Anda di halaman 1dari 37

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Seperti telah diketahui dari sediaan obat yang beredar dan digunakan, tablet
merupakan sediaan obat yang lebih disukai oleh para dokter maupun pasien,
dibandingkan dengan bentuk sediaan lain. Hal ini disebabkan karena disamping
mudah cara pembuatan dan penggunaannya, dosisnya lebih terjamin, relatif stabil
dalam penyimpanan karena tidak mudah teroksidasi oleh udara, transportasi dan
distribusinya tidak sulit sehingga mudah sampai kepada pemakai. Secara
ekonomis, sediaan ini relatif lebih murah harganya, memberikan dosis yang tepat
dari segi kimianya, bentuknya kompak dan mudah transportasinya, memberikan
kestabilan pada unsur-unsur aktifnya.
Tablet merupakan sediaan padat yang biasanya dibuat secara kempa cetak,
berbentuk rata dan atau cembung rangkap, umumnya bulat, mengandung satu
jenis bahan obat atau lebih dengan penambahan bahan tambahan farmasetika yang
sesuai (Ansel, 1994 ; Depkes RI 1995)
Tablet harus melepaskan zat berkhasiat kedalam tubuh dalam jumlah yang
tepat dan menimbulkan efek yang diinginkan (Lachman, 1986). Tablet hanya
memberikan efek yang diinginkan jika memiliki mutu yang baik. Untuk
menghasilkan tablet dengan mutu yang baik dan memenuhi persyaratan,
pemilihan dan kombinasi bahan pembantu memegang peranan yang sangat
penting dalam proses pembuatannya.
1.2 Rumusan Masalah
1. Metode apa yang dipakai pada pembuatan tablet Paracetamol ?
2. Bagaimana cara melakukan uji evaluasi pada tablet Paracetamol?
3. Bagaimana cara membuat tablet paracetamol yang memenuhi syarat
serta stabil?

1.3 Tujuan
Dapat mengetahui tata cara pelaksanaan praktikum teknologi sediaan solid
dalam bentuk tablet menggunakan metode granulasi basah
1.4 Manfaat
1. Mahasiswa dapat mengetahui metode apa yang digunakan pada pembuatan
tablet paracetamol.
2. Mahasiswa dapat melakukan uji evaluasi tablet paracetamol.
3. Mahasiswa dapat membuat tablet paracetamol yang memenuhi syarat dan
stabil.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Tablet
Tablet adalah sediaan padat mengandung bahan obat dengan atau tanpa
bahan pengisi. Tablet dibuat secara kempa cetak dalam bentuk tabung pipih atau
sirkuler yang kedua permukaanya rata atau cembung mengandung satu jenis obat
atau lebih dengan atau tanpa zat tambahan. Bentuk khusus ini dimaksudkan untuk
menghindari/mencegah menyulitkan pemalsuan dan agar mudah dikenal orang.
Tablet yang bewarna kemungkinan karena zat aktifnya bewarna, tetapi ada tablet
yang sengaja diberikan warna dengan maksud agar tablet lebih menarik,
mencegah pemalsuan, membedakan tablet yang satu dengan yang lain. Selain itu,
tablet merupakan bahan obat dalam bentuk sediaan padat yang biasanya dibuat
dengan penambahan bahan tambahan farmasetika yang sesuai. Berat tablet
biasanya berkisar dari 200mg700 mg. (Anonim,1997).
Bahan obat dan zat-zat tambahan umumnya berupa serbuk, tidak dapat
langsung dicampur dan kemudian dicetak menjadi tablet, karena akan ambyar dan
mudah pecah tabletnya. Campuran serbuk itu harus diubah menjadi granul-granul,
yaitu kumpulan serbuk dengan volume lebih besar yang melekat satu dengan yang
lain. Cara mengubah serbuk menjadi granul ini disebut granulasi.
Granulasi adalah :
Supaya sifat alirnya baik (free-flowing) : granul dengan volume tertentu dapat
mengalir teratur dalam jumlah yang sama ke dalam mesin pencetak tablet.
Ruang udara dalam bentuk granul jumlahnya lebih kecil jika dibanding bentuk
serbuk jika diukur dalam volume yang sama. Makin banyak udara, tablet
makin mudah pecah.
Pada saat dicetak, tidak mudah melekat pada stempel(punch) dan mudah lepas
dari matris (die).
Granul-granul yang dibentuk masih diperbolehkan mengandung butiranbutiran serbuk lembut/halus(fines) antara 10%-20% yang bermanfaat untuk
memperbaiki daya alirnya. (Anonim,2001)

2.2 Bentuk dan Penggolongan


Tablet dapat digolongkan, dengan penggolongan utama berdasarkan cara
pemberian atau fungsinya, yaitu :
A. Tablet Oral untuk Dimakan
1. Tablet Kempa atau Tablet Kempa Standar
Kebanyakan tablet jenis ini mengandung obat yang diharapkan
berefek lokal dalam saluran cerna. Obat itu merupakan bentuk obat yang
tidak larut dalam air dan obat yang termasuk dalam kategori terapi seperti
itu adalah antasida.
2. Tablet Kempa Ganda
Ada dua kelompok tablet yang dikempa beberapa kali yaitu tablet
berlapis dan tablet yang disalut dengan pengempaan. Dalam pembuatannya
memerlukan lebih dari satu kali tekanan, dan hasilnya menjadi tablet dengan
beberapa lapisan atau tablet di dalam tablet. Tablet dalam kategori ini
biasanya dibuat untuk salah satu dari kedua alasan, yaitu untuk memisahkan
secara fisika atau kimia bahan-bahan yang tidak dapat bercampur, atau
untuk menghasilkan produk dengan kerja ulang atau produk dengan kerja
yang diperpanjang.
3. Tablet Aksi Diperlama dan Tablet Salut Enterik
Bentuk sediaan tablet aksi diperlama dimaksudkan untuk melepas obat
sesudah penundaan beberapa lama, atau setelah tablet melalui satu bagian
saluran cerna ke bagian lainnya. Tablet salut enterik merupakan contoh
produk tablet aksi diperlama yang paling umum. Tablet salut enterik
merupakan tablet yang disalut dengan lapisan yang tidak melarut atau
hancur dilambung tapi di usus. Penyalutan enterik digunakan untuk
sejumlah terapi, keamanan, dan alasan medis.
4. Tablet Salut Gula dan Tablet Salut Cokelat
Peranan utama kedua tablet salut ini untuk mendapatkan bentuk obat
yang menarik, mengkilap, serta mudah untuk menelannya. Selain itu lapisan
ini larut dalam air dan cepat terurai begitu ditelan dan dapat melindungi obat
dari udara dan kelembapan, memberi rasa atau untuk menghindarkan
gangguan dalam pemakaiannya akibat rasa atau bahan obat, dan juga dapat

memisahkan bahan-bahan yang tidak bercampur diantara penyalut dan inti


tablet, kenyataan ini sudah dipergunakan secara luas dalam membuat
multivitamin dan multivitamin yang dikombinasi dengan mineral.
5. Tablet Kunyah
Tablet kunyah dimaksudkan untuk dikunyah di mulut sebelum ditelan
dan bukan untuk ditelan utuh. Tujuan dari tablet kunyah adalah untuk
memberikan suatu bentuk pengobatan yang dapat diberikan dengan mudah
kepada anak-anak atau orang tua, yang mungkin sukar menelan obat utuh.
Biasanya digunakan dalam sediaan dari tablet multivitamin, tablet kunyah
aspirin, dan antasida.
B. Tablet yang Digunakan dalam Rongga Mulut
1. Tablet Buccal dan Sublingual
Kedua jenis tablet ini dimaksudkan untuk diletakkan di dalam mulut,
agar dapat melepaskan obatnya sehingga diserap langsung oleh selaput
lendir mulut. Kedua jenis tablet ini biasanya kecil dan rata, diletakkan di
antara pipi dalam dengan gigi (tablet buccal), atau dibawah lidah (tablet
sublingual). Obat-obat yang diberikan dengan cara ini dimaksudkan agar
memberikan efek sistemik, dan karena itu harus dapat diserap dengan baik
oleh selaput lendir mulut. Tablet ini dirancang larut secara lambat, biasanya
dalam jangka waktu 15-30 menit, agar penyerapan berlangsung dengan
baik.
2. Troches dan Lozenges (Tablet Isap)
Penggunaan kedua jenis tablet ini dimaksudkan untuk memberi efek
lokal pada mulut atau kerongkongan. Bentuk tablet ini umumnya digunakan
untuk mengobati sakit tenggorokan atau untuk mengurangi batuk pada
influenza. Troches dan lozenges biasanya dibuat dengan menggabungkan
obat dalam suatu bahan dasar kembang gula yang keras dan beraroma yang
menarik.
3. Dental Cones
Dental cones merupakan suatu bentuk tablet yang cukup kecil,
dirancang untuk ditempatkan di dalam akar gigi yang kosong setelah

pencabutan gigi. Tujuannya biasanya untuk mencegah berkembangbiaknya


bakteri di tempat yang kosong tadi dengan menggunakan suatu senyawa
antibakteri yang dilepaskan secara perlahan-lahan, atau untuk mengurangi
perdarahan dengan melepaskan suatu astringen atau koagulan.
C. Tablet yang Diberikan dengan Cara Lain
1. Tablet Implantasi (Tablet Depo)
Tablet ini dimaksudkan untuk ditanam di bawah kulit manusia atau
hewan. Tujuannya adalah untuk mendapatkan efek obat dalam jangka waktu
yang lama, berkisar dari satu bulan sampai satu tahun. Biasanya dibuat
sedemikian rupa, sehingga obat yang terkandung dilepaskan dengan
kecepatan yang konstan.
2. Tablet Vaginal
Tablet ini dimaksudkan agar dapat larut secara perlahan-lahan, dan
melepaskan obat yang terkandung di dalamnya ke rongga vagina.
D. Tablet yang Digunakan untuk Membuat Larutan
1. Tablet Effervescent
Tablet effervescent dimaksudkan untuk menghasilkan larutan secara
cepat dengan menghasilkan CO2 secara serentak. Keuntungan tablet
effervescent sebagai bentuk obat adalah kemungkinan penyiapan larutan
dalam waktu seketika, yang mengandung dosis obat yang tepat.
Kerugiannya ialah kesukaran untuk menghasilkan produk yang stabil secara
kimia.
2. Tablet Dispensing
Tablet ini dimaksudkan untuk ditambahkan ke dalam air dengan
volume tertentu, oleh ahli farmasi atau konsumen, untuk mendapatkan suatu
larutan obat dengan konsentrasi tertentu.
3. Tablet Hipodermik
Tablet hipodermik terdiri dari satu obat atau lebih, dengan bahanbahan lain yang dapat segera larut dalam air, dan dimaksudkan untuk
ditambahkan ke dalam air yang steril atau air untuk injeksi.

4. Tablet Triturasi
Tablet ini bentuknya kecil dan biasanya silinder, dibuat dengan
cetakan atau dibuat dengan kompresi, dan biasanya mengandung sejumlah
kecil obat keras. Tablet triturat ini digunakan untuk memberikan jumlah
terukur yang tepat untuk peracikan obat.
2.3 Keuntungan dan Kerugian Tablet
1) Keuntungan pembuatan tablet dengan metode granulasi kering adalah :

Memerlukan tahap proses yang lebih sedikit sehingga mengurangi


kebutuhan akan proses validasi.

Waktu hancur lebih cepat karena tidak diperlukannya larutan


pengikat.

Tidak memerlukan pengeringan sehingga tidak terlalu lama


pengerjaannya.

Dapat digunakan untuk zat aktif dosis besar yang peka terhadap
panas dan lembab.

2) Kerugian pembuatan tablet dengan metode granulasi kering adalah :

Perlu mesin khusus untuk pembuat slug.

Tidak dapat mendistribusikan warna dengan homogen.

Tidak dapat digunakan untuk zat aktif yang tidak larut.

Kemungkinan terjadinya kontaminasi silang lebih cepat.

Keseragaman kandungan lebih sulit dicapai.

2.4 Metode Pembuatan Tablet


Metode pembuatan tablet ada 3 yaitu :
Metode Granulasi Basah
Metode Granulasi Kering
Metode Kempa Langsung (Anief, 2000)

A. Granulasi kering
Granulasi kering adalah metode yang dilakukan dengan cara
membuat granul secara mekanis tanpa bantuan pengikat basah atau
pelarut pengikat. Metode ini digunakan untuk zat aktif yang tidak tahan
panas dan lembab, serta tidak tahan air atau pelarut yang digunakan.
Metode ini dapat dilakukan dengan menggunakan :

Mesin Slug
Massa serbuk ditekan pada tekanan tinggi sehingga menjadi tablet
besar yang tidak berbentuk, kemudian digiling dan diayak hingga
diperoleh granul dengan ukuran partikel yang diinginkan

Mesin Rol
Massa serbuk diletakkan diantara mesin rol yang dijalankan secara
hidrolik untuk menghasilkan massa rata yang tipis, lalu diayak atau
digiling hingga diperoleh granul dengan ukuran yang diinginkan.

B. Granulasi Kering
Prinsip granulasi kering adalah menciptakan ikatan antara partikelpartikel dengan pemberatan secara mekanik. Ikatan yang mungkin timbul
antar partikel-partikel tergantung dari sifat serbuk serta campuran. Sifat
ikatan bermacam-macam, yaitu :
Ikatan yang timbul karena jeratan, karena dalam campuran ada seratserat, misalnya selulosa.
Ikatan yang terjadi karena gaya molekular.
Gaya pengikat dari pengikat kering.
Melalui pancairan yang kemudian membeku kembali.
C. Kempa Langsung
Kempa langsung yaitu pembuatan tablet dengan mengempa langsung
campuran zat aktif dan eksipien kering.tanpa melalui perlakuan awal
terlebih dahulu. Metode ini merupakan metode yang paling mudah,
praktis, dan cepat pengerjaannya, namun hanya dapat digunakan pada
8

kondisi zat aktif yang kecil dosisnya, serta zat aktif tersebut tidak tahan
terhadap panas dan lembab. Ada beberapa zat berbentuk kristal seperti
NaCl, NaBr dan KCl yang mungkin langsung dikempa, tetapi sebagian
besar zat aktik tidak mudah untuk langsung dikempa, selain itu zat aktif
tunggal yang langsung dikempa untuk dijadikan tablet kebanyakan sulit
untuk pecah jika terkena air (cairan tubuh). secara umum sifat zat aktif
yang cocok untuk metode kempa langsung adalah; alirannya baik,
kompresibilitasnya baik, bentuknya kristal, dan mampu menciptakan
adhesifitas dan kohesifitas dalam massa tablet (Anas, 2008).
2.5 Syarat-syarat tablet menurut FI. Ed III dan FI ed IV:
1. Keseragaman Ukuran
Diameter tablet tidak ebih dari 3x dan tidak kurang dari 1 1/3x tebalnya
tablet.
2. Keseragaman Bobot dan Keseragaman kandungan
Keseragaman berat tablet zat tambahan dan keseragaman kandungan zat
aktifnya.
3. Waktu Hancur dan Disolusi
Waktu hancur tablet : 15 menit
Waktu hancur tablet salut : 60 menit
4. Keduanya dapat terserap dalam plasma darah
5. Kekerasan Tablet
Digunakan untuk mengetahui kekerasannya, agar tablet tidak terlalu
rapuh atau terlalu keras. Kekerasan tablet berhubungan dengan ketebalan
tablet, bobot tablet dan waktu hancur tablet. Alat yang digunakan
yaituHardness tester.
6. Keregasan Tablet
Keregasan tablet adalah persen bobot yang hilang setelah tablet digncang.
Penentuan keregasan atau kerapuhan tablet dilakukan terutama pada
waktu tablet akan dilapis. Alat yang digunakan disebut Friability tester.

2.6 Macam-macam kerusakan pada pembuatan tablet :


Binding
Kerusakan tablet disebabkan massa akan dicetak melekat pada dinding
ruang cetakan
Sticking / picking
Pelekatan yang terjadi pada puch atas dan bawah karena permukaan puch
tidak licin,pencetak masih ada lemaknya ,zat pelicin kurang ,massanya
basah
Whiskering
Pencetak tidak pas dengan ruang cetakan terjadi pelelehan zat aktif saat
pencetakan pada tekanan tinggi
Spliting
Lepasnya lapisan tipis dari permukaan tablet terutama pada bagian
tengah
Caping
Membelahnya tablet di bagian atasnya
Motling
Zat warna tersebar tidak merata pada permukaan tablet
Crumbling
Tablet retak dan rapuh karena kurang tekanan pada pencetakan tablet dan
zat pengikatnya kurang (Anief, 2005)
Metode granulasi kering

ini merupakan solusi apabila ada suatu

permasalahan bahwa suatu bahan obat tidak memungkinkan dibuat tablet dengan
metode granulasi basah. Bahan-bahan obat yang rusak dengan adanya air atau
tidak tahan panas, maka metode granulasi kering merupakan suatu alternatif\.
Secara skema proses pembuatan tablet dengan metode granulasi kering adalah
sebagai berikut :
Penimbangan bahan

Pencampuran bahan obat dan bahan tambahan


10

(pengisi, pengikat, pelicin, penghancur)

Pengempaan (dengan tekanan besar)

Slug atau lempengan

Penghancuran

Pengayakan

Penimbangan

Pencampuran (dengan pelicin dan penghancur)

Pengempaan tablet
Pada metode granulasi kering diperlukan tekanan yang besar pada waktu
pengempaan masa menjadi slug (tablet dengan diameter besar) atau menjadi
lempengan-lempengan. Hal ini bertujuan supaya granul yang dihasilkan cukup
keras/tidak rapuh.
2.7 Bahan-Bahan Tambahan Tablet
Dalam pembuatan tablet selain bahan aktif (bahan obat) biasanya
dibutuhkan bahan-bahan tambahan diantaranya :
1. Bahan pengisi, digunakan untuk menambah volume/bobot tablet sesuai
dengan yang diinginkan. Contoh : laktosa, pati, kalsium sulfat, sukrosa.
2. Bahan pengikat, berfungsi untuk meningkatkan kekuatan ikatan antara
bahan-bahan dalam tablet sehingga akan dihasilkan tablet yang lebih
kompak.
Contoh: gelatin, pati, poli vinil pirolidon.

11

3. Bahan pelicin, berfungsi untuk meningkatkan sifat alir granul sehingga


akan dihasilkan tablet dengan bobot yang seragam, juga berfungsi untuk
mencegah melekatnya tablet pada cetakan.
Contoh : Magnesium stearat, calcium stearat, asam stearat, talc.
4. Bahan penghancur, digunakan untuk mempercepat waktu hancur tablet
setelah tablet diminum/digunakan.
Contoh : Explotab, pati, avicel, asam alginate.
5. Glidan, bahan yang dapat meningkatkan kemampuan mengalirnya serbuk.
Contoh : silica pirogenik koloidal. (Anief, 2000)
2.8 Kontrol Kualitas
1. Pemeriksaan Sebelum Tabletting
a. Kerapatan (Densitas)
Bobot per satuan volume dari partikel padat dinyatakan sebagai
kerapatan sejati . Kebanyakan serbuk dalam farmasetik berukuran
kecil dan jika ditempatkan memenuhi 1 cc pada gelas ukur maka
diperoleh kerapatan sebenarnya. Jika serbuk tersebut dimampatkan
hingga memadat, akan didapatkan volume yang lebih kecil;
kerapatannya dihitung dari volume terkecil tersebut dan disebut
kerapatan mampat. Partikulat dapat berupa keadaan yang keras, lembut
atau keadaan yang berpori. Kesukaran akan timbul jika dilakukan
percobaan untuk memeriksa volume partikel yang mengandung
retakan-retakan halus, pori internal dan rongga kapiler. Kerapatan curah
merupakan massa serbuk dibagi dengan volume ruah
Kompresibilitas (%) = Kerapatan mampat-kerapatan longgar x 100%
Kerapatan mampat
(Aulton, 1989).
b. Laju Alir
Bilamana aliran suatu serbuk dari dalam bejana melalui lubang
kecil diamati, akan terlihat dua kemungkinan jenis alir yang berbeda

12

bentuk sifat alirnya yaitu : jenis alir bebas atau jenis lengket (sticky ;
kohesif).
Jenis alir bebas memungkinkan serbuk dapat mengalir dengan
mantap dan kontinyu, sedangkan jenis kohesif mengalami kesukaran
untuk mengalir.
Sifat alir serbuk tersebut dipengaruhi oleh ukuran partikel;
bentuk; porositas dan kerapatan dan susunan (tekstur) permukaan.
Kebalikan dari sifat kohesif adalah dustibility yaitu kemudahan serbuk
untuk bertabur(Aulton,1989).
Sudut istirahat adalah sudut yang terbentuk antara lereng suatu
timbunan serbuk dengan bidang horizontal. Sudut istirahat dipengaruhi
fraksi antar partikel-partikel. Makin kasar dan tidak beraturan
permukaan partikel, akan semakin besar sudut istirahatnya.Umumnya
serbuk mempunyai sudut istirahat sekitar 34o sampai 48o. Serbuk yang
lebih mudah mengalir mempunyai sudut istirahat yang kecil.
2. Pemeriksaan Selama dan Setelah Tabletting
a.

Keseragaman Ukuran dan Bobot

Uji Keseragaman Ukuran


Panjang, lenat dan tinggi kaplet diukur masing-masing (pada
pengujian kali ini dilakukan terhadap dua puluh kaplet) dengan
menggunakan alat jangka sorong untuk mengukurnya (Departemen
Kesehatan RI, 1995).

Uji Keseragaman Bobot


Ditimbang dua puluh kaplet, dihitung berat rata-rata tiap kaplet,
kemudian kaplet-kaplet tersebut ditimbang satu persatu. Tidak boleh
lebih dari dua kaplet yang masing-masing beratnya menyimpang dari
berat rata-ratanya lebih besar dari harga yang ditetapkan pada kolom
A dan tidak boleh satu kapletpun yang beratnya menyimpang dari
berat rata-ratanya lebih dari harga yang ditetapkan pada kolom B
pada Tabel 3.5 (Departemen Kesehatan RI, 1979).

b.

Uji Kekerasan
13

Uji kekerasan kaplet dapat didefinisikan sebagai uji kekuatan


kaplet yang mencerminkan kekuatan kaplet secara keseluruhan, yang
diukur dengan memberi tekanan terhadap kaplet. kaplet harus
mempunyai kekuatan dan kekerasan tertentu serta dapat bertahan dari
berbagai goncangan mekanik pada saat pembuatan, pengepakan dan
transportasi. Alat yang biasa digunakan adalah hardness tester (Banker
and

Anderson,

1984).

Kekerasan

adalah

parameter

yang

menggambarkan ketahanan kaplet dalam melawan tekanan mekanik


seperti goncangan, kikisan dan terjadi keretakan kaplet selama
pembungkusan, pengangkutan dan pemakaian. Kekerasan ini dipakai
sebagai ukuran dari tekanan pengempaan (Parrott, 1971).
c.

Waktu Hancur
Supaya komponen obat sepenuhnya tersedia untuk diabsorpsi
dalam saluran pencernaan, maka kaplet harus hancur dan melepaskan
obatnya ke dalam cairan tubuh untuk dilarutkan. Waktu hancur kaplet
berkaitan dengan daya hancur yang sangat penting untuk kaplet yang
mengandung bahan obat (seperti antasida dan diare) yang tidak
dimaksudkan untuk diabsorpsi tetapi lebih banyak bekerja setempat
dalam saluran cerna. Dalam hal ini, daya hancur kaplet memungkinkan
partikel obat menjadi lebih luas untuk bekerja secara lokal dalam tubuh
(Ansel, 1989).

d.

Friabilitas
Uji friabilitas sebenarnya berkaitan erat dengan kekerasan kaplet
karena uji friabilitas menentukan kecenderungan kaplet untuk pecah
atau kehilangan berat. Pengukuran dilakukan dengan cara menghitung
kehilangan berat kaplet sebelum dan sesudah pengujian. Ketahanan
terhadap kehilangan berat menunjukkan kaplet tersebut bertahan
terhadap goresan ringan atau benturan yang terjadi selama penanganan,
pengemasan, dan pengiriman (Ansel,1989).
Kaplet ditimbang sebanyak kurang lebih enam koma lima gram,
kemudian dimasukkan ke dalam alat penguji keregasan kaplet. Alat
14

dijalankan selama empat menit dengan kecepatan putaran dua puluh


lima putaran per menit. Tablet yang masih utuh ditimbang, kemudian
dihitung

kehilangan

bobotnya.

Kehilangan

bobot

yang

masih

diperbolehkan tidak lebih dari 0,8%.


Friabilitas Kaplet = W1 W2 x 100%
W1
Keterangan : W1 = Berat Awal
W2 = Berat Akhir
(Ansel,1989).

15

BAB III
PREFORMULASI
3.1 Farmakologi Paracetamol
1. Farmakologi
Paracetamol atau acetaminophen adalah obat yang mempunyai efek
mengurangi nyeri (analgesik) dan menurunkan demam (antipiretik).
Parasetamol mengurangi nyeri dengan cara menghambat impuls/rangsang
nyeri di perifer. Parasetamol menurunkan demam dengan cara menghambat
pusat pengatur panas tubuh di hipotalamus.
Paracetamol (parasetamol) sering digunakan untuk mengobati
berbagai penyakit seperti sakit kepala, nyeri otot, radang sendi, sakit gigi,
flu dan demam.Parasetamol mempunyai efek mengurangi nyeri pada radang
sendi (arthritis) tapi tidak mempunyai efek mengobati penyebab peradangan
dan pembengkakan sendi.
2. Farmakodinamik
Efek

analgesic

paracetamol

serupa

dengan

salisilat

yaitu

menghilangkan atau mengurangi nyeri ringan sampai sedang.Keduanya


menurunkan suhu tubuh dengan mekanisme yang diduga juga berdasarkan
efek sentral seperti salisilat.Efek anti inflamasinya sangat lemah, oleh
karena itu paracetamol tidak digunakan sebagai antireumatik.
Paracetamol merupakan penghambat biosintesis prostaglandin yang
lemah.Efek iritasi, erosi dan pendarahan lambung tidak terlihat pada kedua
obat ini, demikian juga gangguan pernapasan dan keseimbangan asam basa.
3. Farmakokinetik
Paracetamol mudah diserap melalui saluran pencernaan.Paracetamol
didistribusikan kehampir seluruh cairan tubuh melintasi plasenta dan keluar
melalui ASI.Ikatan protein plasma dapat diabaikan pada konsentrasi
16

terapeutik

normal,

namun

dapat

meningkat

dengan

peningkatan

konsentrasi .waktu paruh eliminasi dari paracetamol bervariasi antara 1-3


jam.Kadar maksimum paracetamol dalam plasma dicapai dalam waktu 30
menit setelah pemberian.
Paracetamol dimetabolisme terutama dihati dan diekskresikan dalam
urin terutama sebagai glukuronida dan sulfat konjugat.Kurang dari 5%
diekskresikan dan masih dalam bentuk paracetamol.Sebuah metabolit
dihidroksilasi kecil (N-acetyl p benzokuinoneimine), biasanya diproduksi
dalam jumlah sangat kecil oleh sitrokom P450 isoenzim (terutama CYP2E1
dan CYP3A4) dihati dan ginjal. Hal ini biasanya didetoksifikasi oleh
konjugasi dengan glukation tetapi mungkin menumpuk setelah over dosis
paracetamol dan menyebabkan kerusakan jaringan.
3.2 Monografi Zat
1. Paracetamol
Struktur kimia

Rumus molekul

C8H9NO2

Nama

Paracetamol

Nama lain

Acetaminofhen

Nama kimia

n-acetil-4-aminofenol

Berat molekul

151,16

Pemerian

Serbuk hablur,putih,tidak berbau,rasa pahit (FI III,hal 32)

Suhu lebur

1690C-1720C

pH

Antara 5,3 dan 6,5 (codek hal 988)

Kelarutan

Larut dalam 70 bagian air,7 bagian etanol,13 bagian aceton,40 bagian


glicerol,9 bagian propilen glikol,larut dalam larutan alkali hidroksida

Stabilitas

Terhidrolisis pada ph minimal 5-7


Stabil pada temperatur 450C (dalam bentuk serbuk)

17

Dapat terdegradasi oleh quinominim dan terbentuk warna pink,coklat


dan hitam
Relatif stabil terhadap oksidasi
Menyerap uap air dalam jumlah tidak signifikan pada suhu 250C dan
kelembaban 90%
Tablet yang dibuat granulasi basah menggunakan pasta gelatin tidak
dipengaruhi oleh kelembaban tinggi dibandingkan menggunakan
povidon
(codek hal 988)
Kompresibilitas

Jelek

Inkompatibilitas

Inkompatibilitas terhadap permukaan nilon dan rayon (codek hal


988)

Sifat alir

Jelek, karena paracetamol memiliki kelarutan yang jelek dan


permeabilitas rendah

Penyimpanan

Dalam wadah tertutup rapat,tidak tembus cahaya (FI IV,hal 650)

Daftar pustaka

FI III,hal 32
FI IV,hal 650
codek hal 988-989

2. Dekstrosa
Struktur kimia

Rumus molekul

C6H1206
18

Nama kimia
Berat molekul
Pemerian

D-Glukosa
180.18
serbuk granul atau hablur, putih hingga putih, manis. tidak

Kelarutan

berbau
Mudah larut dalam air, sangat mudah larut dalam air
mendidih, larut dalam etanol mendidih, sedikit larut dalam

Stabilitas

alcohol
Stabil dalam bentuk larutan, dekstrosa stabil dalam keadaan
penyimpanan yang kering, dengan pemanasan tinggi dapat

Kompresibilitas
Inkompabilitas

menyebabkan reduksi pH dan karamelisasi dalam larutan


Baik
Larutan dekstrosa inkompatibel dengan sianokobalamin,
kanamisin sulfat, novobiosin natrium, dan warfarin natrium.
Dalam bentuk aldehid, dekstrosa dapat bereaksi dengan
amina, amida, asam amino, peptida dan protein. Warna coklat
dan penguraian terjadi dengan basa kuat. Dekstrosa dapat
menyebabkan tablet yang mengandung senyawa amin

Sifat alir
Penyimpanan
Kegunaan

berubah warna menjadi coklat.


Baik
Wadah tertutup baik
Sebagai Zat Pengisi

3. Amylum Manihot

19

Struktur kimia

Rumus molekul

[C16H10O5]n . dimana n= 300 1000

Nama kimia

Starch [9005 25 -8]

Berat molekul

300 1000 tergantung jenis amylum

Pemerian

Amylum tidak berbau tidak berasa ,warna putih sampai putih


tua ,serbuk halus

Kelarutan

Praktis tidak larut dalam etanol 96%dan dalam air dingin.pati


mengembang seketika dalam air sekitar 5 10 % pada
378C .pati menjadi larut dalam air panas pada suhu diatas
suhu gelatinasi.

Stabilitas

Pati kering stabil jika dilindungi dari kelembaban tinggi.pati


dianggap sebagai bahan kimia dan mikrobiologi pada kondisi
penyimpanan dibawah normal .larutan amilum atau atau pasta
amylum tidak stabil dan mudah dimetabolisme oleh
microorganisme,karena itu untuk granulasi basah harus selalu
dibuat baru. Pati harus disimpan dalam wadah kedap udara di
tempat sejuk dan kering

Kompresibilitas

Kurang baik.

20

Inkompatibilitas

Pati tidak kompatibel dengan zat pengoksidasi kuat. Berwarna


senyawa inklusi terbentuk dengan yodium

Sifat alir

Kurang baik.

Penyimpanan

Dalam tempat sejuk dan kering

Kegunaan

Desintegran 3 25 %

Daftar pustaka

HOPE 6th edisi 2009 hal 686 691

3. Amylum Manihot
Struktur kimia

Rumus molekul

[C16H10O5]n . dimana n= 300 1000

Nama kimia

Starch [9005 25 -8]

Berat molekul

300 1000 tergantung jenis amylum

Pemerian

Amylum tidak berbau tidak berasa ,warna putih sampai putih tua
,serbuk halus

Kelarutan

Praktis tidak larut dalam etanol 96%dan dalam air dingin.pati


mengembang seketika dalam air sekitar 5 10 % pada 378C .pati

21

menjadi larut dalam air panas pada suhu diatas suhu gelatinasi.
Stabilitas

Pati kering stabil jika dilindungi dari kelembaban tinggi.pati dianggap


sebagai bahan kimia dan mikrobiologi pada kondisi penyimpanan
dibawah normal .larutan amilum atau atau pasta amylum tidak stabil
dan mudah dimetabolisme oleh microorganisme,karena itu untuk
granulasi basah harus selalu dibuat baru. Pati harus disimpan dalam
wadah kedap udara di tempat sejuk dan kering

Kompresibilitas

Kurang baik.

Inkompatibilitas

Pati tidak kompatibel dengan zat pengoksidasi kuat. Berwarna


senyawa inklusi terbentuk dengan yodium

Sifat alir

Kurang baik.

Penyimpanan

Dalam tempat sejuk dan kering

Kegunaan

Desintegran 3 25 %

Daftar pustaka

HOPE 6th edisi 2009 hal 686 691

22

4. Magnesium Stearat
Struktur kimia

Rumus molekul

C36H70MgO4

Nama kimia

Octadecanoic acid magnesium salt [557-04-0]

Berat molekul

591,29

Pemerian

Serbuk halus berwarna putih,bau samar rasa khas

Kelarutan

Praktis tidak larut dalam etanol,etanol 95%,eter dan air ,sedikit larut
dalm benzen hangat,dan etanol hangat 95%

Stabilitas

Magnesium stearat stabil dan dapat disimpan dalam wadah tertutup


rapat dan kering

Kompresibilitas
Inkompatibilitas

Inkompatibel

dengan

asam

kuat,basa,

garam

besi.Hindari

pencampuran dengan bahan yang teroksidasi kuat.Mg stearat tidak


dapat digunakan dalam produk yang mengandung aspirin,beberapa
vitamin dan garam besi
Sifat alir
Penyimpanan

Disimpan dalam wadah tertutup rapat dan disimpan dalam tempat


sejuk dan kering

Kegunaan

Lubricant,0,25 % - 5,0 %

Daftar pustaka

HOPE 6th edisi 2009 hal 404 405

5. Talcum
Struktur kimia
Rumus molekul

Mg6(S12O5)4(OH)4

Nama kimia

Talk(14807-96-6)

23

Berat molekul

Pemerian

Sangat halus,warna putih sampai putih ke abu-an,tidak berbau


,berkilat mudah melekat pada kulit dan bebas dr butiran

Kelarutan

Tidak larut dalam hampir semua pelarut

Stabilitas

Talk merupakan bahan yang stabil,dapat di sterilisasi dengan


pemanasan sampai 1600 C tidak kurang dari 1 jam .dapat juga
disterilkan dengan gas etilen oxide atau gama radiasi

Kompresibilitas
Inkompatibilitas

Inkompatibilitas dengan kandungan ammonium kwartener

Sifat alir
Penyimpanan

Talk harus disimpan dalam wadah tertutup rapat dan tempat kering

Kegunaan

Glidan (1,0 % - 10 %)

Daftar pustaka

HOPE 6th edisi 2009 hal 728 731


FI ed IV hal 771

3.3 Formula
Formula Acuan dari Research in Pharmaceutical Biotechnology Vol 2
halaman 3

Paracetamol

71,4 %

(Zat Aktif)

Lactosa

19,6 %

(Pengisi)

Binder

2,0 %

(Pengikat)

Corn Starch

5%

(Penghancur)

Talcum
Mg Stearat

1%

(Lubrikan, Glidan)
1%

(Antiaderen)

24

Formula Rencana
Paracetamol

71,43 %

(Zat Aktif)

Dekstrosa

19,57 %

(Pengisi)

Amilum Tritici

2,0 %

(Pengikat)

Amilum Manihot

5%

(Penghancur)

Talcum

1%

Mg Stearat

(Lubrikan, Glidan)
1%

(Antiaderen)

3.4 Perhitungan dan Penimbangan


1. Perhitungan Bahan
Bobot 1 tablet = 700 mg
Untuk 1 batch (120 tablet)

= 700 mg x 120

= 84000 mg

1. Paracetamol

= 71,43 % x 84000

= 60001,2 mg

2. Dekstrosa

= 19,57 % x 84000

= 16438,8 mg

3. Amylum Tritici

= 2% x 84000

= 1680 mg

4. Amilum Manihot

= 5% x 84000

= 4200 mg

5. Talcum

= 1% x 84000

840 mg

6. Magnesium Stearat

= 1% x 84000

840 mg

2. Penimbangan Bahan
1. Paracetamol

= 60001,2 mg 60000 mg

2. Dekstrosa

= 16438,8 mg 16500 mg

3. Amylum Tritici

= 1680 mg

4. Amilum Manihot

= 4200 mg

5. Talcum

840 mg

6. Magnesium Stearat

840 mg

25

BAB IV
ALAT DAN BAHAN
4.1 Alat dan Bahan
1. Alat

Stamper dan Mortir

Sudip

Alat Pencetak Tablet

Lemari Pengering

Kertas Perkamen

2. Bahan :

26

Acetaminophenum

Dekstrosa

Amylum Manihot

Tragakan

Mg Stearat

Talcum

BAB V
PROSEDUR
1. Pembuatan larutan pengikat
Amilum manihot dikembangkan dalam air dingin, dipanaskan diatas water
bath sambil diaduk hingga massa kental dan jernih.
2. Proses granulasi basah
- Siapkan masing masing bahan
- Gerus Paracetamol, tambahkan tragakan gerus homogen
- Tambahkan lactosa , gerus homogen

27

- Tambahkan larutan amilum manihot sedikt demi sedikit gerus homogen,


sampai massa tablet dapat dikepal / kalis
3. Penyaringan dan pengayakan massa granul
- Tekan massa granul dengan ayakan
- Setelah menjadi granul , tebar diatas selembar kertas
4. Pengeringan granul
- Keringkan granul pada rak kabinet dengan sistem sirkulasi udara dan
pengendalian temperatur yang baik (suhu sekitar 600 dan selama 24 jam)
5. Penyaringan dan pengayakan kering
- setelah kering, granul diayak dengan ayakan
- Timbang granul yang sudah diayak
6. Pencampuran lubrikan dan pelincir
- Timbang Mg stearat, talcum pada granul yang telah diayak, gerus homogen
7. Pencetakkan tablet
- Masukkan granul kedalam ruang cetakan melalui corong (hopper)
- Gerakkan mesin cetakan dengan menggunakan tangan
- Ketikkan cetakan bagian bawah, maka akan terisi granul yang berada pada
hopper
- Cetakan ditarik menggeser kelebihan granul dan diratakan
- Cetakan bagian atas (punch) akan turun dan mengempa bahan dalam cetakan
membentuk tablet
8. Lakukan evaluasi pada tablet

28

BAB VI
EVALUASI
A. Evaluasi granul
Granul adalah partikel partikel yang berukuran kecil. Umumnya granul
dibuat dengan melembabkan serbuk / campuran serbuk dan di giling. Lalu
melewatkannya pada cela ayakan, dengan ukuran lubang ayakan sesuai dengan
granul yang diinginkan ( Voigt, 1994 ).
Granul yang baik memenuhi syarat, dalam bentuk dan warna yang sedapat
mungkin teratur, sedapat mungkin memiliki distribusi butiran yang sempit dan

29

mengandung bagian yang berbentuk serbuk lebih dari 10 % , memiliki daya


hancur yang baik, menunjukkan kekompakkan mekanis yang memuaskan, tidak
terlampau kering dan larut baik didalam air ( Voigt, 1994). Pembuatan granul
dalam formulasi tablet bertujuan agar campuran serbuk dapat mengalir bebas dan
merata dari hopper ke dalam cetakan ( ruang die ) ( Ansel, 1989).
Evaluasi fisik granul dibagi atas :
1. kecepatan alir
Kecepatan alir adalah waktu yang dibutuhkan sejumlah granul untuk mengalir
dalam suatu alat. Sifat aliran ini digunakan untuk melihat efektivitas bahan
pelincir, mudah tidaknya granul mengalir, dan sifat permukaan granul ( Voigt,
1994 ). Kecepatan alir diperoleh dari waktu dalam detik yang diperlukan sejumlah
tertentu granul untuk mengalir melewati alat penguji ( corong ) .Pengujian dapat
dilakukan dengan menggunakan corong yang diisi dengan granul lalu di catat
waktu alir yang dibutuhkan granul untuk mngalr keluar corong dapat ditulis
dalam perbandingan.
Rumus :
V=

m
t

Dimana v = kecepatan alir


M = massa granul
T= waktu yang dibutuhkan granul untuk mengalir keluar.
Hubungan antar kecepatan alir suatu granul dengan sifat sifat alir granul
adalah sebagai berikut :
Laju Air (gr/s)

Sifat Aliran

>10

Sangat baik

4 10

Baik

30

1,6 4

Sukar

<1,6

Sangat sukar
( Aulton, 2001)

2. kompresibilitas
Kompresibiltas adalah kemampuan serbuk untuk berkurang atau menurun
setelah

diberikan

tekanan.

Penentuan

kompresibilitas

digunakan

untuk

menghasilkan tablet yang baik, kompresibilitas dapat dilihat dari harga indeks
Carr yang sangat bergantung pada kerapatan nyata maupun kerapatan mampat
dari granul yaitu dengan cara kerapatan mampat dikurangi kerapatan nyata, lalu di
bagi dengan kerapatan mampat. Kompresibilitas granul dinyatakan dalam persen.
Hubungan antara indeks Carr dengan jenis aliran granul ( Lachman, Lieberman
dan Kanig, 1994 ). Kompresibilitas granul dapat dihitung dengan persamaan
:rumus :
u

W 2W 1
Vo

dan

W 2W 1
V1

b u
u
100 atauC= 1
100
b
b
Keterangan :
C=

C= kompresibilitas
u = kerapatan bulk sebelumm diketuk
b = kerapatan bulk setelah diketuk
W = berat gelas ukur kosong
W2 = berat gelas ukur setelah diisi granul
V0 =volume granul sebelum dihentakkan
V1 = volume granul setelah dihentakkan

31

Hubungan antara kompresibilitas dengan sifat alir granul dapat dilihat sebagai
berikut :
Kompresibilitas (%)

Sifat Aliran

5 -12

Sangat baik

12 18

Baik

18 23

Cukup

23 33

Kurang

33 38

Sangat kurang

>38

Sangat buruk

(Aulton, 2001)
3. Sudut diam
Sudut diam adalah sudut tepat yang terjadi antara timbunan partikel bentuk
krucut dengan bidang horizontal dan sudut yang maksimum dibentuk permukaan
serbuk dengan permukaan horizontal pada waktu berputar dinamakan sudut diam.
Massa cetak diletakkan dalam corong alat uji kecepatan alir yang bagian
bawahnya ditutup. Massa cetak yang keluar dari alat tersebut dihitung kecepatan
alirannya dengan menghitung waktu yang diperlukan oleh sejumlah serbuk untuk
turun melalui corong alat penguji dengan menggunakan stopwatch dari mulai
dibukanya tutup bagian bawah hingga semua masa granul mengalir keluar dari
alat uji. Timbunan granul dapat digunakan untuk menghitung sudut istirahat.
Diameter rata-rata timbunan granul dan titik puncak timbunan granul diukur
( Lacman, Lieberman dan Kanig.1994). sudut diam dapat dihitung dengan
persamaan
tan =
Dimana tan

h
r

adalah sudut diam, h adalah tinggi kerucut yang dihasilkan,

dan r adalah jari-jari kerucut yang dihasilkan. Hubungan antara sudut diam
dengan kecepatan alir adalah sebagai berikut:

32

Sudut Istirahat

Sifat Aliran

<25

Sangat baik

25 30

Baik

30 40

Cukup

>40

Sangat sukar
(Aulton, 2001)

B. Evaluasi Tablet Paracetamol


Tablet adalah bentuk sediaan padat yang terdiri dari satu atau lebih bahan
obat

yang dibuat dengan

pemadatan, kedua

permukaannya

rata

atau

cembung.Tablet memiliki perbedaan dalam ukuran, bentuk, berat, kekerasan,


ketebalan. Kebanyakan tipe atau jenis tablet dimaksudkan untuk ditelan dan
kemudian dihancurkan dan melepaskan bahan obat ke dalam saluran pencernaan.
Menurut FI Edisi III, tablet adalah sediaan padat kompak, dibuat secara
kempacetak, dalam bentuk tabung pipih atau sirkuler, kedua permukaannya rata
atau cembung, mengandung satu jenis obat atau lebih dengan atau tanpa zat
tambahan.
1) Penampilan Umum
Penampilan umum suatu tablet sangat penting bagi penerimaan konsumen,
bagi pengontrolan keseragaman antar vahan, serta antar tablet dari yang
satu ke yang lainnya, dan memantau pembuatan yang bebas kesalahan.
Mengontrol penampilan umum tablet, yang melibatkan sejumlah
pengukuran seperti ukuran tablet, bentuk tablet, warna, ada tidaknya bau,
rasa, bentuk permukaan, konsentrasi dan cacat fisik, serta kemudian untuk
membaca tanda-tanda pengenal (Lachman, Lieberman dan Kanig, 1994).
2) Ukuran dan Bentuk

33

Dimensi dan bentuk kempa ditentukan oleh peralatan selama proses


pengempaan. Ketebalan tablet adalah satu-satunya variabel dimensi yang
berhubungan dengan proses. Pada beban kempaan yang konstan, ketebalan
tablet bervariasi dengan berubahnya die, dengan distribusi ukuran partikel
serta kepadatan campuran partikel yang dikempa, dan dengan berat tablet,
sementara pada kepadatan pengisian die yang konstan. (Lachman,
Lieberman dan Kanig, 1994). Kecuali dinyatakan lain, diameter tablet
tidak lebih dari 3 kali dan tidak kurang dari 1 1/3 tebal tablet. (Departemen
Kesehatan RI, 1979).
3) Kekerasan dan Kerenyahan
Tablet harus mempunyai kekuatan atau kekerasan tertentu serta tahan
kerenyahan agar dapat bertahan dari berbagai ancaman mekanik pada saat
pembuatan, pengepakan, dan pendistribusian. Selain itu tablet juga harus
dapat bertahan perlakuan berlebihan oleh konsumen, seperti guncangan di
dalam tas. Kekerasan tablet yang cukup serta tahan penyerbukan dan
kerenyahan merupakan persyaratan penting dalam penerimaan konsumen
(Lachman, Lieberman dan Kanig, 1994).
Dalam bidang industria farmasi kekuatan tekanan mnimum yang sesuai
untuk tablet adalah 4 kg sampai 8 kg (Parrot, 1971).
4) Kerapuhan Tablet
Kerapuhan tablet dapat diuji dengan alat friabilator roche dengan cara
memperlakukan sejumlah tablet terhadap gabungan pengaruh goresan dan
guncangan dengan memakai sejenis tabung plastik yang berputar pada
kecepatan 25 rpm dan menjatuhkan tablet sejauh 6 inci pada setiap
putaran. Biasanya sejumlah tablet yang telah ditimbang diletakkan ke
dalam alat tersebut lalu diputar dengan kecepatan 25 rpm selama 4 menit
(100 putaran) tablet lalu dibersihkan dari debu dan ditimbang ulang.
Kehilangan berat lebih kecil dari 0,5% - 1% masih dapat dibenarkan.
5) Kadar zat berkhasiat
34

Untuk mengevaluasi kemanjuran suatu tablet, jumlah obat dalam tablet


harus dipantau pada setiap tableta tau batch, begitu juga kemampuan tablet
untuk melepaskan zata tau obat yang dibutuhkan harus diketahui
(Lachman, Lieberman dan Kanig, 1994).
6) Keseragaman Bobot
Tablet yang tidak bersalut harus memenuhi syarat keseragaman bobot yang
ditetapkan cara perhitungannya. Menurut Farmakope Indonesia Edisi III
(1979), cara perhitungan bobot keseragaman tablet adalah timbang 20
tablet, hitung bobot rata-ratanya. Lalu timbang satu persatu tablet dan
tidak boleh lebih dari 2 tablet yang masing-masing bobotnya yang
menyimpang dari bobot rata-ratanya lebih besar dari harga yang ditetapkan
di kolom A, dan tidak satu pun tablet yang bobot rata-ratanya meyimpang
dari kolom B. Jika tablet yang digunakan tidak cukup 20 tablet maka
cukup menggunakan 10 tablet dengan syarat tidak ada satu tablet pun yang
bobot rata-ratanya lebih besar dari kolom A maupun kolom B.
Penyimpangan Bobot Rata-Rata (%)
Bobot Rata-Rata
A

25 mg

15%

30%

26 mg 150 mg

10%

20%

151 mg 300 mg

7,5%

15%

>300 mg

5%

10%

Departemen Kesehatan RI (1979).


7) Waktu Hancur

35

Waktu hancur yaitu waktu yang dibutuhkan tablet pecah menjadi partikel
kecil atau granul sebelum larut dan di absorbsi. Menyatakan waktu yang
diperlukan tablet untuk hancur di bawah kondisi yang ditetapkan dan
lewatnya

seluruh

partikel

melalui

saringan

mesh-10

(Lachman,

Lieberment dan Kanig, 1994). Hancurnya tablet tidak berarti sempurna


larutnya bahan obat dalam tablet. Tablet memenuhi syarat jika waktu
hancur tablet tidak lebih dari 15 menit (Deprtemen Kesehatan RI, 1979).

DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI (1979). Farmakope Indonesia edisi III. Departemen Kesehatan
Republik Indonesia: Jakarta.

36

Rowe C Raymond., Sheskey J Paul., & Quinn E Marian (2009). Handbook of


Pharmaceutical Excipients Sixth Edition. London : Pharmaceutical Press and
American Pharmacists Association

http://sawittoku.blogspot.com/2013/04/penggolongan-obat-bentuk-tablet.html
(diakses tanggal 4 April 2015)
https://www.academia.edu/7164983/Ok (diakses tanggal 4 April 2015)
http://farmaidnet.blogspot.com/2010/11/uji-disolusi.html (diakses tanggal 5 April
2015)
http://laporanakhirpraktikum.blogspot.com/2013/06/g.html (diakses tanggal 5
April 2015)
http://laporanakhirpraktikum.blogspot.com/2013/06/laporan-praktikumpembuatan-tablet.html (diakses tanggal 5 April 2015)

37

Anda mungkin juga menyukai