STATUS PASIEN
1. PASIEN
1. Identitas Pasien
a. Nama/Kelamin/Umur : An. D/ Laki-laki/ 15 tahun
b. Pekerjaan/Pendidikan : Pelajar
c. Alamat
: RT 4 Tanjung Raden
2. Latar belakang social ekonomi-demografi-lingkungan keluarga
a. Jumlah saudara
:1
b. Status ekonomi keluarga
: Menengah
c. Kondisi Rumah
:
Pasien tinggal dirumah permanen, rumah pasien merupakan rumah
permanen yang terdiri dari 1 ruang tamu, 3 kamar tidur dan 1
dapur. Diruang tamu terdapat kursi tamu yang
tersusun rapi.
ekskul
disekolahnya.
Hampir
setiap
hari
pasien
Kesadaran
: Composmentis
Tanda vital
C
Berat Badan
: 45 kg
Kepala
: Normocepal
Mata
Telinga
Hidung
Mulut
Tenggorok
Leher
Thorak
Pulmo
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
: Sonor
Auskultasi
Cor
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Abdomen
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
: Timpani
Auskultasi
Ektremitas
d. Rehabilitatif
Memperbaiki status gizi pasien guna meningkatkan daya
tahhan tubuh juga agar proses tumbuh kembang lebih baik.
Perbaiki status gizi dengan mengurangi jajanan makanan sehingga
pasien tidak merasa kenyang dan dapat makan makananyang
bergizi di rumah. Diminta untuk menghindari alergen sep debu,
karpet dll. Saat berpergian jauh diminta untuk memakai masker
juga pada saat menyapu.
: No. 266/SIK/2014
25 Agustus 2014
R/ Amoksisilin Tab500 mg
no.XV
S3dd tab 1
R/Paracetamol tab 500 mg
no.XV
S3dd tab I
R/ Gliseril Gualakolat 100 mg no.XV
S3dd tab 1
R/ CTM tab 4 mg
no XV
S3ddtab
R/ kloramfenikol
no 1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Definisi
Kata Catarrh berasal dari bahasa yunani katarrhein. Katar yang berarti
turun dan rhein yang bererti mengalir. Jika diartikan dapat berarti lapisan eksudat
yang tebal yang terdiri dari mukus dan sel darah putih yang disebabkan oleh
pembengkakan dari membran mukosa dikepala yang merupakan respon dari suatu
infeksi. Ini merupakan gejala peradangan yang biasa ditemukan pada flu dan
batuk, tetapi dapat pula ditemukan pada pasien dengan infeksi dari adenoid,
infeksi telinga tengah, sinusitis atau tonsilitis. Keluhan yang sering tampak pada
tuba katar adalah tersumbatnya hidung dan tuba yang menyebabkan penderita
dapat mendengar suara sendiri. Beberapa usaha yang terus dikembangkan adalah
bagaimana mengurangi atau menghilangkan sumbatan tuba tersebut. 1,2,3
Pada tahun 1704, Valsava menemukan otot yang berfungsi untuk
membuka tuba Eustachius dan menyangka bahwa otot ini aktif sebagai bagian dari
proses pendengaran. Maneuver Valsava dinamakan atas namanya setelah ia
menemukan cara untuk mengeluarkan pus dari telinga tengah ke telinga luar
dengan cara ditiup oleh penderita itu sendiri. Pada tahun 1724, Guyot adalah
orang pertama yang mencoba untuk melakukan kateterisasi lewat hidung, dan
Wathen pada tahun 1756, telah melanjutkan studinya dan menggambarkan secara
detail bagaimana prosedurnya. 1,2,3
Pada tahun 1853, Toynbee menemukan bahawa, saat beristirahat tuba
Eustachius tertutup dan terjadi suatu penyerapan udara yang konstan pada ruang
telinga tengah. Tuba tersebut hanya dapat terbuka pada waktu menelan, dan udara
diperbolehkan masuk pada waktu itu. Ia percaya dengan melakukan maneuver ini,
akan membuat tekanan positif pada ruang telinga tengah. 1,2,3
Banyak usaha telah dikembangkan untuk mengurangi atau bahkan
menghilangkan gejala ini. Tetapi pada referat ini akan dibahas apa penyebab
terjadinya tuba katar sehingga cara penatalaksanaannya.1,2,3
3.2 ANATOMI
Tuba Eustachius, yaitu sebuah bangunan yang berbentuk tabung yang
berjalan dari telinga tengah ke nasofaring. Tuba Eustachius telah dikenal sejak
zaman yunani kuno oleh Aristoteles, tetapi kemudian dinamapakai oleh
Bartolomeus Eustachius (1520-1574) sebagai ketua ahli ekonomi di Roma dan
orang yang pertama kali mendeskripsikan anatomi tuba Eustachius. Hal ini tidak
dipublikasi sehingga 200 tahun kemudian setelah kematiannya, didapatkan satu
buku yang berjudul Epistola de Audius Organis 1,2,3
Fungsi tuba Eustachius adalah untuk proteksi, aerasi dan drainase telinga
tengah. Bila terjadi oklusi dapat menyebabkan peradangan pada telinga tengah
(otitis media). Tuba Eustachius juga disebut tuba otofaringeal kerana
menghubungkan telinga ke faring. 1,2,3
Tuba Eustachi
10
Tuba Eustachius dilapisi oleh mukosa yang mengandung sel-sel goblet dan
kelenjar mukus. Lapisan paling luar adalah epitel bersilia yang bergerak ke arah
nasofaring. Makin dekat ke telinga tengah terlihat sel-sel goblet dan kelenjar
mukus semakin berkurang dan mukosa silia juga menghilang. Jumlah sel goblet
pada dasar tuba lebih banyak dibandingkan bagian atap, dengan konsentrasi
terbanyak berada di area tengah tuba bagian kartilago. Bagian superior tuba
banyak berperan pada ventilasi telinga tengah, sedangkan bagian inferior telinga
tengah berfungsi sebagai proteksi telinga tengah. Mekanisme pertahanan
mukosilier tuba Eustachius menetap segera setelah lahir.1,2,3
Pada bagian inferolateral tuba terdapat lapisan lemak yang disebut lemak
Ostman yang ikut membantu proses penutupan tuba. Selain itu, lemak ini
membantu melindungi tuba Eustachius dan telinga tengah terhadap sekret
nasofaring. 1,2,3
Bagian kartilago dari tuba ditunjang oleh otot-otot yang berfungsi untuk
mengontrol patensi tuba. Otot-otot tersebut adalah tensor veli palatine, levator veli
palatine, salphingopharyngeus dan tensor tympani. 1,2,3
Otot tensor veli palatine berasal dari dinding tulang fosa scaphoid dan dari
seluruh panjang ujung tulang rawan yang pendek yang membentuk bagian atas
dinding depan dari tuba kartilago. Otot memanjang ke bawah, membentuk tendon
yang pendek yang membelok ditengah-tengah dan sekeliling pterygoid humulus.
Tensor veli palatine memisahkan tuba Eustachius dari gangliaon optik, saraf
mandibular dan cabangnya, korda timpani dan arteri meningea media. 1,2,3
Salphingopharingeus adalah otot lembut yang menyentuh pada ujung
faring dari tuba Eustachius dan bercampur dengan otot bawah palatofaringeus.
Levator veli palatine berasal dari 2 bagian, antara lain bagian bawah permukaan
11
kartilago tuba dan bagian bawah permukaan tulang petrosa. Pada awalnya, levator
terletak dibawah tuba kemudian menyilang ke tengah dan bergabung menjadi
palatum mole. 1,2,3
Persarafan berasal dari cabang faringeal ganglion sfenopalatina yang
merupakan cabang dari nervus maksilaris (V2) yang mensuplai persarafan ostium.
Saraf spinosus berasal dari saraf mandibula (V3) yang mensuplai persarafan
bagian kartilago. Plexus timpani berasal dari nervus glossopharingeal mensuplai
persarafan bagian tulang tuba Eustachius. 1,2,3
12
palatine masih tidak jelas. Kontribusi pada permukaan tuba Eustachius masih
dipertanyakan. 1,2,3
Fungsi ventilasi dari tuba Eustachius anak kurang efisien daripada pada
orang dewasa. Infeksi sistem pernafasan bagian atas yang berulang-ulang dan
pembesaran adenoid pada anak-anak akan menyebabkan terjadinya penyakit
telinga tengah pada anak. Bagaimanapun, pada saat anak tumbuh, fungsi tuba
Eustachius membaik dan sebagai bukti berkurangnya frekuensi terjadinya otitis
media dari masa kanak-kanak menjadi dewasa. 1,2,3
Normalnya, tuba Eustachius membuka berulang-ulang, secara stabil
mengatur tekanan bagian tengah antara +50 mm dan -50 mm H 2O. Tekanan di atas
dan di bawah +50 mm -50mm H2O, tidak mengindikasikan akan terjadi penyakit
telinga tengah. Sekitar 1 ml udara dapat diserap dari bagian tengah telinga dalam
jangka waktu 24 jam. Sel-sel sistem mastoid berfungsi sebagai penyimpanan gas
bagian tengah telinga. 1,2,3
Perlindungan
Tuba Eustachius menyalurkan secara normal sekresi dari telinga tengah
dengan sistem pengangkutan mukosiliari dan dengan berulangnya pembukaan
atau penutupan aktif tuba yang memperbolehkan sekresi mengalir ke nasofaring.
1,2,3
13
14
15
16
17
Eksudat Fibrosa
Eksudat fibrosa terbentuk saat protein keluar dari pembuluh darah
didaerah peradangan mengandung banyak fibrinogen. Fibrinogen ini diubah
menjadi fibrin, berupa jalinan yang lengket dan elastik. 4
Eksudat fibrinosa sering dijumpai diatas permukaan serosa yang meradang
seperti pleura dan pericardium, tempat fibrin yang diendapkan mengeras menjadi
lapisan atas membran yang terkena. Jika lapisan tebal semacam ini tertimbun
diatas permukaan serosa, sering disertai dengan gejala rasa nyeri jika satu
permukaan bergesekan dengan permukaan yang lain.4
Jadi misalkan pasien pleuritis merasa nyeri ketika bernafas dikarenakan
permukaan yang kasar itu saling bergesekan selama inspirasi. Gesekan pada
permukaan-permukaan kasar juga menimbulkan friction rub, yang dapat didengar
dengan stetoskop diatas daerah yang terkena.4
Eksudat Musinosa
Eksudat Nonselular yang lain adalah eksudat musinosa atau kataral. Jenis
eksudat ini hanya terbentuk diatas permukaan membran mukosa, tempat sel-sel
yang dapat mensekresi musin. Jenis eksudat ini berbeda dengan eksudat lain
karena eksudat ini merupakan sekresi seluler bukannya dari sesuatu yang keluar
dari aliran darah. Sekresi musin merupakan sifat normal membran mukosa, dan
eksudat musinosa tidak lebih merupakan percepatan proses fisiologis dasar.
Contoh eksudat musin yang paling dikenal dan sederhana adalah pilek yang
menyertai berbagai infeksi pernafasan bagian atas.4
Dari beberapa bahasan diatas, kita mengetahui tuba katar disebabkan oleh
peradangan membran mukosa. Yang menyebabkan membran mukosa tersebut
menjadi hipersekresi sebagai upaya untuk mengurangi peradangan itu sendiri.
Tetapi proses peradangan tersebut tidak akan berdiri sendiri tanpa sebab. Berikut
beberapa keadaan yang dapat menyebabkan proses peradangan pada membran
mukosa.4
3.3 PATOFISIOLOGI
18
Poliposis nasi.
19
Tamponade Bellocq.
Palatoschisis.(1)
Adenoiditis kronis.
Sinusitis kronis.
Poliposis nasi.
Tumor nasofaring.(1)
20
3. Tumor Nasofaring
Gangguan pendengaran merupakan salah satu gejala dini dari
penyakit ini, disamping gejala dini lain yang berupa hidung buntu atau
hidung keluar darah, tetapi gejala tersebut sering tidak terpikir oleh dokter
pemeriksa bahawa penyebabnya adalah tumor ganas di nasofaring,
sehingga baru diketahui bila penyakit sudah dalam keadaan lanjut.7
Gangguan pendengaran kadang-kadang disertai juga keluhan rasa
penuh di telinga, telinga berbunyi atau rasa nyeri ditelinga. Banyak penulis
mengatakan, bahawa lokasi permulaan tumbuh tumor ganas nasofaring
paling sering adalah di fosa Rosenmuller, sebab daerah tersebut
merupakan daerah peralihan epitel. Dalam penyebarannya, tumor dapat
21
mengakibatkan
gangguan
pendengaran
berupa
menurunnya
22
2.
Bentuk eksudatif
23
Bentuk hipertropi
Terjadi pembentukan jaringan didalam kavum timpani dan tuba
eustachius
sehingga
mengakibatkan
perlengketan,
pendengaran
24
Eustachius terbuka dengan baik. Tetapi jika permasalahan masih ada walaupun
sudah melakukan manuver harus segera diperiksa dokter.11
Jika fungsi tuba sedang terganggu seperti sedang flu, sinusitis, infeksi
telinga atau serangan alergi, disarankan untuk menunda perjalanan penggunakan
pesawat
atau
menyelam,
karena
dapat
menyebabkan
keadaan
yang
membahayakan, terutama organ pendengaran. Pada bayi dan balita, mereka tidak
dapat menyamakan tekanan sendiri secara aktif sehingga harus diberikan
minuman atau permen. Karena dengan menelan tuba Eustachius terbuka dan
fungsi menyamakan tekanan dapat terjadi.11
Pengobatan untuk rhinosinusitis virus pada orang dewasa didasarkan pada
vasokonstriktor, sering dikaitkan dengan agen anti-histamin dan dengan tindakan
atropinergik. Kontribusi yang mungkin timbul dari agen atropinergik murni saat
ini sedang dalam evaluasi. Obat anti-inflamasi non-steroid (OAINS) tampaknya
tidak memiliki pengaruh dan penggunaan preparat kortikosteroid tidaklah tepat
karena tidak memiliki indikasi.11
Pada seorang pasien yang sedang dengan sumbatan pada hidung upaya
yang pertama adalah menegakkan diagnosis yang benar. Karena pengobatan tidak
selalu diperlukan dan apabila diberikan pengobatan haruslah seimbang dengan
resiko terapinya. Jika
25
26
27
Alergi adalah satu proses inflamasi yang tidak hanya berupa reaksi
cepat dan lambat tetapi juga merupakan proses inflamasi kronis yang
kompleks dipengaruhi faktor genetik, lingkungan dan pengontrol internal.
Berbagai sel mast, basofil, eosinofil, limfosit dan molekul seperti IgE,
mediator sitokin, kemokin merupakan komponen yang berperan dalam proses
inflamasi. Gejala klinis terjadi karena reaksi imunologik melalui pelepasan
beberapa mediator tersebut dapat mengganggu organ tertentu yang disebut
organ sasaran dan pada alergi sering terjadi proses inflamasi kronis yang
kompleks. Jadi kemunginan yang menjadi faktor resiko pada pasien ini adalha
faktor alergi. Pasien memang mempunyai riwayat alergi, terutama alergi debu
dan pada saat cuaca dingin.
e. Analisis untuk mengurangi paparan/ memutuskan rantai penularan dengan
faktor resiko atau etiologi pada pasien ini
Untuk mengurangi paparan sebaiknya pasien menjaga kesehatannya,
sebaiknya pasien menjaga kesehatannya dengan memakan makanan yang
bergizi sehingga pasien dapat meningkatkan daya tahan tubuhnya. Selain itu
pasien sebaiknya juga menghindari alergen yang dapat mencetus penyakit
inpeksi saluran napas, sehingga tidak terjadi peradangan pada telinga pasien.
28
DAFTAR PUSTAKA
1. Ilmu kesehatan penyelaman; Barotrauma hal.52-57; Penerbit PT.Gramedia
Jakarta; 2000
2. Empey DW, Medder KT. Nasal decongestants. Drugs. 1981 Jun;21 (6) : 43843. Pubmed PMID : 6166444FKUI: Buku ajar THT; Gangguan fungsi tuba;
Penerbit FKUI, edisi ke-enam; tahun 2007
3. Stoll D. Inflamatory acute rhinosinusitis. Presse Med. 2001 Dec 22-29; 30
(39-40 pt 2) : 33-40. Review. French. Pubmed PMID : 11819910
4. Boeis, Adam ; Buku ajar penyakit THT; Embriologi, Anatomi dan Fisiologi
telinga; Penerbit ECG, edisi 6; tahun 1991
5. Price, Sylvia A, Wilson, Lorraine M. Patofisiologi konsep klinis proses
penyakit. Edisi ke-enam. Penerbit Buku Kedokteran ECG. Jakarta, 2005 : 8791
6. Alpen patel, MD ; Patologyous Eustachian Tube. Diunduh dari :
http://www.emedicine.com/ENT/topic208.html
7. Johnson RW. Medical Encyclopedia. Adenoid Hypertrophy. Diunduh dari:
http://www.HealthAto.com.br/otor/otor.html
8. http://pustaka.unpad.ac.id/wpcontent/uploads/2009/11/penanganan_bayi_celah_bibir_langit-langit.pdf
9. Soepardi EA, Iskandar N. Dalam : Karsinoma Nasofaring. Buku Ajar THT.
Edisi Kelima. Balai Penerbit FKUI. Jakarta, 2000 : 146-150
10. http://www.ayahbunda.co.id/Artikel/Gizi+dan+Kesehatan/cegah.radang.teling
a.tengah/001/001/229/203/-/4
11. Tanaka A, Ohashi Y, Kakinoki Y, Washio Y, Kishimoto K, Ohno Y, Sugiura Y,
Okamoto H, Nakai Y. Influence of allergic response on the mucociliary
system in Eustachian tube. Acta Otolaryngol Suppl. 1998;538:98-101.
Pubmed PMID: 9879408.
29