Anda di halaman 1dari 29

BAB 1

STATUS PASIEN
1. PASIEN
1. Identitas Pasien
a. Nama/Kelamin/Umur : An. D/ Laki-laki/ 15 tahun
b. Pekerjaan/Pendidikan : Pelajar
c. Alamat
: RT 4 Tanjung Raden
2. Latar belakang social ekonomi-demografi-lingkungan keluarga
a. Jumlah saudara
:1
b. Status ekonomi keluarga
: Menengah
c. Kondisi Rumah
:
Pasien tinggal dirumah permanen, rumah pasien merupakan rumah
permanen yang terdiri dari 1 ruang tamu, 3 kamar tidur dan 1
dapur. Diruang tamu terdapat kursi tamu yang

tersusun rapi.

Rumah ini terdapat jendela kaca. Jendela ini jarang dibuka.


Pencahayaan dirumah ini termasuk kurang. Ibu pasien masak
menggunakan kompor gas. Sedangkan untuk kebutuhan air pasien
ini menggunakan sumber air bersih yang berasal dari sumur galian
yang terletak di belakang rumah. Untuk penerangan rumah pasien
berasal dari PLN sedangkan sampah rumah tangga biasanya
dibakar.

Ruang tamu dan Dapur Pasien

Kamar Mandi Pasien


d. Kondisi Lingkungan keluarga:
Pasien merupakan anak pertama dari 1 orang saudara, pasien
merupakan anak yang manja dan dekat dengan keluarganya.
Sumber penghasilan keluarga berasal dari ayahnya yang bekerja
sebagai PNS dikantor lurah sedangkan ibunya bekerja sebagai guru
paud. Pasien sangat dekat dengan adiknya. Pasien rajin mengikuti
kegiatan

ekskul

disekolahnya.

Hampir

setiap

hari

pasien

menghabiskan waktu diliuar rumah. Pasien suka memakan jajanan


goreng gorengan yang ada di dekat sekolahnya. Pasien juga suka
meminum minuman dingin.
3. Aspek psikologis di keluarga
: Cukup Baik
4. Riwayat penyakit dahulu atau keluarga:
a. Riwayat Penyakit Dahulu
:
Pasien penyakit yang sama sebelumnya disangkal
Riwayar Pilek sebelumnya diakui
Riwayat alergi diakui
b. Riwayat penyakit Keluarga :
Riwayat alergi dalam keluarga disangkal
5. Riwayat penyakit sekarang
a. Anamnesis
Keluhan Utama : Kedua telinga terasa penuh sejak 2 hari
yang lalu

Perjalanan Penyakit Sekarang


Pasien dibawa oleh ibunya berobat ke puskesmas

dengan keluhan kedua telinga terasa penuh sejak 2 hari yang


lalu. Keluhan ini dirasakan tiba-tiba, pasien mengaku kalau
pendengarannya sedikit berkurang, Telinga terasa berdenging
(-), os mengaku bila os menguap atau membuang ingus terasa
pendengeran jelas sesaat, nyeri telinga (-), gatal pada telinga
(-), keluar cairan dari telinga (-), dikorek (-), telinga kemasukan
air disangkal. Sebelumnya pasien mengeluh batuk pilek sejak 1
minggu yang lalu, dan hidung terasa tersumbat. Pasien juga
mengaku kalau sering bersin bersin saat cuaca dingin dan
ketika berdebu. batuk berdahak, batuk darah (-) , demam sejak
1 hari yang lalu menggigil (-), berkeringat (-). Os juga
mengaku nyeri saat menelan.
6. Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum : Baik

Kesadaran

: Composmentis

Tanda vital

:Td:100/80 mmHg nadi : 98x/i, RR 20x/I, T:37,5

C
Berat Badan

: 45 kg

Kepala

: Normocepal

Mata

: ca -/-, si -/-, reflek cahaya (+), reflek kornea (+/


+)

Telinga

: Nyeri (-), edem (-), Serumen(-), membran


timpani hiperemis, RC (+/+)

Hidung

: Simetris, Napas cuping hidung (-), lendir (+/+),


konka inferior kanan terlihat hipertropi

Mulut

: Bibir kering(-), sianosi (-)

Tenggorok

: T1-T1 Hiperemis(-), faring hiperemis (-)

Leher

: Pembesaran KGB (-), kaku kuduk (-)

Thorak
Pulmo
Inspeksi

: Pergerakan dinding dada simetris kiri dan


kanan, retraksi (-)

Palpasi

: Stemfremitus sama antara kiri dan kanan

Perkusi

: Sonor

Auskultasi

: vesikuler +/+, wheezing -/-, rhonki -/-

Cor
Inspeksi

: Ictus cordis terlihat

Palpasi

: Ictus cordis teraba

Perkusi

: Batas jantung dalam batas normal

Auskultasi

: BJ I/II Reguler, murmur (-), gallop (-)

Abdomen

Inspeksi

: Datar, sikatriks (-)

Palpasi

: Supel, nyeri tekan (+)

Perkusi

: Timpani

Auskultasi

: Bising usus (+) normal

Ektremitas

: Akral hangat, edema (-)

7. Laboratorium dan usulan pemeriksaan


Tes audiometri
8. Diagnosis kerja
Tuba Catar
9. Manajemen
a. Promotif
Menjelaskan kepada orang tua tentang penyakit anaknya
dan cara penatalaksanaannya
b. Preventif
Menganjurkan ibu untuk meningkatkan daya tahan tubuh
anak dengan memberikan makan yang bergizi dan banyak
minum air putih dan konsumsi buah dan istirahat yang
cukup
Diminta untuk menghindari alergen seperti debu, karpet dll
Saat berpergian jauh diminta untuk memakai masker juga
pada saat menyapu
c. Kuratif
Non farmakologis
Istirahat yang cukup
Minum obat secara teratur
Farmakologis
Kloramfenikol
Paracetamol tab 500mg
Ctm tab
Gliseril Gualakolat 100 mg
Amoksisilin tab 500mg

d. Rehabilitatif
Memperbaiki status gizi pasien guna meningkatkan daya
tahhan tubuh juga agar proses tumbuh kembang lebih baik.
Perbaiki status gizi dengan mengurangi jajanan makanan sehingga
pasien tidak merasa kenyang dan dapat makan makananyang
bergizi di rumah. Diminta untuk menghindari alergen sep debu,
karpet dll. Saat berpergian jauh diminta untuk memakai masker
juga pada saat menyapu.

DINAS KESEHATAN KOTA JAMBI


PUSKESMAS OLAK KEMANG
KELURAHAN OLAK KEMANG KECAMATAN DANAU TELUK
Dokter :dr. Siti Annisa, S.Ked
SIP

: No. 266/SIK/2014
25 Agustus 2014

R/ Amoksisilin Tab500 mg

no.XV

S3dd tab 1
R/Paracetamol tab 500 mg

no.XV

S3dd tab I
R/ Gliseril Gualakolat 100 mg no.XV
S3dd tab 1
R/ CTM tab 4 mg

no XV

S3ddtab
R/ kloramfenikol

no 1

S2dd gtt II ADS


Pro : An. D, 15 tahun
Alamat : Tanjung Raden, RT 4

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Definisi
Kata Catarrh berasal dari bahasa yunani katarrhein. Katar yang berarti
turun dan rhein yang bererti mengalir. Jika diartikan dapat berarti lapisan eksudat
yang tebal yang terdiri dari mukus dan sel darah putih yang disebabkan oleh
pembengkakan dari membran mukosa dikepala yang merupakan respon dari suatu
infeksi. Ini merupakan gejala peradangan yang biasa ditemukan pada flu dan
batuk, tetapi dapat pula ditemukan pada pasien dengan infeksi dari adenoid,
infeksi telinga tengah, sinusitis atau tonsilitis. Keluhan yang sering tampak pada
tuba katar adalah tersumbatnya hidung dan tuba yang menyebabkan penderita
dapat mendengar suara sendiri. Beberapa usaha yang terus dikembangkan adalah
bagaimana mengurangi atau menghilangkan sumbatan tuba tersebut. 1,2,3
Pada tahun 1704, Valsava menemukan otot yang berfungsi untuk
membuka tuba Eustachius dan menyangka bahwa otot ini aktif sebagai bagian dari
proses pendengaran. Maneuver Valsava dinamakan atas namanya setelah ia
menemukan cara untuk mengeluarkan pus dari telinga tengah ke telinga luar
dengan cara ditiup oleh penderita itu sendiri. Pada tahun 1724, Guyot adalah
orang pertama yang mencoba untuk melakukan kateterisasi lewat hidung, dan
Wathen pada tahun 1756, telah melanjutkan studinya dan menggambarkan secara
detail bagaimana prosedurnya. 1,2,3
Pada tahun 1853, Toynbee menemukan bahawa, saat beristirahat tuba
Eustachius tertutup dan terjadi suatu penyerapan udara yang konstan pada ruang
telinga tengah. Tuba tersebut hanya dapat terbuka pada waktu menelan, dan udara
diperbolehkan masuk pada waktu itu. Ia percaya dengan melakukan maneuver ini,
akan membuat tekanan positif pada ruang telinga tengah. 1,2,3
Banyak usaha telah dikembangkan untuk mengurangi atau bahkan
menghilangkan gejala ini. Tetapi pada referat ini akan dibahas apa penyebab
terjadinya tuba katar sehingga cara penatalaksanaannya.1,2,3

3.2 ANATOMI
Tuba Eustachius, yaitu sebuah bangunan yang berbentuk tabung yang
berjalan dari telinga tengah ke nasofaring. Tuba Eustachius telah dikenal sejak
zaman yunani kuno oleh Aristoteles, tetapi kemudian dinamapakai oleh
Bartolomeus Eustachius (1520-1574) sebagai ketua ahli ekonomi di Roma dan
orang yang pertama kali mendeskripsikan anatomi tuba Eustachius. Hal ini tidak
dipublikasi sehingga 200 tahun kemudian setelah kematiannya, didapatkan satu
buku yang berjudul Epistola de Audius Organis 1,2,3
Fungsi tuba Eustachius adalah untuk proteksi, aerasi dan drainase telinga
tengah. Bila terjadi oklusi dapat menyebabkan peradangan pada telinga tengah
(otitis media). Tuba Eustachius juga disebut tuba otofaringeal kerana
menghubungkan telinga ke faring. 1,2,3

Tuba Eustachi

Gambar 1 : Struktur tuba Eustachius


Tuba Eustachius terdiri dari tulang rawan pada dua pertiga kearah
nasofaring dan sepertiganya terdiri atas tulang. Tuba biasanya dalam keadaan
tertutup dan baru terbuka apabila oksigen diperlukan masuk ke dalam telinga
tengah atau pada saat mengunyah, menelan dan menguap. Otot-otot dari sistem
tuba Eustachius membantu membuka dan menutup tuba agar berfungsi
sebagaimana mestinya.

Gambar 2 : Tuba Eustachius pada anak dan dewasa


Panjang tuba pada orang dewasa sekitar 36mm dan terbentang pada bagian
depan, bawah dan medial dari dinding anterior kavum timpani terhadap
nasofaring. Aksis tuba membentuk sudut 30o terhadap bidang horizontal dan 45o
terhadap bidang sagital median. Daerah tuba dibahagi menjadi dua, yaitu bagian
tulang dan kartilago. Bagian tulang merupakan bagian posterior sepertiga tuba,
dilapisi oleh mukosa, panjangnya sekitar 12mm, berhubungan langsung dengan
timpani anterior dan hampir selalu dalam keadaan terbuka, kemudian kebawah
dan menyempit disebut istmus. Bagian tulang hanya mempunyai peran sedikit
atau bahkan tidak ada dalam mekanisme pembukaan tuba. Fungis istmus adalah
membantu melindungi telinga tengah dari sekret nasofaring. Schwartzbart (1994)
mengatakan bahawa bagian tulang dari tuba disebut sebagai protimpanum. 1,2,3
Bagian kartilago merupakan bagian anterior dua pertiga tuba yang
memiliki panjang sekitar 24mm yang

10

terdiri dari jaringan fibrokartilago berbentuk triangular dengan diameter


vertikal 2-3 mm dan diameter horizontal 3-4 mm, pada bagian apex akan
menyempit yang juga merupakan bagian tersempit dari tulang. Ke bawah secara
langsung menjadi membran mukosa dari bagian lateral nasofaring. Umumnya
bagian kartilago ini dalam keadaan tertutup oleh tekanan jaringan tuba Estachius.
1,2,3

Tuba Eustachius dilapisi oleh mukosa yang mengandung sel-sel goblet dan
kelenjar mukus. Lapisan paling luar adalah epitel bersilia yang bergerak ke arah
nasofaring. Makin dekat ke telinga tengah terlihat sel-sel goblet dan kelenjar
mukus semakin berkurang dan mukosa silia juga menghilang. Jumlah sel goblet
pada dasar tuba lebih banyak dibandingkan bagian atap, dengan konsentrasi
terbanyak berada di area tengah tuba bagian kartilago. Bagian superior tuba
banyak berperan pada ventilasi telinga tengah, sedangkan bagian inferior telinga
tengah berfungsi sebagai proteksi telinga tengah. Mekanisme pertahanan
mukosilier tuba Eustachius menetap segera setelah lahir.1,2,3
Pada bagian inferolateral tuba terdapat lapisan lemak yang disebut lemak
Ostman yang ikut membantu proses penutupan tuba. Selain itu, lemak ini
membantu melindungi tuba Eustachius dan telinga tengah terhadap sekret
nasofaring. 1,2,3
Bagian kartilago dari tuba ditunjang oleh otot-otot yang berfungsi untuk
mengontrol patensi tuba. Otot-otot tersebut adalah tensor veli palatine, levator veli
palatine, salphingopharyngeus dan tensor tympani. 1,2,3
Otot tensor veli palatine berasal dari dinding tulang fosa scaphoid dan dari
seluruh panjang ujung tulang rawan yang pendek yang membentuk bagian atas
dinding depan dari tuba kartilago. Otot memanjang ke bawah, membentuk tendon
yang pendek yang membelok ditengah-tengah dan sekeliling pterygoid humulus.
Tensor veli palatine memisahkan tuba Eustachius dari gangliaon optik, saraf
mandibular dan cabangnya, korda timpani dan arteri meningea media. 1,2,3
Salphingopharingeus adalah otot lembut yang menyentuh pada ujung
faring dari tuba Eustachius dan bercampur dengan otot bawah palatofaringeus.
Levator veli palatine berasal dari 2 bagian, antara lain bagian bawah permukaan

11

kartilago tuba dan bagian bawah permukaan tulang petrosa. Pada awalnya, levator
terletak dibawah tuba kemudian menyilang ke tengah dan bergabung menjadi
palatum mole. 1,2,3
Persarafan berasal dari cabang faringeal ganglion sfenopalatina yang
merupakan cabang dari nervus maksilaris (V2) yang mensuplai persarafan ostium.
Saraf spinosus berasal dari saraf mandibula (V3) yang mensuplai persarafan
bagian kartilago. Plexus timpani berasal dari nervus glossopharingeal mensuplai
persarafan bagian tulang tuba Eustachius. 1,2,3

3.3 Fungsi fisiologi dari Tuba Eustachius


Fungsi fisiologi dari Tuba Eustachius adalah : 1,2,3

Ventilasi atau pengaturan tekanan dari telinga tengah


Perlindungan telinga tengah dari sekresi nasofaring dan tekanan suara
Pembersihan dan penyaluran sekresi telinga tengah ke nasofaring

Ventilasi dan regulasi tekanan

Gambar 3 : Oklusi tuba yang menyebabkan perbedaan tekanan udara


Tuba Eustachius yang normal pada saat istirahat menutup, kira-kira ada
sedikit tekanan udara telinga tengah negatif. Pembukaan yang berulang dari tuba
Eustachius secara aktif mengatur tekanan atmosfir agar tetap seimbang. 1,2,3
Tuba Eustachius membuka pada saat menelan atau menguap dengan
kontraksi otot veli palatine. Tensor veli palatine yang tidak berfungsi efektif pada
palatum durum menyebabkan disfungsi tuba Estachius. Cara kerja dari otot veli

12

palatine masih tidak jelas. Kontribusi pada permukaan tuba Eustachius masih
dipertanyakan. 1,2,3
Fungsi ventilasi dari tuba Eustachius anak kurang efisien daripada pada
orang dewasa. Infeksi sistem pernafasan bagian atas yang berulang-ulang dan
pembesaran adenoid pada anak-anak akan menyebabkan terjadinya penyakit
telinga tengah pada anak. Bagaimanapun, pada saat anak tumbuh, fungsi tuba
Eustachius membaik dan sebagai bukti berkurangnya frekuensi terjadinya otitis
media dari masa kanak-kanak menjadi dewasa. 1,2,3
Normalnya, tuba Eustachius membuka berulang-ulang, secara stabil
mengatur tekanan bagian tengah antara +50 mm dan -50 mm H 2O. Tekanan di atas
dan di bawah +50 mm -50mm H2O, tidak mengindikasikan akan terjadi penyakit
telinga tengah. Sekitar 1 ml udara dapat diserap dari bagian tengah telinga dalam
jangka waktu 24 jam. Sel-sel sistem mastoid berfungsi sebagai penyimpanan gas
bagian tengah telinga. 1,2,3
Perlindungan
Tuba Eustachius menyalurkan secara normal sekresi dari telinga tengah
dengan sistem pengangkutan mukosiliari dan dengan berulangnya pembukaan
atau penutupan aktif tuba yang memperbolehkan sekresi mengalir ke nasofaring.
1,2,3

Kekacauan dari sistem penutupan bagian tengah telinga, seperti perforasi


membran timpani atau setelah operasi mastoid, terkadang menyebabkan refluks
dari sekresi nasofaring ke dalam tuba menyebabkan otorhea. Demikian juga
dengan mengenduskan hidung yang kuat dapat menciptakan tekanan tinggi pada
nasofaring menuju telinga tengah. 1,2,3
Sebaliknya, tekanan negatif bagian tengah

telinga seperti saat berada

dipesawat atau saat penyelaman dapat menyebabkan penyumbatan tuba


Eustachius. Hal ini dapat menyebabkan stagnasi dari sekresi dan efusi berkumpul
ditelinga tengah menyebabkan barotrauma. 1,2,3
Bagian tengah juga diproteksi oleh pertahanan lokal imunologi dari epitel
respiratori dari tuba Eustachius, begitu juga pertahanan mukosiliari yang

13

melakukan fungsi pembersihan. Protein surfaktan imunoreaktif yang ada di paru


diisolasi dari bagian tengah telinga dari hewan dan manusia ternyata mempunyai
fungsi proteksi yang sama pada bagian tengah telinga. 1,2,3
Drainase
Penyaluran sekresi dan pengeluaran benda asing dari telinga tengah
dikerjakan oleh sistem mukosiliari dari tuba Eustachius. Mukosa bagian tengah
telinga bekerjasama dengan otot tuba Eustachius melakukan fungsi penbersihan
dan juga membantu mengatur tekanan permukaan didalam lumen tuba. 1,2,3
Model flask yang diperkenalkan oleh Bluestone dan rekannya menjelaskan
lebih baik konfigurasi dari anatomi tuba Eustachius dalam proteksi dan drainase
telinga tengah. Pada model ini, tuba Estachius dan sistem bagian tengah telinga
menyerupai botol dengan leher yang panjang dan sempit. Mulut dari botol
mempresentasikan ujung nasofaring, bagian sempit leher mempresentasikan
istmus, bagian tengah telinga dan sistem mastoid mempresentasikan badan dari
botol tersebut. 1,2,3
Cairan yang mengalir melalui leher botol tersebut tergantung dari tekanan
pada ujung botol, radius dan panjang dari leher botol serta kekentalan dari cairan.
Aliran cairan berhenti pada bagian leher yang sempit kerana diameternya yang
kecil, juga kerana tekanan udara positif pada ruang dari botol. Tetapi hal ini tidak
menjadi pertimbangan tugas dari otot tensor veli palatine pada perbukaan
nasofaringeal orifisium tuba Eustachius. 1,2,3
Tuba Eustachius dapat tersumbat kerana beberapa alasan, penyebab yang
paling umum adalah infeksi saluran pernafasan bagian atas. Infeksi sinus atau
alergi dapat juga menyebabkan pembengkakan tuba Eustachius, sebagai akibatnya
hidung yang tersumbat dapat menyebabkan tuba Eustachius juga tersumbat. Pada
anak sangat rawan terjadi penyumbatan tuba karena anatomi tuba pada anak lebih
sempit dan lebih dekat ke adenoid. Itulah sebabnya mengapa pada anak-anak
dengan otitis media kronik sering direkomendasikan untuk dilakukan operasi
adenoid. Jarang sekali, massa atau tumor didasar tengkorak atau nasofaring dapat
menyebabkan penyumbatan tuba Eustachius. 1,2

14

Permasalahan tuba Eustachius dan infeksi terkait merupakan permasalahan


yang biasa dijumpai dokter. Banyak orang memiliki masalah kronis dalam
pengaturan tekanan telinga tengah yang biasanya dijumpai disebabkan mulai dari
alergi sampai tuba Eustachius yang terlalu sempit. Pasien sering mengeluh telinga
terasa penuh, telinga seperti berbunyi klik atau cracking, kehilangan pendengaran
ringan (atenuasi suara), telinga berdengung (tinnitus), dan terkadang gangguan
keseimbangan. 1,2
Perubahan ketinggian yang cepat dan tekanan udara disamakan melalui
gendang telinga dengan fungsi normal tuba Eustachius. Tuba yang sehat
membuka sehingga cukup untuk menetralkan perubahan tekanan ini. Yang mana
terjadi pada saat di pesawat, tekanan udara menjadi naik pada saat pesawat
tersebut turun. 1,2
Orang dengan penyumbatan tuba Eustachius dapat menyebabkan rasa tuli
yang diakibatkan perubahan tekanan udara yang mendorong gendang telinga
kedalam sehingga dapat terisi dengan darah atau cairan. Dan mereka yang
mengalami gangguan fungsi tuba dapat pula merasakan ketika mereka berada
didalam elevator, berkendara dipergunungan atau menyelam. 1,2
Proses peradangan
Tuba katar merupakan hasil dari reaksi peradangan. Reaksi peradangan
sebenarnya merupakan suatu proses dinamik dan kontinu pada kejadian-kejadian
yang terkoordinasi dengan baik. Untuk memunculkan manifestasi suatu reaksi
peradangan, sebuah jaringan hidup harus memiliki jaringan fungsional. Pada
jaringan dengan nekrosis yang luas, maka reaksi peradangan tidak ditemukan
dibagian tengah jaringan, tapi dibagian tepinya, yaitu diantara jaringan mati dan
jaringan hidup yang memiliki sirkulasi utuh. 4
Selain itu, jika terjadi cedera dan menyebabkan kematian mendadak pada
penjamu, maka tidak ada bukti reaksi peradangan karena untuk timbulnya respon
memerlukan waktu. 4
Berbagai pola peradangan dapat timbul berdasarkan atas jenis eksudat
yang terbentuk, organ atau jaringan tertentu yang terlibat dan lamanya proses

15

peradangan. Berbagai tipe eksudat diberi nama deskriptif. Lamanya respon


peradangan disebut sebagai akut selama fase eksudat aktif. Disebut kronis jika ada
bukti perbaikan lanjut disertai eksudasi dan disebut subakut jika bukti awal
perbaikan bersama dengan eksudasi. Lokasi reaksi peradangan dinamakan
menurut nama organ atau jaringan, yang ditambahkan akhiran-itis. Berikut
dibahas beberapa jenis eksudat.4
Eksudat Seluler
Eksudat neutrofilik
Eksudat yang paling sering dijumpai terutama terdiri atas PMN, dalam
jumlah yang begitu banyak sehingga lebih menonjol daripada bagian cairan dan
proteinosa. Eksudat neutrofilik semacam ini disebut purulen. Eksudat purulen
biasanya terbentuk sebagai respon terhadap infeksi bakteri. Eksudat ini juga
terdapat dalam respon terhadap banyak cedera aseptik dan secara mencolok terjadi
hampir disemua tempat pada tubuh yang jaringannya telah menjadi nekrotik.4
Infeksi bakteri sering menyebabkan konsentrasi PMN yang sangat tinggi
yang tertimbun didalam jaringan, dan banyak sel-sel ini mati serta membebaskan
enzim-enzim hidrolitiknya yang kuat kesekitarnya. Dalam keadaan ini, enzimenzim PMN mencerna jaringan dibawahnya dan mencairkannya. Kombinasi
agregasi neutrofil dan pencairan jaringan-jaringan dibawahnya disebut supurasi.4
Dan dengan demikian eksudat yang terbentuk disebut eksudat supuratif,
atau lebih sering disebut pus. Jadi, pus terdiri atas PMN yang hidup, mati dan
yang hancur, jaringan yang mencair dan tercerna, cairan eksudat pada proses
peradangan dan sering terdiri dari bakteri-bakteri penyebabnya. 4
Eksudat Campuran
Eksudat ini merupakan campuran eksudat seluler dan nonseluler, dan
dinamakan sesuai dengan campurannya. Campuran ini meliputi eksudat
fibrinopurulen, yang terdiri atas fibrin dan PMN, eksudat serofibrinosa. Eksudateksudat tertentu seperti eksudat musinosa dan mukopurulen, yang melapisi
permukaan mukosa.4

16

Daerah seperti ini umumnya menyerupai membran mukosa, daerah


nekrotik dapat mengelupas, menimbulkan celah pada permukaan mukosa. Defek
seperti ini disebut ulkus. Paling sering, eksudat fibrinopurulen yang berasal dari
pembuluh darah dibawahnya membentuk permukaan dasar ulkus. Terkadang
daerah membran mukosa yang luas akan mengalami nekrotik dan sel-sel yang
dapat tertangkap didalam jala yang dibentuk eksudat fibrinopurulen, yang
melapisi permukaan mukosa.4
Daerah seperti ini umumnya menyerupai membran mukosa yang kasar,
dan oleh karena jenis proses ini disebut sebagai peradangan pseudomembranosa.4
Contoh klasik peradangan pseudomembran adalah pseudomembran pada
difteri disaluran pernafasan. Dengan demikian membran semacam ini kadang
disebut sebagai difteritik. Peradangan pseudomembranosa dapat dijumpai didalam
saluran cerna, khususnya kolok, sebagai akibat gangguan ekologi mikroba saluran
cerna, biasanya disebabkan oleh pemberian antibiotik.4
Eksudat Non Seluler
Eksudat Serosa
Pada beberapa radang, eksudat hampir seluruhnya terdiri atas cairan dan
zat-zat yang terlarut dengan sangat sedikit leukosit. Jenis eksudat non-selular yang
paling sederhana adalah eksudat serosa yang pada dasarnya terdiri atas protein
yang bocor dari pembuluh-pembuluh darah yang permeabel didaerah peradangan
bersama dengan cairan yang menyertainya. Contohnya eksudat serosa yang paling
dikenal adalah cairan pada luka lepuh. Penimbunan eksudat serosa yang serupa
sering ditemukan pada rongga tubuh, seperti rongga pleura atau rongga
peritoneum dan walaupon tidak mencolok eksudat serosa sering menyebar
melewati jaringan ikat.4
Terkadang terjadi penimbunan cairan didalam rongga tubuh yang bukan
karena peradangan, biasanya peningkatan tekanan hidrostatik atau penurunan
kadar protein plasma. Pengumpulan bukan karena peradangan semacam ini
disebut transudat dan sedikit protein serta sel disbandingkan dengan eksudat.4

17

Eksudat Fibrosa
Eksudat fibrosa terbentuk saat protein keluar dari pembuluh darah
didaerah peradangan mengandung banyak fibrinogen. Fibrinogen ini diubah
menjadi fibrin, berupa jalinan yang lengket dan elastik. 4
Eksudat fibrinosa sering dijumpai diatas permukaan serosa yang meradang
seperti pleura dan pericardium, tempat fibrin yang diendapkan mengeras menjadi
lapisan atas membran yang terkena. Jika lapisan tebal semacam ini tertimbun
diatas permukaan serosa, sering disertai dengan gejala rasa nyeri jika satu
permukaan bergesekan dengan permukaan yang lain.4
Jadi misalkan pasien pleuritis merasa nyeri ketika bernafas dikarenakan
permukaan yang kasar itu saling bergesekan selama inspirasi. Gesekan pada
permukaan-permukaan kasar juga menimbulkan friction rub, yang dapat didengar
dengan stetoskop diatas daerah yang terkena.4
Eksudat Musinosa
Eksudat Nonselular yang lain adalah eksudat musinosa atau kataral. Jenis
eksudat ini hanya terbentuk diatas permukaan membran mukosa, tempat sel-sel
yang dapat mensekresi musin. Jenis eksudat ini berbeda dengan eksudat lain
karena eksudat ini merupakan sekresi seluler bukannya dari sesuatu yang keluar
dari aliran darah. Sekresi musin merupakan sifat normal membran mukosa, dan
eksudat musinosa tidak lebih merupakan percepatan proses fisiologis dasar.
Contoh eksudat musin yang paling dikenal dan sederhana adalah pilek yang
menyertai berbagai infeksi pernafasan bagian atas.4
Dari beberapa bahasan diatas, kita mengetahui tuba katar disebabkan oleh
peradangan membran mukosa. Yang menyebabkan membran mukosa tersebut
menjadi hipersekresi sebagai upaya untuk mengurangi peradangan itu sendiri.
Tetapi proses peradangan tersebut tidak akan berdiri sendiri tanpa sebab. Berikut
beberapa keadaan yang dapat menyebabkan proses peradangan pada membran
mukosa.4
3.3 PATOFISIOLOGI

18

Tuba eustachius berfungsi mengatur tekanan kavum timpani ( ventilasi )


agar tekanan udara dalam telinga tengah sama dengan tekanan udara luar,
mengalirkan keluar sekret dari telinga tengah dan menghalangi masuknya sekret
dari nasofaring ke telinga tengah.(1,2,3,4)
Obstruksi eustachius bisa partial maupun komplit, fungsional penyakit ini
bisa cepat atau lambat. Akibat obstruksi ini akan menyebabkan terhalangnya udara
masuk ke telinga tengah. Sehingga udara yang ada di dalam kavum timpani tidak
berhubungan lagi dengan udara yang di dalam faring, udara yang ada dalam
kavum timpani direabsorbsi hingga menyebabkan retraksi membran timpani.(1,2,3)
Apabila penyakit ini tidak segera diobati, dapat berlanjut menjadi bentuk
kronis dari tuba kattarh, dimana akibat adanya vakum dalam kavum timpani akan
menyebabkan efusi dan transudasi dari mukosa dan ini biasanya terjadi pada
chronic total obstruction.(1,2,3)
Tuba kattarh terbagi atas 2, yaitu :
1. Tuba kattarh akut.
Disebabkan oleh edema dari mukosa tuba eustachius, hingga lumen
tertutup. Akibat udara dalam kavum timpani tidak berhubungan lagi
dengan udara yang ada dalam faring, sehingga udara direabsorbsi dan
terjadi vakum dalam kavum timpani, akibat terjadi retraksi membrana
timpani.(1)
2. Tuba kattarh kronis.
Dapat terjadi bila penyembuhan tuba kattarh akut tidak sempurna
dan adanya kelainan-kelainan dalam hidung, sinus, pallatum mole dan
nasofaring.(1)
3.4 ETIOLOGI
1. Tuba kattarh akut.

Penyakit hidung ( pilek ), dalam sinus dan nasofaring.

Deviasi dari septum.

Poliposis nasi.

Hipertropi khonka nasalis.

19

Tamponade Bellocq.

Tumor pada nasofaring.

Palatoschisis.(1)

2. Tuba kattarh kronik


Faktor-faktor yang dapat menyebabkan, yaitu :

Adenoiditis kronis dengan hyperplasia.

Adenoiditis kronis.

Sinusitis kronis.

Rhinitis alergi atau kronis

Hypertropi konkha nasi.

Poliposis nasi.

Sikatrik atau perlengketan nasofaring terutama pada fossa RosenMuller.

Kerusakan torus tularis sebagai komplikasi adenoidektomi.

Deviasi septum nasi posterior.

Stenosis atau malformasi langit-langit.

Paralysis atot-otot palatum.

Tumor nasofaring.(1)

Keadaan yang dapat menyebabkan terjadinya tuba katar


1. Hipertrofi adenoid
Pembesaran adenoid dapatmenyebabkan obstruksi pada tuba
Eustachius yang akhirnya menjadi tuli konduktif karena adanya cairan
dalam telinga tengah akibat tuba Eustachius yang tidak bekerja efisien
karena adanya sumbatan.5
2. Celah langit
Langit-langit atau palatum merupakan atap rongga mulut yang
memisahkan rongga mulut dan hidung. Palatum terbagi kepada yaitu
palatum durum dan palatum mole di sebelah posterior.6

20

Palatum durum dibentuk oleh prosessus maksila (2/3 anterior), pars


horisontalis prosessus palatine (1/3 posterior). Palatum mole merupakan
lanjutan dari palatum durum, disebelah lateral melekat pada dinding faring
dan sebelah posterior sebagai suatu pinggiran bebas.6
Celah langit-langit merupakan defek congenital karena tidak
bersatunya prosesss palatines, penyambungan antara prosessus palatines
berjalan dari anterior ke posterior dimana proses ini dapat berhenti tibatiba.6
Menurut macamnya celah langit-langit dibagi dua:

Congenital cleft palate, yaitu celah langit-langit bawaan.6


Acquired cleft palate, yaitu celah langit-langit yang didapat
misalnya karena trauma, penyakit atau kanker.6
Menurut derajatnya celah langit-langit dibagi dua:

Complete cleft palate, yaitu celah langit-langit lengkap dimana


kelainan yang terdapat pada langit-langit juga pinggir alveolar dan

bibir terkena baik unilateral maupon bilateral.6


Incomplete cleft palate, yaitu celah langit-langit tidak lengkap.
Kelainan bentuk hanya terjadi pada palatum durum maupun
palatum mole.6

3. Tumor Nasofaring
Gangguan pendengaran merupakan salah satu gejala dini dari
penyakit ini, disamping gejala dini lain yang berupa hidung buntu atau
hidung keluar darah, tetapi gejala tersebut sering tidak terpikir oleh dokter
pemeriksa bahawa penyebabnya adalah tumor ganas di nasofaring,
sehingga baru diketahui bila penyakit sudah dalam keadaan lanjut.7
Gangguan pendengaran kadang-kadang disertai juga keluhan rasa
penuh di telinga, telinga berbunyi atau rasa nyeri ditelinga. Banyak penulis
mengatakan, bahawa lokasi permulaan tumbuh tumor ganas nasofaring
paling sering adalah di fosa Rosenmuller, sebab daerah tersebut
merupakan daerah peralihan epitel. Dalam penyebarannya, tumor dapat

21

mendesak tuba Eustachius serta mengganggu pergerakan otot Levator


Palatini yang berfungsi membuka tuba, sehingga fungsi tuba terganggu
dan

mengakibatkan

gangguan

pendengaran

berupa

menurunnya

pendengaran tipe konduksi yang bersifat reversible.7


4. Peradangan
Sering menyerang pada balita, salah satu faktor penyebabnya
adalah karena saluran penghubung antara telinga tengah dengan atap
tengkorak yang berdekatan dengan lubang hidung bagian belakang
(Eustachius) pada anak balita, yang masih dalam masa pertumbuhan dan
perkembangan yang belum sempurna.8
Anatomis yang lebih pendek, lebih sempit dan lebih mendatar
dibandingkan orang dewasa. Akibatnya saluran ini dengan mudah dapat
tersumbat, misalnya karena terjadinya infeksi atau alergi. Dengan adanya
cairan atau pembengkakan selaput lendir di dalam saluran Eustachius yang
tersumbat itu dapat berlanjut jadi peradangan. Penyebab peradangannya
antara lain karena adanya infeksi pada cairan yang menyumbat bagian
telinga tengah ini.8
5. Alergi
Alergi adalah satu proses inflamasi yang tidak hanya berupa reaksi
cepat dan lambat tetapi juga merupakan proses inflamasi kronis yang
kompleks dipengaruhi faktor genetik, lingkungan dan pengontrol internal.9
Berbagai sel mast, basofil, eosinofil, limfosit dan molekul seperti
IgE, mediator sitokin, kemokin merupakan komponen yang berperan
dalam proses inflamasi. Gejala klinis terjadi karena reaksi imunologik
melalui pelepasan beberapa mediator tersebut dapat mengganggu organ
tertentu yang disebut organ sasaran dan pada alergi sering terjadi proses
inflamasi kronis yang kompleks.9
6. Barotrauma
Barotrauma adalah kerusakan dibagian dalam telinga yang
disebabkan oleh tidak samanya tekanan udara dikedua gendang pendengar.
10

22

3.5 TANDA-TANDA DAN GEJALA


1. Tuba kattarh akut
Gejala :
Telinga terasa tertekan, rasa penuh,
Telinga berdengung.
Bila menelan mengeluarkan ingus, atau menguap merasa sedikit
sakit dan sekonyong-konyong pendengaran jelas kembali, tetapi
akhirnya tertutup lagi.
Pendengaran berkurang.
Autofonie ( mendengar suara sendiri pada telinga yang sakit karena
bertambahnya resonansi dari suara sendiri ).(1,3)
Otoskopi :
Membrana timpani sedikit hiperemis, reflek cahaya berubah, jika
sudah lama dapat terjadi retraksi.(1,3)
2. Tuba kattarh kronis
Gejala :
Telinga rasa penuh, rasa tertekan.
Tinnitus, autofonie
Telinga berbunyi, ingusan, rasa pening.
Pendengaran berkurang.
Bila ada tersendat terasa ada air didalam telinga.(1,3)
Otoskopi :
Membrana timpani tertarik ke dalam ( retraksi ), reflek cahaya
mengecil, tempatnya berubah atau hilang sama sekali.(1,3)
Tuba kattarh kronik terbagi atas 3 stadium :
1.

Tuba kattarh kronika simpleks ( penyempitan eustachius yang


menahun ) tejadi karena oedem dari mukosa dan timbulnya jaringan
submukus.(1,3)

2.

Bentuk eksudatif

23

Tejadi pemyempitan tuba eustachius akan tetapi didalam kavum


timpani terdapat cairan, ini disebabkan adanya pembendungan uraturat darah sehingga cairan masuk ke kavum timpani.(1,3)
Otoskopi :
Membrana timpani kelihatan agak membiru atau lebih
mengkilat dan agak kekuning-kuningan.
Dijumpai meniscus seperti garis hitam bila cairan tidak penuh
atau garis putih oleh karena cahaya.
Permukaan cairan tetap horizontal, walaupun posisi kepala kita
ubah.(1,3)
3.

Bentuk hipertropi
Terjadi pembentukan jaringan didalam kavum timpani dan tuba
eustachius

sehingga

mengakibatkan

perlengketan,

pendengaran

berkurang dan sukar untuk sembuh kembali.(1,3)


Perlengketan dapat timbul antara gendang telinga dengan
promontorium antara tulang-tulang pendengaran dengan sekitarnya,
hingga pergerakkan tulang-tulang terganggu.(1,3)
Otoskopi :
Membrana timpani tipis ( atropi ), melekat pada promontorium,
terdapat penebalan timpani hingga warnanya kabur.(1,3)
3.6 PENATALAKSANAAN
Terdapat beberapa manuver yang dapat dilakukan untuk memperbaiki
fungsi tuba Eustachius. Hal yang sederhana dapat dengan menelan, sehingga
mengaktifkan otot-otot dibelakang tenggorokan yang membantu membukanya
tuba Eustachius. Mengunyah permen karet, minum atau makan membantu
penelanan. Menguap lebih baik karena mengaktifkan otot lebih kuat.11
Jika telinga terasa penuh, kita dapat memaksa untuk membuka tuba
Eustachius dengan cara mengambil nafas dalam, dan menghembuskan sembari
menutup hidung dan mulut. Jika terasa berbunyi pada telinga berarti tuba

24

Eustachius terbuka dengan baik. Tetapi jika permasalahan masih ada walaupun
sudah melakukan manuver harus segera diperiksa dokter.11
Jika fungsi tuba sedang terganggu seperti sedang flu, sinusitis, infeksi
telinga atau serangan alergi, disarankan untuk menunda perjalanan penggunakan
pesawat

atau

menyelam,

karena

dapat

menyebabkan

keadaan

yang

membahayakan, terutama organ pendengaran. Pada bayi dan balita, mereka tidak
dapat menyamakan tekanan sendiri secara aktif sehingga harus diberikan
minuman atau permen. Karena dengan menelan tuba Eustachius terbuka dan
fungsi menyamakan tekanan dapat terjadi.11
Pengobatan untuk rhinosinusitis virus pada orang dewasa didasarkan pada
vasokonstriktor, sering dikaitkan dengan agen anti-histamin dan dengan tindakan
atropinergik. Kontribusi yang mungkin timbul dari agen atropinergik murni saat
ini sedang dalam evaluasi. Obat anti-inflamasi non-steroid (OAINS) tampaknya
tidak memiliki pengaruh dan penggunaan preparat kortikosteroid tidaklah tepat
karena tidak memiliki indikasi.11
Pada seorang pasien yang sedang dengan sumbatan pada hidung upaya
yang pertama adalah menegakkan diagnosis yang benar. Karena pengobatan tidak
selalu diperlukan dan apabila diberikan pengobatan haruslah seimbang dengan
resiko terapinya. Jika

pasien memiliki masalah yang akut seperti pilek dan

sinusitis. Sebuah dekongestan topikal mungkin merupakan pengobatan yang


paling efektif, tetapi ini tidak boleh berlangsung lebih dari beberapa hari dan
pasien harus diperingatkan agar tidak membeli obat serupa untuk dipergunakan
lebih lama.11
Dalam kasus yang lebih kronis,seperti alergi atau rhinitis vasomotor,
pengobatan oral adalah yang terbaik. Simpatomimetik secara oral (pseudoefedrin
atau phenylephrine) mungkin sudah cukup, atau antihistamin saja sudah dapat
membantu dalam rhinitis alergi. Kombinasi produk sering efektif tetapi haruslah
diingat tentang kontraindikasi dan pencegahan untuk masing-masing bahan.11
PENANGANAN
1. Tuba kattarh akut

25

Ditujukan pada faktor penyebabnya :


o

Bila disebabkan oleh rhinitis akut diberi obat tetets hidung,


misalnya :
Sol HCl ephedrine 2%
Sol protagol 2%
S3 dd gtt IV
Atau diberi obat spesial lainnya misalnya iliadin nose drop,
pritin nose drops dan lain-lain, dapat juga diberi obat perusahaan
os misalnya decolgen, neozep dan lain-lain.

Rhinitis alergika diberikan antihistamin

Adenoiditis, nasofaringitis, sinusitis diberikan antibiotika.(1)

2. Tuba kattarh kronik


o Dengan cara menghilangkan penyebab, misalnya :
1. Adenoid atau fibroma nasofaring di operasi
2. Polip diekstrasi
3. Septum deviasi dikoreksi
4. Rhinitis dan sinusitis diobati
o Memasukkan udara melalui tuba, dengan cara :
1. Valsava manover
2. Pollitzer
3. Kateterisasi
o Aspirasi gendang telinga
o Parasentase
o Ventilasi tuba
Komplikasi yang ditimbulkan jarang terjadi bila penyakit cepat diketahui
dan di terapi dengan tepat dan dapat sembuh dengan sempurna. Akan tetapi bila
berlanjut maka komplikasi yang terjadi dapat menyebabkan gangguan
pendengaran berkurang tau total.(1)
BAB III
ANALISA KASUS

26

a. Hubungan diagnosis dengan keadaan rumah dan lingkungan sekitar


Pasien tinggal dirumah permanen, rumah pasien merupakan rumah
permanen yang terdiri dari 1 ruang tamu, 3 kamar tidur dan 1 dapur. Diruang
tamu terdapat kursi tamu yang tersusun rapi. Rumah ini terdapat jendela
kaca. Jendela ini jarang dibuka. Pencahayaan dirumah ini termasuk kurang.
Ibu pasien masak menggunakan kompor gas. Sedangkan untuk kebutuhan air
pasien ini menggunakan sumber air bersih yang berasal dari sumur galian
yang terletak di belakang rumah. Untuk penerangan rumah pasien berasal dari
PLN sedangkan sampah rumah tangga biasanya dibakar. Penyakit ini ada
hubungan dengan keadaan rumah pasien.
b. Hubungan diagnosis dengan keadaan keluarga dan hubungan keluarga
Pasien merupakan anak pertama dari 1 orang saudara, pasien
merupakan anak yang manja dan dekat dengan keluarganya. Sumber
penghasilan keluarga berasal dari ayahnya yang bekerja sebagai PNS
sedangkan ibunya bekerja sebagai guru paud. Pasien sangat dekat dengan
adiknya.
c. Hubungan diagnosis dengan perilaku kesehatan dalam keluarga dan
lingkungan sekitarnya
Pasien rajin mengikuti kegiatan ekskul disekolahnya. Hampir setiap
hari pasien menghabiskan waktu diliuar rumah. Pasien suka memakan jajanan
goreng gorengan yang ada di dekat sekolahnya. Pasien juga suka meminum
minuman dingin. Kebiasaan pasien ini dapat mencetus terjadinya infeksi
saluran pernapasan. Sehingga dapat berakibat pula peradangan pada telinga
tengah.
d. Analisis kemungkinan berbagai faktor resiko atau etiologi penyakkit pada
pasien ini

27

Alergi adalah satu proses inflamasi yang tidak hanya berupa reaksi
cepat dan lambat tetapi juga merupakan proses inflamasi kronis yang
kompleks dipengaruhi faktor genetik, lingkungan dan pengontrol internal.
Berbagai sel mast, basofil, eosinofil, limfosit dan molekul seperti IgE,
mediator sitokin, kemokin merupakan komponen yang berperan dalam proses
inflamasi. Gejala klinis terjadi karena reaksi imunologik melalui pelepasan
beberapa mediator tersebut dapat mengganggu organ tertentu yang disebut
organ sasaran dan pada alergi sering terjadi proses inflamasi kronis yang
kompleks. Jadi kemunginan yang menjadi faktor resiko pada pasien ini adalha
faktor alergi. Pasien memang mempunyai riwayat alergi, terutama alergi debu
dan pada saat cuaca dingin.
e. Analisis untuk mengurangi paparan/ memutuskan rantai penularan dengan
faktor resiko atau etiologi pada pasien ini
Untuk mengurangi paparan sebaiknya pasien menjaga kesehatannya,
sebaiknya pasien menjaga kesehatannya dengan memakan makanan yang
bergizi sehingga pasien dapat meningkatkan daya tahan tubuhnya. Selain itu
pasien sebaiknya juga menghindari alergen yang dapat mencetus penyakit
inpeksi saluran napas, sehingga tidak terjadi peradangan pada telinga pasien.

28

DAFTAR PUSTAKA
1. Ilmu kesehatan penyelaman; Barotrauma hal.52-57; Penerbit PT.Gramedia
Jakarta; 2000
2. Empey DW, Medder KT. Nasal decongestants. Drugs. 1981 Jun;21 (6) : 43843. Pubmed PMID : 6166444FKUI: Buku ajar THT; Gangguan fungsi tuba;
Penerbit FKUI, edisi ke-enam; tahun 2007
3. Stoll D. Inflamatory acute rhinosinusitis. Presse Med. 2001 Dec 22-29; 30
(39-40 pt 2) : 33-40. Review. French. Pubmed PMID : 11819910
4. Boeis, Adam ; Buku ajar penyakit THT; Embriologi, Anatomi dan Fisiologi
telinga; Penerbit ECG, edisi 6; tahun 1991
5. Price, Sylvia A, Wilson, Lorraine M. Patofisiologi konsep klinis proses
penyakit. Edisi ke-enam. Penerbit Buku Kedokteran ECG. Jakarta, 2005 : 8791
6. Alpen patel, MD ; Patologyous Eustachian Tube. Diunduh dari :
http://www.emedicine.com/ENT/topic208.html
7. Johnson RW. Medical Encyclopedia. Adenoid Hypertrophy. Diunduh dari:
http://www.HealthAto.com.br/otor/otor.html
8. http://pustaka.unpad.ac.id/wpcontent/uploads/2009/11/penanganan_bayi_celah_bibir_langit-langit.pdf
9. Soepardi EA, Iskandar N. Dalam : Karsinoma Nasofaring. Buku Ajar THT.
Edisi Kelima. Balai Penerbit FKUI. Jakarta, 2000 : 146-150
10. http://www.ayahbunda.co.id/Artikel/Gizi+dan+Kesehatan/cegah.radang.teling
a.tengah/001/001/229/203/-/4
11. Tanaka A, Ohashi Y, Kakinoki Y, Washio Y, Kishimoto K, Ohno Y, Sugiura Y,
Okamoto H, Nakai Y. Influence of allergic response on the mucociliary
system in Eustachian tube. Acta Otolaryngol Suppl. 1998;538:98-101.
Pubmed PMID: 9879408.

29

Anda mungkin juga menyukai