Disusun oleh:
DALFA INDRIANI
P17335114047
Kelompok 5
Dosen Pembimbing :
Hanifa Rahma, M.Si.,Apt
I.
TUJUAN PERCOBAAN
- Menentukan formula yang tepat dalam pembuatan sediaan Emulsi Virgin Coconut
-
II.
Oil
Mampu mengevaluasi sediaan yang telah dibuat
LATAR BELAKANG
Dalam praktikum ini akan dibuat sediaan Emulsi dengan bahan aktif Virgin
Coconut Oil (Minyak Kelapa Murni). Emulsi adalah sistem dua fase, yang salah satu
cairannya terdispersi dalam cairan lain dalam bentuk tetesan kecil (Syamsuni, 2006).
Penggunaan sediaan digunakan peroral.
Virgin Coconut Oil (VCO) adalah minyak kelapa murni yang memiliki potensi
anti-obesitas, dan memodulasi metabolisme lipid hati dengan mengatur sintesis dan
degradasi lipid. VCO dengan kandungan polifenol yang tinggi mampu mempertahankan
tingkat kolesterol yang normal dan parameter lipid lainnya dalam plasma dan juga
meningkatkan konsentrasi kolesterol HDL (High Density Lipid). Sehingga dapat
digunakan sebagai obat pencegah resiko ateroklerosis dan menurunkan berat badan
(Shariq, et al., 2015)
VCO merupakan bahan berupa minyak yang tidak larut dalam air, sehingga dibuat
sediaan berupa emulsi. Karena penggunaannya untuk oral, maka dibuat sediaan tipe
emulsi m/a untuk menutupi rasa minyak yang kurang enak. Umumnya bahan berupa
minyak mudah teroksidasi, jadi perlu penambahan antioksidan yaitu BHT (Butylated
Hydroxyltoluene). Bahan aktif tidak berasa (Carandang, 2008) , maka untuk menambahkan
rasa, ditambahkan sukrosa dan Na sakarin sebagai pemanis.
Dosis emulsi VCO untuk dewasa:
Sehari 3 x 10 ml
Manfaat untuk praktikan yang bisa diperoleh dari praktikum ini yaitu :
-
III.
TINJAUAN PUSTAKA
1. Bahan aktif
Zat Aktif
Struktur
Rumus molekul
Titik lebur
Pemerian
Kelarutan
(coconutboard.nic.in)
Tidak larut dalam air, larut dalam alcohol atau solvent
(pelarut), mudah bercampur dengan minyak lainnya (Material
Stabilitas
Inkompabilitas
pustaka.
Inkompatibel
dengan
bahan
pengoksidasi
kuat,
asam
Penyimpanan
vol. 3, 2015)
Simpan di tempat sejuk dan kering. Jauhkan dari panas
Kadar
penggunaan
2. Sukrosa
Zat
Sinonim
Beet
sugar;
cane
sugar;
-D-glucopyranosyl--D-
Struktur
Titik lebur
Pemerian
Kelarutan
Stabilita
Inkompabilitas
Keterangan lain
Kegunaan
sukrosa
digunakan
sebagai
coating
agent,
Sinonim
natricum;
Cel-O-Brandt;
cellulose
gum;
Titik lebur
Pemerian
Kelarutan
Stabilitas
6th p. 119)
Carboxymethylcellulose Sodium stabil meskipun material
higroskopik. Dibawah kondisi kelembapan yang tinggi dapat
menyerap air dalam jumlah besar (>50%). Larutan stabil pada
pH 2-10, endapan dapat terjadi pada pH dibawah 2 dan
kekentalan larutan menurun dengan cepat di atas pH 10.
Umumnya, larutan menunjukan kekentalan maksimum dan
Inkompabilitas
Keterangan lain
Kegunaan
sebagai
coating
agent,
stabilizing
agent,
Kadar
penggunaan
4. Na Sakarin
Zat
Natrium sakarin
Sinonim
Struktur
Titik lebur
Pemerian
Kelarutan
Stabilita
Keterangan lain
Penyimpanan
Kadar
penggunaan
5. BHT
Zat
Sinonim
Agidol;
BHT;
2,6-bis(1,1-dimethylethyl)-4-methylphenol;
butylhydroxytoluene;butylhydroxytoluenum;
Dalpac;
Titik lebur
Pemerian
Kelarutan
Inkompabilitas
dengan
agen
oksidasi
dapat
menyebabkan
6th, pg 76]
Kegunaan : Antioksidan [HOPE 6th, p 608]
Penyimpanan
Kadar
penggunaan
6. Propilen Glikol
Zat
Propilen glikol
1,2-Dihydroxypropane; E1520; 2-hydroxypropanol; methyl
Sinonim
ethylene
glycol;
methyl
glycol;
propane-1,2-diol;
Pemerian
Kelarutan
592)
Dapat bercampur dengan air,dengan aseton,dan dengan
kloroform; larut dalam eter dan dalam beberapa minyak
esensial,tetapi tidak dapat bercampur dengan minyak lemak.
Cenderung
untuk
mengoksidasi,sehingga
Inkompabilitas
Keterangan lain
Penyimpanan
Kadar
0,02%
penggunaan
7. Tween
Zat
Sinonim
O-20;
Liposorb
O-20K;
Montanox
80;
Titik lebur
Pemerian
adalah cairan
Stabilitas
Inkompabilitas
Perubahan
warna
dan/ataupengendapan
terjadi
dengan
berbagai zat, khusunya fenol, tanin, tar dan bahan seperti tar.
Aktivitas antimikroba pengawet paraben berkurang dengan
adanya polisorbat. (HOPE 6th ed. 2009 p: 551)
Keterangan lain
Penyimpanan
Kadar
penggunaan
15%
Digunakan
dalam
kombinasi
dengan
emulgator
yang
SO-10;NissanNonionOP-80R;Norfox
Sorbo
S-
P17;Sorbirol
O;
sorbitan
oleate;
sorbitani
Struktur
Rumus molekul
Titik lebur
Pemerian
Kelarutan
Stabilitas
Inkompabilitas
Penyimpanan
Kadar
penggunaan
9. Aquadest
Zat
Sinonim
Struktur
Rumus molekul
Titik lebur
Pemerian
Kelarutan
Stabilita
pg. 766)
Seara kimia, air stabil di semua bentuk fisikanya yait (uap, air,
cairan ukrosa (HOPE 6th, 2009, pg. 766)
berasa
Inkompabilitas
Dalam formulasi farmasi , air dapat bereaksi dengan obatobatan dan eksipien lain yang rentan terhadap hidrolisis
(dekomposisi dalam keberadaan air atau uap air) pada saat
suhu ditinggikan. Air dapat bereaksi dengan logam alkali dan
bereaksi cepat dengan alkali tanah dan oksida nya , seperti
kalsium oksida dan magnesium oksida . Air juga bereaksi
dengan garam anhidrat untuk membentuk garam hidrat dengan
berbagai komposisi , dan dengan beberapa organik bahan dan
Keterangan lain
Penyimpanan
Kadar
pg. 768)
Nilai khusus air yang digunakan untuk aplikasi tertentu dalam
penggunaan
10.
lain dalam bentuk tetesan kecil. Emulsi dapat distabilkan dengan penambahan bahan
pengemulsi yang disebut emulgator (emulsifying aget) atau surfaktan yang bisa
mencegah koalesensi, yaitu penyatuan tetesan kecil menjadi tetesan besar dan akhirnya
menjadi satu fase tunggal yang memisah (syamsuni, 2006).
Tipe Emulsi (Syamsuni, 2006) :
1. Emulsi tipe O/W (Oil in Water) atau M/A (minyak dalam air), adalah emulsi yag
terdiri atas butiran minyak yang tersebar atau terdispersi kedalam air. Minyak sebagai
fase internal dan air sebagai fase eksternal
2. Emulsi tipe W/O (Water in Oil) atau A/M (air dalam minyak), adalah emulsi yang
terdiri atas butiran air ang tersebar atau terdispersi kedalam minyak. Air sebagai fase
internal dan minyak sebagai fase eksternal
Tujuan pemakaian emulsi (Syamsuni, 2006) :
1. Untuk dipergunakan sebagai obat dalam atau per oral. Umunya emulsi tipe o/w
2. Untuk dipergunakan sebagai obat luar. Bis tipe o/w maupun w/o, tergantung pada
banyak faktor, misalnya sifat zatnya atau efek terapi yang dikehendaki
mengandung fase disper lebih banyak daripada lapisan yang lain. Creaming bersifat
reversibel, artinya jika dikocok perlahan-lahan akan terdispersi kembali.
2. Koalesensi dan cracking (breaking) adalah pecahnya emulsi karena film yang
meliputi partikel rusak dan btir minyak berkoalesensi atau menyatu menjadi fase
tunggal yang memisah. Ini bersifat irreversible (tidak dapat diperbaiki kembali). Hal
ini terjadi karena :
a. Peristiwa kimia: seperti penambahan alkohol, perubahan pH, penambahan
elektrolit
b. Peristiwa fisika : seperti pemanasan, penyaringan, pendinginan, pengadukakan
c. Peristiwa biologis : seperti fermentasi bakteri, jamur, atau ragi
3. Inversi fase adalah peristiwa berubahnya tipe emulsi o/w menjadi w/o secara tiba-tiba
atau sebaliknya. Sifatnya irreversible
Spesifikasi sediaan :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
IV.
Bentuk sediaan
Warna
Rasa
pH
Kadar
Volume
Viskositas
: Emulsi m/a
: Hijau muda
: manis
: <7
: 32%
: 50 ml / botol
: 200 - 850 cPs
PENDEKATAN FORMULA
No
Nama Bahan
.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Perhitungan Dosis :
Jumlah
32 % b/v
5 % b/v
15 % b/v
0,1 % b/v
1 % b/v
0,01 % b/v
0,02% b/v
Ad 100% v/v
Kegunaan
Bahan aktif
Emulgator
Pemanis
Pengental
Antioksidan
Pengawet
Pelarut
Dalam sehari
10 ml
x 50 mL
16 ml
= 31,25 ml
BJ VCO = 0,9183
m = . v = 0,9183 g/ml x 10 ml = 9,183 g
Tiap 10 ml sediaan mengandung 9,183 g VCO
V.
PENIMBANGAN
Dibuat sediaan 4 botol (@ 50 ml)
Tiap botol dilebihkan 3 %
Total 4 botol
Total 4 botol dilebihkan 10%
= 50 ml +
3 ml
x 50 ml
100 ml
= 51,8 ml 52
ml
= 52 ml x 4 = 208 ml
10 ml
= 208 ml + ( 100 ml
= 228,8 ml ~ 250 ml
x 208 ml)
Perhitungan Emulgator :
Tween 80 + Span 80 =
5g
100 mL
x 500 mL = 12,5 g
HLB tween 80
= 15
HLB Span 80
= 4,3
HLB butuh VCO
=8
Perhitungan dengan cara aligasi
Tween 80 = 15
3,7
3,7
10,7
7
10,7
x 12,5 g = 4,332 g
8
Span 80 = 4,3
8,178 g
No.
1.
VCO
Nama Bahan
7
10,7
x 12,5 g =
2.
Sirupus simplex
3.
Na sakarin
0,1 g
100 mL
x 250 mL = 0,25 g
4.
Propilen Glikol
0,02 g
100 mL
x 250 mL = 0,05 g
5.
Na CMC
1g
100 mL
x 250 mL = 2,5 g
6.
7.
8.
Tween 80
Span 80
Aquadest
4,322 g
8,178 g
Ad 250 ml
Perhitungan ADI
Rata-rata BB dewasa
= 70 kg
Maka :
2,5 mg/kgBB x 70 kg
= 175 mg = 0,175 g
x 0,06 g
= 0,06 g
= 0.036 g
ADI Tween 80
Rata-rata BB dewasa
Maka :
25 mg/kgBB x 70 kg
Tween yang digunakan per botol :
30 mL
50 mL x 0,864 g
ADI Propilenglikol
Rata-rata BB dewasa
Maka :
25 mg/kg x 70 kg
Ppg yang digunakan per botol
30 mL
50 mL x 0,01 g
ADI BHT
Rata-rata BB dewasa
Maka :
125 g/kgBB x 70 kg
BHT yang digunakan per botol
30 mL
50 mL x 0,005 g
VI.
PROSEDUR PEMBUATAN
A. Pembuatan air bebas CO2
1. Air sebanyak 1 liter diambil menggunakan beaker glass 1 liter.
2. Air tersebut dimasukkan kedalam erlenmeyer 1 liter, lalu dipanaskan di atas
hotplate.
3. Setelah air mendidih kemudian ditunggu selama 5 menit atau lebih.
4. Setelah mencapai waktu yang ditentukan, erlenmeyer ditutup menggunakan
gumpalan kapas, jika sudah tertutup rapat, api dimatikan, kemudian didinginkan.
B. Kalibrasi
Kalibrasi botol coklat (4 botol)
1. Air diambil menggunakan beaker glass 500 ml.
2. Dimasukan kedalam gelas ukur 100 mL sebanyak 52 ml.
3. Air tersebut dituangkan ke dalam botol coklat 60 ml.
4. Diberi batas kalibrasi, air yang ada dalam botol dibuang, kemudian botol dibilas
dengan aquadest, keringkan. Botol siap digunakan.
5. Lakukan langkah 2 sampai 4 pada 3 botol lainnya.
Kalibrasi beaker glass untuk sediaan emulsi (utama)
1. Air diambil menggunakan beaker glass 500 ml.
2. Air dimasukan asukan kedalam gelas ukur 1 L sebanyak 250 ml.
3. Air tersebut dituangkan kedalam beaker glass 500 ml.
4. Diberikan batas kalibrasi, air yang ada beaker glass dibuang, kemudian beaker
glass dibilas dengan aquadest, keringkan. Beaker glass siap digunakan.
C. Penimbangan bahan
1. VCO ditimbang sebanyak 80 g dengan kertas menggunakan beaker glass di
neraca analitik dengan cara penimbangan tidak langsung
2. Sukrosa ditimbang sebanyak 65 g menggunakan kertas perkamen di neraca
analitik.
3. Na sakarin ditimbang sebanyak 0,25 g menggunakan kertas perkamen di neraca
analitik
4. CMC Na ditimbang sebanyak 2,5 g dengan menggunakan kertas perkamen di
neraca analitik.
5. BHT ditimbang sebanyak 0,025 g dengan menggunakan kertas perkamen di
neraca analitik
6. PPG ditimbang sebanyak 0,05 g dengan menggunakan cawan penguap di neraca
analitik dengan cara penimbangan tidak langsung
7. Tween ditimbang sebanyak 4,322 g menggunakan cawan penguap di neraca
analitik dengan cara penimbangan tidak langsung
8. Span ditimbang sebanyak 8,178 g menggunakan beaker glass di neraca analitik
dengan cara penimbangan tidak langsung
D. Pembuatan CMC Na
1. Air panas disiapkan , air tersebut dimasukan ke dalam mortir.
2. CMC Na yang telah ditimbang ditaburkan ke mortir yang berisi air panas, dengan
perbandingan CMC Na : air adalah 1:20.
3. Campuran tersebut digerus dengan cepat hingga bermasa seperti gel.
E. Pembuatan sirupus simpleks
1. Sukrosa yang telah ditimbang dimasukkan ke dalam beaker glass 250 ml,
2.
3.
lalu
4.
glass 250 ml yang telah dikalibrasi 150 ml. Air panas ditambahkan
sampai
beaker
masing botol coklat (52 ml). Saat memasukkan sediaan ke dalam botol digunakan
corong agar sediaan tidak tumpah. Lalu botol ditutup dan diberi etiket.
VII.
Jenis
Prinsip
Jumlah
evaluasi
evaluasi
sampel
Evaluasi
1.
Organoleptik
meliputi uji
bau, rasa dan
1 botol
warna
Hasil
Syarat
pengamatan
Bau : aroma
Bau : aroma
kelapa segar
kelapa segar
Warna : hijau
Warna : hijau
muda
muda
Rasa : manis
Rasa : manis
pH 6
pH <7
Homogen.
Persebaran dan
Pengukuran
2.
pH sediaan
dilakukan
menggunakan
1 botol
pH indikator
Dengan
melihat
3.
Homogenitas
distribusi
ukuran partikel
1 botol
secara visual di
harus sama
kaca arloji
Teteskan
sedikit emulsi
pada kaca
arloji,
4.
Untuk tipe
tambahkan
Tipe emulsi
pewarna
1 botol
metilen blue.
Sediaan berwarna
biru
Amati
emulsi o/w,
warna metilen
blue larut
dalam sediaan
perubahan
warna yang
5.
Volume
terjadi
Tuang isi
terpindahkan
1 botol
Volume yang
Volume rata-
perlahan-lahan
didapat adalah 51
rata tidak
ml (95%n dari 52
kurang dari
ke dalam gelas
ml)
100% dan
ukur kering
volumenya
dan telah
kurang dari
dikalibrasi
95% dari
secara hati-hati
volume yang
(FI V halaman
tertera pada
1614)
etiket ( FI V
halaman 1615)
Gunakan
piknometer
yang bersih
dan kering,
timbang
piknometer
kosong (W1)
lalu isi dengan
dt = jumlah
bobot jenis
timbang (W2).
w1 : pikno
Buang air
w1 = 25,893 g
suling tersebut,
6.
Bobot Jenis
keringkan
1 botol
piknometer
w2 = 35,998 g
w3 = 36,246 g
BJ = 1,0245
kosong
w2 : pikno +
air
w3 : pikno +
sediaan
cairan yang
akan diukur BJ
nya dan
timbang (W3).
Hitung dengan
rumus :
dt =
W 3W 1
W 2W 1
7.
Viskositas
Pengujian
3 botol
= 8,2 dPas
Hasil
mendekati
dilakukan
menggunakan
viskometer
viskositas
Atau 820 cPas
stomer.
yang
diinginkan
yaitu 200-850
cPas
Tuang isi
perlahan-lahan
dari tiap wadah
ke dalam gelas
ukur kering
dan telah
dikalibrasi
8.
secara hati-
Pemisahan
hati, kemudian
fase
amati selama
tidak terjadi
beberapa hari,
pemisalahan fase.
Tidak terjadi
pemisahan
fase
lihat perubahan
yang terjadi.
Bila terdapat
creaming
berarti terdapat
pemisahan
fase.
VIII. PEMBAHASAN
Emulsi adalah sistem dua fase, yang salah satu cairannya terdispersi dalam cairan
lain dalam bentuk tetesan kecil yang dapat distabilkan dengan penambahan bahan
pengemulsi yang disebut emulgator (emulsifying aget) atau surfaktan yang bisa mencegah
koalesensi, yaitu penyatuan tetesan kecil menjadi tetesan besar dan akhirnya menjadi satu
fase tunggal yang memisah (Syamsuni, 2006).
Pada percobaan ini dibuat formula sediaan emulsi dengan bahan akif Virgin
Coconut Oil (VCO). Virgin Coconut Oil (VCO) adalah minyak kelapa murni yang
memiliki potensi anti-obesitas, dan memodulasi metabolisme lipid hati dengan mengatur
sintesis dan degradasi lipid. VCO dengan kandungan polifenol yang tinggi mampu
mempertahankan tingkat kolesterol yang normal dan parameter lipid lainnya dalam plasma
dan juga meningkatkan konsentrasi kolesterol HDL (High Density Lipid). Sehingga dapat
digunakan sebagai obat pencegah resiko ateroklerosis dan menurunkan berat badan.
Aterosklerosis adalah penyakit arteri disebabkan oleh respons inflamasi kronis sel darah
putih yang diakibatkan oleh peningkatan trigliserida, kolesterol LDL (Low Density
Lipoprotein) yang tinggi, dan kolesterol HDL (High Density Lipoprotein) yang rendah
(Shariq, et al., 2015)
Dalam pembuatannya digunakan beberapa eksipien antara lain : Sirupus simplex, Na
sakarin, CMC Na, propilen glikol, Tween 80, Span 80, BHT, dan pelarut aquadest.
Sediaan dibuat dalam bentuk emulsi karena bahan aktif berupa minyak yang praktis
tidak larut dalam air. Selain itu, sediaan digunakan untuk pemakaian oral, agar rasa
minyak dapat tertutupi, maka dibuat emulsi tipe m/a. Namun, bahan aktif tidak stabil
terhadap panas, VCO dipanaskan dengan suhu 40oC. Sediaan dibuat sebanyak 4 botol,
volume masing-masing sediaan adalah 50 ml/botol, untuk menjamin ketepatan volume,
volume sediaan dilebihkan 3% dan untuk menghindari kehilangan volume pada saat
pembuatan, volume total sediaan untuk 4 botol dilebihkan 10%. Namun, air yang
digunakan sebagai pelarut mengandung CO2 yang dapat membentuk ion H+ sehingga dapat
mengubah pH sediaan, maka dari itu, digunakan pelarut air bebas CO2.
Dalam pembuatan emulsi, terdapat bahan yang berupa minyak, ketika dicampurkan
dengan air, maka akan membentuk tetesan-tetesan kecil yang lama kelamaan akan
membentuk satu fase tunggal yang memisah, dengan demikian perlu penambahan
emulgator yang bisa mencegah penggabungan globul-globul dalam sediaan yaitu tween 80
dan span 80 sebanyak 5%. Untuk mencari bobot tween 80 dan span 80, dilakukan
penghitungan HLB dengan cara aligasi. HLB (Hydrophyl Lipophyl Balance) merupakan
harga keseimbangan yang dimiliki tiap emulgator yang besarnya tidak sama. Semakin
besar harga HLB, berarti semakin banyak kelompok yang suka air, artinya emulgator
tersebut lebih mudah larut dalam air dan demikian sebaliknya (Syamsuni, 2006).
Umumnya bahan berupa minyak mudah teroksidasi, oleh karena itu, pada sediaan
ditambahkan BHT (Butylated Hydroxyltoluen) 0,01% untuk mencegah terjadinya oksidasi.
Dikarenakan bahan aktif yang tidak berasa, pada sediaan ditambahkan sukrosa
sebanyak 20% dan Na sakarin sebanyak 0,1% sebagai pemanis, penggunaan kombinasi
dua bahan pemanis ini dilakukan untuk mendapatkan rasa yang lebih enak, karena dengan
adanya sukrosa, rasa natrium sakarin dapat maksimal dan tidak menimbulkan rasa pahit.
Dengan adanya pelarut air dan sukrosa yang merupakan media yang baik untuk
pertumbuhan bakteri dan jamur, selain itu sediaan digunakan sebagai multiple dose dan
disimpan dalam jangka waktu yang lama, sehingga rentan ditumbuhi mikroba. Maka dari
itu, kedalam sediaan yang dibuat ditambahkan pengawet. Bahan pengawet berfungsi
menghambat, memperlambat, menutupi atau menahan proses pembusukan, pengasaman
atau dekomposisi, yang ditambahkan ke dalam bahan makanan, obat atau minuman
(Husniati dkk, 2012). Pembuatan sediaan yang digunakan sebagai multiple dose sebaiknya
meggunakan kombinasi pengawet yang kerjanya sinergis. Alasan penggunaan bahan
pengawet secara kombinasi adalah dalam
KESIMPULAN
Formulasi yang tepat untuk sediaan yang dibuat adalah sebagai berikut.
No
Nama Bahan
Jumlah
.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Kegunaan
32 % b/v
5 % b/v
15 % b/v
0,1 % b/v
1 % b/v
0,01 % b/v
0,02% b/v
Ad 100% v/v
Bahan aktif
Emulgator
Pemanis
Pengental
Antioksidan
Pengawet
Pelarut
Berdasarkan hasil evaluasi yang telah dilakukan, sediaan yang dibuat dikatakan
memenuhi syarat.
X.
DAFTAR PUSTAKA
1. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2014. Farmakope Indonesia edisi IV.,
Jakarta: Departemen Kesehatan
2. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2014. Farmakope Indonesia edisi V,
Jakarta: Departemen Kesehatan
3. Husniati dan Eva Oktarina. 2012. The Effect of Chitosan Addition in Pinneapple
Juice
Toward
Shelf
Life.
Jurnal
Hasil
Penelitian
Industri.
http://www.google.co.id/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=2&cad=rja&uact=8&ved=0CC8QFjAB&u
rl=http%3A%2F%2Fwww.kemenperin.go.id%2Fdownload%2F4525%2FJurnalPenelitian-Hasil-Industri-Volume-25-No.-1-April2012&ei=nflEVfzdNoWfugTpgYHoCg&usg=AFQjCNFfEVRTHU2_rI7GpfQiODec
ofF2mQ&sig2=QubvceUiw5-cfttX3FC9Zw. Di akses : 20:45 WIB. 01-04-2015
4. Rowe, Raymond C. 2009. Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th ed., London:
Pharmaceutical Press
5. Shariq B, Zulhabri O, Hamid K, Sundus B, Mehwish H, Sakina R, Jiyauddin K,
Kaleemullah M, Samer AD, Rasha S. 2015. Evaluation of Anti-Atherosclerotic
Activity of Virgin Coconut Oil in Male Wistar Rats Against High Lipid and High
Carbohydrate Diet Induced Atherosclerosis., UK Journal of Pharmaceutical and
Biosciences.http://www.ukjpb.com/pdf/UKJPB_SuperAdmin_2_104_1430958
771.pdf. diakses : 14:23 WIB. 09-05-2015
6. Syamsuni, A. 2006. Ilmu Resep. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC