Anda di halaman 1dari 9

Laporan Praktikum Ke-7

Analisis Zat Gizi Makro

Tanggal Mulai
Tanggal Selesai

: 24 April 2015
: 29 April 2015

ANALISIS KARBOHIDRAT METODE LUFF SCHOORL

Oleh :
Kelompok 1 P5
Fuza Aghnia RP
Melania Eriyani
Nurniawati
Umiyati
Zukhruf Faridho

I14144015
I14144022
I14144025
I14144039
I14144043

Asisten Praktikum
Kiky Yunita Sari
Bahriyatul Marifah
Dimas Bagus Arief
Koordinator Praktikum :
Prof. Ir. Ahmad Sulaeman, Ms, PhD

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT


FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2015

ANALISIS KARBOHIDRAT METODE LUFF SCHOORL


Fuza Aghnia Ream Putri1, Melaniya Eriyani1, Nurniawati1, Umiyati1, Zukhruf Faridho1,
Bahriyatul Marifah2, Dimas Bagus Arief FA2, Kiky Yunita Sari2,
1

Kelompok 1 AZG Makro, Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, IPB, 16680 Bogor, Indonesia
Asisten Praktikum AZG Makro Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, IPB, 16680 Bogor, Indonesia

ABSRACT
Carbohydrate is one of major components of food. The functions of carbohydrate are as energy resources,
food texture and as fiber. In food, carbohydrate can be founded as monosaccharide, disaccharide and polysaccharide.
One method that can be used for carbohydrate analysis is Luff Schoorl method (SNI 01-2891-1992). The principle of
this method is monosaccharide do reduction of Cu 2+ in base condition and excess of Cu2+ is standardized by Na-thio.
The aim of Luff Schoorl analysis is determine the content of food carbohydrate. Experiment was held on Friday, April
24th, 2015 at nutritional biochemistry laboratory. The procedures of the analysis was divided in to three steps, sample
preparation, before inversion and after inversion. The results of sucrose content in 3 samples are PO 6.82%, G 2.67%,
NG 13.098%. The glucose fructose content are PO 16.54%, G 5.92%, NG 32.595%. The lactose content are PO
25.07%, G 9.59%, NG 48.32%. The maltose content are PO 26.61%, G 10.17%, NG 51.664%. The sucrose content of
PO and NG is higher than SNI. The sucrose content of G and PO is higher than nutrition fact. NG has the highest
glucose fructose, lactose and maltose content.
Keyword: carbohydrate, glucose fructose, lactose, Luff Schoorl, sucrose

ABSTRAK
Karbohidrat merupakan salah satu komponen makro dalam pangan. Fungsi karbohidrat adalah sumber energi,
tekstur makanan dan serat. Karbohidrat dalam pangan dalam bentuk monosakarida, disakarida dan polisakarida. Salah
satu metode analisis karbohidrat adalah Luff Schoorl. Prinsip analisis adalah monosakarida mereduksi logam alkali Cu 2+
dan kelebihan Cu2+ dikuantifikasi dengan Na-tio. Tujuan analisis metode Luff Schoorl adalah menghitung kadar
karbohidrat. Analisis dilaksanakan Jumat, 24 April 2015 di laboratorium biokimia. Prosedur dibagi menjadi tiga tahap
yaitu persiapan sampel, penetapan kadr gula sebelum inversi dan sesudah inversi. Kadar sukrosa PO 6.82%, G 2.67%,
NG 13.098%. Kadar glukosa PO 16.54%, G 5.92%, NG 32.595%. Kadar laktosa PO 25.07%, G 9.59%, NG 48.32%.
Kadar maltosa PO 26.61%, G 10.17%, NG 51.664%. Kadar sukrosa PO dan NG lebih tinggi dibandingkan dengan SNI.
Kadar sukrosa PO dan G lebih tinggi dibandingkan dengan nutrition fact. NG memiliki kadar glukosa fruktosa, laktosa
dan maltosa tertinggi.
Kata kunci: glukosa fruktosa, karbohidrat, laktosa, Luff Schoorl, sukrosa

PENDAHULUAN
Karbohidrat dalam makanan memiliki
fungsi sebagai sumber energi, memberi
tekstur dalam makanan dan sebagai serat
makanan
yang
mempengaruhi
proses
fisiologis [1]. Karbohidrat adalah zat gizi
berupa senyawa organik yang terdiri dari
atom hidrogen dan oksigen yang digunakan
sebagai bahan pembentuk energi [2].
Karbohidrat memiliki struktur kimia yang
berkaitan
dengan
nilai
gizi
dan
penggunaannya dalam tubuh, karbohidrat
dapat dikelompokan menjadi karbohidrat
yang dapat dicerna (digestible carbohydrate)
dan karbohidrat yang tidak dapat dicerna
(non-digestible carbohydrate) [3].

Karbohidrat dapat disintesis secara


kimia, misalnya pada pembuatan sirup
formosa yang dibuat dengan menambahkan
larutan alkali encer dan formaldehid. Sirup
formosa mengandung lebih dari 13% heksosa
dan campuran tersebut dapat diubah menjadi
gula alam seperti D-glukosa, D-fruktosa dan
D-mannosa [4].
Penetapan karbohidrat produk dapat
dilakukan dengan metode Luff Schoorl.
Metode ini diaplikasikan untuk produk
pangan yang mengandung gula dengan bobot
molekuler yang rendah dan pati alami atau
modifikasi. Berdasarkan paparan diatas
diperlukan sebuah praktikum untuk melatih
mahasiswa agar mampu menganalisis
karbohidrat dalam produk pangan tertentu

dengan menggunakan metode Luff Schoorl


dengan menggunakan sampel produk
minuman siap saji.
METODE
2.1. Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada hari
Jumat, 24 April 2015 pukul 13.00-17.00 di
Laboratorium Biokimia Gizi Departemen Gizi
Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia,
Institut Pertanian Bogor.
2.2. Alat dan Bahan
Pada percobaan analisis karbohidrat
metode Luff Schoorl, alat yang digunakan
adalah gelas ukur 100 ml, erlenmeyer 500 ml,
neraca analitik, pipet ukur 10 ml, biuret 25
ml, hot plate, corong, dan kertas watman.
Bahan yang digunakan adalah Larutan HCl
3%, Na3PO4 10%, Na2HPO4 10%, pereaksi
Luff Schoorl, H2SO4 25%, batu didih, KI 15%,
Na2S2O3 0,1 N, indikator PP dan larutan kanji.
2.3 Prosedur percobaan
Prosedur praktikum analisis karbohidrat
dengan metode Luff Schoorl (SNI 01-28911992). Prosedur ini dilakukan melalui tiga
tahapan. Tahap pertama adalah persiapan
sampel. Sampel dipipet 5 ml ke dalam labu
takar kemudian ditambahkan 10 ml Pb-asetat,
Na2HPO4 1 ml tetes demi tetes hingga muncul
endapan putih. Na2HPO4 ditambahkan
kembali hingga tidak terbentuk endapan
putih, lalu ditambahkan air ke dalam labu
ukur hingga batas garis dan kocok. Larutan
ditunggu 30 menit kemudian saring.
Tahapan kedua yaitu penentuan kadar
karbohidrat sebelum inversi. Filtrat diambil
10 ml dan dipindahkan ke dalam erlenmeyer
500 ml. Filtrat ditambahkan 15 ml air suling
dan 25 ml larutan Luff. Campuran dipanaskan
selama 2 menit dengan api besar dan 10 menit
dengan api kecil. Selesai dipanaskan
dinginkan dalam wadah berisi air es, setelah
dingin kemudian sambel ditambahkan 10 ml
larutan KI 30% dan 25 ml H2SO4 25%, lalu
dihomogenkan. Larutan kemudian dititrasi
dengan larutan Thio 0,1 N, setelah
menghabiskan setengah dari larutan dalam
biuret lalu ditambahkan indikator kanji 0,5%
ke dalam larutan sampel. Kemudian

dilanjutkan titrasi hingga larutan berwarna


putih.
Tahapan ketiga yaitu penentuan kadar
karbohidrat setelah inversi. Filtrat sampel
dipipet 10 ml ke dalam labu ukur 100 ml,
selanjutnya ditambahkan 5 ml HCl 25%
kemudian dipanaskan pada suhu 70 C selama
10 menit. Campuran didinginkan dalam
wadah berisis air es dan dinetralkan dengan
menambahkan NaOH 30% dan indikator PP 2
tetes.
Campuran dihomogenkan, lalu
ditambahkan air suling hingga tanda batas,
homogenkan. Filtrat yang ditera lalu diambil
10 ml dan dipindahkan ke erlenmeyer 500 ml.
Dilanjutkan dengan penambahan 15 ml air
suling dan 25 ml larutan Luff. Campuran
dipanaskan selama 2 menit dengan api besar
dan 10 menit dengan api kecil. Selesai
dipanaskan, dinginkan dalam wadah berisi air
es, kemudian sampel ditambahkan 10 ml
larutan KI 30% dan 25 ml H2SO4 25%,
homogenkan. Campuran dititrasi dengan
larutan Na-tio 0,1 N. Setelah menghabiskan
setengah dari larutan dalam biuret lalu
ditambahkan indikator kanji 0,5% ke dalam
larutan sampel. Campuran dititrasi hingga
larutan berwarna putih.
HASIL
Sampel yang digunakan pada analisis
karbohidrat metode Luff Schoorl adalah
minuman siap saji yang telah diberi kode
analisis.
Tabel 1
Hasil perhitungan karbohidrat pada sampel
% KH
% KH
No
Sampel
sebelum
sesudah
inversi
inversi
1
PO
0.38
7.56
2
G
3
5.82
3
NG
0.337
14.125

No Sampel
1
2
3

PO
G
NG

%
Sukrosa
6.82
2.67
13.098

%
% Glukosa
%
%
Nutrition
Fruktosa Laktosa Maltosa
Fact
16.54
25.07
26.61
11.14
5.92
9.59
10.17
10.41
32.595
48.32 51.664
8

Perhitungan z ml sebelum inversi:

Perhitungan z ml sesudah inversi :

Keterangan:
a = larutan Thio yang digunakan
b = rata-rata blanko

Perhitungan kadar sukrosa sebelum inversi


(%):

Perhitungan Kadar karbodidrat setelah inversi


(%):

Perhitungan Kadar Sukrosa (%) :


= (kadar sukrosa sesudah inversi - kadar
sukrosa sebelum inverse) x 0,95

Perhitungan nutrition fact (%):


% KH

PEMBAHASAN
Karbohidrat berasal dari kata karbon
(C) dan hidrat atau air (H 2O). Karbohidrat
merupakan sumber kalori utama bagi
manusia. Karbohidrat dalam 1 gram dapat
menghasilkan 4 kkal. Karbohidrat banyak
terdapat dalam bahan makanan yang
dikonsumsi terutama pada bahan pangan yang
banyak mengandung pati dan glukosa[5].
Karbohidrat meliputi sebagian dari zat-zat
yang terdapat di alam terutama berasal dari
tumbuhan. Karbohidrat merupakan sumber
makanan yang penting bagi manusia dan
makhluk
hidup
lainnya.
Karbohidrat
memegang peranan penting dalam bidang
pangan, oleh karena itu analisis karbohidrat
yang akurat, cepat dan dapat dipercaya

diperlukan untuk mengetahui kandungan total


karbohidrat dalam produk [1].
Analisis karbohidrat penting untuk
beberapa perspektif. Analisis kualitatif dan
kuantitatif digunakan untuk menentukan
komposisi makanan, minuman, dan bahanbahan lainnya. Analisis kualitatif memastikan
bahan yang ada dalam label komposisi
memberika informasi yang akurat. Analisis
kuantitatif memastikan komponen yang
ditambahkan dalam bahan tersebut tercantum
dalam label, analisis ini juga memastikan
jumlah komponen tertentu dalam bahan
pangan untuk menarik konsumen misalnya glukan, tepat dan kandungan kalori dapat
dihitung. Analisis kuantitatif dan kualitatif
juga dapat digunakan untuk otentikasi atau
mendeteksi adanya pemalsuan dalam bahan
pangan atau produk pangan [1].
Analisis karbohidrat dengan metode
Luff Schoorl adalah uji karbohidrat yang
resmi dan ditetapkan oleh BSN dalam SNI
01-2891-1992
untuk
menguji
total
karbohidrat. Metode Luff Schoorl merupakan
suatu
metode
atau
cara
penentuan
monosakarida dengan cara kimiawi. Pada
penentuan metode ini, yang ditentukan bukan
kuprooksida yang mengendap melainkan
menentukan kuprioksida dalam larutan
sebelum direaksikan dengan gula pereduksi
(titrasi blanko) dan sesudah direaksikan
dengan sampel gula pereduksi (titrasi sampel).
Penentuan titrasi dengan menggunakan Natiosulfat. Selisih tirasi blanko dengan titrasi
sampel ekuivalen dengan kuprooksida yang
terbentuk dan juga ekuivalen dengan jumlah
gula pereduksi yang ada dalam bahan atau
larutan. Reaksi yang terjadi selama penentuan
kadar karbohidrat mula-mula kuprooksida
yang ada dalam reagen akan membebaskan
iod dari garam K-iodida. Banyaknya iod yang
dibebaskan ekuivalen dengan banyaknya
kuprioksida. Banyaknya iod dapat diketahui
dengan melakukan titrasi menggunakan Natiosulfat untuk mengetahui bahwa titrasi
sudah cukup maka diperlukan indikator
amilum apabila larutan berubah warnanya
menjadi putih menunjukan bahwa titrasi
sudah selesai[1].
Prinsip dalam analisis karbohidrat
metode Luff Schoorl yaitu reduksi Cu2+
menjadi
Cu1+
oleh
monosakarida.

Monosakarida bebas akan mereduksi larutan


basa dari garam logam menjadi bentuk oksida
atau bentuk bebasnya. Kelebihan Cu2+ yang
tidak tereduksi kemudian dikuantifikasi
dengan titrasi iodometri [6].
Analisis kadar karbohidrat total
dengan menggunakan metode Luff Schoorl ini
dilakukan untuk menguji kadar total
karbohidrat pada minuman. Sampel minuman
5 ml dimasukan kedalam labu takar 100 ml,
sampel ditambahkan dengan larutan Pb asetat
10 ml. Penambahan Pb asetat dalam
pembuatan persiapan sampel sebelum
dilakukan
pengujian
bertujuan
untuk
mengendapkan
partikel gula pereduksi
kecuali karbohidrat [7].
Larutan Pb asetat yang sudah
ditambahakan kemudian dikocok hingga
homogen. Larutan Na2HPO4 ditambahkan
dalam larutan yang sudah tercampur dengan
larutan Pb-asetat sampai terbentuk endapan
berwarna putih, bila sudah timbul endapan
berwarna putih berarti Pb-asetat yang
ditambahkan sudah cukup, kemudian
tambahkan kembali larutan Na2HPO4 sampai
tidak terbentuk endapan berwarna putih hal
ini menunjukkan kelebihan dari Pb-asetat
telah diendapkan semuanya. Larutan yang
sudah tercampur ditera dengan menggunakan
air suling dan kocok pelan-pelan hingga
homogen. Larutan tersebut didiankan selama
30 menit, kemudian saring.
Sampel yang akan digunakan untuk
analisis karbohidrat dengan penentuan kadar
gula sebelum inversi, menggunakan 10 ml
filtrat. filtrat tersebut ditambahkan dengan 15
ml air suling dan 25 ml larutan Luff Schoorl.
Larutan dipanaskan selama 2 menit dengan
api besar hal ini bertujuan untuk mempercepat
proses pendidihan dan selanjutnya jika larutan
sudah mendidih maka api yang digunakan
kecil dengan rentang waktu selama 10 menit.
Larutan yang sudah dipanaskan didinginkan
dalam air es supaya suhu larutan normal
seperti suhu ruang dan untuk mempersiapkan
penambahan larutan KI 30% 10 ml.
Penambahan larutan KI ini berujuan untuk
membebaskan iodin yang ditandai dengan
terbentuknya warna kuning pada sampel,
Setelah penambahan KI ditambahkan larutan
H2SO4 25% sebanyak 25 ml. Penambahan
H2SO4 ini bertujuan untuk mengikat ion

tembaga yang terbentuk dari hasil reduksi


monosakarida dengan pereaksi Luff Schoorl,
sehingga larutan KI yang sudah ditambahkan
akan bereaksi dengan tembaga sulfat
membentuk buih coklat kehitaman. Langkah
selanjutnya dititrasi dengan menggunakan
larutan tiosulfat. Saat pertengahan titrasi,
larutan yang dititrasi ditambahkan dengan
indikator kanji 2 tetes. Keberhasilan dari
titrasi ditunjukan dengan terbentuknya warna
putih. Hasil ml titrasi ini ditunjukkan sebagai
hasil kadar gula sebelum inversi.
Penentuan kadar gula sesudah inversi
sama halnya dengan penentuan kadar gula
sebelum
inversi,
namun
sebelumnya,
dilakukan penguraian polisakarida menjadi
monosakarida terlebih dahulu sebelum
dilakukan pengujian. Sampel filtrat sebanyak
10 ml ditambahkan dengan 5 ml HCl 25 %
hal ini dilakukan untuk menghidrolisis pati
dalam filtrat menjadi monosakarida [8]. HCl
yang sudah ditambahkan dalam larutan
kemudian dipanaskan pada 70 0C. Proses
pemanasan ini menyebabkan warna larutan
menjadi bening karena adanya perubahan
suhu yang tinggi menyebabkan perubahan
hidrolisis amilum dari polisakarida menjadi
monosakarida terjadi setelah penambahan
HCl [7].
Larutan yang sudah dipanaskan
kemudian didinginkan menunjukan proses
hidrolisis selesai dilakukan maka dilakukan
penambahan
larutan
NaOH
untuk
menetralkan larutan sampel yang sudah
ditambahkan dengan HCl. Penambahan
NaOH ini membuat larutan berubah warna
menjadi merah muda. Larutan lalu ditetesi
dengan indikator PP (Fenoftalen) dan ditera.
Filtrat diambil 10 ml dan dilanjutkan dengan
prosedur penentuan kadar gula sebelum
inverse. Penentuan kadar gula sebelum dan
sesudah inverse bertujuan untuk menentukan
kadar sukrosa dalam bahan pangan.
Hasil analisis kadar gula disajikan
dalam tabel. Tabel 1 menunjukkan persentase
sukrosa pada sampel G memiliki nilai paling
rendah yaitu 2.67%, dan sampel dengan
persen sukrosa tertinggi adalah sampel NG
sebesar
13.098%.
Menurut
Badan
Standarisasi Nasional, syarat mutu minuman
sari buah memiliki kadar sukrosa maksimal
sebesar 5% [9] dan untuk minuman teh adalah

6% [10]. Hal ini menunjukkan bahwa sampel G


yang merupakan sampel minuman sari buah
apabila dibandingkan dengan SNI sudah
sesuai dengan standar, sedangkan sampel NG
dan PO yang merupakan minuman teh dan
sari buah lebih tinggi dari SNI. Sampel
sebelum direduksi atau inversi memiliki
angka persentase karbohidrat khususnya
sukrosa lebih rendah, karena sebelum
diinversi kadar sukrosa belum mengalami
hidrolisis menjadi glukosa dan fruktosa
sehingga persen karbohidrat sebelum inversi
lebih rendah. Setelah karbohidrat mengalami
inversi, semua kandungan karbohidrat
dihidrolisa menjadi zat paling sederhana yang
membuat kadar sukrosa setelah inversi
menjadi lebih tinggi.
Tabel 2 menunjukkan persentase
masing-masing kandungan gula pereduksi.
Persentase kadar glukosa dan fruktosa, laktosa
dan maltosa sampel terbesar adalah sampel
NG sebesar 32.595%, 48.328% dan 51.664%..
Hasil perhitungan persentase nutrition fact
sampel PO sebesar 11.14%, sampel G sebesar
10.41% dan sampel NG sebesar 8%. Apabila
dibandingkan dengan persentase sukrosa,
persentase nutrition fact untuk sampel PO dan
G lebih tinggi dari persentase sukrosanya,
sedangkan untuk sampel NG persentase dari
nutrition fact lebih rendah dari persen sukrosa
hasil praktikum. Hal ini diduga karena
perbedaan metode yang mungkin dilakukan
dengan praktikan atau waktu pemanasan dan
kekuatan reagen yang digunakan. Hasil
pengamatan metode Luff-Schoorl juga
dipengaruhi oleh waktu pemanasan dan
kekuatan reagen.
Kelebihan metode luff schrool adalah
dapat diaplikasikan untuk produk pangan
yang mengadung gula dengan bobot molekul
yang rendah dan pati alami atau modifikasi.
Adapun kelemahan metode ini karena tidak
dapat menentukan kandungan masing-masing
gula pereduksi. Oleh sebab itu, terdapat
metode analisis lain yang mungkin dapat
dilakukan untuk menentukan kandungan
masing-masing gula pereduksi secara spesifik
yaitu dapat dilakukan dengan metode
kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT) yang
juga dikenal dengan HPLC. Metode ini dapat
menganalisis monosakarida dan oligosakarida

dan dapat digunakan untuk


polisakarida setelah hidrolisis [1].

analisis

KESIMPULAN
Penentuan kadar gula pada ketiga
sampel minuman saji terdapat hasil yang
berbeda. Kadar sukrosa sampel G lebih kecil
di bawah standar maksimal SNI dan sampel
PO serta NG lebih besar dari standar
maksimal SNI. Kadar sukrosa sampel G dan
PO pada nutrition fact masing-masing produk
yang sesuai lebih tinggi jika dibandingkan
dengan hasil analisis sedangkan sampel NG
lebih kecil dibandingkan analisis. Sampel NG
memiliki kadar glukosa fruktosa, laktosa dan
maltosa tertinggi dibandingkan produk
lainnya.
Saran untuk praktikum selanjutnya,
sebaiknya praktikan memperhatikan prosedur
praktikum
yang
rentan
menimbulkan
kesalahan. Praktikan sebaiknya lebih teliti
dalam melakukan prosedur.
DAFTAR PUSTAKA
1. Nielsen SS. Food Analysis 4th Ed. New
York (US): Springer Science + Business
Media; 2010.
2. Sandjaja, Budiman B, Herartri R,
Afriyansyah N, Soekatri M, Sofia G,
Suharyatai, Sudikno, Permaesih D. Kamus
Gizi Pelengkap Kesehatan Keluarga.
Jakarta (ID): PT Kompas Media
Nusantara; 2010.
3. Andarwulan N, Kusnandar F, Herawati D.
Analisis Pangan. Jakarta (ID): Dian
Rakyat; 2011.
4. Winarno, FG. Kimia Pangan dan Gizi.
Jakarta (ID): PT Gramedia Pustaka Utama;
2009.
5. Marsetyo dan Kartasapoetra G. Ilmu Gizi
Korelasi
Gizi,
Kesehatan
dan
Produktivitas Kerja. Jakarta (ID): Rineka
Cipta; 2008.
6. Haryati S, Putri AAK, Saputra Y. Potensi
kandungan biji durian (Durio zibethinus)
sebagai bahan baku pembuatan bahan
bakar hidrokarbon. J. Unsri. 2014.
7. Efiah U. Pengaruh pemberian Pb-asetat
dosis tinggi terhadap ketebalan Mielinn
Ischiadicus tikus putih (Rattus norvegicus).
J. Ked. Brawijaya. 2007; Vol. XXIII-1.

8. Sativa
R.
Karbohidrat.
http://sweetir1s.multiply.com/journal/item/
5/karbohidrat?&show_interstitial=1&u=
%2Fjournal%2Fitem. diakses pada 27
April 2015.
9. [SNI] Standar Nasional Indonesia. Syarat
Mutu Minuman Sari Buah Jeruk. Jakarta
(ID): Badan Standarisasi Nasional
Indonesia; 2009 SNI 01-6019-1999.
10. [SNI] Standar Nasional Indonesia.
Minuman Teh dalam Kemasan. Jakarta
(ID): Badan Standarisasi Nasional
Indonesia; 2009 SNI 01-3143-92.

Nama
Zukhruf Faridho

Umiyati

Fuza Aghnia Ream Putri

Nurniawati
Melania Eriyani

NIM
Tugas
I14144043 Cover
Editor
Kesimpulan
dan
saran
I14144039 Pembahasan :
- Karbohidrat
- Metode Luff
Schoorl
- Prinsip
- Fungsi prosedur
I14144015 Pembahasan :
- Perbandingan
kadar gula
sebelum dan
sesudah inverse
- Kadar gula
sampel
- Perbandingan
kadar sukrosa
dengan nutrition
fact
- Metode yang
lebih tepat dan
akurat
I14144025 Pendahuluan
Metode
Hasil
I14144022

TTD

Anda mungkin juga menyukai