Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

EFUSI PLEURA
MAKALAH

oleh
Aulia Bella Marinda
NIM 132310101030

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS JEMBER
2015

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
DAFTAR ISI...................................................................................................ii
LAPORAN PENDAHULUAN......................................................................1
A. Definisi Penyakit.......................................................................................1
B. Epidemiologi.............................................................................................1
C. Etiologi......................................................................................................1
D. Tanda dan Gejala.......................................................................................2
E. Patofisiologi..............................................................................................3
F.

Komplikasi................................................................................................3

G. Pemeriksaan Penunjang............................................................................4
H. Clinical Pathway.......................................................................................5
I.

Penatalaksanaan Medis.............................................................................6

J.

Penatalaksanaan Keperawatan..................................................................6
J.1

Diagnosa Keperawatan yang Sering Muncul (PES)........................6

J. 2 Perencanaan/Nursing Care Plan......................................................7


H. Daftar Pustaka...........................................................................................10

LAPORAN PENDAHULUAN
A. Defines Penyakit
Efusi pleura adalah adanya cairan yang berlebihan dalam rongga pleura
baik transudat maupun eksudat (Davey, 2005). Efusi pleura adalah istilah yang
digunakan untuk penimbunan cairan dalam rongga pleura (Price, 2005). Efusi
pleural adalah pengumpulan cairan dalam ruang pleura yang terletak diantara
permukaan visceral dan parietal, proses penyakit primer jarang terjadi tetapi
biasanya merupakan penyakit sekunder terhadap penyakit lain. Secara normal,
ruang pleural mengandung sejumlah kecil cairan (5 sampai 15ml) berfungsi
sebagai pelumas yang memungkinkan permukaan pleural bergerak tanpa
adanya friksi (Smeltzer C Suzanne, 2002).
B. Epidemiologi
Efusi pleura sering terjadi di negara-negara yang sedang berkembang,
salah satunya di Indonesia. Hal ini lebih banyak diakibatkan oleh infeksi
tuberkolosis. Bila di negara-negara barat, efusi pleura terutama disebabkan
oleh gagal jantung kongestif, keganasan, dan pneumonia bakteri. Di Amerika
efusi pleura menyerang 1,3 juta org/th. Di Indonesia TB Paru adalah peyebab
utama efusi pleura, disusul oleh keganasan. 2/3 efusi pleura maligna mengenai
wanita. Efusi pleura yang disebabkan karena TB lebih banyak mengenai pria.
Mortalitas dan morbiditas efusi pleura ditentukan berdasarkan penyebab,
tingkat keparahan dan jenis biochemical dalam cairan pleura.
C. Etiologi
Menurut jenis cairan yang terakumulasi efusi pleura dapat dibedakan
menjadi :
1. Transudat (filtrat plasma yang mengalir menembus dinding kapiler yang
utuh). Penyakit yang menyertai transudat :
1. Gagal jantung kiri.

2. Sindrom nefrotik.
3. Obstruksi vena kava superior
4. Asites pada serosis hati
5. Sindrom meigs (asites dengan tumor ovarium).
2. Eksudat (ekstravasasi cairan kedalam jaringan). Cairan ini dapat terjadi
karena adanya :
1. Infeksi
2. Neoplasma/tumor
3. Infark paru
Pembentukan cairan yang berlebihan, karena radang (tuberculosis,
pneumonia, virus), bronkiektasis, abses amuba subfrenik yang menembus ke
rongga pleura, karena tumor dimana masuk cairan berdarah dan karena
trauma. Di Indonesia 80% karena tuberculosis.

D. Tanda dan gejala


1. Sesak napas, merupakan gejala yang paling sering dikeluhkan.
Mengindikasikan efusi luas, namun biasanya <500ml.
2. Nyeri dada pleuritik (pneumonia), biasanya dideskripsikan sebagai nyeri
tajam atau menusuk, terutama saat inspirasi dalam.
3. Adanya timbunan cairan mengakibatkan perasaan sakit karena pergesekan,
setelah cairan cukup banyak.
4. Batuk, biasanya nonproduktif
5. Adanya gejala-gejala penyakit penyebab seperti demam, menggigil, panas
tinggi (kokus), subfebril (tuberkulosisi), banyak keringat, batuk, dan
banyak sputum.
6. Deviasi trachea menjauhi tempat yang sakit dapat terjadi jika terjadi
penumpukan cairan pleural yang signifikan.
7. Dispneu bervariasi.
8. Perkusi meredup diatas efusi pleura
9. Ruang intercostals menonjol (efusi yang berat).
10. Fremitus vokal dan raba berkurang

11. Suara napas berkurang di atas efusi pleura.


E. Patofisiologi
Dalam keadaan normal hanya terdapat 10-20 ml cairan di dalam rongga
pleura.Jumlah cairan di rongga pleura tetap, karena adanya tekanan hidrostatis
pleura parietalis sebesar 9 cm H2O. Cairan ini dihasilkan oleh kapiler pleura
parietalis karena adanya tekanan hodrostatik, tekanan koloid dan daya tarik
elastis. Sebagian cairan ini diserap kembali oleh kapiler paru dan pleura
viseralis, sebagian kecil lainnya (10-20%) mengalir ke dalam pembuluh limfe
sehingga pasase cairan disini mencapai 1 liter per hari. Terkumpulnya cairan
di rongga pleura disebut efusi pleura, ini terjadi bila keseimbangan antara
produksi dan absorbsi terganggu misalnya pada hyperemia akibat inflamasi,
perubahan tekanan osmotic (hipoalbuminemia), peningkatan tekanan vena
(gagal jantung).
Atas dasar kejadiannya efusi dapat dibedakan atas transudat dan eksudat
pleura.Transudat misalnya terjadi pada gagal jantung karena bendungan vena
disertai peningkatan tekanan hidrostatik, dan sirosis hepatic karena tekanan
osmotic koloid yang menurun. Eksudat dapat disebabkan antara lain oleh
keganasan dan infeksi. Cairan keluar langsung dari kapiler sehingga kaya akan
protein dan berat jenisnya tinggi cairan ini juga mengandung banyak sel darah
putih. Sebaliknya transudate kadar proteinnya rendah sekali atau nihil
sehingga berat jenisnya rendah. (Guytondan Hall , 1997)
F. Komplikasi
1. Pneumotoraks (karena udara masuk melalui jarum).
2. Hemotoraks ( karena trauma pada pembuluh darah interkostalis).
3. Emboli udara (karena adanya laserasi yang cukup dalam, menyebabkan
udara dari alveoli masuk ke vena pulmonalis).
4. Laserasi pleura viseralis

G. Pemeriksaan penunjang
1. Rontgen dada
Rontgen dada biasanya merupakan langkah pertama yang dilakukan
untuk mendiagnosis efusi pleura, yang hasilnya menunjukkan adanya
cairan.
2. CT scan dada
CT scan dengan jelas menggambarkan paru-paru dan cairan dan bisa
menunjukkan adanya pneumonia, abses paru atau tumor.
3. Torakosentesis
Penyebab dan jenis dari efusi pleura biasanya dapat diketahui dengan
melakukan pemeriksaan terhadap contoh cairan yang diperoleh melalui
torakosentesis (pengambilan cairan melalui sebuah jarum yang
dimasukkan diantara sela iga ke dalam rongga dada dibawah pengaruh
pembiusan lokal).
4. Biopsi
Jika dengan torakosentesis tidak dapat ditentukan penyebabnya, maka
dilakukan biopsi, dimana contoh lapisan pleura sebelah luar diambil untuk
dianalisa. Pada sekitar 20% penderita, meskipun telah dilakukan
pemeriksaan menyeluruh, penyebab dari efusi pleura tetap tidak dapat
ditentukan.
5. Bronkoskopi
Bronkoskopi kadang dilakukan untuk membantu menemukan sumber
cairan yang terkumpul.

H. Clinical Pathways

I. Penatalaksanaan Medis

1. Aspirasi cairan pleura


Pungsi pleura ditujukan untuk menegakkan diagnosa efusi plura yang
dilanjutkan dengan pemeriksaan mikroskopis cairan. Disamping itu pungsi
ditujukan pula untuk melakukan aspirasi atas dasar gangguan fugsi restriktif
paru atau terjadinya desakan pada alat-alat mediastinal.
2. Water Seal Drainage
Telah dilakukan oleh berbagai penyelidik akan tetapi bila WSD ini
dihentikan maka akan terjadi kembali pembentukan cairan.
3. Penggunaan obat-obatan
Tujuan pengobatan adalah untuk menemukan penyebab dasar, untuk
mencegah

penumpukan

kembali

cairan,

dan

untuk

menghilangkan

ketidaknyamanan serta dispneu. Pengobatan spesifik ditujukan pada penyebab


dasar (co; gagal jantung kongestif, pneumonia, sirosis).

J. Penatalaksanaan Keperawatan
J.1 Diagnosa Keperawatan yang Sering Muncul (PES)
1. Pola nafas tidak

efektif b.d penurunan ekspansi paru (akumulasi

udara/cairan) dan frekuensi paru yang ditandai dengan sesak nafas, nafas
pendek.
2. Nyeri kronis b.d sesak nafas yang ditandai dengan nyeri pada bagian dada
dan perubahan pola tidur.
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d penurunan
nafsu makan, sesak nafas yang ditandai dengan nyeri pada bagian
abdomen.

J.2 Perencanaan/Nursing Care Plan


No.
1.

Hari/Tgl/J
am

Diagnosa Keperawatan

Tujuan dan Kriteria


Hasil

Senin,
11/05/15
08.00

Pola nafas tidak efektif


b.d penurunan ekspansi
paru (akumulasi
udara/cairan) dan
frekuensi paru yang
ditandai dengan sesak
nafas, nafas pendek.

Tujuan :
Pasien mampu
mempertahankan
fungsi paru secara
normal
Kriteria hasil :
1. Tidak
ditemukannya
akumulasi cairan
dan tidak ada
dipsneu
2. Irama nafas,
frekuensi nafas
dalam rentang
normal
3. Tanda-tanda vital
dalam rentang
normal

Intervensi
1. Identifikasi faktor
penyebab.
2. Posisikan pasien untuk
memaksimalkan ventilasi
(posisi semi fowler)
3. Kaji kualitas, frekuensi dan
kedalaman pernafasan,
laporkan setiap perubahan
yang terjadi.
4. Observasi tanda-tanda vital
(suhu, nadi, tekanan darah,
RR dan respon pasien).
5. Kolaborasi dengan tim
medis lain untuk pemberian
O2 dan obat-obatan serta
foto thorax.

Rasional

1. Dengan

2.

3.

4.

5.

mengidentifikasikan
penyebab, kita dapat
menentukan jenis effusi
pleura sehingga dapat
mengambil tindakan yang
tepat.
Penurunan diafragma
memperluas daerah dada
sehingga ekspansi paru bisa
maksimal.
Dengan mengkaji kualitas,
frekuensi dan kedalaman
pernafasan, kita dapat
mengetahui sejauh mana
perubahan kondisi pasien.
Peningkatan RR dan
tachcardi merupakan
indikasi adanya penurunan
fungsi paru.
Pemberian oksigen dapat
menurunkan beban
pernafasan Dengan foto
thorax dapat dimonitor

2.

Senin,
11/05/15
08.00

Nyeri kronis b.d sesak


nafas yang ditandai
dengan nyeri pada bagian
dada dan perubahan pola
tidur.

Tujuan :
Nyeri kronis pasien
berkurang setelah
dilakukan tindakan
keperawatan
Kriteria hasil :
1. Tidak ada ganguan
tidur
2. Tidak ada ekspresi
menahan nyeri

3.

Senin,
11/05/15
08.00

Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh b.d
penurunan nafsu makan,
sesak nafas yang ditandai
dengan nyeri pada bagian
abdomen.

Tujuan :
Kebutuhan nutrisi
pasien teratasi
Kriteria hasil :
1. Konsumsi lebih
dari 40% jumlah
makanan
2. Berat badan

1. Lakukan pengkajian nyeri


secara komprehensif
menggunakan PQRST
2. Observasi nonverbal dari
ketidaknyamanan
3. Gunakan teknik komunikasi
terapeutik untuk mengetahui
pengalaman nyeri pasien
4. Kontrol lingkungan yang
dapat mempengaruhi nyeri
seperti suhu ruangan,
pencahayaan dan kebisingan
5. Kolaborasikan dengan
dokter jika ada keluha dan
tindakan nyeri tidak berhasil
1. Beri motivasi tentang
pentingnya nutrisi
2. Auskultasi suara bising usus
3. Beri makanan dalam porsi
kecil tapi sering
4. Kolaborasi dengan tim gizi
dalam pemberian TKTP
5. Kolaborasi dengan dokter
atau konsultasi untuk
melakuka pemeriksaan

1.

2.
3.
4.
5.

1.
2.

3.

kemajuan dari berkurangnya


cairan dan kembalinya daya
kembang paru.
Mengetahui penyebab
timbul rasa nyeri, kualitas
nyeri, lokasi nyeri, skala
nyeri, dan waktu nyeri yang
dirasakan pasien.
Masih ada atau tidakkah
nyeri yang dirasakan pasien
Memahami nyeri yang
dirasakan pasien
Menurunkan rasa nyeri
akibat lingkungan
Pemberian obat analgesic
yang diresepkan oleh dokter
dan teknik non farmakologi
oleh perawat
Kebiasaan makan seseorang
dipengaruhi oleh kesukaan
dan kebiasaannya
Bising usus yang menurun
atau meningkat
menunjukkan adanya
gangguan pada fungsi
pencernaan
Makanan dalam porsi kecil
tidak memubutuhkan

10

normal

laboratorium albumin dan


suplemen nutrisi lainnya

energy, banyak selingan


memudahkan reflek
4. Diet TKTP sangat baik
untuk kebutuhan
metabolisme dan
pembentukan antibody
5. Peningkatan intake protein,
vitamin dan mineral dapat
menambahkan asam lemak
dalam tubuh

11

DAFTAR PUSTAKA

Davey, Patrick.2005.At a Glance Medicine. Jakarta : Erlangga.


Guyton A. C., Hall J. E. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 9.
Jakarta : EGC.
Potter, P.A.,& Perry A.G.(2009). Buku Ajar Fundamental Keperawatan
Konsep Proses dan Praktik. Jakarta: EGC.
Price, Sylvia A, Patofisiologi : Konsep klinis proses-pross penyakit, Ed6.
Jakarta. EGC. 2005.
Smeltzer c Suzanne, Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah, Brunner and
Suddarths, Ed8. Vol.1, Jakarta, EGC, 2002.
Wilkinson, J.M., & Ahern N.R.,(2012). Buku Saku Diagnosis
Keperawatan Diagnosa NANDA Intervensi NIC Kriteria Hasil NOC
Edisi kesembilan. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai