PREEKLAMPSIA
oleh:
dr. M. Ridho Aditya
Pendamping:
dr. M. Ferri Komarhadi Sp.OG
PREEKLAMPSIA
Definisi
Etiologi
Apa yang menjadi penyebab pre-eklampsia sampai sekarang belum diketahui.
Telah terdapat banyak teori yang mencoba menerangkan penyebab penyakit tersebut,
akan tetapi tidak ada yang dapat memberi jawaban yang memuaskan. Teori yang dewasa
ini banyak dikemukakan sebagai penyebab pre-eklampsia ialah iskemia plasenta. Akan
tetapi, dengan terori ini tidak dapat diterangkan semua hal yang bertalian dengan penyakit
ini.
Perubahan anatomi-patologik
Plasenta. Pada pre-eklampsia terdapat spasmus arteriola spiralis desidua dengan
akibat menurunnya aliran darah ke plasenta. Perubahan plasenta normal sebagai akibat
tuanya kehamilan, seperti menipisnya sinsitium, menebalnya dinding pembuluh darah
dalam villi karena fibrosis, dan konversi mesoderm menjadi jaringan fibrotik, dipercepat
prosesnya pada pre-eklampsia dan hipertensi. Pada pre-eklampsia yang jelas ialah atrofi
sinsitium, sedangkan pada hipertensi menahun terdapat terutama perubahan pada
pembuluh darah dan stroma. Arteria spiralis mengalami konstriksi dan penyempitan,
akibat aterosis akut disertai necrotizing anteriopathy.
Ginjal. Alat ini besarnya normal atau dapat membengkak. Pada simpai ginjal dan
pada pemotongan mungkin ditemukan perdarahan-perdarahan kecil.
Penyelidikan biopsi pada ginjal oleh Altchek dan kawan-kawan (1968)
menunjukkan pada pre-eklampsia bahwa kelainan berupa: 1) kelainan glomerulus; 2)
hiperplasia sel-sel jukstaglomeruler; 3) kelainan pada tubulus-tubulus Henle; 4) spasmus
pembuluh darah ke glomerulus.
Glomerulus tampak sedikit membengkak dengan perubahan-perubahan sebagai
berikut: a) sel-sel diantara kapiler bertambah; b) tampak dengan mikroskop biasa bahwa
membrana basalis dinding kapiler glomerulus seolah-olah terbelah, tetapi ternyata
keadaan tersebut dengan mikroskop elektron disebabkan oleh bertambahnya matriks
mesangial; c) sel-sel kapiler membengkak dan lumen menyempit atau tidak ada; d)
penimbunan zat protein berupa serabut ditemukan dalam kapsel Bowman.
Sel-sel
jukstaglomeruler
tampak
membesar
dan
bertambah
dengan
degenerasi lemak dan cloudy swelling serta nekrosis dan perdarahan. Sheehan (1958)
menggambarkan perdarahan subendokardial di sebelah kiri septum interventrikulare pada
kira-kira dua pertiga penderita eklampsia yang meninggal dalam 2 hari pertama setelah
timbulnya penyakit.
Kelenjar adrenal. Kelenjar adrenal dapat menunjukkan kelainan berupa
perdarahan dan nekrosis dalam berbagai tingkat.
glomelurus dan tingkat penyerapan kembali oleh tubulus. Pada kehamilan normal
penyerapan ini meningkat sesuai dengan kenaikan filtrasi glomerulus. Penurunan filtrasi
glomelurus akibat spasmus arteriolus ginjal menyebabkan filtrasi natrium melalui
glomerulus menurun, yang menyebabkan retensi garam dan air.
Fungsi ginjal pada pre-eklampsia tampaknya agak menurun bila dilihat dari
clearance asam urik. Filtrasi glomerulus dapat turun sampai 50% dari normal, sehingga
menyebabkan diuresis turun; pada keadaan lanjut dapat terjadi oliguria atau anuria.
Perubahan pada retina. Pada pre-eklampsia tampak edema retina, spasmus
setempat atau menyeluruh pada satu atau beberapa arteri; jarang terlihat perdarahan atau
eksudat.
Retinopatia arteriosklerotika menunjukkan penyakit vaskuler yang menahun.
Keadaan tersebut tak tampak pada pre-eklampsia, kecuali bila terjadi atas dasar hipertensi
menahun atau penyakit ginjal.
Spasmus arteri retina yang nyata menunjukkan adanya pre-eklampsia berat.
Pelepasan retina disebabkan oleh edema intraokuler dan merupakan indikasi untuk
pengakhiran kehamilan segera. Biasanya setelah persalinan berakhir, retina melekat lagi
dalam 2 hari sampai 2 bulan. Gangguan penglihatan secara tetap jarang ditemukan.
Skotoma, diplopia, dan ambliopia pada penderita pre-eklampsia merupakan
gejala yang menunjukkan akan terjadinya eklampsia. Keadaan ini disebabkan oleh
perubahan aliran darah dalam pusat penglihatan di korteks serebri atau dalam retina.
Perubahan pada paru-paru. Edema paru-paru merupakan sebab utama kematian
penderita pre-eklampsia dan eklampsia. Komplikasi ini biasanya disebabkan oleh
dekompensasio kordis kiri.
Perubahan pada otak. McCall melaporkan bahwa resistensi pembuluh darah
dalam otak pada hipertensi dalam kehamilan lebih meninggi lagi pada eklampsia.
Walaupun demikian, aliran darah ke otak dan pemakaian oksigen pada pre-eklampsia
tetap dalam batas normal. Pemakaian oksigen oleh otak hanya menurun pada eklampsia.
Metabaolisme dan elektrolit. Hemokonsentrasi yang menyertai pre-eklampsia dan
eklampsia tidak diketahui sebabnya. Terjadi di sini pergeseran cairan dan ruang
intravaskuler ke ruang interstisial. Kejadian ini, yang diikuti oleh kenaikan hematokrit,
peningkatan protein serum, dan sering bertambahnya edema, menyebabkan volume darah
5
mengurang, viskositas darah meningkat, waktu peredaran darah tepi lebih lama. Karena
itu, aliran darah ke jaringan diberbagai bagian tubuh mengurang, dengan akibat hipoksia.
Dengan perbaikan keadaan, hemokonsentrasi berkurang, sehingga turunnya hematokrit
dapat dipakai sebagai ukuran tentang perbaikan keadaan penyakit dan tentang berhasilnya
pengobatan.
Jumlah air dan natrium dalam badan lebih banyak pada penderita pre-eklampsia
daripada pada wanita hamil biasa atau penderita dengan hipertensi menahun. Penderita
pre-eklampsia tidak dapat mengeluarkan dengan sempurna air dan garam yang diberikan.
Hal ini disebabkan oleh filtrasi glomerulus menurun, sedangkan penyerapan kembali
tubulus tidak berubah.
Elektrolit, kristaloid, dan protein dalam serum tidak menunjukkan perubahan
yang nyata pada pre-eklampsia. Konsentrasi kalium, natrium, kalsium dan klorida dalam
serum biasanya dalam batas-batas normal.Gula darah, bikarbonas, dan pH pun normal.
Oleh beberapa penulis kadar asam urat dalam darah dipakai sebagai parameter
untuk menentukan proses pre-eklampsia menjadi baik atau tidak. Pada keadaan normal
asam urat melewati glomerulus dengan sempurna untuk diserap kembali dengan
sempurna oleh tubulus kontorti proksimalis dan akhirnya dikeluarkan oleh tubulus
kontorti distalis. Tampaknya perubahan pada glomerulus menyebabkan filtrasi asam urat
mengurang, sehingga kadarnya dalam darah meningkat. Akan tetapi, kadar asam urat
yang tinggi tidak selalu ditemukan. Selanjutnya, pemakaian diuretika golongan tiazid
menyebabkan kadar asam urat meningkat.
Kadar kreatinin dan ureum pada pre-eklampsia tidak meningkat, kecuali bila
terjadi oliguria atau anuria. Protein serum total, perbandingan albumin globulin dan
tekanan osmotik plasma menurun pada pre-eklampsia, kecuali pada penyakit yang berat
dengan hemokonsentrasi.
Pada kehamilan cukup bulan kadar fibrinogen meningkat dengan nyata. Kadar
tersebut meningkat lagi pada pre-eklampsia. Waktu pembekuan lebih pendek dan kadangkadang ditemukan kurang dari 1 menit pada eklampsia.
Frekuensi
Frekuensi pre-eklampsia untuk tiap negara berbeda-beda karena banyak
faktor yang mempengaruhinya; jumlah primigravida, keadaan sosial-ekonomi,
perbedaan kriteria dalam penentuan diagnosis, dan lain-lain. Dalam kepustakaan
frekuensi dilaporkan berkisar antara 3-10%.
Pada primigravida frekuensi pre-eklampsia lebih tinggi bila dibandingkan
dengan multigravida, terutama primagravida muda. Diabetes melitus, mola
hidatidosa, kehamilan ganda, hidrops fetalis, umur lebih dari 35 tahun, dan
obesitas merupakan faktor predisposisi untuk terjadinya pre-eklampsia.
Gambaran klinik
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Nyeri epigastrium
8.
Skotoma dan gangguan visus lain atau nyeri frontal yang berat
9.
Perdarahan retina
10.
Edema pulmonum
11.
Koma
Diagnosis
Pada umumnya diagnosis pre-eklampsia didasarkan atas adanya 2 dari trias tanda
utama: hipertensi, edema, dan proteinuria. Adanya satu tanda harus menimbulkan
kewaspadaan, apa lagi oleh karena cepat tidaknya penyakit meningkat tidak dapat
diramalkan; dan bila eklampsia terjadi, maka prognosis bagi ibu maupun janin jauh lebih
buruk.
Diagnosis diferensial antara pre-eklampsia dengan hipertensi menahun atau
penyakit ginjal tidak jarang menimbulkan kesukaran. Pada hipertensi menahun adanya
tekanan darah yang meninggi sebelum hamil, pada kehamilan muda, atau 6 bulan
postpartum akan sangat berguna untuk membuat diagnosis. Pemeriksaan funduskopi juga
berguna karena perdarahan dan eksudat jarang ditemukan pada pre-eklampsia; kelainan
tersebut biasanya menunjukkan hipertensi menahun. Untuk diagnosis penyakit ginjal saat
timbulnya proteinuria banyak menolong; proteinuria pada pre-eklampsia jarang timbul
sebelum triwulan ke-3, sedang pada penyakit ginjal timbul lebih dahulu. Test fungsi
ginjal juga banyak berguna; pada umumnya fungsi ginjal normal pada pre-eklampsia
ringan.
Pencegahan
Pemeriksaan antenatal yang teratur dan teliti dapat menemukan tanda-tanda dini
pre-eklampsia. Penerangan tentang manfaat istirahat dan diet berguna dalam pencegahan.
Istirahat tidak selalu berarti berbaring di tempat tidur, namun pekerjaan sehari-hari perlu
dikurangi, dan dianjurkan lebih banyak duduk dan berbaring. Diet tinggi protein, dan
rendah lemak, karbohidrat, garam dan penambahan berat badan yang tidak berlebihan
perlu dianjurkan.
Penanganan
Pengobatan hanya dapat dilakukan secara simtomatis karena etiologi preeklampsia, dan faktor-faktor apa dalam kehamilan yang menyebabkannya, belum
diketahui. Tujuan utama penanganan ialah (1) mencegah terjadinya pre-eklampsia berat
dan eklampsia; (2) melahirkan janin hidup; (3) melahirkan janin dengan trauma sekecilkecilnya.
Bila hipertensi menetap biarpun tidak tinggi, penderita tetap tinggal di rumah sakit.
Dalam hal ini perlu diamati keadaan janin dengan pemeriksaan kadara estriol dalam air
kencing berulangkali, pemeriksaan ultrasonik, amnioskopi, dan lain-lain. Perlu
diperhatikan bahwa induksi pesalinan yang dilakukan terlalu dini akan merugikan karena
bahaya prematuritas, tetapi sebaliknya induksi yang terlambat dengan adanya insufisiensi
plasenta akan menyebabkan kematian intrauterin janin. Bila keadaan janin mengizinkan,
ditunggu dengan melakukan induksi persalinan, sampai kehamilan cukup-bulan atau lebih
dari 37 minggu.
Beberapa kasus pre-eklampsia ringan tidak membaik dengan penanganan
konservatif. Tekanan darah meningkat, retensi cairan dan proteinuria bertambah,
walaupun penderita istirahat dengan pengobatan medik. Dalam hal ini pengakhiran
kehamilan dilakukan walaupun janin masih prematur.
12
Portofolio
Nama Peserta
Nama Wahana
Topik
: Kasus Medis
Tanggal (Kasus)
: 27 Maret 2015
Nama Pasien
: Ny. F.K
No. MR
: 74.57.05.15
Tanggal Presentasi :
Nama Pendamping : dr. M. Ferri Komarhadi Sp.OG
Tempat Presentasi
Tujuan
Bahan Bahasan
: Kasus
Cara Membahas
13
IDENTITAS PASIEN
Nama
: Ny. F.K
Umur
: 30 tahun
Alamat
Pekerjaan
: IRT
Pendidikan
: Tamat SMA
: 30 tahun
Alamat
Pekerjaan
: Wiraswasta
Pendidikan
: SD
1. SUBJEKTIF
Pasien wanita, 30 tahun, masuk Ruang Kebidanan Rumah Sakit Umum Daerah
Aji Batara Agung Dewa Sakti Samboja tanggal 27 Maret 2015 pukul 04.15 WITA
rujukan puskesmas Muara Jawa, dengan :
Keluhan Utama : Nyeri perut yang menjalar ke pinggang dan ari-ari sejak 12 jam
sebelum masuk rumah sakit
Riwayat Penyakit Sekarang :
-
Nyeri perut yang menjalar ke pinggang dan ari-ari sejak 12 jam SMRS
Tidak ada keluhan mual, muntah dan perdarahan pada umur kehamilan
muda dan tua.
Demam (-)
Riwayat Kehamilan :
Hamil anak kedua
Riwayat persalinan anak pertama tahun 2010, lahir di bidan, jenis kelamin
perempuan, lahir spontan, aterm,sehat, berat badan lahir 3500
Riwayat Perkawinan:
Perkawinan pertama, menikah tahun 2009
Riwayat Penyakit Dahulu : Tidak Ada
Riwayat Penyakit Keluarga : Riwayat keluarga menderita hipertensi dan DM
Riwayat KB : KB suntik 3 bulan, 4 tahun (2010 -2014)
2. OBJEKTIF
Keadaan Umum
: sedang
Kesadaran
: CMC
Tekanan Darah
: 170/110 mmHg
Frekuensi Nadi
: 84x/menit
15
Frekuensi Nafas
: 20x/menit
Berat Badan
: 70 kg
Suhu Axilla
: 36,5 C
Pemeriksaan Sistemik :
Kepala
Mata
THT
Paru
Jantung
:I
Pa
: fremitus kiri=kanan
Pe
Au
:I
Pa
Pe
Au
Abdomen (SO):
I
Pa
: tympani
Au
: BU (+) normal
His (1-2 x dalam 10 menit ,lama 5-3 detik ), BJA (+) 154x/menit,reguler
TFU : 31 cm, TBA : 2740 gram
Genitalia (SO): VT : pembukaan 1-2 cm, portio tebal lembut, ketuban +, kepala,
Hodge I, Blood Slym (-)
Ekstremitas : akral hangat, perfusi baik, oedem +/+
Pukul 04.50 WITA : Ketuban pecah
Pemeriksaan Laboratorium :
Darah Lengkap : Hb : 12,2 g/dl , leukosit : 9.750, Ht : 37,8 %,
Trombosit : 269.000
Clooting Time : 4 menit
Blooding Time : 2 menit 30 detik
SGOT/SGPT : 22/12 U/L
HbsAg : Non Reaktif
Gol.Darah : A+
Urin lengkap : protein (+), Keton (+)
3. ASSESSMENT
Diagnosis :
intra uterin
17
4. PLAN
Lapor : dr. M. Ferri Komarhadi Sp.OG
Observasi Ku, VS, His, BJA
MgSo4 Full Dose
Nifedipin oral 3 x 5 mg
Dopamet 3 x 250 mg
Rencana SC pukul 07.00 WITA
Follow Up :
27 Maret 2015
Pukul 07.30 WITA : Dilakukan SC
Pukul 08.00 WITA : Lahir bayi perempuan dengan BBL: 3596 gr, PBL : 50 cm,
apgar score 8/9
Pukul 08.30 : Selesai SC
Instruksi Post Op dari dr.Ferri Sp.OG :
Sementara puasa
IVFD 2 kolf/hari
Drip oxsitosin 2 ui
Cefazolin 3x1 gr
MgSo4 terjadwal
Ketorolac 3 x 30 mg
Cek Hb Post Op
Hb
: 11,0 gr/dl
Leukosit
: 16.700 /mm3
Ht
: 32,8 %
Trombosit
: 261.000
19
IVFD RL 2 kolf/hari
Cefazolin 3x 1gr
Asam Mefenamat 3 x 500 mg
SF 1 x 1 tab
Dopamet 3 x 250 mg
Aff Infus
Co. Amoxiclav 3 x 1 tab
Asam Mefenamat 3 x 500 mg
SF 1 x 1 tab
20
Dopamet 3 x 250 mg
GV dang anti perban
Boleh Rawat Jalan
21
DISKUSI
Seorang pasien Perempuan,
\usia 30
22