Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

TOKSIKOLOGI FORENSIK

Disusun oleh:
Fajar Asmara Nur Alam ( 138921 )

Dosen pengampu: Ratna w,m Farm Klin.Apt

AKADEMI FARMASI YARSI PONTIANAK


TAHUN 2014-2015

KATA PENGANTAR
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Alhamdulillahirabbilalamin, banyak nikmat yang Allah berikan, tetapi sedikit sekali
yang kita ingat. Segala puji hanya layak untuk Allah Tuhan seru sekalian alam atas segala
berkat, rahmat, taufik, serta hidayah-Nya yang tiada terkira besarnya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah dengan judul TOKSIKOLOGI FORENSIK.
Dalam penyusunannya, penulis memperoleh banyak bantuan dari berbagai pihak,
karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: Teman-teman
yang telah memberikan dukungan yang begitu besar
Meskipun penulis berharap isi dari makalah ini bebas dari kekurangan dan kesalahan,
namun selalu ada yang kurang. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun agar skripsi ini dapat lebih baik lagi.
Akhir kata penulis berharap agar makalah ini bermanfaat bagi semua pembaca.
Pontianak, 20 mei 2015
Penyusun

Fajar Asmara Nur Alam

DAFTAR ISI
BAB I ...................................................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN .................................................................................................................................. 4
1.1

Latar Belakang ........................................................................................................................ 4

1.2

Rumusan Masalah ................................................................................................................... 5

1.3

Tujuan ................................................................................................................................. 5

BAB II..................................................................................................................................................... 6
PEMBAHSAN ........................................................................................................................................ 6
2.1

Pengertian Toksikologi Forensik ............................................................................................ 6

2.2

Tugas Toksikologi Forensik.................................................................................................... 6

2.3

Jenis -jenis Kasus Toksikologi Forensik ................................................................................. 7

2.4

Metode Kontak Toksikologi Forensik .................................................................................... 9

2.5

Efek Biologis Toksikologi Forensik ....................................................................................... 9

2.6

Pengertian Racun .................................................................................................................... 9

2.7

Klasifikasi Keracunan ....................................................................................................... 10

BAB III ................................................................................................................................................. 11


PENUTUP ............................................................................................................................................ 11
3.1 KESIMPULAN ....................................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................................... 12
LAMPIRAN.......................................................................................................................................... 13

BAB I
PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang
Istilah forensik belakang ini sering mampir di telinga kita melalui berbagai
berita kriminal. Biasanya menyangkut penyidikan tindak pidana seperti mencari
sebab-sebab kematian korban, dan usaha pencarian pelaku kejahatan. Secara garis
besar yang dimaksud dengan forensik sains adalah aplikasi atau pemanfatan ilmu
pengetahuan untuk penegakan hukum dan peradilan.
Pemeriksaan forensik dalam kasus keracunan, dapat dibagi dalam dua
kelompok, yang pertama bertujuan untuk mencari penyebab kematian, misalnya
kematian akibat keracunan morfin, sianida, karbon monoksida, keracunan
insektisida, dan lain sebagainya, dan kelompok yang kedua dimana sebenarnya
yang terbanyak kasusnya, akan tetapi belum banyak disadari adalah untuk
mengetahui mengapa suatu peristiwa, misalnya peristiwa pembunuhan, kecelakaan
lalu lintas, kecelakaan pesawat udara dan perkosaan dapat terjadi. Dengan
demikian, tujuan yang kedua bermaksud untuk membuat suatu rekaan rekonstruksi
atas peristiwa yang terjadi.
Bila pada tujuan pertama dari pemeriksaan atas diri korban diharapkan dapat
ditemukan reaksi atau obat dalam dosis yang mematikan, maka tidaklah demikian
pada yang kedua, dimana disini yang perlu dibuktikan atau dicari korelasinya
adalah sampai sejauh mana reaksi obat tersebut berperan dalam memungkinkan
terjadinya berbagai peristiwa tadi.
Dalam ilmu kedokteran kehakiman, keracunan dikenal sebagai salah satu
penyebab kematian yang cukup banyak sehingga keberadaannya tidak dapat
diabaikan. Jumlah maupun jenis reaksi pun semakin bertambah, apalagi dengan
makin banyaknya macam-macam zat pembasmi hama. Selain karena faktor murni
kecelakaan, racun yang semakin banyak jumlah dan jenisnya ini dapat
disalahgunakan untuk tindakan-tindakan kriminal. Walaupun tindakan meracuni
seseorang itu dapat dikenakan hukuman, tapi baik di dalam kitab UndangUndang Hukum Pidana maupun di dalam Hukum Acara Pidana (RIB) tidak
dijelaskan batasan dari keracunan tersebut, sehingga banyak dipakai batasanbatasan racun menurut beberapa ahli, untuk tindakan kriminal ini, adanya racun
harus dibuktikan demi tegaknya hukum.

Arsenic, As, banyak digunakan sebagai bahan campuran obat pembasmi tikus
(rodentisida). Arsen juga banyak digunakan dalam masyarakat sebagai hasil
industri, misalnya sebagai bahan pengawet, bahan cat, insektisida, herbisida,
campuran dalam pupuk, maupun mencemari lingkungan masyarakat karena
dampak dari industri. Arsen juga digunakan dalam bidang pengobatan. Dalam hal
ini digunakan arsen jenis tertentu dan dalam dosis tertentu pula, seperti neosalveran
untuk pengobatan penyakit sifilis, frambusia (sampar / patek), sebagai salah satu
campuran dalam tonikum, dan obat-obat lainnya seperti solarson, optarson,
arsentriferrol, liquor arsenicallis, dan lain-lain. Senyawaan arsen lainnya ialah
Arsine, AsH3 (arsenicum lekas uap), Arsen Trioxide (As2O3), Arsen putih, As2S2,
As2S3.
1.2

Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan toksikologi forensik ?
2. Apa tugas toksikologi forensik ?
3. Bagaimana jenis -jenis kasus toksikologi forensik ?
4. Bagaimana metode kontak toksikologi forensik ?
5. Bagaimana efek biologis toksikologi forensik ?
6. Apakah yang dimaksud dengan racun ?
7. Bagaimana klasifikasi keracunan ?

1.3

Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan toksikologi forensik
2. Untuk mengetahui tugas toksikologi forensik
3. Untuk mengetahui jenis -jenis kasus toksikologi forensik
4. Untuk mengetahui metode kontak toksikologi forensik
5. Untuk mengetahui efek biologis toksikologi forensik
6. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan racun
7. Untuk mengetahui klasifikasi keracunan

BAB II
PEMBAHSAN

2.1 Pengertian Toksikologi Forensik


Toksikologi forensik adalah Ilmu yang mempelajari tentang penerapan Ilmu
toksikologi, yang berguna untuk membantu proses peradilan. Toksikologi forensik
tidak hanya untuk mengidentifikasi / mengetahui jumlah / kuantitas dari obat, racun
atau bahan-bahan dalam tubuh manusia tapi juga dapat menentukan akibat-akibatnya.
Tosikologi forensik adalah salah satu cabang forensik sain, yang menekunkan
diri pada aplikasi atau pemanfaatan ilmu toksikologi dan kimia analisis untuk
kepentingan peradilan. Kerja utama dari toksikologi forensik adalah melakukan analisis
kualitatif maupun kuantitatif dari racun dari bukti fisik dan menerjemahkan temuan
analisisnya ke dalam ungkapan apakah ada atau tidaknya racun yang terlibat dalam
tindak kriminal, yang dituduhkan, sebagai bukti dalam tindak kriminal (forensik) di
pengadilan. Hasil analisis dan interpretasi temuan analisisnya ini akan dimuat ke dalam
suatu laporan yang sesuai dengan hukum dan perundangan-undangan. Menurut Hukum
Acara Pidana (KUHAP), laporan ini dapat disebut dengan Surat Keterangan Ahli
atau Surat Keterangan.
2.2 Tugas Toksikologi Forensik
Secara umum tugas toksikolog forensik adalah membantu penegak hukum
khususnya dalam melakukan analisis racun baik kualitatif maupun kuantitatif dan
kemudian menerjemahkan hasil analisis ke dalam suatu laporan (surat, surat keterangan
ahli atau saksi ahli), sebagai bukti dalam tindak kriminal (forensik) di pengadilan. Lebih
jelasnya toksikologi forensik mencangkup terapan ilmu alam dalam analisis racun
sebagi bukti dalam tindak kriminal, dengan tujuan mendeteksi dan mengidentifikasi
konsentrasi dari zat racun dan metabolitnya dari cairan biologis dan akhirnya
menginterpretasikan temuan analisis dalam suatu argumentasi tentang penyebab
keracunan dari suatu kasus.

2.3 Jenis -jenis Kasus Toksikologi Forensik


Jenis Kasus

Pertanyaan yang muncul

Litigasi

Kematian yang tidak

Apakah ada keterlibatan obat

Kriminal: Pembunuhan

wajar (mendadak)

atau racun sebagai penyebab


kematiannya?

Sipil: klaim tanggungan


asuransi, tuntunan kepada
pabrik farmasi atau kimia

Kematian di penjara

Kecelakaan, pembunuhan yang

Kriminal: pembunuhan

melibatkan racun atau obat


terlarang?

Sipil: gugatan tanggungan dan


konpensasi terhadap
pemerintah

Kematian pada

Apakah ada unsur penghilangan

kebakaran

jejak pembunuhan?

Kriminal: pembunuhan
Sipil: klaim tanggungan

Apa penyebab kematian: CO,

asuransi

racun, kecelakaan, atau


pembunuhan?
Kematian atau

Berapa konsentrasi dari obat dan Malpraktek kedokteran,

timbulnya efek samping metabolitnya?

gugatan terhadap fabrik

obat berbahaya akibat

farmasi

salah pengobatan
Kematian yang tidak

Apakah ada interaksi obat?


Apakah pengobatannya tepat?

wajar di rumah sakit

Klaim malpraktek, tindak


kriminal, pemeriksaan oleh

Kesalahan terapi?

komite ikatan profesi


kedokteran (IDI)

Kecelakaan yang fatal

Apakah ada keterlibatan racun,

Gugatan terhadap employer,

di tempat kerja, sakit

alkohol, atau obat-obatan?

Memperkerjakan kembali

akibat tempat kerja,


pemecatan

Apakah kematian akibat


human eror?
Apakah sakit tersebut
diakibatkan oleh senyawa kimia

di tempat kerja? Pemecatan


akibat terlibat penyalahgunaan
Narkoba?
Kecelakan fatal dalam

Meyebabkan kematian?

menyemudi

Kriminal: Pembunuhan,
kecelakaan bermotor

Adakah keterlibatan alkohol,


obat-obatan atau Narkoba?

Sipil: klaim gugatan asuransi

Kecelakaan, atau pembunuhan?


Kecelakaan tidak fatal

Apakah kesalahan pengemudi?

Kriminal: Larangan

atau mengemudi

Mengemudi dibawah pengaruh

Mengemudi dibawah

dibawah pengaruh obat- obat-obatan atau Narkoba?

pengaruh Obat-obatan atau

obatan

Narkona
Sipil: gugatan pencabutan atau
pengangguhan SIM

Penyalahgunaan

Penyalahgunaan atau pasient

Narkoba

yang sedang mengalami terapi


rehabilitasi narkoba

Kriminal:
Sipil: rehabilitasi

Farmaseutikal dan Obat

Identifikasi bentuk sediaan,

Kriminal: pengedaran obat

palsu, atau tidak

kandungan sediaan obat,

ilegal.

memenuhi syarat

penggunaan obat palsu.

standar Forensik
Farmasi

Sipil: tuntutan penggunan obat


palsu terhadap dokter atau
yang terkait

Sumber: Finkle, B.S., (1982), Progress in Forensic Toxicology: Beyond Analytical


Chemistry, J. Anal. Tox. (6): 57-61

2.4 Metode Kontak Toksikologi Forensik


A. Tertelan : Efeknya bisa lokal pada saluran cerna dan bisa juga sistemik. Contoh kasus:
over dosis obat, pestisida.
B. Topikal (melalui kulit, mata, dll) : Efeknya iritasi lokal, tapi bisa berakibat keracunan
sistemik. Kasus ini biasanya terjadi di tempat industri. Contoh : soda kaustik, pestida
organofosfat.
C. Inhalasi : Iritasi pada saluran nafas atas dan bawah, bisa berefek pada absopsi dan
keracunan sistemik. Keracunan melalui inhalasi juga banyak terjadi di tempat-tempat
industri. Contoh : atropin, gas klorin, CO (karbonmonoksida).
D. Injeksi : Efek sistemik, iritasi lokal dan bisa menyebabkan nekrosis. Masuk ke dalam
tubuh bisa melalui intravena, intramuskular, intrakutan maupun intrademal.
2.5 Efek Biologis Toksikologi Forensik
A. Potensiasi : satu dari dua bahan tidak menimbulkan toksik, namun ketika terjadi
paparan kedua bahan tersebut, efek toksik dari bahan yang aktif akan meningkat.
B. Sinergistik : Dua bahan yang mempunyai sifat toksik sama atau salah satu bahan
memperkuat bahan yang lain, maka efek toksik yang dihasilkan lebih bahaya.
C. Antagonistik : dua bahan toksik yang mempunyai kerja berlawanan, toksik yang
dihasilkan rendah/ringan.
D. Toleransi: Merupakan keadaan yang ditandai oleh menurunnya reaksi terhadap efek
toksik suatu bahan kimia tertentu. Biasanya efek toksik campuran bahan kimia bersifat
adiktif.
2.6 Pengertian Racun
Menurut Taylor, racun adalah suatu zat yang dalam jumlah relatif kecil (bukan
minimal), yang jika masuk atau mengenai tubuh seseorang akan menyebabkan timbulnya
reaksi kimiawi (efek kimia) yang besar yang dapat menyebabkan sakit, bahkan kematian.
Menurut Gradwohl racun adalah substansi yang tanpa kekuatan mekanis, yang bila
mengenai tubuh seorang (atau masuk), akan menyebabkan gangguan fungsi tubuh,
kerugian, bahkan kematian.
Sehingga jika dua definisi di atas digabungkan, racun adalah substansi kimia, yang
dalam jumlah relatif kecil, tetapi dengan dosis toksis, bila masuk atau mengenai tubuh,
tanpa kekuatan mekanis, tetapi hanya dengan kekuatan daya kimianya, akan menimbulkan
efek yang besar, yang dapat menyebabkan sakit, bahkan kematian.

2.7 Klasifikasi Keracunan


A. Menurut cara terjadinya :
Self poisoning : Pada keadaan ini pasien makan obat dengan dosis berlebihan tetapi
dengan pengetahuan bahwa dosis ini tidak membahayakan. Self poisoning biasanya
terjadi karena kekurang hati-hatian dalam penggunaan.Pada korban hidup, bau
alkohol yang keluar dari udara pernapasan merupakan petunjuk awal.
Attempted poisoning : Dalam kasus ini , pasien memang ingin bunuh diri, tetapi bisa
berakhir dengan kematian atau pasien sembuh kembali karena salah tafsir dalam
penggunaan dosis.
Accidental poisoning : Kondisi ini merupakan suatu kecelakaan tanpa adanya unsur
kesengajaan sama sekali. Kasus ini banyak terjadi pada anak dibawah umur 5 tahun,
karena kebiasaannya memasukkan segala benda ke dalam mulut.
Homicidal poisoning : Keracunan ini terjadi akibat tindak kriminal yaitu seseorang
dengan sengaja meracuni seseorang.
B. Menurut waktu terjadinya :
Keracunan kronis
Diagnosis keracuna ini sulit dibuat, karena gejala timbul perlahan dan lama sesudah
pajanan. Gejala dapat timbul secara akut setelah pemajanan berkali-kali dalam dosis
yang relatif kecil.
Keracunan akut
Terjadi secara mendadak setelah makan atau terkena sesuatu. Pada keracunan akut
biasanya mempunyai gejala hampir sama dengan sindrom penyakit, oleh karena itu
harus diingat adanya kemungkinan keracunan pada sakit mendadak.

BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
1. Toksikologi forensik adalah Ilmu yang mempelajari tentang penerapan Ilmu
toksikologi, yang berguna untuk membantu proses peradilan. Toksikologi forensik
tidak hanya untuk mengidentifikasi / mengetahui jumlah / kuantitas dari obat,
racun atau bahan-bahan dalam tubuh manusia tapi juga dapat menentukan akibatakibatnya.
2. Toksikologi forensik mencangkup terapan ilmu alam dalam analisis racun sebagi
bukti dalam tindak kriminal, dengan tujuan mendeteksi dan mengidentifikasi
konsentrasi dari zat racun dan bentuk metabolitnya dari dalam cairan biologi dan
akhirnya menginterpretasikan temuan analisis dalam suatu argumentasi tentang
penyebab keracunan dari suatu kasus.

DAFTAR PUSTAKA
Adiwisastra, A. Keracunan, Sumber, Bahaya serta Penanggulangannya.
Andarwendah, Sumardi, 1982, Keracunan Arsen, Program Pendidikan Pasca Sarjana
Hyperkes, FK-UGM.
Finkle, B.S., (1982), Progress in Forensic Toxicology: Beyond Analytical Chemistry, J. Anal.
Tox. (6): 57-61
Hadikusumo, Nawawi, dr. , 1997, DSPF, Ilmu Kedokteran Forensik, IKF III, FK UGM UMY
Kerrigan, S, (2004), Drug Toxicology for Prosecutors Targeting Hardcore Impaired Drivers,
New Mexico Department of Health Scientific Laboratory Division Toxicology Bureau, New
Mexico.

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai