PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Tumbuhan
memiliki
kemampuan
adaptasi
yang
tinggi
terhadap
pada daerah ternaung, terdedah dan diantara keduanya, dan organ apakah yang
mampu berplastisitas dan beradaptasi dari suatu jenis tumbuhan (tanaman puring)
pada daerah ternaung, terdedah dan diantara keduanya, sehingga diharapkan dapat
mengetahui konsep plastisitas dan adaptasi dari suatu tumbuhan.
B. RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah yang dapat diambil dari latar belakang diatas
adalah sebagai berikut :
1. Bagaimanakah faktor-faktor lingkungan mempengaruhi sifat khas pada
tumbuhan (tanaman puring) ?
2. Bagaimanakah bentuk respon morfologi dan fisiologi tumbuhan (tanaman
puring) pada daerah ternaung, terdedah dan diantara keduanya ?
3. Organ apakah yang mampu berplastisitas dan beradaptasi dari suatu jenis
tumbuhan (tanaman puring) pada daerah ternaung, terdedah dan diantara
keduanya ?
C. TUJUAN
Tujuan dari percobaan ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk memahami konsep plastisitas dan adaptasi.
2. Untuk mengetahui faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi sifat-sifat
khas pada tumbuhan (tanaman puring).
3. Untuk mendeskripsikan berbagai bentuk respon morfologi tumbuhan
(tanaman puring) pada daerah ternaung, terdedah dan diantara keduanya.
4. Untuk menentukan organ yang mampu berplastisitas dan beradaptasi dari
suatu jenis tumbuhan (tanaman puring) pada daerah ternaung, terdedah
dan diantara keduanya.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Pada setiap tahap dalam kehidupan suatu tumbuhan, sensitivitas terhadap
lingkungan dan koordinasi sangat terlihat jelas. Satu bagian tumbuhan dapat
mengirim sinyal ke bagianyang lain. Sebagai contoh, kuncup terminal pada ujung
(apeks) suatu tunas mampu menekan pertumbuhan tunas aksiler yang mungkin
saja bermeter-meter jauhnya. Tumbuhan dapat mengenali waktu harian dan waktu
tahunan. Hidup di suatu tempat seumur hidupnya, suatu tumbuhan umumnya
berespons terhadap petunjuk lingkungan dengan cara menyesuaikan pola
pertumbuhan dan perkembangannya. Tumbuh-tumbuhan dari spesies yang sama
memiliki variasi bentuk tubuh yang jauh lebih besar daripada variasi bentuk tubuh
hewan-hewan dari spesies yang sama (Campbell, 2003).
Tubuh tumbuhan terdiri dari akar dan tajuk (batang). Diantara adaptasi
yang memungkinkan tumbuhan dapat hidup di darat adalah kemampuannya untuk
mengabsorpsi air dan mineral dari dalam tanah, menyerap cahaya matahari dan
mengambil CO2 dari udara untuk fotosintesis serta kemampuannya untuk hidup
dalam kondisi yang kering. Akar dan tajuk saling bergantung satu sama lainnya,
akar tidak mampu hidup tanpa tajuk, demikian sebaliknya. Karena tidak memiliki
kloroplas dan hidup di tempat yang gelap menyebabkan akar tidak dapat tumbuh
tanpa gula dan nutrisi organik lainnya yang diangkut dari daun yang merupakan
bagian dari sistem tajuk. Sebaliknya batang dan daun bergantung pada air dan
mineral yang diserap oleh akar. Akar tumbuhan berfungsi sebagai penopang
berdirinya tumbuhan (jangkar), pengabsopsi air dan mineral, serta tempat
penyimpanan cadangan makanan. Tajuk terdiri dari batang, daun dan bunga
(bunga merupakan adaptasi untuk reproduksi tumbuhan Angiospermae). Batang
adalah bagian tumbuhan yang terletak di atas tanah, mendukung daun-daun dan
bunga. Pada pohon, batang -batang meliputi batang pokok dan semua cabangcabang, termasuk ranting -ranting yang kecil. Batang mempunyai buku sebagai
tempat melekatnya daun, juga mempunyai ruas yakni jarak diantara dua buku.
Daun merupakan tempat utama berlangsunya fotosintesis, kendati ada beberapa
spesies tumbuhan yang batangnya dapat melakukan fotosintesis karena memiliki
kloroplas. Daun terdiri dari helaian daun yang melebar (lamina) dan tangkai daun
(petiolus) yang menghubungkan daun dengan batang . Pada ujung batang terdapat
tunas yang belum berkembang yang disebut tunas ujung. Selain itu dijumpai juga
tunas aksilar/tunas lateral/tunas samping yang terdapat di ketiak daun, tunas ini
biasanya dorman (arch91.wordpress.com, 2008).
Tumbuhan membedakan antara penghindaran dan toleransi (ketahanan)
terhadap suatu faktor pencekam tertentu. Pada penghindaran, organisme
memberikan tanggapan dengan memperlemah akibat faktor pencekam (tumbuhan
di gurun menghindari tanah kering dengan memanjangkan akarnya tumbuh ke
dalam sampai mencapai air tanah). Sebaliknya, jika tumbuhan mengembangkan
toleransi maka tumbuhan itu memang toleran atau tahan terhadap lingkungan
yang tidak menguntungkan. Ketika tumbuhan mulai mendapat faktor cekaman,
terjadi reaksi tanda bahaya, saat fungsi yang berkepentingan menyimpang dari
biasanya. Kemudian fase berlangsung tahap resistensi (atau fase pemulihan), saat
organisme beradaptasi pada faktor cekaman dan fungsi sering kembali menuju
keadaan normal (tapi mungkin tidak benar-benar mencapainya). Akhirnya jika
faktor cekaman meningkat atau terus menerus berlangsung dalam waktu lama,
mungkin tercapai fase kelelahan, saat fungsi menyimpang dari normal dan
mengakibatkan kematian (Salisbury, 1995).
Faktor cekaman biasanya tidak hanya tunggal akan tetapi merupakan
proses yang kompleks karena melibatkan beberapa faktor penentu pertumbuhan.
Misalnya musim panas yang menyengat dapat mengakibatkan terjadinya cekaman
tingkat cahaya tinggi (perusakan klorofil oleh cahaya), kelembaban rendah, tanah
kering dan suhu tinggi. Disamping itu, respon cekaman umumnya sangat
kompleks, diperlibatkan oleh berbagai bagian tumbuhan dan mungkin melibatkan
hormon cekaman seperti asam absisat (ABA) dan etilen yang diangkut keseluruh
bagian tumbuhan (silvika atspace.com, 2008).
A. Faktor Lingkungan yang Mempengaruhi Tanaman
Ada beberapa faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi pertumbuhan
dan perkembangan tumbuhan, antara lain cahaya, suhu, kelembaban, pH, air, dan
tanah (organisasi.org, 2008).
1. Cahaya
Sinar matahari sangat dibutuhkan oleh tumbuhan untuk dapat
melakukan fotosintesis (khususnya tumbuhan hijau). Jika suatu tumbuhan
kekurangan cahaya matahari, maka tumbuhan itu bisa tampak pucat dan
warna tanaman itu kekuning-kuningan (etiolasi). Pada kecambah, sinar
mentari justru dapat menghambat proses pertumbuhan.
2. Suhu
Tinggi rendah suhu menjadi salah satu faktor yang menentukan
pertumbuhan, perkembangan, reproduksi dan juga kelangsungan hidup
dari suatu tumbuhan. Suhu yang baik bagi tumbuhan adalah antara 22oC
sampai dengan 37oC. Temperatur yang lebih atau kurang dari batas normal
tersebut dapat mengakibatkan pertumbuhan yang lambat atau berhenti.
3. Kelembaban
Kadar air dalam udara maupun dalam tanah dapat mempengaruhi
pertumbuhan serta perkembangan tumbuhan. Tempat yang lembab
menguntungkan bagi tumbuhan di mana tumbuhan dapat mendapatkan air
lebih mudah serta berkurangnya penguapan yang akan berdampak pada
pembentukan sel yang lebih cepat.
4. Air
Air adalah salah satu komponen fisik yang sangat vital dan
dibutuhkan dalam jumlah besar untuk pertumbuhan dan perkembangan
tumbuhan. Kehilangan air pada jaringan tumbuhan akan menurunkan
turgor sel, meningkatkan konsentrasi makro molekul serta senyawasenyawa dengan berat molekul rendah, mempengaruhi membran sel dan
potensi aktivitas kimia air dalam tumbuhan. Peran air yang sangat penting
tersebut menimbulkan konsekuensi bahwa langsung atau tidak langsung
kekurangan air pada tumbuhan akan mempengaruhi semua proses
metaboliknya sehingga dapat menurunkan pertumbuhan tumbuhan
(Sinaga, 2001).
daun, daun menjadi tebal, adanya rambut pada daun, peningakatan ratio
akar-tajuk, sensitivitas stomata, penurunan laju fotosintesis, perubahan
metabolisme karbon dan nitrogen, perubahan produksi aktivitas enzim dan
hormon, serta perubahan ekspresi gen (Sinaga, 2001).
2. Respon terhadap Kekurangan Oksigen
Tumbuhan yang disiram terlalu banyak air bisa mengalami
kekurangan oksigen karena tanah kehabisan ruangan udara yang
menyediakan oksigen untuk respirasi seluler akar. Beberapa tumbuhan
secara struktural diadaptasikan ke habitat yang sangat basah. Sebagai
contoh, akar pohon bakau yang terendam air, yang hidup di rawa pesisir
pantai, adalah sinambung dengan akar udara yang menyediakan akses ke
oksigen.
3. Respon terhadap Cekaman Panas
Panas berlebihan dapat menggangu dan akhrinya membunuh suatu
tumbuhan dengan cara mendenaturasi enzim-enzimnya dan merusak
metabolismenya dalam berbagai cara. Salah satu fungsi transpirasi adalah
pendinginan melalui penguapan. Pada hari yang panas dan kering juga
cenderung menyebabkan kekurangan air pada banyak tumbuhan,
penutupan stomata sebagai respon terhadap cekaman panas ini akan
menghemat air, namun mengorbankan pedinginan melalui penguapan
tersebut. Dilema ini merupakan salah satu bahwa hari-hari yang sangat
panas dan kering akan menyebabkan sebagian tumbuhan mati.
Sebagian besar tumbuhan memilki suatu respons cadangan yang
memungkinkan mereka untuk bertahan hidup dalam cekaman panas. Di
atas suatu temperatur tertentu sekitar 40oC pada sebagian besar tumbuhan
yang menempati daerah empat musim sel-sel tumbuhan mulai mensintesis
suatu protein khusus dalam jumlah yang cukup banyak yang disebut
protein kejut-panas (heat-shock protein). Para peneliti juga telah
menemukan respons ini padahewan dan mikroorganisme yang didedahkan
pada cekaman panas. Beberapa diantara protein kejut-panas itu identik
natrium dan ion-ion tertentu lainya dapat menjadi racun bagi tumbuhan
jika konsentrasinya relatif tinggi. Membran sel akar yang selektif
permeabel akan menghambat pengambilan sebagian besar ion yang
berbahaya, akan tetapi hal ini hanya akan memperburuk pengambilan air
dari tanah yang kaya akan zat terlarut. Banyak tumbuhan dapat berespon
terhadap salinitas tanah yang memadai dengan cara menghasilkan zat
terlarut kompatibel, yaitu senyawa organik yang menjaga potensial air
lebih negatif dibandingkan dengan potensial air larutan tanah, tanpa
menerima garam dalam jumlah yang dapat menjadi racun. Namun
demikian, sebagian besar tumbuhan tidak dapat bertahan hidup
menghadapi cekaman garam dalam jangka waktu yang lama. Pengecualian
pada halofit, yaitu tumbuhan yang toleran terhadap garam, dengan adaptasi
khusus seperti kelenjat garam, yang memompa garam keluar dari tubuh
melalui epidermis daun.
C. Plastisitas dan Adaptasi Tumbuhan
Tumbuhan hampir semuanya bersifat menetap, kerena tidak dapat
menghidari tekanan lingkungan, kecuali melaksanakan perubahan-perubahan di
dalam siklus hidupnya. Oleh sebab itu setiap individu harus mampu
menyesuaikan diri pada satu kisaran penampakan berbeda (plastisitas fenotip)
yang tergantung pada faktor lingkungan. Dan respon tumbuhan terhadap
perubahan kondisi lingkungan pada saat tertentu untuk kelulushidupannya,
mengakibatkan adanya sifat-sifat khas baik secara struktural maupun fungsional
yang memberikan peluang agar berhasil dalam lingkungan tertentu (Yuliani dan
Raharjo, 2009).
Menurut Yuliani dan Raharjo (2009), plastisitas merupakan reaksi
tumbuhan terhadap perubahan lingkungan yang sering disertai dengan modifikasi
berbagai organnya, sehinga toleransi terhadap faktor lingkungan menjadi luas.
Perubahan atau modifikasi ini menunjukkan adanya plastisitas dari organ tersebut.
Apabila kondisi kembali ke keadaan semula maka bentuk organ inipun berubah
lagi sesuai dengan bentuk normalnya. Apabila perubahan morfologi dan/atau
fisiologi tumbuhan sifatnya terus menerus, sebagai akibatnya adanya perubahan
10
11
12
BAB III
METODE PERCOBAAN
A. JENIS PENELITIAN
Penelitian ini tergolong observasi, karena dilakukan pengamatan untuk
menjawab rumusan masalah, dan tidak terdapat variabel-variabel dalam penelitian
yang dilakukan.
B. ALAT DAN BAHAN
Alat
1. Termometer tanah
1 buah
2. Soil tester
1 buah
3. Timbangan
1 buah
4. Lux meter
1 buah
5. Higrometer
1 buah
6. Penggaris
1 buah
7. Meteran
1 buah
8. Kantung plastik
3 buah
1 buah
secukupnya
Bahan
1. Daun puring
secukupnya
2. Alkohol 95%
secukupnya
3. Kertas saring
secukupnya
C. LANGKAH KERJA
1. Memilih suatu tempat yang memperlihatkan adanya perubahan lingkungan
secara teratur, yaitu berdasarkan keadaan penyinaran. Kemudian
menentukan tiga tempat, yaitu : di tempat terbuka (terdedah), di bawah
pohon (ternaung), dan diantara kedua tempat tersebut.
13
Diameter batang
Luas daun
Panjang internodus
Panjang pteolus
0,25
gram
daun
yang
masih
segar,
kemudian
memotongnya kecil-kecil.
b. Menggerus potongan-potongan tersebut dalam lumpang porselin
sampai halus.
c. Mengekstraksi gerusan daun tersebut dengan menambahkan larutan
alkohol 95% sedikit demi sedikit sampai mencapai volume 20 mL.
d. Menyaring ekstrak tersebut menggunakan kertas saring sampai volume
akhir filtrat mancapai volume 20 mL. Jika kurang dari 20 mL maka
menambahkan kembali alkohol 95%.
14
(mg/l)
Klorofil b
(mg/l)
(mg/l)
Melakukan pengukuran terhadap faktor fisik lingkungan yang meliputi faktor klimatorik dan faktor edafik
Melakukan pengukuran pada tanaman yaitu pada daun, internodus dan petiolus
15
Mengukur kadar klorofil a, b dan total pada daun dari masing-masing tempat
Menggerus daun tersebut sampai halus
16
Mengkalibrasikan
terlebih
dahulu larutan alkohol 95%
kemudian diukur kadar klorofil
pada
spectrophotometer,
dengan OD 649 dan OD 665
Mencatat hasil
pengamatan
dalam tabel
17
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. HASIL
1. Tabel
Tabel. Hasil Pengamatan Terhadap Daun Pada Kondisi Terdedah,
Ternaung, dan Diantara Keduanya Pada Daun Tanaman Puring
No
Hasil Pengamatan
1.
Kadar klorofil a
2.
Kadar klorofil b
4,013 mg/l
6,008 mg/l
3,424 mg/l
3.
7,335 mg/l
11,416 mg/l
8,206 mg/l
4.
Diameter batang
2,87 cm
3,5 cm
3,5 cm
5.
Panjang
p = 11 cm
p = 12,67 cm
p = 11,33 cm
daun
l = 3 cm
l = 6,67 cm
l = 2,33 cm
6.
Luas daun
24,67 cm2
30,67 cm2
23,33 cm2
7.
Panjang petiolus
0,6 cm
1,3 cm
1,4 cm
8.
Panjang internodus
0,5 cm
0,4 cm
0,3 cm
9.
pH tanah
23oC
22oC
23oC
80%
85%
83%
32oC
29oC
30oC
dan
lebar
18
74%
79%
76%
4200 cd/m2
400 cd/m2
800 cd/m2
2. Grafik
19
20
B. ANALISIS DATA
Dari hasil pengamatan di atas dapat diketahui faktor lingkungan terhadap
respon morfologi dan respon tanaman puring. Pada tempat terdedah (di tempat
terbuka yang terkena sinar matahari langsung) dapat diketahui Ph tanah sebesar 7,
suhu tanah sebesar 23oC, kelembaban tanah sebesar 80%, suhu udara sebesar
32oC, kelembaban udara sebesar 74%, dan intensitas sebesar 4200 cd/m 2. Pada
kondisi terdedah tersebut tanaman puring mempunyai diameter batang sebesar
2,87 cm, panjang daun sebesar 11 cm, lebar daun sebesar 3 cm, luas daun sebesar
24,67 cm2, panjang petiolus sebesar 0,6 cm, panjang internodus sebesar 0,5 cm,
dan pada daun mempunyai kadar klorofil a sebesar 3,297mg/l, kadar klorofil b
sebesar 4,013 mg/l dan kadar klorofil total sebesar 3,065 mg/l.
Pada tempat ternaung (di tempat yang tidak terkena sinar matahari
langsung) dapat diketahui Ph tanah sebesar 7, suhu tanah sebesar 22oC,
kelembaban tanah sebesar 85%, suhu udara sebesar 29 oC, kelembaban udara
sebesar 79%, dan intensitas sebesar 400 cd/m2. Pada kondisi ternaung tersebut
tanaman puring mempunyai diameter batang sebesar 3,5 cm, panjang daun
sebesar 12,67 cm, lebar daun sebesar 2,67 cm, luas daun sebesar 30,67 cm 2,
panjang petiolus sebesar 1,3 cm, panjang internodus sebesar 0,4 cm, dan pada
daun mempunyai kadar klorofil a sebesar 5,368 mg/l, kadar klorofil b sebesar
6,008 mg/l dan kadar klorofil total sebesar 4,584 mg/l.
Pada tempat antara yaitu tempat yang terletak diantara tempat tededah dan
ternaung dapat diketahui Ph tanah sebesar 7, suhu tanah sebesar 23 oC,
kelembaban tanah sebesar 83%, suhu udara sebesar 30 oC, kelembaban udara
sebesar 76%, dan intensitas sebesar 800 cd/m2. Pada kondisi ternaung tersebut
tanaman puring mempunyai diameter batang sebesar 3,5 cm, panjang daun
sebesar 11,33 cm, lebar daun sebesar 2,33 cm, luas daun sebesar 23,33 cm 2,
panjang petiolus sebesar 1,4 cm, panjang internodus sebesar 0,3 cm, dan pada
daun mempunyai kadar klorofil a sebesar 4,747 mg/l, kadar klorofil b sebesar
3,424 mg/l dan kadar klorofil total sebesar 2,594 mg/l.
21
22
daun yang lebih hijau karena hal ini digunakan oleh tumbuhan tersebut untuk
menangkap cahaya matahari yang kurang serta laju transpirasi yang kecil.
Sehingga mempengaruhi kadar klorofil yang ada pada daun.
Pada tempat yang terdedah memiliki panjang, lebar dan luas daun dengan
nilai yang kecil karena tumbuhan tersebut merespons perubahan lingkungan yaitu
suhu, air dan cahaya yang terjadi terus menerus. Tumbuhan merespon kekurangan
air, intensitas cahaya dab suhu tinggi dengan mengurangi laju transpirasi untuk
penghematan air. Terjadinya kekurangan air pada daun akan menyebabkan sel-sel
penjaga kehilangan turgornya, suatu mekanisme kontrol tunggal yang
memperlambat transpirasi dengan cara menutup stoma. Kekurangan air juga
merangsang peningkatan sintesis dan pembebasan asam absisat dari sel-sel
mesofil daun. Daun juga berespon terhadap kekurangan air dengan cara lain.
Karena pembesaran sel adalah suatu proses yang bergantung pada turgor, maka
kekurangan air akan menghambat (pembesaran) daun muda. Respons ini
meminimumkan kehilangan air melalui transpirasi dengan cara memperlambat
peningkatan luas permukaan daun. Ketika daun dari kebanyakan rumput dan
tumbuhan lain layu akibat kekurangan air, mereka akan menggulung menjadi
suatu bentuk yang dapat mengurangi transpirasi dengan cara memaparkan sedikit
saja permukaan daun ke matahari. Semua respons daun ini selain membantu
tumbuhan untuk menghemat air, juga mengurangi fotosintesis (Campbell, 2003).
Respon tumbuhan yang mengalami cekaman kekeringan mencakup perubahan
ditingkat seluler dan molekuler seperti perubahan pada pertumbuhan tumbuhan,
volume sel menjadi lebih kecil, penurunan luas daun, daun menjadi tebal, adanya
rambut pada daun, peningakatan ratio akar-tajuk, sensitivitas stomata, penurunan
laju fotosintesis, perubahan metabolisme karbon dan nitrogen, perubahan produksi
aktivitas enzim dan hormon, serta perubahan ekspresi gen (Sinaga, 2001).
Karena perubahan lingkungan yang terjadi pada tanaman puring terjadi
teru-menerus dengan irama harian maka tumbuhan merespon dengan melakukan
adaptasi yaitu dari segi morfologi yang meliputi luas daun, panjang petiolus dan
panjang internodus, dan dari segi fisiologi yang meliputi kadar klorofil a, klorofil
b dan klorofil total pada daun. Menurut Yuliani dan Raharjo (2009), Apabila
perubahan morfologi dan/atau fisiologi tumbuhan sifatnya terus menerus, sebagai
23
24
BAB V
PENUTUP
A. SIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan diatas dapat disimpulkan
sebagai berikut :
1. Faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi sifat khas pada tumbuhan
(tanaman puring) antara lain pH tanah, kelembaban tanah, suhu udara,
kelembaban udara dan intensitas cahaya. Faktor-faktor lingkungan tersebut
pada tanaman puring berpengaruh pada panjang dan lebar daun, luas daun,
panjang petiolus, panjang internodus, diameter batang dan kadar klorofil
daun.
2. Respon morfologi meliputi panjang dan lebar daun, luas daun, panjang
petiolus, panjang internodus dan diameter batang, dan respon fisiologi
meliputi kadar klorofil daun pada tanaman puring yang berada pada
tempat berbeda. Pada tempat terdedah mempunyai respon morfologi dan
fisiologi lebih kecil dibandingkan tempat ternaung dan diantara keduanya,
sedangkan pada tempat terdedah mempunyai respon morfologi dan
fisiologi lebih besar dibandingkan tempat terdedah dan diantara keduanya.
3. Organ yang mampu berplastisitas dan beradaptasi dari tanaman puring
pada daerah ternaung, terdedah dan diantara keduanya adalah organ batang
dan daun.
B. SARAN
Adapun saran yang dapat penulis sampaikan adalah sebagai berikut :
1. Sebelum memulai praktikum sebaiknya menentukan terlebih tempat dan
tumbuhan yang akan diamati agar wantu praktikum lebih efisien.
2. Melakukan pengulangan beberapa kali (minimal 3 kali) pada pengukuran
faktor fisik lingkungan, panjang, lebar dan luas daun agar data yang
didapatkan lebih akurat.
25
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.
24
November
2008.
Angiospermae.
(Online),
(http://arch91.wordpress.com/category/biologi/, diakses tanggal 08 Maret
2009).
Anonim. 03 Juni 2008. Anatomi dan Morfologi Teratai (Nymphaea sp.). (Online),
(http://silvika.atspace.com/acara3.html, diakses tanggal 08 Maret 2009).
Campbell, Neil. A. 2003. Biologi Jilid 2. Jakarta : Penerbit Erlangga.
Lubis, Khairunnisa. 2000. Tanggap Tanaman terhadap Kekuranga Air. (Online),
(http://library.usu.ac.id/download/fp/fp-khairunnisa2.html, diakses tanggal
08 Maret 2009).
Rahayu, Yuni Sri, dkk. 2008. Petunjuk Praktikum Fisiologi Tumbuhan. Surabaya:
Laboratorium Fisiologi Tumbuhan Jurusan Biologi FMIPA Unesa.
Salisbury, B. Frank. 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid 2. Bandung : ITB Press.
Sinaga, Soaloon. 2001. Asam Absisik Sebuah Mekanisme Adaptasi Tanaman
Terhadap
Cekaman
Kekeringan.
(Online),
(http://puslit.mercubuana.ac.id/file/8Artikel%20Sinaga.pdf,
diakses
tanggal 09 Maret 2009).
Syabatini, Annisa. November 2007. Laporan Praktikum Biologi Umum. (Online),
(http://annisanfushie.wordpress.com/2008/12/07/fotosintesis/,
diakses
tanggal 08 Maret 2009).
Yuliani dan Raharjo. 2009. Panduan Praktikum Ekofisiologi. Surabaya :
Laboratorium Fisiologi Tumbuhan Jurusan Biologi FMIPA Unesa.
26
LAMPIRAN
OD
Panjang Gelombang 649 nm
o Daun puring di tempat terdedah
= 0,26
= 0,40
= 0,27
= 0,35
= 0,56
= 0,46
o Klorofil a
= 3,297
mg/l
o Klorofil b
= 4,013
mg/l
o Klorofil total
= 7,335
mg/l
o Klorofil a
= 5,368
mg/l
o Klorofil b
= 6,008
mg/l
o Klorofil total
= 11,416
mg/l
o Klorofil a
= 4,747
mg/l
o Klorofil b
= 3,424
mg/l
o Klorofil total
= 8,206
mg/l
27