0.147
30
0.0006
273.137
0.273
35
-0.0002
295.527
-0.099
40
-0.0002
293.814
-0.098
45
-0.0012
292.060
-0.584
50
-0.0015
297.212
-0.743
Waktu
(menit
)
Y Yo
(kadar air
teruapkan
)
Gu1
(kg/jam
)
F (kg
air/kg dry
air)
0.0039
260.346
1.692
0.0021
227.824
0.797
10
-0.0008
219.571
-0.293
15
-0.0017
241.965
-0.686
20
-0.0051
265.770
-2.259
25
0.0004
243.407
0.162
30
0.0004
237.695
0.158
35
-0.0002
251.007
-0.084
40
0.0011
222.555
0.408
45
0.0025
235.190
0.980
0.05552
4
0.55655
1
0.32750
2
0.05718
0.08847
5
0.16388
2
0.05911
0.05876
0.35047
0.44582
Run 2 (heating)
W = 0,5 kg
M
(kg/jam
)
1.01535
1
0.47842
9
0.17566
0.41134
1.35543
0.09736
3
0.09507
8
-0.0502
0.24481
1
0.58797
50
0.0011
239.289
0.439
5
0.26321
8
Run 3 (heating)
W = 0,4 kg
Waktu
(menit
)
Y Yo
(kadar air
teruapkan
)
Gu1
(kg/jam
)
F (kg
air/kg dry
air)
0.0018
261.027
0.979
0.0004
247.656
0.206
10
0.0012
235.693
0.589
15
0.0009
233.331
0.437
20
0.0003
237.903
0.149
25
0.0007
237.547
0.346
30
0.0003
230.467
0.144
35
0.0025
227.863
1.187
40
0.0027
229.443
1.291
45
0.0003
236.132
0.148
50
0.0025
231.582
1.206
M
(kg/jam
)
0.46984
8
0.09906
3
0.28283
2
0.20999
8
0.07137
1
0.16628
3
0.06914
0.56965
8
0.61949
7
0.07084
0.57895
5
H Pemanasan air
H Penguapan air
= Massa unggun x
= 0,4 kg x 2374 kj/kg
= 949,6 kj
H Unggun = H Pemanasan unggun + H Pemanasan air + H Penguapan air
1629,66 kj
50 menit
x 60 menit/jam
= 1955,592 kj/jam
G1 = 249,069 kg/jam
G2 = 349,667 kg/jam
Hyin
Hyout
H Unggun
H Udara
x 100%
= 4,785 %
2
x 100%
Neraca Energi
H diterima udara
H Steamterpakai
x 100 %
x 100%
= 90,8 %
III.
Pembahasan
Pengeringan adalah proses pengeluaran air atau pemisahan air dalam jumlah yang
relatif kecil dari bahan dengan menggunakan enersi panas. Hasil dari proses pengeringan
adalah bahan kering yang mempunyai kadar air setara dengan kadar air keseimbangan udara
(atmosfir) normal atau setara dengan nilai aktivitas air (aw) yang aman dari kerusakan
mikrobiologis, enzimatis dan kimiawi. Pada praktikum kali ini praktikan menganalisis
efisiensi panas dan peristiwa fluidisasi pada peralatan Fluidized Bed Dryer.
Pengeringan hamparan terfluidisasi (Fluidized Bed Drying) adalah proses pengeringan
dengan memanfaatkan aliran udara panas dengan kecepatan tertentu yang dilewatkan
menembus hamparan bahan sehingga hamparan bahan tersebut memiliki sifat seperti fluida.
Metode pengeringan fluidisasi digunakan untuk mempercepat proses pengeringan dan
mempertahankan mutu bahan kering. Pengeringan ini banyak digunakan untuk pengeringan
bahan berbentuk partikel atau butiran, baik untuk industri kimia, pangan, keramik, farmasi,
pertanian, polimer dan limbah. Proses pengeringan pada Fluidized Bed Dryer dilakukan tanpa
pemanasan dan dengan pemanasan sehingga terlihat perbedaan yang terjadi pada hasil
pengeringan.
Proses pengeringan tanpa pemanasan dilakukan hanya dengan menghembuskan udara
tekan sedangkan pengeringan dengan pemanasan dilakukan dengan menghembuskan udara
tekan yang terlebih dahulu dikontakan dengan steam. Pada praktikum ini bahan yang
digunakan sebagai unggun adalah ketumbar. Percobaan dilakukan sebanyak tiga kali RUN
dengan satu RUN tanpa pemanasan dan dua RUN dengan pemanasan. Masing-masing RUN
dilakukan selama 50 menit dan dilakukan pengambilan data setiap 5 menit sekali. Data yang
diambil antara lain temperature proses, temperature bola basah (Tw), temperature bola kering
(Td), tinggi unggun dan laju untuk aliran masuk dan keluar.
Langkah pertama yang dilakukan setelah menimbang ketumbar adalah memercikan
air pada ketumbar setelah itu menimbangnya kembali sehingga massa air diketahui. Pada
RUN pertama dan kedua ketumbar kering yang digunakan adalah sebanyak 0.4 kg, hanya
saja pada RUN pertama tidak dilakukan pemanasan (cooling) sedangkan untuk RUN kedua
dilakukan pemanasan (heating), sedangkan untuk RUN ketiga ketumbar kering yang
digunakan adalah sebanyak 0.5 kg dengan proses pemanasan (heating). Hal ini dilakukan
untuk melihat pengaruh massa bahan yang dikeringkan terhadap efisiensi pengeringan.
Fluidisasi pada proses cooling (RUN1) massa ketumbar yang sudah diberi air adalah
0,44 kg. Temperature proses udara masuk rata-rata sebesar 28.34C. pada akhir proses massa
ketumbar menjadi 0.53 kg. sehingga jika dibandingkan dengan massa ketumbar awal sebelum
diberi air, masih terdapat kandungan air sebesar 0.03 kg pada ketumbar yang sudah melalui
proses fluidisasi. Hal ini terjadi karena tidak dilakukan proses pemanasan sehingga masih
terdapat air pada ketumbar tersebut.
Pada RUN ketiga dilakukan fluidisasi dengan proses heating. Pada RUN ketiga ini
mekanisme pengerjaannya sama dengan RUN kedua yaitu udara kering terlebih dahulu
dikontakkan dengan steam bertekanan 2 bar. Massa ketumbar yang sudah diberi air adalah
0.52 kg. Temperature proses udara masuk rata-rata adalah sebesar 53.19C. pada akhir proses
massa ketumbar menjadi 0.38 kg. dapat terlihat bahwa massa ketumbar setelah proses
pengeringan kurang dari massa ketumbar awal (0.4 kg). Hal ini dapat disebabkan karena
ketumbar awal mengandung sedikit air sehingga air tersebut ikut teruapkan.
Dari hasil pengolahan data didapatkan data:
RUN 1
RUN 2
RUN 3
Unggun (%)
19,9
3,15
12,1
Dari data tersebut dapat terlihat bahwa efisiensi unggun tertinggi adalah pada RUN
pertama. Padahal pada RUN pertama tidak dilakukan proses pemanasan. Seharusnya efisiensi
unggun akan semakin besar jika dilakukan pemansan. Sedangkan pengaruh massa
(banyaknya bahan yang dikeringkan) terhadap efisiensi unggun dan efisiensi energi adalah
semakin sedikit bahan yang dikeringkan maka efisiensi unggun dan energy akan semakin
besar.
Oleh Pria Gita Maulana (NIM. 121424024)
Pengeringan merupakan proses pengurangan kadar air sampai batas tertentu yang
terkandung di dalam bahan dengan menggunakan panas. Pada praktikum ini proses
pengeringan dilakukan dengan menggunakan alat Fluidized Bed Dryer. Pengeringan
hamaparan terfluidisasi (fluidized bed drying) merupakan salah satu proses pengeringan yang
memanfaatkan aliran udara panas dengan kecepatan tertentu yang dialirkan menembus
hamparan bahan sehingga hamparan bahan tersebut memiliki sifat seperti fluida.
Bahan yang dikeringkan pada proses pengeringan dengan alat Fluidized Bed Dryer ini
adalah ketumbar. Sementara itu, proses pengeringan pada praktikum ini dilakukan dalam 3
run. Run 1 dan 2 dilakukan dengan berat bahan yang sama, namun hal yang membedakan
adalah pada run 1 tidak menggunakan steam, sedangkan run 2 menggunakan steam. Run 3
dilakukan terhadap run 2 untuk mengetahui pengaruh berat bahan dan banyaknya kadar air
yang terkandung dalam bahan terhadap efisiensi pengeringan.
Dari pengolahan data didapatkan nilai efisiensi unggun untuk setiap run. Untuk nilai
efisiensi unggun tertinggi didapatkan pada saat run 1 yang tidak menggunakan steam
pemanas untuk mengeringkan bahan. Seharusnya nilai efisiensi unggun akan lebih besar
ketika proses pengeringan dilakukan dengan menggunakan steam dari pada hanya
menggunakan udara kering saja. Salah satu faktor yang menjadi penyebab nilai efisiensi
unggun untuk run 1 lebih tinggi dari pada run 2 dan 3 adalah suhu masuk pada proses
pengeringan yang tidak konstan dan cenderung terus meningkat. Untuk mengatasinya maka
laju steam harus di atur setiap saat, artinya laju steam pada proses pengeringan dengan
menggunakan steam juga tidak konstan. Hal ini yang menyebabkan pengeringan bahan
dengan menggunakan steam menghasilkan nilai efisiensi unggun yang tidak seoptimal
pengeringan yang hanya menggunakan udara kering.
Sementara itu, untuk nilai efisiensi neraca energi pada run 1 tidak dihitung karena
tidak menggunakan steam pemanas. Nilai efisiensi neraca energi tertinggi didapatkan pada
run 3, dimana pada run 3 mempunyai berat dan kadar air bahan lebih sedikit dari pada run 2.
Hal ini dapat membuktikan bahwa banyaknya bahan dan kandungan kadar air dalam bahan
akan mempengaruhi jalannya proses pengeringan. Semakin sedikit bahan yang dikeringkan
dan kadar air dalam bahan, maka semakin cepat proses pengeringan di dalam bahan tersebut.
Hal ini dibuktikan dengan tingginya efisiensi unggun dan efisiensi neraca energi pada run 3
dibandingkan dengan run 2.
Selain banyaknya bahan dan kadar air dalam bahan, proses pengeringan akan berjalan
optimal ketika suhu masuk dalam proses pengeringan tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu
rendah. Suhu optimal untuk proses pengeringan adalah pada suhu sebesar 50C. Proses
pengeringan juga jangan dilakukan terlalu lama karena dapat merusak bahan.
fluidisasi adalah blower untuk menghasilkan aliran udara, heater untuk memanaskan udara,
plenum sebagai saluran udara panas yang dihembuskan kipas ke ruang pengeringan, dan
ruang pengering sebagai tempat unggun akan dkeringkan.
Operasi pengeringan dilakukan dengan dua metode, yaitu pendinginan dan
pemanasan. Proses pendinginan dilakukan dengan hanya menghembuskan udara tekan.
Namun pada proses pemanasan, udara tekan dikontakkan terlebih dahulu dengan steam
sehingga udara bertekanan yang berhembus pada unggun adalah udara panas. Pada praktikum
ini, dilakukan satu kali percobaan dengan proses pendinginan dan dua kali percobaan dengan
proses pemanasan selama 50 menit untuk setiap proses percobaan. Bahan yang akan
dikeringkan adalah ketumbar 500 gram pada percobaan pertama dan kedua, lalu ketumbar
400 gram pada percobaan ketiga.
Selama praktikum, ada beberapa parameter yang diukur yaitu suhu bola basah, suhu
bola kering, dan kecepatan udara pada setiap jalur udara masuk dan udara keluar, serta suhu
operasi yang dapat dilihat pada panel pengendali. Suhu bola basah adalah suhu yang dicapai
jika udara diguyur air sampai kelembabannya 100%, sehingga untuk mengetahuinya
pengukuran menggunakan termometer ayun dimana sensor suhunya dibalut kain basah. Suhu
bola kering adalah suhu yang diukur pada saat di udara terbuka. Dari kedua data suhu ini,
dapat dicari kelembaban mutlak, kelembaban relatif, volume jenis, serta entalpi pada tabel
psikometrik. Kelembaban relatif dan kelembaban mutlak pada proses pemanasan lebih kecil
dibanding dengan proses pendinginan, karena udara panas akan mempercepat air untuk
menguap sehingga kadar air yang terkandung pada bahan lebih sedikit. Namun, volume jenis
pada proses pemanasan lebih besar dibandingkan dengan proses pendinginan, menunjukkan
bahwa volume air dalam udara panas yang berhembus lebih banyak karena proses penguapan
yang lebih besar. Meskipun fluktuatif, terlihat pula bahwa semakin lama waktu pengeringan,
laju udara masuk dan laju udara keluar semakin besar, hal ini disebabkan karena air sudah
menguap sehingga unggun lebih ringan dan dapat terfluidisasi dengan mudah.
Dari data hasil praktikum, dapat diketahui kadar air yang teruapkan melalui
perhitungan praktis yaitu membandingkan berat bahan kering setelah dipanaskan dan berat
bahan kering sebelum dicampurkan air.
Parameter
Proses
Berat ketumbar awal
Percobaan 1
Percobaan 2
Percobaan 3
Pendinginan
500 gr
Pemanasan
500 gr
Pemanasan
400 gr
680 gr
200 ml
530 gr
83,33%
660 gr
180 ml
420 gram
150%
520 gr
120 ml
380 gr
116%
Pada percobaan pertama yaitu proses pendinginan, kadar air yang teruapkan adalah
sebesar 83%. Percobaan kedua yaitu proses pemanasan, menghasilkan kadar air teruapkan
sebesar 150%. Hal ini dikarenakan ketumbar yang ditimbang sebagai berat ketumbar awal
adalah ketumbar yang telah digunakan atau ketumbar yang masih banyak mengandung air,
sehingga bisa jadi proses pengeringan sebelumnya belum sempurna akibat waktu
pengeringan yang singkat. Percobaan ketiga pun merupakan proses pemanasan yang
menghasilkan kadar air teruapkan sebesar 116%. Kasus ini sama halnya dengan bahan yang
digunakan pada proses kedua.
Pengukuran menggunakan anemometer menunjukkan kecepatan udara. Untuk
mengetahui laju udara, maka harus dikalikan dengan luas permukaan lubang masukan dan
keluaran udara. Diameter lubang udara masuk dan keluar sama yaitu 10 cm, sehingga luas
permukaannya adalah 7,85 x 10-3 m2. Selanjutnya, praktikan menghitung neraca massa air
yang diserap dalam padatan serta laju perpindahan massanya. Dari setiap percobaan,
parameter dirata-ratakan dan hasilnya sebagai berikut :
Parameter
Gu1
F
M
(kg/jam)
(Kgair/kgUK)
(kg/jam)
Percobaan 1
Percobaan 2
Percobaan 3
291.7
0,0368
0,022
240,41
0,119
0,071
237,149
0,607
0,291
Dari data tersebut, dikatakan bahwa laju udara masuk pada proses pemanasan lebih
cepat dibandingkan proses pendinginan. Sehingga, suhu sangat mempengaruhi dalam
pengeringan karena dapat mempercepat penguapan kadar air dalam unggun. Selain itu,
dengan bertambahnya laju udara, unggun akan lebih mudah terfluidisasi sehingga luas
permukaan kontak udara dan unggun semakin besar. Banyaknya air yang diserap (F) pada
proses pemanasan lebih banyak dibandingkan dengan proses pendinginan, sehingga laju
perpindahan massa air dari bahan ke udara pun semakin besar karena adanya peningkatan
laju difusi air. Banyaknya unggun pun mempengaruhi kecepatan pemanasan dan
menghasilkan pengeringan lebih efisien akibat koefisien perpindahan lebih besar. Titik
fluidisasi yang dilakukan untuk seluruh percobaan yaitu ada angka 7.
Percobaan 1
Percobaan 2
Percobaan 3
1545,618
7757,73
19,92
2448,11
77794,48
3,15
1935,06
16001,573
12,1
3452,7
6651,23
1645,29
47,65
6333,77
95,23
Bahan yang digunakkan sebagai unggun pada percobaan ini adalah ketumbar yang
memiliki komponen dasar selulosa. Selulosa dibasahi dengan air sedikit demi sedikit
sehingga seluruh ketumbar terbasahi namun tidak ada air yang menetes dai ketumbar
tersebut. Praktikum ini dilakukan sebanyak tiga kali. Run pertama dan kedua menggunakan
ketumbar sebanyak 500 gram sedangkan run ketiga menggunakan ketumbar 400 gram. Selain
itu, udara yang dikontakkan dengan unggun pada run pertama tidak dipanaskan sedangkan
pada run kedua dan ketiga udara dipanaskan dengan steam sebelum dikontakkan dengan
unggun.
Driving force yang bekerja pada run pertama adalah perbedaan konsentrasi air antara
udara dengan unggun basah. Unggun basah memiliki kandungan air lebih banyak daripada
udara. Sehingga ketika dikontakkan, air pada unggun berpindah ke udara sehingga
kelembapan udara keluar meningkat. Kemudian, Driving force yang bekerja pada run kedua
dan ketiga adalah perbedaan konsentrasi air dan perbedaan suhu antara udara dengan unggun
basah. Dengan demikian, pengeringan pada run kedua dan ketiga lebih efektif karena selain
udara yang akan dikontakkan lebih kering, perbedaan suhu juga membantu penguapan air
pada unggun. Adapun data yang dicatat pada percobaan ini adalah massa unggun sebelum
dan setelah pengeringan, suhu bola basah dan suhu bola kering udara masuk dan keluar, laju
alir udara masuk dan keluar dan tinggi unggun.
Pada perhitungan, didapatkan efisiensi unggun dan efisiensi neraca energi. Efisiensi
unggun dinyatakan sebagai perbandingan antara perubahan entalpi unggun dengan entalpi
udara. Efisiensi unggun dikatakan seratus persen apabila kemampuan udara untuk
mengeringkan unggun dipakai secara maksimal sehingga perubahan entalpi unggun sama
dengan perubahan entalpi udara. Adapun pada run pertama, run kedua dan run ketiga
didapatkan berturut-turut adalah 19,92%, 3,15%, dan 12,1%. Dari data tersebut dapat
disimpulkan bahwa efisiensi tertinggi dicapai pada run pertama. Hal yang menyebabkan
efisiensi unggun pada run kedua dan ketiga menjadi lebih kecil adalah fluktuasi suhu udara
panas. Fluktuasi ini disebabkan karena steam yang digunakan untuk memanaskan udara
mengalami perubahan secara cepat karena operasi tidak boleh lebih dari 500C.
Sementara itu efisiensi neraca energi dinyatakan sebagai perbandingan antara
perubahan entalpi yang diterima udara dengan perubahan entalpi steam yang terpakai.
Efisiensi neraca nergi dikatakan seratus persen apabila seluruh steam yang dipakai dugunakan
untuk memanaskan udara sehingga perubahan entalpi steam sama dengan perubahan entalpi
yang diterima oleh udara. Adapun efisiensi yang didapat pada run kedua dan run ktiga
berturut-turut adalah 47,65% dan 95,23%. Pada run ketiga didapatkan efisiensi yang lebih
tinggi karena unggun yang dikeringkan pada run ketiga lebih sedikit. Tidak ada perhitungan
efisiensi neraca energi pada ru pertama karena run pertama tidak digunakan steam sebagai
pemanas udara.
Proses pengeringan dapat berjalan optimal pada pada suhu tertentu. Dan semakin
kering udara yang digunakan maka proses pengeringan berjalan lebih cepat. Kemudian,
pengeringan tidak boleh dilakukan terlalu lama apalagi dengan suhu yang tinggi, karena
dapat merusak bahan unggun.
%Unggun
unggun
neraca energi
teruapkan
1
83,33%
19,92%
2
150%
3,15%
47,65%
3
116%
12,1%
95,23%
Air yang teruapkan pada run 1 tidak mencapai 100%, hal tersebut diakibatkan karena
pada run 1, proses pengeringan tidak dilakukan pemanasan sehingga masih tersisa air pada
ketumbar. Sedangkan run 2 jauh lebih dari 100% disebabkan ketumbar yang digunakan pada
run 2 adalah ketumbar yang berhamburan pada run 1 yang telah mengandung banyak air,
sehingga berat air yang terkandung dalam ketumbar awal tidak terhitung. Untuk run 2 dan 3
berat air yang teruapkan lebih dari 100% dikarenakan ketumbar yang digunakan bukan
ketumbar yang benar-benar kering, dan juga terjadi pengurangan masa ketumbar yang
diakibatkan suhu udara tekan yang terlalu panas, sehingga kadar cairan yang terkandung
dalam ketumbar ikut teruapkan. Efisiensi unggun terbesar adalah pada run 1, seharusnya
efisiensi terbersar tedapat pada run 2 atau 3 karena memakai pemanasan. Efisiensi neraca
energi terbesar terdapat pada run 3, hal tersebut dikarenakan berat ketumbar pada run 3 lebih
sedikit daripada berat ketumbar pada run 2.
Berikut faktor yang mempengaruhi pengeringan :
Suhu: Makin tinggi suhu udara maka pengeringan akan semakin cepat
Kecepatan aliran udara pengering: Semakin cepat udara maka pengeringan akan
semakin cepat
Kelembaban udara: Makin lembab udara, proses pengeringan akan semakin lambat
Arah aliran udara: Makin kecil sudut arah udara terhadap posisi bahan, maka bahan
berbeda dan kecepatan udara yang di butuhkan untuk terfluidisasi akan berbeda. Seperti yang
sudah di jelaskan pada factor diatas ketika bahan tersebut semakin berat maka kebutuhan
kecepatan udara harus lebih besar dan kecepatan minimum fluidisasinya juga akan semakin
besar karena tekanan yang di butuhkan akan semakin besar untuk mendorong partikel keatas.
Semakin besar laju alir udara, penurunan tekanan semakin besar, tetapi ada saat
dimana penurunan tekanan mencapai titik maksimum. Saat penurunan tekanan mencapai titik
maksimum, maka beras basah terfluidisasi. Titik maksimum tersebut dinamakan titik
fluidisasi.
IV.
Kesimpulan
Pengeringan bahan melalui alat fluidized bed dryer memanfaatkan aliran udara
kering untuk menghamburkan bahan di dalam unggun sehingga memiliki sifat
seperti fluida.
Nilai efisiensi unggun tertinggi didapatkan pada proses pengeringan tanpa
menggunakan steam pemanas. Seharusnya efisiensi unggun akan lebih besar ketika
menggunakan steam pemanas. Hal ini terjadi dikarenakan tidak konstannya suhu
Daftar Pustaka
Anonim. 2013. Petunjuk Praktikum Operasi Teknik Kimia Pilot Plant. Bandung : Politeknik
Negeri Bandung
Rahayu, Tri. 2012. Teknik Pengeringan dengan Fluidized Bed Dryer.
http://tsffarmasiunsoed2012.wordpress.com/2012/05/22/teknikpengeringan-dengan-fluidized-bed-dryer/
Diakses
tanggal
6
November 2014
Lampiran
Pengukuran suhu udara masuk dan udara keluar menggunakan termometer ayun