Anda di halaman 1dari 23

Teknik Sampling

Sampling adalah sebuah prosedur/cara untuk memilih sampel. Dalam sebuah penelitian
tertentu penggunaan teknik sampling mutlak diperlukan dan harus diperhatikan agar
tujuan penelitian tersebut sesuai dengan kondisi dan keadaan sebenarnya sehingga
penelitian menjadi absah. Dengan demikian, para peneliti memang perlu mengetahui
teknik sampling yang baik dan benar. Dalam melakukan teknik sampling terdapat
beberapa yang harus diperhatikan oleh para peneliti antara lain:
1. Karakteristik
Karakter atau ciri-ciri yang akan diperiksa/pelajari.
2. Unit analisis
Suatu pengamatan yang karakteristiknya akan diukur/diteliti
3. Populasi
Keseluruhan unit analisis/hasil pengukuran yang dibatasi oleh suatu kriteria
tertentu.
4. Populasi sasaran
Populasi yang akan diteliti. Seorang peneliti menyimpulkan hasil penelitiannya
hanya berlaku untuk populasi sasaran yang ditetapkan.
1. Jenis-Jenis Teknik Sampling
Teknik sampling dilihat dari prosesnya terdapat 2 tipe sampling:

Sampling dengan pengembalian


Teknik pengambilan sampel yang sudah kita ambil akan kita kembalikan, jadi
masih ada kemungkinan unit tersebut akan terambil kembali.

Sampling tanpa pengembalian


Teknik pengambilan sampel yang sudah kita ambil tidak kita kembalikan, jadi
tidak ada kemungkinan unit tersebut akan diambil kembali.

Teknik sampling dilihat dari peluang (probability) pemilihannya.

Sampling non peluang


Proses pemilihannya sederhana tetapi kesederhanaan ini harus dibayar mahal
sebab terhadap data yang dikumpulkan melalui sampling non peluang, analisis
statistik yang menyangkut test of significant tidak diperkenankan, karena test of

significant melibatkan peluang, padahal samplingnya tidak melibatkan peluang


sehingga sampling ini jarang digunakan.

Sampling peluang
Pada sampling peluang peneliti sangat memperhatikan unsur peluang saat
melakukan pemilihan unit analisis yang masuk ke dalam sampel, dimana peluang
unit analisis terpilih ke dalam sampel adalah sama.
Jenis-jenis sampling peluang:

1. Sampling acak sederhana (simple random sampling)


Sampling acak sederhana adalah proses sampling yang memenuhi persyaratan
bahwa setiap unit analisis yang ada dalam populasi mempunyai peluang yang
sama untuk terpilih ke dalam sampel.Jika ukuran populasi N, maka setiap unit
populasi mempunyai peluang 1/N untuk terpilih ke dalam sampel. Sampling acak
sederhana
merupakan dasar dari sampling lainnya, tetapi penggunaannya terbatas sekali,
terutama dalam penelitian survei yang ruang lingkupnya luas. Sampling acak
sederhana dapat digunakan jika peneliti berhadapan dengan populasi yang relatif
homogen dan kerangka harus lengkap dan tersedia.
2. Sampling sistematik (systematic sampling)
Sampling sistematik biasanya banyak digunakan dalam trafic survey atau
marketing research. Ada beberapa peneliti yang menganggap sampling sistematik
bukan merupakan sampling acak, padahal sampling sistematik merupakan
sampling acak karena pemilihan pertama dilakukan secara acak. Beberapa
peneliti menyebut sampling sistematik sebagai quasi random sampling.Sampling
sistematik dapat dilakukan tanpa adanya kerangka sampling yang lengkap,
misalnya dalam penelitian untuk populasi bergerak (mobile population). Tetapi
kerugian sampling sistematik jika dalam kerangka sampling terdapat periodicty
(letak satuan sampling yang mempunyai interval tetap dan mempunyai
karakteristik yang sama). Cara mengatasinya dengan mengubah atau mengambil
random start beberapa kali (paling banyak 3 kali)
3. Sampling acak stratifikasi (stratified random sampling)
Sampling ini biasanya dilakukan dalam keadaan populasi yang sangat heterogen
sehingga populasi dibagi ke dalam sub populasi (strata). Tujuan stratifikasi
membentuk
strata
yang
keadaannya
relatif
homogen
sehingga tujuan utama memperoleh hasil analisis yang mempunyai presisi tinggi
dapat
tercapai.
Dalam
penelitian biasanya variabel stratifikasi yang digunakan adalah variabel yang erat
hubungannya dengan variabel yang sedang diteliti. Banyaknya strata yang
diperlukan merupakan masalah tersendiri dalam sampling acak stratifikasi.
4. Sampling klaster (cluster sampling)

Unit analisis merupakan sebuah kesatuan yang karakteristiknya akan diukur. Unit
analisis bisa merupakan sebuah kesatuan yang berdiri sendiri (tidak dapat dibagibagi). Berlawanan dengan pembentukan strata, klaster dibentuk dengan tujuan
memperoleh keadaan se-heterogen mungkin. Jika dalam klaster keadaan
heterogen, klaster menjadi homogen. Bila pembentukan klaster seperti ini dapat
tercapai, maka banyaknya klaster yang digunakan untuk menentukan sampel
penelitian cukup 2 buah saja karena homogen. Dalam prakteknya di lapangan,
klaster yang biasa diambil adalah daerah administratif seperti RT, RW, kelurahan,
kecamatan, dan lain-lain. Akibat pembentukan klaster seperti ini maka keadaaan
di dalam klaster relatif heterogen dan antar klaster relatif homogen. Oleh karena
itu, disarankan melakukan pembentukan klaster menggunakan daerah
administratif.
2. Ukuran Sampel
Hal lain yang sangat penting diperhatikan dalam penelitian adalah dalam menentukan
ukuran sampel (n). Dalam penelitian kita harus menetapkan yang menjadi populasi
sasaran, jenis sampling, ukuran/jumlah sampel (n) dan cara pemilihannya.
Pengambilan sampel penelitian itu sendiri pada dasarnya tidak sesederahana seperti
yang mungkin dibayangkan orang. Sampel penelitian haruslah representatif, mewakili
semua populasi darimana sampel itu diambil, sehingga seluruh informasi yang
terdapat dalam populasi terdapat juga pada sampel yang kita ambil. Kata mewakili
hendaknya diartikan segala karakteristik yang terdapat dalam populasi ada di dalam
sampel, yang beda hanya besarnya atau ukurannya. Karena itulah sampel ukurannya
selalu lebih kecil daripada ukuran populasi N. Faktor-faktor yang ikut berperan dalam
menentukan ukuran sampel minimal sebagai berikut:

Tipe sampling yang digunakan

Parameter yang akan dianalisis.

Apakah penelitian tujuannya mengestimasi parameter atau menguji hipotesis?

Besarnya koefisien kepercayaan () dan bound of error () yang digunakan {jika


masalah yang dihadapi
adalah masalah estimasi} besarnya koefisien
kepercayaan () dan besarnya kuasa uji (1-) {jika masalah yang dihadapi
adalah pengujian hipotesis}.

Variasi variabel yang sedang diteliti.

Kedalaman analisis.

Ketersediaan satuan pengamatan (unit analisis) atau dengan menggunakan


metode dua langkah (two step methode), yang dapat dilakukan dengan cara:
Tahap
I
Ambil sampel n1 sesuai dengan biaya yang dimiliki. Hitung s square (varians
sampel) dari sampel tersebut . Tahap II s square dianggap square , digunakan
rumus pada bagian sebelumnya. Maka terdapat 2 kemungkinan:

1. n n1, maka dalam keadaan seperti ini ukuran sampel yang digunakan
adalah n1.
2. N > n1, maka dalam ini harus menambah jumlah sampel.

Sumber:
1. Dr. Harapan L. Tobing, Alat-alat Statistika yang Sering Digunakan, 2000.
2. Prof. Dr. Sudjana, Metoda Statistika. Penerbit Parsito, Bandung, 1992

SAMPLING
22.12 | Posted in sampling
Methode Sampling
Ada dua cara mengumpulkan data :
1. Sensus yaitu mengumpulkan data dengan cara mencatat semua elemen yang
diselidiki, jadi menyelidiki semua obyek, gejala, kejadian atau peristiwa.
Misalnya seluruh motor yang dihasilkan Pt X, atau seluruh motor yang ada di dealer.
Sehingga hasil sensus menggambarkan nilai karakteristik sesungguhnya. Kumpulan
seluruh elemen itu dinamakan populasi.
2. Sampling : teknik mengumpulkan data dengan cara mengamati sebagian dari obyek,
gejala atau peristiwa.
Sebagian individu yang diamati tersebut disebut sampel. Sehingga hasil pengamatan
yang diperoleh berupa nilai karakteristik perkiraan, yaitu perkiraan tentang keadaan
populasi.
Cara sensus meskipun memberikan data yang sebenarnya, dan hasil keputusan yang
tepat tetapi memakan biaya, waktu, tenaga.
Cara sampling akan menghemat waktu, tenaga , biaya namun perlu diperhatikan teknik
pengambilan samplingnya sehingga bisa menggambarkan keadaan sesungguhnya dari
populasi (tidak bias).
Teknik Pengambilan Sampling :
A. Probability Sampling Random : pengambilan sampling yang mengikuti teori
probabilitas, sehingga bisa lebih menggambarkan kondisi populasi.
Terbagi atas :
A.1. Simple Random Sampling :
Simple random sampling adalah teknik pengambilan sampel yang dilakukan secara acak
sehingga setiap kasus atau elemen dalam populasi memiliki kesempatan yang sama
besar untuk dipilih sebagai sampel penelitian.
Apabila jumlah populasi sedikit bisa dilakukan dengan cara mengundi tapi apabila jumlah
populasi besar dengan menggunakan Tabel Random Number atau lebih praktis lagi lewat
bantuan software online http://www.randomizer.org/form.htm
Teknik ini memiliki tingkat keacakan yang sangat tinggi, sehingga sangat efisien

digunakan untuk mengukur karakter populasi yang memiliki sifat homogenitas tinggi.
Sedangkan untuk populasi yang bersifat heterogen, penggunaan teknik ini justru dapat
menimbulkan bias.
Dengan software online, http://www.randomizer.org/form.htm
dengan cara mengisi sebagai berikut :
How many sets of numbers do you want to generate? Isi 1
How many numbers per set ? Isi 5
Number range (e.g., 1-50) : Isi from 1 to 50
Do you wish each number in a set to remain unique? Pilih Yes
Do you wish to sort the numbers that are generated? Pilih No
How do you wish to view your random numbers? Pilih Place Marker Off
Klik Randomize Now !

A.2. Sistematik Sampling


Yaitu dengan melakukan pengambilan sample secara sistematis berdasarkan interval
yang telah ditetapkan.
Mis. untuk memilih 7 sampel dari populasi yang berisi 100, yaitu dengan menetapkan
interval mis k = 15 lalu pilih secara random nilai pertama mis 10, maka nilai kedua
adalah 10 + 15 = 25 dst sesuai interval sehingga sample yang didapat
10,15,40,55,70,80,95
Pada populasi dengan elemen yang terorganisir membentuk pola atau siklus, sistematik
sampling justru menimbulkan bias.
Prosedur sistematik sampling adalah sebagai berikut :
1. Menyusun sampling frame yaitu daftar elemen yang akan diamati.
2. Menetapkan sampling interval (k) dengan menggunakan rumus N/n; dimana N adalah
jumlah elemen dalam populasi dan n adalah jumlah sampel yang diperlukan.
3. Memilih sampel pertama (s1)secara random dari sampling frame.
4. Memilih sampel kedua (S2), yaitu S1 + k. selanjutnya, peneliti memilih sampel
sampai diperoleh jumlah sampel yang dibutuhkan dengan menambah nilai interval (k)
pada setiap sampel sebelumnya.
Sistematik Sampling & Control Chart :
Methode ini paling efektif digunakan untuk troubleshooting dan biasanya digunakan
untuk membentuk subgroups dari sebuah control chart.
Sering disebut juga sebagai Consecutive Sampling
A.3. Stratifikasi Sampling :
Yaitu dengan melakukan stratifikasi populasi kedalam sub populasi atau strata yang
mempunyai pembobotan (%) yang sama.
Misal survey untuk 100 orang pembaca tabloid x, maka apabila diketahui 100 orang
pembaca tersebut terdiri atas 60 orang pria & 40 wanita maka apabila sample diambil
untuk 10 orang maka sample terdiri atas 6 pria & 4 wanita.
A.4. Cluster Sampling (Sampel Random Berkelompok) yaitu dengan membagi populasi
sebagai cluster-cluster kecil, lalu pengamatan dilakukan pada sampel cluster yang dipilih
secara random.

Methode ini biasanya digunakan pada survey yang menggunaan peta area (geografi),
misalnya survey perumahan di perkotaan. Area kota dibagi kedalam blok-blok, kemudian
secara random dipilih blok-blok sebagai sampel pengamatan.
Quick Count biasanya menggunakan perpaduan Cluster & Stratifikasi Sampling dalam
methodenya
Cluster sampling ini digunakan ketika elemen dari populasi secara geografis tersebar
luas.
Keuntungan penggunaan teknik ini adalah menjadikan proses sampling lebih murah dan
cepat daripada jika digunakan teknik simple random sampling. Akan tetapi, hasil dari
cluster sampling ini pada umumnya kurang akurat dibandingkan simple random sampling
B. Non Probability Sampling
Perbedaan antara nonprobability dan probability sampling adalah bahwa nonprobability
sampling memilih unit sampel secara tidak acak.
Hal ini berarti nonprobability sampling tidak bergantung pada teori probabilitas.
Dengan nonprobability sampling, kemungkinan besar tidak bisa mewakili sifat populasi
secara baik.
Secara umum peneliti pada umumnya memakai methode probability dibanding non
probability.
Namun demikian dalam riset sosial terdapat beberapa kondisi-kondisi yang tidak
memungkinkan secara praktek atau secara teoritis untuk melakukan random sampling.
Oleh karena itu kemudian perlu digunakan alternatif metoda nonprobability seperti
survey, jajak pendapat maupun opini.
Terdiri :
B.1. Accidental Sampling, apabila pengamatan sampel yang dilakukan tanpa sengaja,
tanpa perencanaan terlebih dulu. Jumlah sample yang diambil seadanya saja, sehingga
kesimpulan yang diambil bersifat kasar dan sementara.
Misalnya penelitian pemakaian merk kendaraan di Yogyakarta berdasarkan samel mobil
yang diparkir di Malioboro, didapatkan kesimpulan 70 % memakai Toyota.
Purposive Sampling
B.2. Purposive Sampling yaitu pengambilan sampel yang dilakukan dengan sengaja
untuk mencapai maksud tertentu. Informasi yang mendahului keadaan populasi sudah
diketahui benar dan tidak perlu diragukan lagi (misal dari sensus ekonomi) dan
pengamatan dilakukan hanya pada daerah tertentu key area misal daerah industri
dengan tujuan mengetahui key area tersebut saja.
Purposive Sampling sering juga disebut Judgement Sampling, karena diasarkan pada
pertimbangan pakar. Misalnya untuk masalah peningkatan ekonomi dengan mengambil
pendapat pakar ekonomi dsb
B.3. Convenience Sampling : apabila pengambilan sample berdasarkan kesukaan / sukasuka / seenaknya menurut si peneliti. Misalnya dengan mengambil pengunjung yang

baru keluar dari seminar, orang terdekat dsb


B.4. Snowball (bola salju) sampling ; apabila pengamatan sample didapat dari sejumlah
responden yang kemudian mereka mengajak temannya untuk dijadikan sample dst
sehingga jumlah sample semakin membesar seperti bola salju yang menggelinding.
Misalnya sample pengamatan mengenai penolakan terhadap pasangan capres/cawapres
tertentu Say No To lewat media face book.
B.5. Kuota Sampling ; terjadi pada sampling stratifikasi bedanya disini sample
pengamatan menetapkan kuota tertentu sejumlah yang diinginkan.Jika kuota telah telah
ditentukan mulailah dilakukan penyelidikan, tentang siapa yang akan dijadikan
responden, terserah tim pengumpul data.
Misalnya ; Untuk keperluan responden penghuni suatu apartemen ditetapkan kuota
sebagai berikut :
15 orang warga negara asing
10 orang wni keturunan asing
30 orng wni asli
Apabila sudah memenuhi kuota, tak peduli apakah subyek yang diambil mewakili
populasi atau tidak, bukan menjadi persoalan.

Sampling Penerimaan :
Sampling Penerimaan (Acceptance Sampling) adalah sampling yang digunakan untuk
menentukan apakah suatu lot bisa diterima atau tidak, berdasarkan AQL (Acceptance
Quality Level / Tingkat Penerimaan Kualitas).
Awalnya secara resmi dipakai di US Army melalui prosedur MIL-STD-105 D namun sudah
pula dipakai secara luas didunia, dan bisa dipakai untuk data variabel maupun atribut.
Tiga pendekatan dalam memutuskan lot :
1.Menerima lot tanpa pemeriksaan ; digunakan apabila proses produksi supplier sangat
baik, produk cacat hampir tidak ditemukan.
2.Pemeriksaan 100 % ; digunakan apabila proses produksi supplier tidak cukup
memenuhi spesifikasi atau merupakan kritikal part dan apabila meloloskannya akan
mengakibatkan biaya yang sangat besar.
3.Sampling penerimaan digunakan apabila :
a. Pengujian bersifat merusak.
b. Biaya dan waktu pemeriksaan 100 % sangat tinggi.
c. Adanya keperluan untuk pemantauan kualitas supplier.
Keunggulan Sampling Penerimaan :
a. Lebih murah dan cepat.
b. Resiko kerusakan part berkurang.
c. Manpower lebih sedikit.
d. Mengurangi kesalahan pemeriksaan.
e. Memberikan motivasi ke supplier untuk perbaikan proses secara menyeluruh.
Kerugian Sampling Penerimaan :
a. Beresiko menerima lot yang jelek dan menolak lot yang baik.

b. Informasi dari part / proses yang didapat lebih sedikit.


c. Memerlukan perencanaan dan dokumentasi tentang prosedur sampling penerimaan
yang akan dijalankan.
Inspection Level / Tingkat Pengawasan ;
digunakan untuk menentukan berapa banyaknya contoh yang harus diambil dalam satu
lot. Biasanya ditentukan oleh besar kecilnya biaya pengawasaan, kerusakan part karena
pegujian, maupun lamanya waktu untuk pengawasan.
Terbagi atas 2 yaitu : spesial, umum.
1.Tingkat pengawasan spesial terbagi atas empat tingkat yaitu S-1, S-2, S-3, S-4
digunakan apabila biaya pengawasan cukup mahal karena adanya kerusakan part karena
pengujian.
2.Tingkat pengawasan umum terbagi atas tiga tingkat yaitu I, II, III, dimana :
I : Untuk biaya pengawasan relatif tinggi.
II : Untuk kasus yang normal atau supplier baru.
III : Untuk biaya pengawasan murah & mudah.
Sifat Pengawasan :
Sifat Pengawasan ada tiga macam yaitu longgar, normal, ketat.
1.Sifat pengawasan longgar dipakai untuk supplier yang mempunyai sejarah kualitas
yang baik yang tidak pernah atau sangat jarang melakukan kesalahan dan menjaga
kualitas part yang dikirimkan.
2.Sifat pengawasan normal dipakai untuk awal kegiatan pemeriksaan, untuk supplier
baru ataupun supplier yang mempunyai riwayat kualitas sedang.
3.Sifat pengawasan ketat dipakai untuk supplier yang mempunyai riwayat kualitas yang
jelek.
Pemindahan sifat pengawasan bisa terjadi dari longgar ke normal dan sebaliknya, normal
ke ketat dan sebaliknya mengikuti persyaratan yang telah ditentukan, terdiri atas 5
macam, yaitu :
1.Pengawasan normal menjadi longgar apabila :
a. Tidak terjadi penolakan selama 10 kali berturut-turut.
b. Keadaan penerimaan yang mantap (tidak ada masalah material, mesin dsb dari
suppplier pada akhir-akhir ini).
c. Telah mendapat persetujuan pic dari bagian yang bertanggungjawab.
d. Total penolakan (10 lot terakhir) maksimal sesuai bilangan batas untuk pengurangan
pemeriksaan. (Tabel)
2.Pengawasan longgar menjadi pengawasan normal apabila :
a. Terjadi 1 lot ditolak.
b. Produksi suplier tidak teratur, sering terjadi keterlambatan.
c. Hal khusus tertentu yang menuntut diadakannya pemeriksaan normal yang lebih
dapat dipertanggungjawabkan.
d. Apabila cacat terletak antara angka ac (accepted) & re (rejected), maka lot diterima
tetapi sifat pengawasan berubah dari longgar menjadi normal.
3.Pengawasan normal ke ketat apabila :
Apabila dalam pengawasan normal terjadi 2 sampai 5 kali berturut-turut mengalami

penolakan karena kesalahan yang fatal.


4.Pengawasan ketat ke normal apabila :
Setelah 5 kali berturut-urut lot diterima tanpa penolakan.
5.Penghapusan / Penghentian Pengawasan :
Apabila pengawasan ketat sudah dilaksanakan selama 10 lot berurutan, sehingga part
dari supplier tidak dapat diterima lagi dan supplier dianjurkan memperbaiki tingkat
kualitas produksinya.
Perencanaan Sampling :
Jenis Perencanaan Sampling ada 3 yaitu :
1. Sampling Single / Tunggal :
Apabila banyaknya reject maksimal sesuai dengan angka penerimaan (Ac /Accepted)
maka lot diterima, tetapi apabila banyaknya reject minimal sesuai dengan angka
penolakan (Re/ Rejected) maka lot ditolak.
Perencanaan Sampling
2. Sampling Double / Ganda :
Apabila banyaknya reject yang terjadi pada pengambilan tahap pertama diatas angka
penerimaan (Ac) tetapi dibawah angka penolakan (Re), maka sample kedua diperlukan
sebelum lot dapat diputuskan.
Keputusan untuk sample kedua adalah sebagai berikut :
Apabila reject akumulatif sample pertama dan kedua maksimal sesuai dengan angka
peneriman (Ac), maka lot diterima, tetapi apabila minimal sesuai dengan angka
penolakan (Re) maka lot ditolak.
3. Sampling Multiple / bertingkat :
Merupakan perluasan dari sampling ganda, yaitu sampai pengambilan sample ketujuh
baru bisa diputuskan untuk penerimaan atau penolakan lot.
Hal ini tentunya memerlukan waktu, tenaga dan biaya pemeriksaan yang lebih
disebabkan karena prosedur yang lebih rumit dibandingkan dengan sampling double
apalagi dibandingkan dengan sampling tunggal.
Perencanaan Sampling
Hal yang ingin dicapai dengan sampling multiple ini adalah pertimbangan psikologis
semata untuk memastikan bahwa lot tersebut memang layak diterima atau memang
harus ditolak.
Langkah-Langkah Sampling Penerimaan
Langkah - Langkah Penggunaan Sampling Penerimaan dengan MIL STD 105D :
1. Menentukan tingkat AQL berdasarkan kesepakatan dengan supplier.
2. Pilih tingkat pengawasan yang akan dilakukan (Spesial S-1, S-2, S-3, S-4 atau Umum
I,II,III)
3. Menentukan ukuran lot yang akan diperiksa.
4. Menentkan jenis perencanaan sampling (tunggal, ganda, bertingkat).
5. Menentukan sifat pengawasan awal (longgar, normal, ketat).
6. Masukkan ke tabel, untuk menentukan angka penerimaan atau penolakan lot.

Sumber :
1.Eugene L. Grant, Richard S. Leavenworth,Pengendalian Mutu statistis Jilid 2, Penerbit
Erlangga 1991
2., Rencana Sampling Dengan Cara MIL-STD-105D, Institut Pendidikan dan Pembinaan
Manajemen PPM
3.http://www.randomizer.org/form.htm
4.Drs. Marzuki, Metodologi Riset,BPFE-UII Yogyakarta
http://stattrek.com/Tables/Random.aspx
Category: sampling

Teknik Sampling dan Contoh Hipotesis


December 10, 2012delfistefani Leave a comment
1. Random Sampling
Simple Random Sampling (Pengambilan Sampel Acak Sederhana)
Pengambilan sampel acak sederhana ialah pengambilan sampel sedemikian rupa
sehingga setiap unit dasar (individu) mempunyai kesempatan yang sama untuk diambil
sebagai sampel.
Keuntungan :

Ketepatan yang tinggi dan setiap unit sampel mempunyai probabilitas yang sama
untuk diambil sebagai sampel.

Sampling error dapat ditentukan secara kuantitatif.

Kekurangan :
Bila tidak terdapat daftar unit dasar (sampling frame) dan populasi yang tersebar atau
populasi yang sangat luas dengan prasarana jalan yang tidak menunjang, maka
pengambilan sampel acak sederhana sulit dilaksanakan atau membutuhkan tenaga,
waktu, dan biaya yang sangat besar.
Systematic Random Sampling (Pengambilan Sampel Acak Sistematik)
Pengambilan sampel acak sistematik ialah apabila pengambilan sampel acak dilakukan
secara berurutan dengan interval tertentu.
Besarnya interval (i) dapat ditentukan dengan membagi populasi (N) dengan jumlah
sampel yang diinginkan (n) atau i = N/n.
Stratified Random Sampling (Pengambilan Sampel Acak Stratifikasi)
Pengambilan sampel acak stratifikasi ialah pengambilan sampel yang dilakukan dengan
membagi populasi menjadi beberapa strata, di mana setiap strata adalah homogen,

sedangkan antar-strata terdapat sifat yang berbeda kemudian dilakukan pengambilan


sampel pada setiap strata.
Bila pengambilan sampel pada setiap strata dilakukan dengan simple random sampling
dan dengan proporsi yang sama disebut Proportionate Stratified Simple Random
Sampling.
Bila pengambilan sampel pada setiap strata tidak dilakukan secara proporsional, disebut
Unproportionate Stratified Simple Random Sampling.

Keuntungan :
Ketepatan yang lebih tinggi dengan simpangan baku yang lebih kecil dibandingkan
dengan pengambilan sampel acak sederhana terutama bila pengambilan sampel
dilakukan secara proporsional.
Kekurangan :
Kekurangannya yaitu kita harus mengetahui kondisi populasi-yang sering tidak
diketahui-agar dapat dilakukan stratifikasi dengan baik, dan kekurangannya yang lain
yaitu sulit untuk membuat kelompok yang homogeny.
Cluster Random Sampling (Pengambilan Sampel Acak Kelompok)
Pengambilan sampel acak kelompok dapat dilakukan apabila kita akan mengadakan
suatu penelitian dengan mengambil kelompok unit dasar sebagai sampel.
Cluster sampling dapat pula dilakukan dengan membagi populasi studi menjadi beberapa
bagian (Blok) sebagai cluster dan dilakukan pengambilan sampel kelompok (cluster)
tersebut.
Keuntungan :
Bila pengambilan sampel acak kelompok dilakukan dengan baik maka akan
menghasilkan ketepatan yang lebih baik daripada pengambilan sampel acak sederhana.
Kekurangan :
Cara ini mempunyai kekurangan yang sama dengan pengambilan sampel acak
stratifikasi, tetapi mempunyai cirri yang berbeda.
Kalau pada sampel acak dengan stratifikasi, individu dalam sau kelompok homogeny
tetapi mungkin antarkelompok berbeda, sedangkan pada cluster sampling sebaliknya,
yaitu individu dalam satu kelompok bersifat heterogen tetapi antarklompok tidak banyak
berbeda.

2. Non Random Sampling


Snow Ball
Merupakan teknik pengambilan sampel yang dilakukan dengan sistem jaringan
responden. Mulai dari mewawancarai satu responden. Kemudian, responden tersebut
akan menunjukkan responden lain dan responden lain tersebut akan menunjukkan
responden berikutnya. Hal ini dilakukan secara terus-menerus sampai dengan
terpenuhinya jumlah anggota sampel yang diingini oleh peneliti.
Kelebihan dari pengambilan beruntun ini adalah bisa mendapatkan responden
yang kredibel di bidangnya. Sedangkan, kekurangannya adalah memakan waktu yang
cukup lama dan belum tentu mewakili keseluruhan variasi yang ada.
Accidental Sampling (Pengambilan Sampel Seadanya)
Pengambilan sampel seadanya ialah pengambilan sampel yang dilakukan secara
subjektif oleh peneliti ditinjau dari sudut kemudahan, tempat pengambilan sampel, dan
jumlah sampel yang akan diambil.
Cara ini sudah tidak lagi digunakan dalm bidang kedokteran, tetapi masih dipergunakan
dalam bidang sosial ekonomi dan politik untuk mengetahui opini masyarakat terhadap
suatu hal.
Contoh :
Bila kita akan meneliti tentang pendapat masyarakat terhadap larangan merokok karena
merugikan kesehatan maka untuk pengambilan sampel peneliti cukup berdiri di pinggir
jalan dan menanyakan pada orang-orang yang kebetulan lewat-tergantung keinginan
peneliti-dengan jumlah yang seadanya sampai oleh peneliti dipandang cukup.
Data yang dikumpulkan diolah dan dianalisis lalu ditarik kesimpulan. Kesimpulan yang
ditarik dari hasil penelitian tersebut akan menghasilkan bias yang sangat besar.
Quota Sampling (Pengambilan Sampel Berjatah)
Pengambilan sampel berjatah hamper sama dengan pengambilan sampel seadanya ,
tetapi dengan kontrol yang lebih baik untuk mengurangi terjadinya bias.
Pelaksanaan pengambilan sampeldengan jatah sangat tergantung pada peneliti, tetapi
dengan kriteria dan jumlah yang telah ditentukan sebelumnya.
Contoh :
Penelitian tentang tingkat pendidikan masyarakat. Dalam hal ini telah ditentukan
jumlahnya, yaitu sebanyak 100 orang dengan kriteria 50 orang laki-laki dan 50 orang
wanita yang berumur antara 20 sampai dengan 35 tahun, tetapi 50 orang laki-laki dan
50 orang wanita mana yang akan diwawancarai tergantung sepenhnya pada peneliti.
Purposive Sampling (Pengambilan Sampel Berdasarkan Pertimbangan)

Dikatakan pengambilan sampel berdasarkan pertimbangan apabila cara pengambilan


sampel dilakukan sedemikian rupa sehingga keterwakilannya ditentukan oleh peneliti
berdasarkan pertimbangan orang-orang yang telah berpengalaman.
Cara ini lebih baik dari dua cara sebelumnya karena dilakukan berdasarkan pengalaman
berbagai pihak.
Contoh :
Pengambilan sampel suatu desa dalam suatu kabupaten yang dapat mewakili seluruhnya
akan sangat sulit dilakukan secara acak. Dalam kondisi demikian maka cara yang
memadai adalah dilakukan pengambilan sampel dengan pertimbangan orang-orang yang
telah berpengalaman sehingga didapat sampel yang cukup dapat mewakili kabupaten
tersebut.

Contoh Hipotesis
1.

Ho : Tidak ada pengaruh signifikan kenaikan gaji terhadap kinerja pegawai.

Ha : Ada pengaruh signifikan kenaikan gaji terhadap kinerja pegawai.


2.
Ho : Rata-rata nilai UAN siswa SLTA negeri se-DIY sama dengan rata-rata nilai
siswa SLTA swasta se-DIY.
Ha : Rata-rata nilai UAN siswa SLTA negeri se-DIY tidak sama dengan rata-rata nilai
siswa SLTA swasta se-DIY.
3.
Ho : Tidak ada hubungan antara kematian karena CVD (Cerebro Vascular
Desease) dengan konsumsi tinggi garam.
Ha : Ada hubungan antara kematian karena CVD (Cerebro Vascular Desease) dengan
konsumsi tinggi garam.
4.
Ho : Tidak ada dampak signifikan pemberian motivasi terhadap peningkatan
produktifitas karyawan.
Ha : Ada dampak signifikan pemberian motivasi terhadap peningkatan produktifitas
karyawan.
5.
Ho : Tingkat kesembuhan penyakit kelompok A yang diberikan serum x sama
dengan tingkat kesembuhan penyakit kelompok B yang tidak diberikan serum x.
Ha : Tingkat kesembuhan penyakit kelompok A yang diberikan serum x tidak sama
dengan tingkat kesembuhan penyakit kelompok B yang tidak diberikan serum x.
6.
Ho : Tidak ada penurunan berat badan para pasien penderita obesitas yang
melakukan diet.

Ha : Ada penurunan berat badan para pasien penderita obesitas yang melakukan diet.
7.
Ho : Tidak ada hubungan antara tingkat kecemasan dengan prestasi belajar
siswa.
Ha : Ada hubungan antara tingkat kecemasan dengan prestasi belajar siswa.
8.
Ho : Tidak ada pengaruh pemberian informasi produk terhadap keputusan
pembelian barang.
Ha : Ada pengaruh pemberian informasi produk terhadap keputusan pembelian barang.
9.
Ho : Tidak ada pengaruh kegiatan penyuluhan terhadap keputusan pasangan
keluarga untuk mengikuti program KB.
Ha : Ada pengaruh kegiatan penyuluhan terhadap keputusan pasangan keluarga untuk
mengikuti program KB.
10.
Ho : Rata-rata berat badan bayi yang diberi susu formula tambahan sama dengan
rata-rata berat badan bayi yang tidak diberi susu formula tambahan.
Ha : Rata-rata berat badan bayi yang diberi susu formula tambahan tidak sama dengan
rata-rata berat badan bayi yang tidak diberi susu formula tambahan.

Teknik Sampling

Paper ini berisi uraian mengenai metode sampling atau teknik-teknik sampling
yang disertai analisa kritis terkait metode sampling. Selain itu juga terdapat penjelasan
mengenai bagaimana cara menentukan sampling error. Sumber referensi dari paper ini
adalah buku karangan Prof.Dr.S.Nasution, M.A. yang berjudul, Metode Research. Paper
ini jauh dari sempurna, oleh karena itu segala kritik dan saran yang membangun akan
diterima penulis agar paper ini dapat menjadi lebih baik.
Teknik Sampling
Sebelum menjabarkan teknik-teknik sampling, lebih baik diketahui terlebih dahulu
apa yang dimaksud dengan sampling. Menurut Prof.Dr.S.Nasution, M.A. sampling adalah
memilih sejumlah tertentu dari keseluruhan populasi. 1[1] Untuk menentukan teknik
sampling yang akan digunakan sebaiknya melalui beberapa pertimbangan seperti;
tingkat pengetahuan peneliti mengenai populasi, biaya, besarnya populasi, fasilitas
pendukung penelitian dan tujuan penelitian. Secara umum terdapat dua jenis sampling
yaitu; probability sampling dan non-probability sampling. Berikut uraiannya :

1[1] Prof.Dr.S.Nasution, M.A. Metode Research (Jakarta: Bumi Aksara,


2008),hlm.86.

A. Probability Sampling

Sampling yang memberikan kemungkinan yang sama bagi setiap unsur populasi
untuk dapat dipilih. Ada empat jenis dari probability sampling, diantaranya :
1)

Random Sampling
Sering disebut dengan sampling acakan, namun acakan yang dimaksud bukan
pemilihan sampel secara kebetulan atau asal-asalan saja karena pada dasarnya, random
sampling ini dilakukan dengan mengikuti prosedur tertentu. Acakan atau random
ditekankan pada tiap-tiap individu dalam populasi memiliki kesempatan yang sama
untuk dipilih. Karakteristik dari random sampling ini adalah kesempatan yang dimiliki
oleh tiap-tiap individu dalam populasi tidak dipengaruhi oleh unsur-unsur lain untuk
dipilih, bisa dikatakan bersifat independen.
Meskipun teknik ini sering digunakan oleh para peneliti, namun kelemahan dari
random sampling ini adalah untuk memperoleh data yang lengkap mengenai populasi
secara keseluruhan tidaklah mudah. Menurut pendapat saya, teknik ini merupakan
teknik yang rumit, saya memberikan contoh dalam melakukan sebuah penelitian dengan
sebuah populasi yang terdiri dari 50 hingga 100 orang. Bagaimana cara peneliti untuk
mendapatkan data yang lengkap mengenai berapa orang yang memiliki
telepon
genggam , berapa orang yang bisa mengoperasikan komputer dengan baik ?. Untuk
mendapatkan data-data secara lengkap dari populasi secara keseluruhan memerlukan
waktu yang lama.

2)

Proportionate Stratified Random Sampling


Dikenal juga dengan sampling acakan dengan stratifikasi. Dalam teknik ini, populasi
biasanya digolongkan menurut cirri-ciri tertentu dan sesuai dengan keperluan penelitian.
Penggolongan itulah yang disebut dengan stratifikasi. Biasanya penggolongan dilakukan
menurut jenis kelamin, pendidikan dan lain-lain. Setelah itu penentuan sample ditiap
kelompok akan dilakukan secara acak.
Kelemahan dari teknik ini adalah makin banyak ciri-ciri yang dimasukkan sebagai
dasar stratifikasi, maka makin sedikit jumlah sampel dalam tiap subkategori. Menurut
pendapat saya, teknik sampling ini memperbesar kesempatan terjadinya kesalahan
dalam penelitian. Peneliti harus melakukan stratifikasi dan untuk itu peneliti diharuskan
untuk mengenal tentang populasi terlebih dahulu untuk memperoleh keterangan yang
rinci menyangkut subkategori yang dijadikan dasar stratifikasi. Jika peneliti tidak bisa
memperoleh keterangan dengan baik, maka kemungkinan klasifikasi tersebut
mengandung kelemahan yang mengakibatkan kesalahan penafsiran.

3)

Disproportionate Stratified Random Sampling


Dikenal dengan sampling acakan tidak proporsional berdasarkan stratifikasi. Jika
dilihat dari namanya sekilas sama dengan teknik sampling yang kedua yang telah

dijabarkan diatas. Tetapi sebenarnya teknik ini memiliki perbedaan yaitu proporsi
subkategori tidak berdasarkan atas proporsi yang ada dalam populasi, hal ini
dikarenakan subkategori terlalu sedikit jumlah sampelnya.
Kelemahan dari teknik ini adalah kemungkinan terdapat subkategori yang terlalu
besar atau terlalu kecil jumlahnya jika dibandingkan dengan proporsi populasi yang
sebenarnya. Menurut pendapat saya, hal itu dapat membuat populasi menjadi
terganggu. Selain itu seharusnya peneliti harus dapat mempertanggung jawabkan hasil
penelitiannya dengan cara menghindari kesalahan tentang pengklasifikasian populasi.

4)

Area Sampling
Dikenal juga dengan sampling daerah. Teknik ini dilakukan jika populasinya tersebar
di suatu daerah seperti; Negara, provinsi dan lain-lain. Biasanya teknik ini digunakan
oleh peneliti yang melibatkan populasi yang besar dan tersebar didaerah yang luas.
Kelemahan dari teknik ini adalah adanya ketidaksamaan jumlah individu ditiap-tiap
daerah. Menurut saya, teknik sampling ini memungkinkan untuk terjadinya kesalahan,
bisa saja ada individu yang pindah dari daerah pilihan I ke daerah pilihan II sehingga
individu tersebut masuk sample sebanyak dua kali.

B. Non Probability Sampling

Teknik ini biasanya digunakan untuk memperoleh data secara umum tentang
individu-individu yang tinggal di suatu daerah. Biasanya tidak memerlukan waktu yang
lama untuk melakukan teknik ini. Adapun yang termasuk non probability sampling
adalah :
1)

Sampling Sistematis
Teknik ini memilih sample dari suatu daftar menurut urutan tertentu. Daftar tersebut
bisa berupa anggota buruh perusahaan, daftar siswa dan lain-lain. Teknik ini dapat
mengurangi kesalahan dalam pemilihan individu dan jika terjadi kesalahan juga tidak
akan mempunyai banyak pengaruh.
Menurut saya, teknik ini tidak sebaik random sampling, karena unsur acakan akan
diperbesar dengan memilih nomor acakan yang baru tiap kali mencapai jumlah tertentu.
Bisa dikatakan, jika dalam random sampling memungkinkan setiap individu dalam
populasi mendapat kemungkinan yang sama untuk dipilih, berbeda dengan sampling
sistematis yang membuat individu dikesampingkan.

2)

Sampling Kuota
Teknik memilih sampel yang memiliki ciri-ciri tertentu dalam jumlah yang diinginkan.
Dalam teknik ini peneliti dapat dengan sengaja memasukkan individu-individu dengan
ciri-ciri yang diinginkan peneliti.

Namun menurut saya, teknik ini kurang independen karena peneliti dengan mudah
dapat memasukkan individu-individu yang dikenalnya dan kemungkinan terjadinya
penyimpangan juga sangat besar. Selain itu ciri-ciri yang dipilih dalam pengelompokkan
sampel tidak berdasarkan ciri-ciri yang ada dalam populasi. Jadi, dapat dikatakan bahwa
sampel yang diambil bukanlah sebagai perwakilan dari populasi.
3)

Purposive Sampling
Pemilihan sampel dilakukan dengan cermat dan relevan dengan penelitian, sehingga
sampel yang dipilih bisa dikatakan sebagai perwakilan dari populasi. Meskipun sekilas
terlihat sama dengan sampling kuota, namun teknik ini jauh lebih cermat dalam
melakukan pemilihan terhadap sampel.
Menurut saya, teknik ini tidak memberi kesempatan yang sama pada tiap individu
dalam populasi untuk dipilih karena peneliti menentukan kategori pengelompokkan
menurut ciri-ciri yang dimiliki oleh sampel tersebut.

4)

Snowball Sampling
Teknik ini digunakan jika peneliti ingin menyelidiki hubungan antar individu dalam
suatu kelompok atau untuk meneliti penyebaran informasi tertentu dalam suatu
kelompok. Namun menurut pandangan saya, dari awal dalam penentuan kelompok
mengandung unsur subjektifitas, jika tidak dipilih secara acak.

C. Menentukan Sampling Error

Pada umumnya dalam melakukan pencarian sample seringkali menemui kesulitan,


misalnya saja; mengisi angket memerlukan waktu, tidak semua orang mau menjadi
sampel dan ada banyak lagi kesulitan-kesulitan yang ditemui oleh peneliti. Kebanyakan
dari peneliti sering menggunakan random sampling dalam mencari sampel, selain itu
random sampling dinilai sebagai teknik yang lebih baik daripada teknik yang lain karena
dinilai bahwa sampelnya merupakan perwakilan dari populasi. Meskipun begitu, tidak
ada jaminan bahwa sampel-sampel tersebut sepenuhnya representatif. Begitu juga
dengan pengiriman angket-angket kepada sample yang dipilih. Dibeberapa kasus, sering
terjadi angket-angket yang diberikan tersebut tidak dikembalikan oleh sampel. Dan
sekali lagi sampel tidak terjamin representatif lagi. Juga dalam teknik-teknik sampling
yang lain.
Uraian diatas disebut dengan sampling error. Peneliti harus dapat memperkirakan atau
menafsirkan sampling error sehingga kesalahan dalam sample dapat dihindari. Jadi
dapat dikatakan bahwa sampling erorr adalah kesalahan-kesalahan yang dapat terjadi
pada sample yang dapat mempengaruhi suatu penelitian.
Kesimpulan
Secara umum ada dua metode sampling yaitu probablility sampling dan non probability
sampling. Probability sampling adalah metode sampling yang memberikan kemungkinan
yang sama bagi setiap unsur populasi untuk dapat dipilih. Probability sampling

mempunyai empat jenis teknik sampling yaitu Random Sampling, Proportionate


Stratified Sampling, Disproportionate Stratified Random Sampling dan Area Sampling.
Sedangkan non probability sampling adalah metode sampling yang biasanya digunakan
untuk memperoleh data secara umum tentang individu-individu yang tinggal di suatu
daerah. Yang termasuk dalam non probability samplinga adalah sampling sistematis,
sampling kuota, purposive sampling dan snowball sampling.
Reference
Nasution, S.2008.Metode Research.Jakarta: Bumi Aksara

Diposkan oleh hubungan internasional di 11.35


Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke
Pinterest

Cara Pengambilan Sampel Penelitian


CARA PENGAMBILAN DALAM PENELITIAN KESEHATAN
OLEH
NUGROHO SUSANTO

CARA PENGAMBILAN SAMPEL


Pendahuluan

Sebelum jauh melangkah mengenal bagaimana cara pengambilan sample dan cara
menentukan besar sample. Kita harus memahami bagaimana sample itu sendiri.
Sebenarnya banyak cara yang dapat dilakukan dalam kerangka sampling. Penentuan
cara pengambilan sampling lebih tergantung oleh peneliti itu sendiri, tetapi hal yang
penting disini adalah bagaimana sample itu dapat mewakili dari populasi yang akan
diteliti.
Mengapa dalam penelitian dilakukan sample dari populasi? Beberapa alas an untuk
melakukan sampling antara lain menghemat tenaga, waktu, biaya, materi dan lainnya.
Biasanya meneliti semua populasi biasannya akan menghadapi kendala meski hasilnya
akan lebih baik daripada sampling. Tetapi jika sampelnya tepat dan akurat, benar-benar
mewakili atau representative maka kesimpulan akan sama dengan meneliti populasi.
Untuk itu perlu yang perlu diperhitungkan dalam sample adalah bagaimana cara
pengambilan sample? Dan bagaimana menentukan jumlah sample? Harapan dari ini
salah satunya adalah bagaimana sample dapat mewakili dari populasi (representative).
Dalam konteks ini dikenal dengan cara pengambilan sample secara random dan non
random. Disamping itu dikenal beberapa cara penentuan besar sample.
Dalam melakukan penentuan besar sample yang penting diingat adalah bagaimana
hipotesisnya dan desain penelitiannya? Pemilihan pengunaan rumus besar sample akan
sedikit banyak ditentukan oleh pola hipotesisnya dan desain yang ada dalam penelitian.
Pada prinsipnya roh yang ada dalam penelitian adalah hipotesis. Dan salah satu
instrument yang dapat digunakan dalam penentuan pengujian hipotesis adalah dengan
uji statistic. Penerapan uji statistic dalam penelitian tidak akan lepas dari tipe hipotesis
yang ada karena hipotesis akan cenderung menentukan uji statistic yang tepat untuk
digunakan. Selain itu yang penting diingat adalah skala data dari hasil pengumpulan
penelitian (skala nominal, ordinal, interval, dan skala rasio). Pada prinsipnya cara
pengambilan sample ada dua yang dikenal yaitu dengan cara random dan cara non
random.
1. Pengambilan sampe dengan random

Pengambilan sampel acak sederhana

Pengambilan sampel acak sederhana menekankan sistem pengambilan sampel yang


didasarkan pada angka (bilangan) yang muncul. Keadaan ini dapat dilakukan dengan
memberi nomor dari seluruh populasi yang ada sebelum dilakukan pengambilan sampel.
Langkah-langkah.
1. Menentukan nomer untuk setiap individu dalam populasi.
2. Melakukan proses acak (dapat dilakukan dengan tabel bilangan acak) untuk
mendapatkan n angka antara 1 dan N.
Misalnya
Suatu penelitian dilakukan di FKM UAD.jika diketahui mahasiswa UAD 600 mahasiswa
sedangkan besar sampel yang diingikan 20 mahasiswa, bagaimana mengambil 20
mahasiswa dari 600 mahasiswa UAD?

Langkah

Memberi label (nomer) untuk setiap mahasiswa.

Lakukan proses acak. Proses acak dapat memanfaatkan bilangan random.


Misal
1214

0211

4761

3567

0265

6513

4323

0123

1113

4535

9564

1433

5462

4334

0095

3432

4353

0015

0056

3221

3549

0228

0547

2300

2118

0238

6568

1231

4117

4227

3228

1232

1.
o

Melakukan pemilihan nomer bisa dengan menyamping ke kanan atau


kebawah.

Nomer 121 dianggap sebagai sampel pertama. Sampel ke dua dan


seterusnya dapat dilakukan dengan cara memilih ke samping kanan atau
ke bawah.

Kelebihan pengambilan sampel acak sederhana.


-

Memberikan dasar probabilitas terhadap banyak teori statistik

Mudah dipahami

Kelemahan pengambilan sampel acak sederhana


Menetapkan semua populasi dengan memberi nomer (angka) sebelum dilakukan
pemilihan sampel.
-

Sub-klaster dalam populasi memungkinkan untuk terpilih semua.

Individu yang terpilih memungkinkan sangat tersebar.

2. Pengambilan sampel Sistematik (sistematic random sampling)

Pengambilan sampel sistematik lebih meghemat waktu dan lebih sederhana.


Pengambilan sampel ini lebih menekankan pada sistem interval dari hasil proses random.
Dalam beberapa riset yang dikerjakan oleh LSM sering mengambil sampel dengan
sistematik.
Langkah-langkah:
1. Memberi angka (nomer) untuk seluruh populasi yang akan dilakukan sampel.
2. penentuan angka dapat didasarkan pada proporsi sub-klaster yang memiliki
proporsi subjek terbanyak kemudian sampai terkecil.
3. Menentukan interval sampel. Interval sampel dapat ditentukan dengan cara
membagai seluruh populasi dengan sampel yang diingikan. i= populasi/besar
sampel.
4. Melakukan proses acak untuk interval pertama.
5. Hasil acak pada interval pertama dianggap sebagai sampel no 1 untuk sampel no
2 dan dipilih pada interval ke dua, untuk sampel no 3 dipilih pada interval ke tiga
dan sterusnya.
Contoh kasus.
Suatu penelitian dilakukan di RSU PKU muhamadiyah. Yang dianggap sebagai populasi
adalah perawat. Jika seluruh perawat di RSU PKU muhammadiya adalah sebagai populasi
(300 perawat) sedangkan sampel yang diingikan sebesar 30 perawat. Bagaimana
mengambil 30 perawat dari 300 perawat yang ada di RSU PKU muhamadiyah?
Langkah penyelesaian.
1. Memberi label (nomer) urut pada setiap perawat di RSU PKU muhammadiyah.
2. Pemberian nomer urut didasarkan pada bangsal yang memiliki jumlah perawat
terbanyak kemudian diikuti bangsal yang memiliki perawat terbanyak ke dua dan
seterusnya sampai sejumlah 300 perawat.
3. Menentukan interval. Interval diperoleh dengan cara 300:30 = 10. interval yang
ada adalah 10.
4. Melakukan proses random untuk 10 subjek pertama. Misal yang diperoleh angka
3. angka 3 dianggap sebagai sampel no 1.
5. Untuk memilih sampel no 2 dan seterusnya dicari angka kelipatan 3 yaitu 13
adalah sampel ke 2, 23 adalah sampel ke 3, 33 adalah sampel ke 4 dan
seterusnya.
3. Pengambilan sampel stratifikasi

Pengambilan sampel acak stratifikasi adalah suatu proses pemilahan terhadap populasi
ke dalam beberapa strata yang saling pisah.
Pengambilan sampel dengan stratifikasi lebih menekankan dan memperhatikan subklaster yang ada. Pembagian sub-klaster dapat didasarkan pada karakteristik atau tipe
dari populasi.
Langkah-langkah
1. Menentukan populasi sasaran.
2. Menentukan sub-klaster yang dapat didasarkan pada karakteristik populasi. Ini
lebih sering dikenal dengan alokasi sampling. Cara alokasi yang paling sering
adalah dengan Alokasi Proposional.
3. Melakukan proses random (acak) untuk setiap sub yang didasarkan pada
karakteristik populasi.
4. jumlah Sampel yang terambil untuk setiap sub-klaster adalah sama.
5. Melakukan pengambilan sampel stratifikasi
Contoh kasus
Suatu penelitian dilakukan di Yogyakarta tentang kepatuhan bidan melaksakan
pecegahan infeksi. Yang dianggap sebagai populasi adalah semua bidan yang berada di
rumah sakit di wilayah DIY baik rumah sakit swasta atau pemerintah. Jika seluruh bidan
yang bekerja di DIY ada 200 sedangkan sampel yang dibutuhkan sebesar 20 bagaimana
cara memilih 20 bidan dari 200 bidan yang ada diwilayah kerja provinsi DIY?
Langkah penyelesaian.
-

Menentukan populasi

Melakukan alokasi sampel. Dengan cara memisahkan berdasarkan karakteristik


sampel. Dalam kasus ini dikategorikan menjadi rumah sakit tipe A, tipe B, tipe C dan
tipe D.
Menetapkan jumlah sampel untuk setiap sub-klaster. Dimana untuk setiap
subklaster terambil 5 sampel.
-

Melakukan acak untuk setiap sub klaster.

4. Pengambilan sampel Klaster


Pengambilan sampel klaster dapat didefinisikan sebagai setiap perencanaan pengambilan
sampel yang mengunakan suatu rangka yang terdiri dari klaster-klaster unit
pencacahan. Biasanya populasi dibagi menjadi beberapa klaster yang saling pisah dan
tuntas. Berbeda dengan strata, klaster harus sehomogin mungkin.

Contoh kasus.
Suatu penelitian dilakukan untuk mengetahui cakupan imunisasi anak sekolah di provinsi
DIY. Jika sampel yang dibutuhkan sebesar 200 anak sedangkan seluruh populasi 2.000
anak di DIY. Bagaimana mengambil 200 anak dari 2.000 anak di wilayah DIY?
Langkah penyelesaian.
1. Menentukan Kabupaten. Kabupaten disini merupakan kabupaten yang berada
diwilayah provinsi DIY.
2. Melakukan pemilihan kecamatan untuk masing-masing kabupaten (5
kabipaten/kota). Pemilihan dapat dilakukan dengan acak sederhana atau
sistematic.
3. Memilih Desa untuk masing-masing kecamatan yang terpilih.
4. Memilih sekolah untuk masing-masing Desa yang terpilih.
5. Memilih kelas untuk masing-masing desa yang terpilih.
6. Memilih anak untuk masing-masing kelas yang terpilih.
Pengambilan Sampel non Random
1. Proporsif Sampling
Proporsif sampling memberikan gambaran bahwa pengambilan sampling didasarkan
pada asumsi peneliti.

2. Kuota Sampling
Kouta sampling didasarkan pada samling yang ditemukan dimana telah memenuhi
jumlah sampling yang ditentukan.
Latihan sebuah diskusi
Jika diketahui pada bayi tersebar ke dalam 39 posyandu dan diketahui terdapat 1000 ibu
yang mempunyai anak usia dibawah 2 tahun bagaimana pengambilan sampel yang tepat
untuk kasus diatas?

Anda mungkin juga menyukai