Anda di halaman 1dari 15

Tinjauan Pustaka

Metabolisme oksidatif dan potensi genotoksik dari fitoestrogen isoflavon utama


Sabine E. Kulling, Leane Lehmann, Manfred Metzler*
Institut Kimia dan Toksikologi Pangan, Universitas Karlsruhe, P.O. Box 6980, D-76128
Karlsruhe, Jerman
Abstrak
Isoflavon dari kacang kedelai (daidzein, genistein, dan glisitein) dimetabolisme secara
ekstensif di mikrosom hati tikus menjadi sejenis metabolit katekol. metabolit hidroksilasi dari
daidzein dan genistein juga telah didemonstrasikan dalam inkubasi dengan mikrosom hati
manusia dan urin manusia setelah mengonsumsi makanan-makanan berbahan kacang kedelai.
walaupun metabolisme mikrosomal dari formononetin dan biochanin A didominasi oleh
demetilasi ke daidzein dan genistein, secara berturut-turut, katekol dari induk isoflavon dan
produk demetilasi juga dibentuk. Demikian, metabolisme oksidatif tampak umum di antara
isoflavon dan dapat melibatkan aktivitas biologisnya. (genistein bukan daidzein) menghambat
aktivitas klastogenik dalam sel mamalia yang dikultur, peran metabolisme oksidatif untuk
genotoksisitas dari isoflavon merupakan suatu hal yang menarik.
2002 Elsevier Science B.V. Hak Cipta dilindungi Undang-undang.
Kata kunci: Tinjauan Pustaka: fitoestrogen isoflavon

Daftar Isi
1. Pendahuluan
2. Metodologi
3. Metabolisme mikrosomal dari berbagai jenis isoflavon
3.1. Daidzein
3.2. Genistein
3.3. Formononetin, biochanin A, dan glisitein
3.4. Equol
4. Metabolit oksidatif isoflavon dalam urin manusia
5. Potensi genotoksik dari isoflavon
6. Kesimpulan
7. Nomenklatur
8. Ucapan terimakasih
9. Daftar Pustaka
Korespondensi: Telepon +49-721-608-2132; fax: +49-721-608-7255
Email: manfred.metzler@chemie.uni-karlsruhe.de (M.Metzler)
1
Alamat: Institut Fisiologi Nutrisi, Pusat Penelitian Federal untuk Nutrisi, Haidund-Neu-Str. 9. D-76131, Karlsruhe, Jerman.

1. Pendahuluan
Fitoestrogen merupakan bagian dari keluarga isoflavon yang terdapat dalam
beberapa tanaman yang digunakan sebagai asupan nutrisi manusia dan hewan. zat ini
berlimpah pada kacang kedelai, tetapi juga terdapat dalam konsentrasi yang cukup

besar dalam beberapa jenis kacang, taoge, dan legum. makanan hewan seperti
semanggi atau alfalfa sangat kaya dengan isoflavon. Gambar 1 menggambarkan
struktur sebagian besar isoflavon. pola-pola zat ini berbeda-beda di antara tanamantanaman tersebut, contohnya kacang kedelai mengandung lebih banyak daidzein (DAI)
dan genistein (GEN) bersamaan dengan sejumlah kecil glisitein (GLY), sedangkan
semanggi merah kaya akan formononetin (FOR) dan biochanin A (BCA).
Pada tanaman, isoflavon paling banyak berbentuk 7--D-glikosida dari glukosa dan
6-malonilglukosa. Saat dicerna, aglikon dilepaskan secara efektif dari bentuk
glikosidanya dan digunakan sebagian untuk mereduksi metabolisme oleh bakteri
usus2,4. Sebagai contoh, metabolit bakteri tipikal dari DAI adalah dihidro-DAI, Odesmetilangolensin dan equol (Gambar 1). Metabolit bakteri dan isoflavon yang
terlepas dari biotransformasi bakteri diabsorbsi di usus, dimana glukoronidasi luas
terjadi dalam enterosit sebelum dilepaskan ke dalam sirkulasi dan dibawa ke hati5.
konjugasi dengan asam glukoronida dan sulfat diekskresikan ke urin dan empedu.
Metabolit empedu diketahui melewati sirkulasi enterohepatik5.
Baru-baru ini, telah dilaporkan bahwa isoflavon, dengan tambahan metabolisme
reduktif dan konjugatif cenderung pada biotransformasi oksidatif pada tikus dan juga
pada manusia6,7. Makalah-makalah terbaru mempresentasikan penelitian mengenai hal
ini dan menampilkan data-data terbaru mengenai metabolisme oksidatif pada beberapa
fitoestrogen isoflavon yang lain. Dalam pandangan dengan sudut pandang yang lebih
luas terhadap senyawa-senyawa ini dan fakta bahwa secara struktur berhubungan
dengan agen estrogenik, contohnya estrogen endogen 17-estradiol (E2) dan estrogen
sintetik dietil-stilbestrol (DES) diasosiasikan dengan kanker pada manusia dan
binatang8,9. Potensi fitoestrogen untuk menyebabkan kerusakan genetis merupakan
suatu hal yang menarik. Oleh karena itu, catatan singkat mengenai hasil dari penelitian
genotoksik dari isoflavon ini dipaparkan.

Gambar 1. Struktur kimia dari fitoestrogen isoflavon dan equol


isoflavon

2. M
etodologi
Metode yang digunakan untuk penghasilan, pemisahan, dan identifikasi dari
metabolit isoflavon dideskripsikan secara detail dalam publikasi terdahulu6,7. Secara
singkat, isoflavon diinkubasi dengan mikrosom, disiapkan dari hati tikus Wistar jantan
yang diterapi-aroclor atau hati manusia. Metabolit mikrosomal diekstraksi dengan
etilasetat dan dianalisis oleh HPLC dengan detektor pengatur dioda (DAD) dan dengan
analyzer massa kutub-empat seri HP 1100 dilengkapi dengan kamar ionisasi electrospray dalam tekanan atmosfir. GC-MS dibawa keluar oleh sistem GCQ Finnigan,
dihubungkan dengan detektor massa pemerangkap-ion. Sampel urin dari sukarelawan
yang mengonsumsi diet kedelai diekstraksi dari fase padat dan ekstraknya dihidrolisis
dengan beta-glukoronidase / aril sulfatase. Isoflavon dekonjugasi dan metabolit
oksidatifnya dimurnikan dengan ekstraksi fase padat dan dianalisis sebagaimana
dijelaskan di atas untuk metabolit mikrosomal. Untuk tes genotoksisitas dalam
laboratorium kami, sel mamalia dikultur dan berbagai jenis titik-akhir dipelajari
sebagaimana dilaporkan secara detail akhir-akhir ini10,12.

3. Metabolisme mikrosomal dari berbagai jenis isoflavon


Metabolisme in vitro dari DAI, GEN, FOR, BCA, GLY dan equol diteliti dengan
mikrosom yang disiapkan dari hati tikus dan manusia. Metabolit mikrosom digunakan

untuk menguraikan struktur kimiawi senyawa-senyawa tersebut dan sebagai senyawa


rujukan untuk identifikasi dalam metabolit in vivo pada urin manusia.
3.1. Daidzein
Analisis dengan HPLC-MS dan GC-MS dari ekstrak yang diperoleh dari tikus
Wistar jantan yang diterapi aroclor mengungkapkan formasi empat
monohidroksilasi, empat dihidroksilasi, dan satu trihidroksilasi dari metabolit DAI.
Struktur kimiawi dari semua metaboit dapat diidentifikasi secara samar (Gambar
2), seperti yang dilaporkan secara detail6. Produk mayornya yaitu 6-HO-DAI, 8HO-DAI, 5,6-diHO-DAI; 3,6-diHO-DAI dan 3HO-DAI dan 2-HO-Dai, dimana
3,8-diHO-DAI; 6,8-diHO-DAI dan 3,5,6-triHO-DAI terdapat dalam jumlah yang
lebih sedikit. Maka, dengan pengecualian 2-HO-DAI, metabolit monohidroksilasi
yang diidentifikasi menunjukkan katekol yang timbul dari hidroksilasi aromatik
dari Dai pada posisi 3, 6 dan 8. Hidroksilasi berikutnya, lagi-lagi pada posisi yang
rawan (Gambar 2). Beberapa metabolit mono dan dihidroksilasi diinkubasi dengan
katekol-O-metiltransferase (COMT)/ S-adenosil-L-metionin dan menaikkan
metileter secara berurutan, sehingga hal ini mengonfirmasi struktur katekol dari
metabolit DAI7. Produk monohidroksilasi aromatik 6-HO-DAI, 8-HO-DAI, dan 3HO-Dai juga dibentuk dalam inkubasi DAI dengan mikrosom hepatik manusia,
bersama dengan sedikit 3,6-diHO-DAI dan 3,8-diHO-DAI7.
Gambar 2. Jalur oksidatif dalam metabolisme DAI

3.2. Genistein
Inkubasi GEN dengan mikrosom hati tikus yang diinduksi aroclor
meningkatkan meabolit menjadi empat monohidroksilasi dan dua dihidroksilasi,
5

strukturnya digambarkan pada Gambar 3. Metabolit predominannya 6-HO-GEN,


8-HO-GEN, dan 3HO-GEN6. Seperti yang dijelaskan di atas pada DAI, semua
produk hidroksilasi aromatik dari GEN menunjukkan katekol. Dengan mikrosom
hepatik manusia, metabolit utama yang terbentuk adalah 3-HO-GEN, 8-HO-GEN

dan 6-HO-Gen7.
Gambar 3. Jalur oksidatif dalam metabolisme GEN

3.3. Formononetin,
biochanin A, dan
glisitein
FOR dan BCA masingmasing mengandung 4metileter dari DAI dan GEN
(gambar 1). Dengan
tambahan dari reaksi
hidroksilasi aromatik,
demetilasi oksidatif pada C4 merupakan jalur metabolik
yang masuk akal. Ketika
FOR diinkubasi dengan
mikrosom hati tikus yang
diinkubasi aroclor,
diobservasi bahwa metabolit
utamanya adalah DAI, 6HO-DAI dan 8-HO-DAI,
dimana 3-HO-FOR, 6-HO-FOR dan

Gambar 4. Profil HPLC dari metabolit


mikrosomal FOR (diagram atas) dan
BCA (diagram bawah)

8-HO-FOR dibentuk dalam jumlah


kecil (Gambar 4). Sehingga demetilasi oksidatif dari FOR menjadi DAI tampak
menyerupai reaksi hidroksilasi langsung dari FOR (gambar 5). Dengan cara yang
hampir sama, pola metabolit mikrosomal dari BCA terdiri dari sebagian besar
GEN, bersama dengan beberapa 3-HO-GEN, 6-HO-GEN dan 8-HO-GEN
(gambar 4). Jumlah 3-HO-BCA, 6-HO-BCA dan 8-HO-BCA relatif kecil (gambar
4), mengindikasikan lagi bahwa dihidrosilasi langsung dari BCA kurang
diungkapkan dibanding demetilasi (gambar 5).

Gambar 5. Jalur oksidatif dalam metabolisme FOR dan BCA


Penelitian persiapan pada metabolisme mikrosomal dari GLY, yang merupakan
6-metoksi-DAI, mengesankan jalan metabolk yang berbeda. Dua metabolit utama
yang terbentuk dari GLY adalah produk dari hidroksilasi aromatik, salah satunya
diidentifikasi sebagai 8-HO-GLY,yang merupakan produk demetilasi oksidatif dari
GLY, salah satunya 6-HO-DAI, hanya terdapat dalam jumlah kecil (Kulling et al,
data tidak dipublikasikan). Maka dari itu, hidroksilasi aromatik langsung
tampaknya lebih disukai daripad demetilasi dalam metabolisme oksidatif dari GLY.
Hasil ini konsisten dengan observasi sebelumnya oleh Setchell et al13 yang
menyatakan asupan suplemen makanan yang mengandung FOR dan BCA
meningkatkan konsentrasi plasma dari DAI dan GEN, sedangkan pencernaan dari
glisitin (GLY-7-D-Glukosida) meningkatkan kadar plasma dari GLY.

3.4. Equol

Ketika equol, salah satu metabolit bakterial dari DAI, diinkubasi dengan
mikrosom hati tikus yang diinduksi aroclor, 7 produk monohidroksilasi dan 4
produk dihidrosilasi dideteksi oleh analisis HPLC-DAD dan HPLC-MS (Kulling et
al, data tidak dipublikasikan). Metabolit utamanya adalah 3-HO-equol, dimana 6HO-equol, 8-HO-equol, 2-HO-equol, 3-HO-equol dan 4-HO-equol dibentuk dalam
jumlah lebih kecil. Penguraian struktur didasarkan terutama dari fragmentasi
spektrometrik massa dari berbagai jenis metabolit pada HPLC-MS dan GC-S, dan
pada senyawa rujukan yang digenerasi oleh reaksi equol dengan tirosinase/NADH,
yang dikatalisasi oleh orto-hidroksiasi dari fenol ke katekol. Dua puncak HPLC
diobservasi untuk 4 4-HO-equol, kemungkinan disebabkan oleh formasi
diastereomer. Stereokimia dari produk hidroksilasi alifatik equol masih tidak
diketahui. Metabolit hidroksilasi dari equol, sebagian besar 3-HO-equol dan 6HO-equol bersamaan dengan sejumlah kecil 8-HO-equol dan 4-HO-equol juga
diidentifikasi dalam inkubasi equol dengan mikrosom hepatik manusia (Kulling et
al, data tidak dipublikasikan).

4. Metabolit isoflavon oksidatif pada urin manusia


Untuk meninvestigasi formasi metabolit oksidatif dari isoflavon kedelai DAI dan
GEN in vivo, urin dari 3 sukarelawan wanita dan 3 sukarelawan pria dianalisis sebelum
dan sesudah memakan makanan olahan kedelai. Rincian dari penelitian ini sudah
dipublikasikan7. Asupan dari produk kedelai meningkatkan penanda konsentrasi urin
dari GEN dan DAI, sedanagkan pada urin kontrol kadarnya sangat sedikit atau tidak
ada. Tambahan pada isoflavon kedelai ini dan beberapa metabolit bakterialnya yang
diketahui, seperti dhidro-Dai, dihidro-GEN dan equo, beberapa metabolit hidroksilasi
dari DAI dan GEN secara jelas diidentifikasi pada ekstrak urin setelah hidrolisis
konjugasi7. 3-HO-DAI, 6-HO-DAI, 8-HO-DAI, 3-HO-GEN dan 8-HO-GEN telah
dapat diobservasi pada profil HPLC (Gambar 6), dimana 6-HO-GEN, 3,6-diHO-DAI,
3,8-diHO-DAI, 3,6-diHO-GEN dan 3,8-diHO-Gen hanya dideteksi oleh analisis GCMS. Identifikasi semua metabolit ini berdasarkan kromatografi pada HPLC dan GC
dengan metabolit mikrosomal berurutan, sebagaimana perbandingan pada spektrum
massa dan UV metabolit ini.

Gambar 6. Profil karakteristik HPLC dari ekstrak urin manusia setelah ingesti produk
kedelai. Puncak yang diberi bayangan adalah produk hidroksilasi DAI dan GEN

Tambahan mengenai produk hidroksilasi dari DAI dan GEN ini, yang mana
merupakan katekol yang telah didiskusikan sebelumnya, ekstrak urin ditelaah untuk
mencari keberadaan metabolit metileter yang cocok, yang timbul dari metilasi dugaan
katekol oleh COMT. Hanya metileter dari 3-HO-DAI dan 3,6-diHO-DAI yang dapat
diobservasi oleh MS di dalam mode deteksi ion multipel pada konsentrasi yang jauh
lebih sedikit dibandingkan denagn katekol induknya.
Analisis lebih lanjut dari urin dengan teknik spektrometer massa menyingkap 4
metabolit equol monohidroksilasi, yaitu 3-HO-equol, 6-HO-equol, 8-HO-equol dan 4HO-equol (cis dan trans). Dua dari metabolit-metabolit tersebut, yakni 3-HO-equol dan
4-HO-equol telah dilaporkan sebelumnya14,16. Bukti awal dari metabolit mono dan

10

dihidroksilasi O-desmetilangolensin juga diperoleh dalam penelitian kami (Kulling et


al, data tidak dipublikasikan).

5. Potensi Genotoksik dari Isoflavon


Karena senyawa dihidroksi secara struktur berhubungan dengan isoflavon, seperti
estrogen sintetik DES dan estrogen endogen E2, menunjukkan potensi untuk
menyebabkan kerusakan genetik17, laboratorium kami, sebagaimana laboratorium lain
telah menyelenggarakan penelitian tentang potensi genotoksik dari fitoestrogen. Tabel 1
meringkas data tentang isoflavon dan koumestrol fitoestrogen koumestan (COM) dari
laboratorium kami, menggunakan sel V79 hamster Cina dan titik-akhir dari kerusakan
genetik mengikuti respons positif pada DES atau E2. Sebagian besar dari data ini
dipublikasikan10,12. Temuan perbedaan diobservasi antara berbagai jenis fitoestrogen.
Dimana DAI bersifat inaktif pada semua titik-akhir, efek positif diobservasi pada GEN,
FOR, BCA dan COM. Keempat senyawa ini menginduksi mikronuklei pada sel V79;
walaupn demikian, karakterisasi lebih jauh dengan antibodi antikinetokor CREST
menunjukkan bahwa GEN- dan mikronulei yang diinduksi-COM mengandung
fragment kromosom asentrik10, dimana mikronuklei yang diinduksi FOR dan BCA
mengandung semua kromosom (Kulling, data tidak dipublikasikan). Hal ini
mengindikasikan potensi klastogenik untuk GEN dan COM, namun aktivitas
aneuploidogenik untuk FOR dan BCA pada sel V79. Efek mikrotubulus dan henti
mitotik diobservasi pada FOR dan BCA, dan induksi dari mutasi pada lokus HPRT10
dan penyimpangan kromosom secara struktural oleh GEN dan COM12 tadi konsisten
dengan kategorisasi ini.
Tabel 1
Ringkasan efek genotoksik dari berbagai jenis fitoestrogen isoflavon dan estrogen endogen
E2 dimasukkan sebagai perbandingan
Titik-akhir
DAI
GEN FOR
BCA
COM E2
Mikronuklei dalam sel V79
Positif-CREST
++
+++
+++
Negatif-CREST
+++
++
11

Efek mikrotubulus dalam sel V79


Gangguan CMTC
Spindel mitotik abnormal
Henti mitotik pada sel V79
Mutasi HPRT pada sel V79

(+)

+
++
++
-

+
+++
+++
-

++

+
++
++
Tidak
dapat
ditentuka

Penyimpangan kromosom pada limfosit


manusia yang dikultur

+++

n
Tidak

Tidak

Tidak

+++

dapat

dapat

dapat

ditentuka

ditentuka

ditentuka

Walaupun penelitian mengenai toksisitas genetik oleh fitoestrogen jarang dilakukan,


beberapa laboratorium juga melaporkan efek genotoksik dari GEN pada sel yang
dikultur. Sebagai contoh, Morris et al18 mengobservasi induksi mikronuklei, mutasi
HPRT dan apoptosis dari galur sel limfoblastoid manusia yang diterapi dengan GEN,
dan Pool-Zobel et al19 melaporkan untaian DNA berubah pada sel HT29 yang diinduksi
GEN tetapi tidak terjadi pada DAI. Penyimpangan struktur kromosom diobservasi oleh
Abe20 dalam limfosit manusia yang diekspos dengan GEN.

6. Kesimpulan
Penelitian terbaru di laboratorium kami, diringkas dalam kesimpulan ini, telah
menunjukkan dengan jelas bahwa fitoestrogen isoflavon dalam metabolisme oksidatif
in vitro dan in vivo, meningkatkan jenis metabolit hidroksi, semuanya berupa katekol
atau pirogalol. Hal ini mejadi menarik sekarang untuk diinvestigasi apakah isozim
sitokrom P450 juga terlibat dalam pembentukan metabolit-metabolit ini dan untuk
mempelajari sifat biologisnya. Sementara formasi katekol sebagai jalur utama dalam
metabolisme estrogen endogen E221, isoflavon dapat terhubung dengan metabolisme E2
jika mereka berbagi jalur P450. Pendahuluan dari satu atau dua grup hidroksi dapat
meningkatkan atau menurunkan aktivitas estrogenik dan antioksidatif dari isoflavon
induknya, sehingga akan mengatur dua bagian yang berhubungan dengan efek protektif
dari fitoestrogen ini melawan penyakit-penyakit tertentu22. Metabolit oksidatif dapat
juga berdiferensiasi dari isoflavon induknya dalam hubungan dengan potensi
genotoksiknya. Penelitian mengenai hal ini juga menunjukkan GEN memiliki potensi
klastogenik, sedangkan DAI yang memiliki satu grup hidroksi kurang daripada GEN,
12

tidak memiliki aktivitas klastogenik. Yang menjadi perhatian adalah observasi bahwa
metabolit katekol dari isoflavon tampaknya menjadi substrat yang kurang baik untuk
COMT7. Ketika metilasi katekol secara umum dianggap sebagai reaksi detoksifikasi17,
21

, aktivitas rendah dari COMT dapat meningkatkan kadar katekol di jaringan. Bila

tidak diinaktivasi secara efisien oleh proses konjugasi, katekol ini dapat mengalami
siklus redoks membentuk orto-quinon dan spesies oksigen reaktif, keduanya dapat
merusak makromolekul selular dan dapat menyebabkan sitotoksisitas dan
genotoksititas. Semua aspek dari metabolisme oksidatif isoflavon ini patut menjalani
investigasi lebih lanjut.

7. Nomenklatur
BCA
COM
COMT
DAD
DAI
DES
E2
FOR
GC
GEN
GLY
HO
HPLC
HPRT
MS
NADH
UV

biochanin A
coumestrol
katekol-O-metiltransferase
detektor pengatur dioda
daidzein
dietilstilbestrol
17-estradiol
formononetin
kromatografi gas
genistein
glisitein
hidroksi
kromatografi cair berdaya-tinggi
hipoxantin fosforibosiltransferase
spektrometri massa
nikotinamida adenin dinukleotida reduksi
ultraviolet

8. Ucapan terimakasih
Penelitian yang dilakukan di laboratorium kami didukung oleh Deutsche
Forschungssgemeinschaft (Grants Ku 1079 / 5-1 dan Me 574 / 9-2). Kami ucapkan
terimakasih yang sebesar-besarnya untuk karya yang terampil dan berdedikasi dari
Cornelia Hodapp, Doris Honig, Renate Loske dan Sybille Mayer.

9. Daftar pustaka
13

1. W. E. Ward, L. U . Thompson, dalam: M. Metzler (Ed.), The Handbook of


Enviromental Chemistry, Vol. 3, Part L: Endocrine Disruptors, Part I. Springer:
Berlin. 2001. Bab 6, hal. 101.
2. M. Axelson, D. N. Kirk, R. D. Farrant, G. Cooley, A. M. Lawson, K. D. R.
Setchell. Biochem J. 1982. 201: 353.
3. C. Banwart, H. Adlercreutz, T. Fotsis, K.Wahala, T. Hase, G. Brunow, Finn.
Chem Lett. 1984. 120: 4-5.
4. N.G. Coldham, M. J. Sauer. Toxicol Appl Pharmacol. 2000. 164: 206.
5. K.D.R Setchell. Am J Clin Nutr. 1998. 68: 1333S.
6. S.E. Kulling, D. M. Honig, T. J. Simat, M. Metzler. J Agric Food Chem. 2000.
48: 4963.
7. S. E. Kulling, D. M. Honig, T. J. Simat, M. Metzler. J Agric Food Chem. 2001.
49: 3024.
8. B. E. Henderson, R. Ross, L. Bernstein. Cancer Res. 1998. 48 : 246.
9. R. R. Newbold, J. A. McLachlan, dalam: J. Huff, J. Boyd, J. C. Barret (Eds.)
Cellular and Molecular Mechanisms of Hormonal Carcinogenesis:
Enviromental Influences. New York: Wiley-Liss. 1996. 131.
10. S. E. Kulling, M. Metzler. Fod Chem Toxicol. 1997. 35: 605.
11. S. E. Kulling, E. Jacobs, E. Pfeiffer, M. Metzler. Mutat Res. 1998. 416: 115.
12. S. E. Kulling, B. Rosenberg, E. Jacobs, M. Metzler. Arch Toxicol. 1999. 73: 50.
13. K. D. R. Setchell, N. M. Brown, P. Desai. L. Zimmer-Nechemias, B. E. Wolfe,
W. T. Brashear, A.s. Kirschner, A. Cassidy, J. E. Heubi. J Nutr. 2000. 131:
1362S.
14. C. Bannwart, H. Adlercreutz, K. Wahala, T. Kotiaho, A. Hesso, G. Brunow, T.
Hase. Biomed Environ Mass Spectrom. 1988. 17: 1
15. G. E. Joannou, G. E. Kelly, A. Y. Reeder, M. Waring, C. Nelson. J Steroid
Biochem Mol Biol. 1995. 54: 167.
16. S. Heinonen. K. Wahala. H. Adlercreutz. Anal Biochem. 1999. 274: 211.
17. M. Metzler, S. E. Kulling, E. Pfeiffer, E. Jacobs. Lebensm-Unters-Forsch. 1998.
A 206: 367.
18. S. H. Morris, J. J. Chen, O. E. Domon, L. J. McGarrity, M. E. Bishop, M. G.
Manjanatha, D. A. Casciano. Mutat Res. 1998. 405: 41.

14

19. B. L. Pool-Zobel, H. Adlercreutz, M. Giei, U. M. Liebigel, J. Sittlington, I.


Rowland, K. Wahala, K. W. Rechkemme. Carcinogenesis. 2000. 21: 1247.
20. T. Abe. Leukemia. 1999. 13: 317.
21. J. G. Liehr. Endocr Rev. 2000. 21: 40.
22. J. J. B. Anderson, M. Anthony, M. messina, S. C. Garner. Nutr Res Rev. 1999:

12: 75.

15

Anda mungkin juga menyukai