Dosen Pembimbing :
1. Drs. Herra Studiawan, M.Si, Apt
2. Dra. Rakhmawati, M.Si, Apt
3. Siti Rofida, S.Si, M.Farm, Apt
Nama
: Irsan Fahmi A
NIM
: 201210410311171
Kelompok
:1
Kelas
:A
A. JUDUL
Senyawa Tanin
Tanin adalah kelas utama dari metabolit sekunder yang tersebar luas pada tanaman.
Tanin merupakan polifenol yang larut dalam air dengan berat molekul biasanya berkisar 10003000 (Waterman dan Mole, 1994; Kraus et. al., 2003). Menurut definisi, tanin mampu menjadi
pengompleks dan kemudian mempercepat pengendapan protein serta dapat mengikat
makromolekul lainnya (Zucker, 1983). Tanin merupakan campuran senyawa polifenol yang jika
semakin banyak jumlah gugus fenolik maka semakin besar ukuran molekul tanin. Pada
mikroskop, tanin biasanya tampak sebagai massa butiran bahan berwarna kuning, merah, atau
cokelat.
Secara fisika, tanin memiliki sifat-sifat: jika dilarutkan kedalam air akan membentuk
koloid dan memiliki rasa asam dan sepat, jika dicampur dengan alkaloid dan glatin akan terjadi endapan,
tidak dapat mengkristal, dan dapat mengendapkan protein dari larutannya dan bersenyawa dengan
protein tersebut sehingga tidak dipengaruhi oleh enzim proteolitik.
Secara kimiawi, memiliki sifat-sifat diantaranya: merupakan senyawa kompleks dalam
bentuk campuran polifenol yang sukar dipisahkan sehingga sukar mengkristal, tanin dapat
diidentifikasikan dengan kromotografi, dan senyawa fenol dari tanin mempunyai aksi
adstrigensia, antiseptik dan pemberi warna (Najebb, 2009).
Identifikasi Senyawa Polifenol dan Tanin
Berdasarkan sifat-sifat diatas maka untuk menganalisis tanin dapat dilakukan berbagai
cara sesuai tujuannya. Untuk analisis secara kualitatif dapat dilakukan dengan menggunakan
metode :
a. Diberikan larutan FeCl3 berwarna biru tua/ hitam kehijauan.
b. Ditambahkan Kalium Ferrisianida + amoniak berwarna cokelat.
c. Diendapkan dengan garam Cu, Pb, Sn, dan larutan Kalium Bikromat berwarna coklat
(Najib, 2009)
Berikut adalah indikator yang dapat digunakan ketika mengidentifikasi senyawa tanin
secara kualitatif:
a. Galotanin, Elagitanin + garam Feri hitam kebiruan
b. Tanin terkondensasi + garam Feri coklat kehijauan
c. Galotanin + K-iodat warna rosa
d. Asam galat bebas + K-iodat warna jingga
e. Elagitanin + asam nitrit mula-mula rosa, kemudian ungu, lalu biru
f. Tanin terkondensasi + vanilin + HCl merah
Adanya tannin dalam bahan uji dapat diidentifikasi dengan menambahkan garam gelatin
dalam ekstrak etanol bahan uji, maka akan terbentuk endapan (Farnsworth, 1966)
D. PROSEDUR KERJA
a. Preparasi sampel
1. 0,3 gram ekstrak ditambah 10 ml aquadest panas, diaduk dan dibiarkan sampai temperatur
kamar, lalu tambahkan 3-4 tetes 10 % NaCl, diaduk dan disaring.
2. Filtrat dibagi menjadi tiga bagian masing-masing 3 ml dan disebut sebagai larutan
IVA, IVB, dan IVC.
b. Uji gelatin
1. Larutan IVA digunakan sebagai blanko, larutan IVB ditambah dengan sedikit larutan gelatin
dan 5 ml larutan NaCl 10%.
2. Jika terjadi endapan putih menunjukkan adanya tannin
c. Uji Ferri Klorida
1. Sebagai larutan IVC diberi beberapa tetes larutan FeCl3, kemudian diamati terjadinya
perubahan warna.
2. Jika terjadi warna hijau kehitaman menunjukkan adanya tannin
3. Jika pada penambahan gelatin dan NaCl tidak timbul endapan putih, tetapi setelah
ditambahkan dengan larutan FeCl3 terjadi perubahan warna menjadi hijau biru hingga
hitam, menunjukkan adanya senyawa polifenol.
o FeCl3 (+), uji gelatin (+)
tanin (+)
o FeCl3 (+), uji gelatin (-)
polifenol (+)
o FeCl3 (-) polifenol (-), tanin (-)
d. Kromatografi Lapis Tipis
1. Sebagian larutan IVC digunakan untuk pemeriksaan dengan KLT.
Fase diam
: Kiesel Gel 254
Fase gerak
: Kloroform-Etil asetat-Asam formiat (0,5 : 9 : 0,5)
Penampak noda : Pereaksi FeCl3
2. Jika timbul warna hitam menunjukkan adanya polifenol dalam sampel
E. HASIL
Perhitungan Rf KLT 1
o Noda 1 : 0,8 cm / 8 cm = 0,1
o Noda 2 : 1,4 cm / 8 cm = 0,175
o Noda 3 : 2,6 cm / 8 cm = 0,325
o Noda 4 : 4,3 cm / 8 cm = 0,5375
Gambar hasil praktikum
F.
PEMBAHASAN
Pada percobaan ini, ada beberapa tahap yang dilakukan untuk uji senyawa polifenol dan tannin.
Preparasi sampel
1.
Mula-mula 0,3 gram ekstrak Psidium guajava ditambah 10 ml aquadest panas, ditambah
aquades dengan tujuan agar terbentuk larutan koloidal yang bereaksi asam dan sepat. Kemudian
diaduk dan dibiarkan sampai temperatur kamar, lalu tambahkan 3-4 tetes NaCl 10 %, diaduk
dan disaring. Penambahan NaCl bertujuan untuk mengendapkan protein yang ada sehingga
tidak mempengaruhi proses identifikasi senyawa polifenol dan tanin
Uji gelatin
2.
Filtrat dibagi menjadi tiga bagian masing-masing 3 ml dan disebut sebagai larutan
IVA, IVB, dan IVC. Larutan IVA digunakan sebagai blanko, larutan IVB ditambah dengan 4
tetes larutan gelatin dan 5 ml larutan NaCl 10%. Penambahan NaCl berfungsi untuk membentuk
garam tanin. Jika terjadi endapan putih menunjukkan adanya tanin. Pada percobaan ini terjadi
endapan putih, berarti ekstrak Psidium guajava positif mengandung tanin. Percobaan ini
didasarkan pada sifat senyawa tanin yang dapat mengendapkan berbagai macam zat dengan
membentuk ikatan dengan zat tersebut. Zat tersebut diantaranya adalah gelatin, protein, dan
sebagainya.
Uji FeCl3
3.
Larutan IVC diberi 1 tetes larutan FeCl3, kemudian diamati terjadinya perubahan warna.
Jika terjadi warna hijau kehitaman menunjukkan adanya tanin. Pada percobaan ini terjadi
perubahan warna hijau kehitaman yang menunjukkan adanya tanin. Percobaan ini didasarkan
pada sifat tanin yang dapat menjadi chelating agent, yaitu senyawa yang dapat melakukan
ikatan dengan logam secara stabil. Warna hijau kehitaman yang muncul menunjukkan adanya
senyawa tanin terhidrolisa.
Kromatografi Lapis Tipis
4.
Bahan utama yang digunakan adalah ekstrak Psidium guajava. Bahan-bahan kimia yang
digunakan meliputi: kloroform, etil asetat, asam formiat (0,5:9:0,5) sebagai fase gerak. Fase
diam digunakan Kiesel Gel 254. Dan penampak noda digunakan pereaksi FeCl3.
Pada fase gerak ditotolkan larutan IVC sebanyak 2 pipa kapiler, kemudian dilakukan uji
KLT. Jika timbul warna hitam menunjukkan adanya polifenol dalam sampel. Setelah dilakukan
uji KLT, didapat beberapa noda yang kemudian disemprot dengan perekasi FeCl 3 dan
menghasilkan 4 noda hitam, berarti ekstrak menunjukkan adanya polifenol. Kemudian nodanoda tersebut dihitung Rf nya dan didapat nilai Rf 0,1; 0,175; 0,325 dan 0,5375. Hal ini
menunjukkan ada 4 macam senyawa polifenol dalam ekstrak tersebut
G. Kesimpulan.
Dari hasil praktikum didapatkan bahwa ekstrak Psidium guajava mengandung senyawa
golongan polifenol dan tanin. Pada uji gelatin menghasilkan endapan putih yang menunjukkan
adanya tanin, sedangkan pada uji FeCl3 menghasilkan warna hijau kehitaman yang juga
menunjukkan adanya senyawa tanin terhidrolisis. Pada percobaan KLT identifikasi polifenol,
ekstrak yang ada positif mengandung senyawa tersebut karena adanya noda warna hitam). Pada
KLT juga didapatkan hasil Rf dari 4 noda yaitu 0,1; 0,175; 0,325 dan 0,5375 yang menunjukkan
ada 4 macam senyawa polifenol dalam ekstrak tersebut.
H. DAFTAR PUSTAKA
Endari Dewi Saraswati. 2012. Mengidentifikasi Antioksidan : Polifenol. Dari :
https://www.scribd.com/doc/130078733/Polifenol-Adalah-Kelompok-Zat-Kimia-YangDitemukan-Pada-Tumbuhan. Diakses tanggal 31 Maret 2015.
Sardi. 2013. Pemanfaatan Ekstrak Daun Jambu Biji (Psidium guajava L.) Sebagai Pewarna
Rambut. Dari : http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/39402. Diakses tanggal 26 Maret
2015.
Sri Yuliani, et. al. 2001. Kadar Tanin Dan Quersetin Tiga Tipe Daun Jambu Biji (Psidium
Guajava). Dari :
http://balittro.litbang.pertanian.go.id/ind/images/publikasi/bul.vol.14.no.1/Leny-Tanin.pdf.
Diakses tanggal 31 Maret 2015
Irsan Fahmi A .
201210410311171