2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Disinfektan dapat digolongkan sebagai minyak esensial, kompoun fenolik, halogen, dan
antibiotika.
1.
Eugenol
Bahan ini adalah zesens (essence) kimiawi minyak cengkeh dan mempuyai hubungan
dengan fenol. Agak lebih mengiritasi dari minyak cengkeh dan keduanya golongan anodyne.
Eugenol menghalangi impuls saraf interdental. Biasanya digunakan unuk perawatan
pulpektomi. Bagian dari sealer (endomethasone-eugenol) dan bahan campuran tumpatan
sementara (Zn Oksid-eugenol).
Masa aktif :
2.
3 hari.
Terdiri dari 2 bagian para-klorophenol dan 3 bagian kamfer. Daya disinfektan dan sifat
mengiritasi lebih kecil daripada formocresol. Mempunyai spektrum antibakteri luas dan
efektif terhadap jamur. Bahan utamanya; para-klorophenol. Mampu memunaskan berbagai
mikroorganisme dalam saluran akar. Kamfer sebagai sarana pengencer serta mengurangi
efek mengiritasi dari para-klorophenol murni. Selain itu juga memperpanjang efek
antimikrobial. Menthol mengurangi sifat iritasi chlorphenol dan mengurasi rasa sakit.
Masa aktif :
3.
1 hari.
Cresatin
Dikenal juga sebagai metakresilasetat. Bahan ini merupakan cairan jernih, stabil, berminyak
dan tidak mudah menguap. Mempunyai sifat antiseptik dan mengurangi rasa sakit. Efek
antimikrobial lebih kecil dari formocresol dan ChKM, sifat mengiritasi jaringan periapikal
lebih kecil daripada ChKM. Sifat anodyne cresatin terhadap jarigan vital baik sekali,
sehingga sering dipakai sebagai bahan dressing pasca pulpektomi.
Masa aktif :
4.
hari.
Cresophene
Terdiri dari: chlorphenol, hexachlorophene, thymol, dan dexamethasone, yaitu sebagai antiphlogisticum. Pemakaian terutama pada gigi dengan permulaan periodontitis, apikalis akuta
yang dapat terjadi misalnya pada peristiwa overinstrumentasi.
Masa aktif :
5.
3-5 hari.
Ca(OH)2
Kompound ini juga telah digunakan sebagai medikamen saluran akar. Pengaruh
antiseptiknya mungkin berhubungan dengan pH yang tinggi dan pengaruhnya melumerkan
jaringan pulpa nekrotik. CaOH menyebabkan kenaikan signifikan pH dentin sirkumpulpal bila
kompound diletakkan pada saluran akar. Pasta CaOH paling baik digunakan pada
perawatan antar kunjungan dengan penundaan yang lama karena bahan ini tetap manjur
selama berada di dalam saluran akar. Efek antiseptiknya berjalan lambat hingga dua
minggu, sedangkan waktu optimumnya satu minggu.
Masa aktif :
7-14 hari.
Referensi
Grossman, L., Oliet, S., dan Rio, C. E. D., 1995. Ilmu Endodontik Dalam Praktek, terj.,
Jakarta: EGC
Mulyawati, E., Peran Bahan Disinfeksi Saluran Akar, Maj Ked Gi; Desember 2011;18(2):
205-209
Pasta
Tidak semua perawatan saluran akar berhasil dengan baik Keberhasilan perawatan
saluran akar dapat dievaluasi berdasarkan pemeriksaan klinis, radiografis, dan histologis.
Evaluasi klinis dan radiografis dapat dilakukan dengan mudah, namun evaluasi histologis
memerlukan pemeriksaan laboratorium. Evaluasi klinis dan radiografis dianjurkan untuk
dilakukan 6 bulan sampai 4 tahun setelah perawatan.1
Kriteria keberhasilan perawatan saluran akar menurut Quality Assurance Guidelines
yang dikeluarkan oleh American Associaton of Endodontics adalah tidak peka terhadap
perkusi dan palpasi, mobilitas normal, tidak ada sinus tract atau penyakit periodontium, gigi
dapat berfungsi dengan baik, tidak ada tanda-tanda infeksi atau pembengkakan, dan tidak
ada keluhan pasien yang tidak menyenangkan. Berdasarkan gambaran radiografis, suatu
perawatan dianggap berhasil bila ligamen periodontium normal atau sedikit menebal (kurang
dari 1mm), harus radioopak dimana radiolusensi di apeks hilang, lamina dura normal, tidak
ada resorbsi, dan pengisian terbatas pada ruang saluran akar, padat mencapai kurang lebih
1 mm dari apeks. Keberhasilan perawatan saluran akar dapat dilihat dari beberapa faktor
antara lain adanya lesi periradikular sebelum dan sesudah perawatan, kualitas pengisian
dan efektifitas penutupan bagian korona.2
Faktor Kegagalan dan keberhasilan PSA
1. Faktor Patologis
perawatan
saluran
akar
bergantung
pada
kemampuan
2. Faktor Penderita
khusus
dalam
perawatan
saluran
akar
digunakan
untuk
yang
lebih
pendek
dari
apeks
radiografis,
akan
mengurangi
percha termoplastik )4
4. Faktor Anatomi Gigi
Faktor anatomi gigi dapat mempengaruhi keberhasilan dan kegagalan suatu
perawatan saluran akar dengan mempertimbangkan :
a. Bentuk saluran akar
Adanya pengbengkokan, penyumbatan,saluran akar yang sempit, atau
bentuk abnormal lainnya akan berpengaruh terhadap derajat kesulitan
perawatan saluran akar yang dilakukan yang memberi efek langsung
terhadap prognosis (Walton & Torabinejad, 1996).
b. Kelompok gigi
Ada yang berpendapat bahwa perawatan saluran akar pada gigi tunggal
mempunyai hasil yang lebih baik dari pada yang berakar jamak. Hal ini
disebabkan karena ada hubungannya dengan interpretasi dan visualisasi
daerah apikal pada gambaran radiografi. Tulang kortikal gigi-gigi anterior
lebih tipis dibandingkan dengan gigi-gigi posterior sehingga lesi resorpsi pada
apeks gigi anterior terlihat lebih jelas. Selain itu, superimposisi struktur
radioopak daerah periapikal untuk gigi-gigi anterior terjadi lebih sedikit,
sehingga interpretasi radiografinya mudah dilakukan. Radiografi standar lebih
mudah didapat pada gigi anterior, sehingga perubahan periapikal lebih
mudah diobservasi dibandingkan dengan gambaran radiologi gigi posterior
(Walton & Torabinejad, 1989).
ledge
(birai)
atau
perforasi
lateral.
Birai adalah suatu daerah artifikasi yang tidak beraturan pada permukaan
dinding saluran akar yang merintangi penempatan instrumen untuk mencapai
ujung saluran (Guttman, et all, 1992). Birai terbentuk karena penggunaan
instrumen yang terlalu besar, tidak sesuai dengan urutan; penempatan
instrument yang kurang dari panjang kerja atau penggunaan instrumen yang
lurus serta tidak fleksibel di dalam saluran akar yang bengkok (Grossman,
1988,
Weine,
1996).
Birai dan ferforasi lateral dapat memberikan pengaruh yang merugikan pada
prognosis selama kejadian ini menghalangi pembersihan, pembentukan dan
pengisian saluran akar yang memadai (Walton & Torabinejad, 1966).
b. Instrumen patah
c. Patahnya instrumen yang terjadi pada waktu melakukan perawatan saluran
akar akan mempengaruhi prognosis keberhasilan dan kegagalan perawatan.
Prognosisnya bergantung pada seberapa banyak saluran sebelah apikal
patahan yang masih belum dibersihkan dan belum diobturasi serta seberapa
banyak patahannya. Prognosis yang baik jika patahan instrumen yang besar
dan terjadi ditahap akhir preparasi serta mendekati panjang kerja. Prognosis
yang lebih buruk jika saluran akar belum dibersihkan dan patahannya terjadi
dekat apeks atau diluar foramen apikalis pada tahap awal preparasi
(Grossman, 1988; Walton & Torabinejad, 1996).
d. Fraktur akar vertikal
Fraktur akar vertikal dapat disebabkan oleh kekuatan kondensasi aplikasi
yang berlebihan pada waktu mengisi saluran akar atau pada waktu
penempatan pasak. Adanya fraktur akar vertikal memiliki prognosis yang
Biasa
perorangan
juga
akan
mempengaruhi
interpretasi
radiografis.
Radiolusensi
Tampaknya daerah radiolusen pada daerah kosong yang tidak terisi antara material
pengisi dan dentin yang menandai adanya obturasi yang tidak sempurna.
2.
Densitas
Material pengisi harus memerlihatkan densitas yang seragam dari korona sampai
apeks, namun
perbedaan dalam massa materialnya. Tepi gutta percha harus tajam dan berbeda jelas serta
tidak ada kekaburan, menandakan adanya adaptasi pengisian yang rapat ( hermetis ) dan
sebaliknya untuk pengisian yang tidak hermetis.
3.
Panjang
Material pengisi harus mencapai panjang kerja untuk gigi yang di preparasi.
Sedangkan untuk pengisian yang tidak hermetis terkadang pengisian saluran akar akan
melebihi dan kurang dari panjang kerja.
4.
Ketirusan
Gutta percha harus mencerminkan bentuk saluran akar yakni harus meruncing ke
arah apeks. Idealnya regio apeks harus meruncing mencapai suatu titik. Namun untuk
pengisian yang tidak hermatis pengisiannya dapat melebar dan tidak meruncing rentan
perforasi.
5.
Restorasi
Untuk pengisian yang tidak hermetis dapat menyebabkan lepasnya restorasi yang
disebabkan retensi yang tidak adekuat dan akibat yang lebih lanjut akan terjadinya
perembesan cairan mulut kedalam saluran akar yang menyebabkan semen larut ,dan
menimbulkan kebocoran sampai ke daerah periapikal. Akibatnya apabila didiamkan akan
menimbulkan kelainan periapikal.1
Referensi
1.
Grossman, L.I., Oliet, S. and Del Rio, C.E., 1988. Endodontics Practice. 11 th ed.
6. Armilia,Milli. 2006. Faktor faktor Penyebab Kegagalan saluran Akar. Bandung ; Unpad.
(makalah )
7. Pdf ; Epita Sarah Pane. 2006.Obturasi.FKG USU
Bence, R. 1990. Buku Pedoman Endodontik Klinik, terjemahan Sundoro. Jakarta : Penerbit
Universitas Indonesia.
Cohen, S. and Burns, R.C. 1994. Pathway of the pulp. 6 th ed. St. Louis : Mosby.
Guttman, J.L. 1992. Problem Solving in Endodontics, Prevention, identification and
management. 2 nd ed., St louis : mosby Year Book.
Grossman, L.I., Oliet, S. and Del Rio, C.E., 1988. Endodontics Practice. 11 th ed.
Philadelphia : Lea & febiger.
Harty. FJ. alih bahasa Lilian Yuono. 1992. Endodontik Klinis. Jakarta : Hipokrates.
Ingle, J.L. & Bakland, L.K. 1985. Endodontics. 3 rd ed. Philadelphia : Lea & Febiger.
Mardewi, S. K.S.A. 2003. Endodontologi, Kumpulan naskah. Cetakan I. Jakarta : Hafizh.
Tarigan, R. 1994. Perawatan Pulpa Gigi (endodonti). Cetakan I, Jakarta : Widya Medika.
Walton, R. and Torabinejad, M., 1996. Principles and Practice of Endodontics. 2nd ed.
Philadelphia : W.B. Saunders Co.
Weine, F.S. 1996. Endodontics Theraphy. 5 th ed. St. Louis : Mosby Year Book. Inc