CARCINOMA MAMMAE
Disusun oleh:
Muhammad Fatony Hadikusuma
KATA PENGANTAR
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN
Nama
: Ny. J
Usia
: 55 tahun
Status
: Menikah
Pekerjaan
Suku/Kebangsaan
: Sunda/Indonesia
Pendidikan
: SD
Agama
: Islam
Alamat
CM
: 641590
Tgl. Masuk RS
: 4 Juni 2014
ANAMNESIS
Autoanamnesis pada tanggal 29 September 2014
Keluhan Utama:
Benjolan di payudara kanan bawah sebesar telur puyuh sejak tahun 2007.
Riwayat Penyakit Sekarang
Terdapat benjolan pada payudara kanan bawah, pasien pertama kali menyadarinya
pada saat mandi. Ukurannya sebesar telur puyuh. Ketika dipegang lunak, bisa digerakkan,
dan nyeri. Selama 2 tahun benjolan tidak membesar. Benjolan semakin membesar sebesar
telur angsa setelah dilakukan operasi pada Juni 2014. Ada perubahan warna pada kulit
payudara, tidak ada cairan, darah, atau nanah yang keluar dari puting. Pasien tidak
merasakan adanya benjolan diketiak maupun dilokasi lainnya. Tidak ada sesak dan tidak
ada nyeri tulang, BAB normal dan BAK normal.
Riwayat Psikososial
Pasien mengaku sering makan-makanan cepat saji dan makanan berlemak. Tidak
merokok dan meminum alkohol.
Riwayat Operasi dan Radiasi:
Riwayat operasi biopsi dan sudah menjalani kemoterapi sebanyak 5 kali di RSUD
Cianjur.
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran
: Compos Mentis
Vital Sign
BP
: 120/70 mmHg
HR
: 68x/menit
RR
: 19x/menit
Suhu : 36.5o C
Status Generalis
Kepala : Normochepal, rambut tebal, tidak mudah rontok
Mata : - Diameter Pupil : 3 mm/3 mm
Refleks pupil : +/+, isokor
Konjungtiva
: anemis -/ Sklera
: ikterik -/Telinga : Sekret (-)/(-)
Hidung : Pernapasan cuping hidung (-)/(-), secret (-)/(-)
Mulut : Mukosa bibir lembab, tremor lidah (-), typhoid tongue (-)
Leher : Pembesaran KGB (-), pembesaran thyroid (-), distensi vena jugularis (-)
Thorax :
Paru-paru
Inspeksi : normochest, pergerakan dada simetris, tidak ada luka bekas operasi
Palpasi : tidak ada pergerakan dada yang tertinggal, nyeri tekan (-), vokal fremitus
sama simetris bilateral.
Perkusi : sonor di seluruh lapangan paru
Auskultasi : vesikular (+/+) normal, Ronkhi (-/-), Wheezing (-/-)
Jantung
3
Abdomen
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Ekstremitas atas : akral hangat, CRT < 2 detik, edema (-/-), sianosis (-/-)
Ekstremitas bawah : akral hangat, CRT < 2 detik, edema (-/-), sianosis (-/-)
Status Lokalis
At regio mammae dextra
Inspeksi
: tampak benjolan di kuadran luar bawah mammae (+), nipple rectracted (-),
Diagnosis Kerja
Carcinoma Mammae Dextra T4BN0M0
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Sejarah Penyakit
Kanker mammae dengan sebab yang tidak jelas telah menarik perhatian ahli
bedah selama berabad-abad. Meskipun telah dilakukan penelitian sejak beribu-ribu
tahun yang lalu dan pengembangan penatalaksanaan sesuai dengan perkembangan
zaman, kanker mammae tetap menjadi salah satu penyakit yang paling ditakuti oleh
banyak orang khususnya kaum wanita.1
Bedah Papyrus Smith (3000-2500 SM) merupakan dokumen tertua yang
merujuk tentang kanker mammae. Disebutkan bahwa tidak ada obat yang dapat
menyembuhkan kanker mammae. Beberapa penelitian terus dilakukan untuk mengatasi
keadaan tersebut sampai akhirnya pada abad ke 19, Moore dari Middlesex Hospital,
London menyarankan pengangkatan seluruh payudara dan kelenjar limfe sekitar yang
terlibat untuk menangani kanker mammae. Bukan hanya tindakan bedah yang
dilakukan pada saat itu tetapi juga mulai dikembangkan radioterapi dan kemoterapi.1
Akhirnya sejak tahun 1970-an, didapat kemajuan besar dalam mengintegrasikan
operasi, radioterapi dan kemoterapi untuk mengendalikan kanker mammae,
meningkatkan
kelangsungan
hidup
penderita
dan
meningkatkan
peluang
3.2 Epidemiologi
Kanker mammae adalah kanker yang paling sering terjadi pada wanita diseluruh
dunia. Insiden kanker mammae yang sangat tinggi terjadi hampir di semua negara,
termasuk di AS, Canada, Australia dan negara-negara Eropa, menujukan angka
kejadian sebesar 67,3-86,3/100.000 populasi per tahun kecuali Jepang. Sedangkan di
negara-negara sub-Saharan Africa dan Asia angka kejadian pertahun mencapai
30/100.000 populasi.1 ACS (American Cancer Society) memperkirakan inseiden
kanker mammae sebesar 29% dan 16% dari jumlah tersebut diperkirakan meninggal
dunia. Data dari Surveilance, Epidemyology End Result (SEER) melaporkan bahwa
wanita kulit putih di Amerika Serikat mempunyai resiko terkena kanker mammae
sebesar 13,1% dibandingkan dengan wanita kulit hitam di Africa hanya sebesar 9,6%.3
Angka kejadian kanker mammae diperkirakan terus meningkat sesuai umur.
Pada usia 25 tahun kanker mammae menyerang 5/100.000 populasi, pada usia 50 tahun
menyerang 150/100.000 populasi dan pada usia 75 tahun kanker mammae menyerang
200/100.000 populasi. Insiden kanker mammae pada pria diperkirakan < 1% yaitu
sebesar 2,5/100.000 populasi.4
3.3 Embriologi
Pada minggu ke-5 atau ke-6 pembentukan fetus, payudara dan milk lines telah
nyata pada embrio. Duktus dan lobus terbentuk dari pertumbuhan kedalam ektoderm
dari permukaan puting, sehingga payudara berasal dari organ dermal. Setiap payudara
berkembang ketika sebuah ingrowth dari ektoderm membentuk jaringan primer
didalam mesenkim. Epitel cord berkembang dari tunas sekunder dan memperpanjang
ke mesenkim sekitarnya. Duktus laktiferus berkembang, terbuka ke dalam sebuah
lubang mammae dangkal. Selama masa kanak-kanak, proliferasi mesenkim mengubah
lubang mamae tersebut menjadi puting. Jika ada kegagalan pada lubang mamae untuk
naik di atas permukaan kulit, hasilnya puting menjadi terbalik (inverted nipple).
Tambahan payudara (polymastia) atau tambahan puting (polythelia) dapat terjadi di
sepanjang garis susu (Fig. 16-2) ketika terjadi kegagalan regresi.1
Setiap kelenjar mammae terdiri dari kira-kira 15-20 lobulus, setiap lobulus
memiliki duktus laktiferous yang terbuka pada areola.
Terbagi dalam 4 kuadran, garis vertikal dan horizontal yang menyeberangi puting :
kuadran dalam atas (UIQ), kuadran dalam bawah (LIQ), kuadran luar atas (UOQ),
dan kuadran luar bawah (LOQ).2
A : duktus laktiferous
B : Lobulus/kelenjar susu
C : bagian duktus yang menahan air susu/sinus laktiferous
D : puting susu
E : jaringan lemak
F : otot pectoralis mayor
G : tulang rusuk
Enlargement:
A : normal sel duktus
B : membrane sel
C : lumen (center of duct).
Mammae diperdarahi oleh a.mamary interna (a.thoracic interna) dan a.thoracic
lateral. Kedua arteri tersebut berasal dari a.axillary yang masing-masing masuk ke
mammae melalui bagian atas medial dan bagian atas lateral mammae. Cabang dari
10
arteri-arteri
tersebut
saling
beranastomose.
Selain
itu
a.mammary
interna
11
Pembuluh darah vena akan mengikuti pembuluh darah arteri dengan drainase
vena menuju axilla. Tiga kelompok vena yang paling berperan adalah v.axilla (yang
mempunyai peran utama dalam drainase), v.torakalis interna dan v.intercostal
posterior. Pleksus vertebra Batson's dari v.paravertebra yang berjalan sepanjang tulang
belakang dan memanjang dari dasar tengkorak ke sacrum, dapat memberikan rute
metastasis kanker payudara ke tulang belakang, tengkorak, tulang panggul, dan sistem
saraf pusat.1
Di bagian dalam dari m.pectoralis mayor terdapat m.pectoralis minor yang
berhubungan dengan letak pembuluh limfe axilla, pembagian pembuluh limfe pada
daerah tersebut dimaksudkan untuk mempermudah pembedahan dan mempermudah
menilai stadium kanker. Tingkat I adalah pembuluh limfe axilla yang terletak di lateral
sampai batas lateral m.pectoralis minor. Tingkat II terdapat tepat di bagian bawah
m.pectoralis minor. Bagian III adalah pembuluh limfe yang terletak di medial sampai
batas medial dari m.pectoralis minor. Rotters lymph nodes atau pembuluh limfe
interpectoral terletak antara m.pectoralis mayor dan m.pectoralis minor.5
A : m. pectoralis mayor
B : axillary lymph nodes : levels I (low axilla)
12
Long thoracic
m.serratus anterior
trauma
Skapula terangkat
m.latissimus dorsi
dan lateral
minor
n.intercostobrachial Melewati axilla menuju
lengan
Table 8-1.2
13
3.5 Fisiologi
Pertumbuhan dan fungsi payudara dipengaruhi oleh beragam rangsangan
hormon, termasuk estrogen, progesteron, prolaktin, oxytosin, hormon tiroid, kortisol,
dan hormon pertumbuhan. Estrogen, progresteron dan prolaktin memiliki efek yang
sangat penting untuk perkembangan dan fungsi payudara. Estrogen mengawali
perkembangan
duktus
sementara
progresteron
bertanggung
jawab
terhadap
diferensiasi epitel dan perkembangan lobus mammae. Prolaktin adalah hormon utama
yang merangsang laktogenesis pada akhir kehamilan dan periode post partum.
Hormon tersebut juga memperbaharui regulasi reseptor-reseptor hormon dan
merangsang perkembangan epitel mammae. Gonadotropins, Luteinizing Hormone
(LH) dan follicle stimulating hormone (FSH) mengatur pelepasan estrogen dan
progesteron dari ovarium.
Ginekomastia merupakan membesarnya payudara pada laki-laki. Pada
ginekomastia struktur duktus payudara laki-laki membesar, memanjang, dan
bercabang dengan peningkatan epitel.1
Mammae berkembang selama pubertas karena peran mammotrophic hormon,
ada lima fase perkembangan payudara menurut Tanner. Fase I (8-10 tahun) adalah
penonjolan puting susu tanpa disertai perkembangan kelenjar susu. Fase II (10-12
tahun) pembentukan gundukan kelenjar susu atau pembentukan kelenjar subaerolar.
Fase III (11-13 tahun) penambahan jumlah kelenjar dan peningkatan pigmentasi
daerah aerola. Fase IV (12-14 tahun) peningkatan pigmentasi dan penambahan luas
aerola. Fase V ( 13-17 tahun) merupakan fase akhir dimana perkembangan dan
pembentukan payudara menjadi sempurna.4
Peningkatan drastis estrogen dan progresteron pada siklus ovarium dan placenta
terjadi selama masa kehamilan, yang mengawali perubahan mencolok dari bentuk dan
substansi mammae. Mammae membesar seiring dengan proliferasi epitel, penggelapan
areola dan tubulus Montgomery menjadi menonjol.
duktus bercabang dan berkembang, selama trimester tiga, lemak terakumulasi disekitar
epitel dan colostrum mengisi sinus dan ductus yang kosong. Pada akhir kehamilan,
prolaktin merangsang pengeluaran lemak susu dan protein.1
14
Pada masa menopause terjadi penurunan sekresi estrogen dan progresteron oleh
ovarium dan involusi ductus pada mammae. Jaringan ikat sekitar meningkat dan jaringan
mammae (kelenjar mammae) digantikan oleh jaringan lemak.3
Duktus duktus akan berakhir pada duktus terminal yang disebut acini. Pada acini
terdapat kelenjar pembuat air susu yang bersama-sama dengan duktus-duktus kecil lainnya
yang disebut lobulus. Acini terbentuk dari jaringan ikat longgar yang terdiri dari pembuluh
darah, limfosit dan mononuklear sel.3
3.6 Patologi Penyakit
Etiologi
Mutasi gen
Kanker payudara merupakan hasil mutasi satu atau lebih gen penting dalam tubuh.
Gen-gen tersebut yaitu BRCA-1 pada (17 q 21), p53 pada (17 p 13), BRCA-2 pada
(13) dan pada pria biasanya dihubungkan dengan mutasi androgen-receptor gen
pada (kromosm Y).5
Hormonal
Telah terbukti bahwa hormon ikut berperan dalam pembentukan kanker mammae.
Hormon estrogen baik tunggal maupun kombinasi dengan progresteron pada
beberapa sedian kontrasepsi oral penggunaan jangka panjang meningkatkan resiko
terjadinya kanker mammae.2 Berhubungan dengan peningkatan estrogen tersebut,
faktor-faktor yang meningkatkan jumlah siklus menstruasi seperti menarke dini,
nulipara, melahirkan anak pertama pada usia >30 tahun (ada perubahan pada epitel
terminal payudara) dan menopause terlambat juga akan meningkatkan resiko
kanker mammae. Sedangkan pengurangan siklus menstruasi dianggap mengurangi
resiko kanker mammae seperti banyak beraktifitas dan menyusui. 1
Terpapar radiasi
Terpapar radiasi adalah penyebab kanker mammae yang paling tidak bisa
dipungkuri terutama pada wanita muda. Hasil penelitian membuktikan wanita muda
yang menjalani terapi radiasi karena Limfoma Hodgkin memiliki resiko terkena
15
kanker mammae 75x lebih besar daripada wanita seusianya yang tidak terpapar
radiasi. 1
Diet
Penyebab kanker mammae pada wanita muda biasanya juga dapat disebabkan oleh
konsumsi makanan tinggi lemak dan gula. Penelitian menyatakan bahwa diet tinggi
lemak atau obesitas berhubungan dengan peningkatan sekresi hormon adrenal yaitu
konversi androstenedione ke estron oleh jaringan lemak dan terus berlangsung
sampai menopause. Akhirnya tumor-promoting steroid hormons yang larut dalam
lemak akan terakumulasi dalam jaringan mammae.1
Alkohol
Menarkhe dini.
Nullipara.
Predisposisi genetik.
Terpapar radiasi.
Patologi
16
Tumor jinak
Fibroadenoma
Definisi : stroma jaringan ikat yang mengelilingi saluran berepitel dan
membentuk tumor jinak yang halus, putih, dan berbatas tegas.
Faktor resiko : lebih banyak ditemukan pada wanita kulit hitam dibandingkan
wanita kulit putih.
Insiden : biasanya terjadi pada remaja muda sampai akhir usia 30th.
Dipengaruhi estrogen.
Tanda dan gejala : halus, mempunyai ciri-ciri tersendiri, sirkuler, masa mobile.
Diagnosis : FNA.2
Penatalaksanaan :
Pengangkatan seluruh fibroadenoma sudah dianjurkan, terlepas dari
pertimbangan usia dan pertimbangan lainnya, dan fibroadenoma yang soliter
pada wanita muda sering diangkat untuk mengurangi kekhawatiran pasien.
Sebagian besar fibroadenoma bisa sembuh sendiri, dan banyak yang tidak
terdiagnosis, sehingga pendekatan konservatif lebih masuk akal. Pemeriksaan
Ultra sound dengan biopsi jarum inti akan memberikan diagnosis yang akurat.
Kemudian, pasien akan diberikan penjelasan tentang hasil biopsi dan eksisi
fibroadenoma dapat dihindari.1
Fibrocystic disease
-
17
Penatalaksanaan :
Konservatif management : -
NSAIDs
Danazol
Atau Tamoxifen
Nyeri pada payudara disertai benjolan dibawah puting atau areola dengan
atau tanpa discharge puting.
Cystosarcoma Phyllodes
-
18
Penatalaksanaan : -
tepi tumor.
Intraductal papilloma
-
Gynecomastia
-
Tumor ganas
Klasifikasi Kanker Mammae Primer
Non Invasive Ephitelial
-
Cancer
Lobular Carcinoma In
Invasive Lobular
Situ (LCIS)
Ductal Carcinoma In
Carcinoma (10%-15%)
Invasive Ductal
Situ (DCIS)
- Tipe papillar,
cribriform, solid
dan comedo.
Carcinoma
- NOS (50%-70%)
- Tubular carcinoma
-
(2%-3%)
Mucinous/colloid
carcinoma (2%-3%)
Medullary
carcinoma (5%)
Invasive cribriform
carcinoma (1%-3%)
Invasive papillary
carcinoma (1%-2%)
Adenoid cystic
carcinoma (1%)
Metaplastic
Epithelial Tumor
Phyllodes tumor
carcinoma (1%)
Karsinoma mammae noninvasif secara luas dibagi menjadi dua jenis utama:
LCIS dan DCIS (atau karsinoma intraductal). LCIS, pernah dianggap sebagai lesi
ganas, kini dianggap lebih sebagai faktor risiko perkembangan kanker mammae.
Dinamakan LCIS jika terjadi pada lobulus diperluas sampai asini dan isinya. DCIS
adalah lesi lebih heterogen, dan dibagi menjadi empat kategori luas: papiler,
cribriform, solid (padat), dan comedo. DCIS dianggap sebagai ruang yang
dikelilingi oleh membran yang dipenuhi dengan sel ganas dan berlapis yang terdiri
dari sel-sel myoepithelial walaupun masih ada kemungkin normal. Empat kategori
20
morfologi adalah prototipe dari lesi murni, namun pada kenyataannya tipe tersebut
menyatu satu sama lain. Tipe papillary dan cribriform dapat berubah menjadi
kanker invasif dalam waktu yang lama dan stadium yang lebih rendah. Berbeda
dengan tipe solid dan comedo, lesi umumnya dengan cepat dapat berubah menjadi
lesi invasive dengan stadium yang tinggi.
Karsinoma mammae invasif disebabkan oleh infiltrasi sel ke sejumlah stroma,
atau dengan pembentukan lembaran sel yang terus-menerus dan monoton sehingga
menghilangkan fungsi utama kelenjar mammae. Kanker mammae invasif dibagi
secara histologi menjadi kanker lobular dan duktal. Perbedaan kedua jenis kanker
dapat dilihat memalui mamogram, kanker lobular cenderung menyerang payudara
tunggal dan secara klinis tidak terlihat adanya massa sampai stadium lanjut. Kanker
duktal cenderung tumbuh sebagai massa yang lebih koheren, membentuk kelainan
diskrit pada mammogram dan muncul lebih awal seperti benjolan pada payudara.6
Sel duktus menginvasi stroma dalam bentuk histologik yang bermacammacam menggambarkan scirrhous, medullary, comedo, colloid, papillary,
atau tubular.
Berasal dari sel-sel duktus terminal dan seperti LCIS memiliki kemungkinan
besar menjadi bilateral.
21
Pagets disease
-
Tanda dan gejala : nyeri, gatal pada puting dengan atau tanpa discharge
darah, dengan atau tanpa teraba masa pada subareolar.
Inflammatory carcinoma
-
Cara Penyebaran
Kanker mammae menyebar secara perkontinuitatum, melalui jalur lifatik, dan
secara hematogen. Metastasis kanker mammae paling sering terjadi di kelenjar
limfe, kulit, tulang, hati, paru-paru dan otak.7
Metastasis ke kelenjar limfe axilla terjadi pada 55% - 70% pasien yang terdeteksi
dengan screening mammography. Prognosisnya tergantung dari jumlah kelenjar
limfe yang terkena menurut pemeriksaan histologi. Biasanya neoplasma yang
pertumbuhannya lebih cepat lebih sering bermatastasis ke lenjar limfe
dibandingkan dengan neoplasma yang pertumbuhannya lambat. Selain itu ukuran
tumor berhubungan erat dengan terjadinya metastasis ke kelenjar limfe.7
Ukuran Tumor (cm)
22
<1
25
1-2
35
2-3
50
>3
55-65
kanker melaului vena axilla atau vena intercostal yang kemudian menuju vena
pleksus Batson, akan bermetastasi ke organ lain dalam tubuh.1
3.7 Diagnosis
3.7.1
24
phyllodes
(bisa
bersifat
ganas),
intraductal
papilloma,
gynecomastia.
-
3.7.2
Fine-Needle Aspirasi
-
Murah.
Aspirasi jarum halus (FNA) telah menjadi bagian rutin dari diagnosis fisik massa
payudara. Hal ini dapat dilakukan dengan jarum 22-gauge. Kegunaan utama FNA ialah
25
dapat membedakan massa yang solid dari massa kistik, dan dapat dilakukan setiap kali
massa ditemukan pada payudara. FNA akan ditunda jika mamografi atau hasil evaluasi
radiografi lain membingungkan. Dengan menggunakan FNA dalam pemeriksaan rutin
payudara, biopsi terbuka dapat dihindari kecuali jika dibutuhkan pemeriksaan
penunjang yang lain. Karsinoma tidak akan terdeteksi jika biopsi bedah dilakukan
ketika (1) aspirasi jarum tidak menghasilkan cairan kista dan massa padat yang dapat
didiagnosis, (2) cairan kista yang dihasilkan kental dan bercampur darah, dan (3) cairan
dapat dihasilkan tetapi massa tidak terlihat.6
Sensitivitas FNA untuk menentukan kanker mammae 90-99% dan spesifitasnya 98%.7
Biopsy Ultrasound
Teknik ini dilakukan oleh ahli bedah sebagai alternatif dilakukannya biopsy
terbuka, tetapi penggunannya masih sangat jarang.7
Gambaran mamografi yang spesifik untuk kanker mammae adalah massa solid
dengan atau tanpa stellate (massa-massa kecil disekitarnya), penebalan jaringan
mammae yang asimetris, dan mikrokalsifikasi. Gambaran kalsifikasi disekitar lesi atau
massa mengindikasikan adanya kanker mammae pada massa yang tidak dapat teraba
dan mikrokalsifikasi merupakan satu-satunya gambaran kanker mammae pada wanita
muda.1
3. MRI
MRI mendeteksi adanya kanker mammae sama seperti mamografi. Karena itu jika
dalam pemeriksaan fisik dan mamografi tidak terlihat adanya kanker, maka saat
dilakukan pemeriksaan MRI kemungkinan ditemukan adanya kanker pun sangat
rendah.
mempunyai riwayat genetik kanker mammae dan evaluasi dengan mamografi terbatas
disebabkan peningkatan densitas jaringan mammae, pada wanita yang baru saja
didiagnosis kanker mammae dan pada wanita yang punya riwayat kanker mammae
kontralateral.1
4. Duktografi
Indikasi utama untuk duktografi adalah keluarnya cairan dari puting termasuk jika
mengandung darah. Sebelumnya kontras disuntikan ke salah satu atau lebih duktus
kelenjar mammae kemudian lakukan mammografi dengan posisi supinasi. Kanker
akan terlihat sebagai massa irregular atau multipel filling defect intraluminal. 1
5. Ultrasonografi
USG merupakan pemeriksaan penunjang kedua yang paling sering digunakan
selain mamografi. USG sangat penting dalam memcahkan masalah temuan equivocal
pada mamografi, medefinisikan kista dan menunjukan keabnormalan lesi solid secara
spesifik. Pada USG kista mammae digambarkan dengan batas halus dengan gambaran
echoic. Massa benigna digambarkan dengan kontur halus, berbentuk lingkaran atau
oval, echoic dan batas jelas. Kanker mammae digambarkan sebagai massa dengan
dinding yang irregular dan batas halus tetapi tidak bisa mendeteksi massa < 1 cm. Usg
juga digunakan sebagai guide FNA.1
27
6. Tumor Marker
Pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan adalah pemeriksaan tumor marker.
Untuk kanker mammae, tumor marker yang paling spesifik adalah CEA dan CA 15-3,
digunakan untuk mengetahui perjalanan penyakit dan respon terhadap therapi.
Normalnya bernilai < 35 /ml dan bisa meningkat pada kehamilan menjadi 50 /ml.7
3.8 Sistem Stadium dan Prognosis
Stadium kanker mammae ditentukan oleh hasil reseksi bedah dan pencitraan.
Sistem yang paling banyak digunakan untuk menentukan stadium kanker berdasarkan
American Joint Community on Cancer (AJCC). Sistem ini didasarkan pada deskripsi
dari tumor primer (T), status kelenjar getah bening regional (N), dan adanya metastasis
jauh (M). Pengelompokan terbaru telah memasukkan penggunaan sentinel node biopsi
dan termasuk klasifikasi ukuran deposit metastasis pada kelenjar sentinel, serta jumlah
dan lokasi node metastasis regional disertai angka harapan hidup 5 tahun.6
29
Tis N0 M0
T1 N0 M0
karsinoma
insitu
mikroinvasi)
belum
mengenai nodal
Stage II
IIA : T0 N1 M0
T1 N1 M0, T2 N0 M0
Stage III
dan belum
bermetastasis.
Invasive karsinoma 5 cm
tetapi dengan nodal aksila yang
IIB : T2 N1 M0
T3 N0 M0
IIIA : T0 N2 M0
T1 N2 M0, T2 N2 M0
T3 N1 M0, T3 N2 M0
atau
keterlibatan
ipsilateral
pectoral
dinding
dada,
dan
fiksasi
edema,
atau
anyT anyN M1
metastasis
jauh
ditemukan.
Kanker
payudara
metastasis
jauh
tidak
dengan
(termasuk
30
31
1. Memeriksa payudara sendiri (sadari) setiap bulan untuk semua wanita di atas 20
tahun dan postmenopause. Untuk wanita premenopause sebaiknya melakukan
pemeriksaan sendiri 5 hari setelah akhir siklus menstruasi.
2. Pemeriksaan fisik oleh dokter setiap 3 tahun untuk wanita usia 20-40 tahun
3. Mammografi
a. Melakukan mammografi tahunan dilakukan untuk mengurangi angka
kematian akibat kanker payudara pada wanita di atas 50 tahun
b. ACS merekomendasikan mammogram sekali pada usia 35-39 tahun,
mamogram tiap 1-2 tahun untuk wanita di atas usia 40 tahun dan setiap
tahun untuk wanita berusia > 50 tahun.7
3.10
Terapi
Terapi pembedahan:
1. Sentinel Lymphe Node Dissection
Metode ini akurat untuk wanita dengan dengan ukuran tumor T3N0 karena hapir
75% didapatkan metastasis ke kelenjar getah bening axilla pada pemeriksaan
histologik. ASCO merekomendasikan Sentinel Lymphe Node Dissection dilakukan
pada pasien stadium awal kanker mammae.7
2. Breast Conservation Therapy (BCT)
BCT termasuk pada reseksi dari kanker primer regional dengan batas normal
jaringan payudara, terapi radiasi adjuvant, dan penilaian status kelenjar getah
bening regional. Biasanya BCT dilakukan pada kanker mammae stadium I dan II.2
-
Radical mastectomy : reseksi dari semua jaringan payudara, node axilla dan
m.pectoralis mayor & minor.
32
Lumpectomy dan axillary node dissection : reseksi massa tanpa jaringan normal
dan dilakukan axillary node disection, kosmetika lebih baik.2
Tumor sentral/medial.
2. Kemoterapi
-
Kemoterapi adjuvant
Mengurangi kemungkinan kekambuhan dan kematian pada wanita usia 70
tahun dengan kanker payudara stadium I, IIA atau IIB. Kemoterapi adjuvant
diberikan kepada pasien yang pada pemeriksaan histopatologik pascabedah
mastektomi ditemukan metastasis di sebuah atau beberapa kelenjar. Obat yang
diberikan adalah kombinasi siklofosfamid, metotreksat, dan 5-fluorourasil
(CMF) selama 6 bulan pada perempuan usia pramenopause, sedangkan yang
pascamenopause diberikan terapi adjuvant hormonal berupa pil antiestrogen.
Kemoterapi neoadjuvant
Kemoterapi yang diberikan sebelum dilakukannya operasi.
33
samping
hot
flashes,
menstruasi
yang
tidak
teratur,
34
DAFTAR PUSTAKA
1. Brunicardi, F. Charles, dkk. Oncology at Schwartzs Principles of Surgery Eight
Edition. Mc Graw Hill: United State of America. 2005.
2. Stead, Latha. G, dkk. The Breast at First Aid for The Surgery Clerkship. Mc Graw
Hill. United State of America. 2003.
3. Jatoi, Ismail, dkk. Atlas of The Breast Surgery. Springer. New York. 2006.
4. Pass, Helen. A. Benign and Malignant Disease of The Breast at Surgery Basic
Science and Clinical Evidence. Jeffrey A Norton Springer. New York. 2001.
5. Winer, Eric. P. Malignant Tumor of The Breast at Cancer Principles and Practice of
Oncology. Lippincott Williams & Wilkins. United State of America. 2001.
6. Towsend, M. Jr, dkk. The Breast at Sabiston textbook of Surgery. Elsivier. United
State of America. 2008.
7. Haskell, Charles M and Dennis A. Casciato. Breast Cancer at Manual of Clinical
Oncology Fourth Edition. Lippincott Williams & Wilkins. United State of America.
2000.
35