Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Sharania Manivannan
112014182
1. Gambarkan dan sebutkan bagian dari penampang sagital bola mata!
Bola mata
1. Segmen anterior dibatasi oleh kornea jernih di depan, serta lensa dan penggantung
lensa di belakang.
2. Segmen posterior terletak di belakang lensa.
3. Segmen panterior terbagi dua yaitu yang terletak antara lensa dan iris disebut
kamera okuli posterior dan yang diantara iris dan kornea disebut kamera okuli
anterior.
Dinding bola mata
Kornea
Merupakan dinding depan bola mata, berupa jaringan transparan dan avaskular (pemberian
makan kornea melalui air mata terutama cairan aquous dan pembuluh darah limbus). Kornea
melanjutkan diri sebagai sklera ke arah belakang dan perbatasan antara kornea dan sklera di
sebut limbus. Kornea merupakan suatu lensa cembung dengan kekuatan refraksi bias sebesar
43 dioptri. Kornea berfungsi sebagai alat transmisi sinar sehingga berfungsi sebagai alat
refraksi Perubahan kelengkungan dan kejernihan kornea dapat mengganggu penglihatan.
Sklera
Merupakan lanjutan ke belakang dari kornea. Melindungi bola mata dari kerusakan mekanis
dan menjadi tempat melekatnya bola mata
Uvea
Uvea terdiri dari iris, badan silier dan koroid.
a. Iris
Iris berbentuk membran datar dan merupakan kelanjutan ke depan dari badan silier.
Warna iris menentukan warna mata. Ditengah iris terdapat pupil yang penting untuk
mengatur jumlah sinar yang masuk ke dalam mata. Garis tengah pupil normal adalah
3 hingga 4 mm. Pupil relatif lebar pada orang muda dan sempit pada bayi dan
orangtua. Secara normal, pupil menyempit pada cahaya terang dan melebar pada
cahaya redup atau gelap. Dan pupil akan menyempit jika kita melihat dekat dan
melebar saat meliat jauh.
2
b. Badan silier
Merupakan bagian uvea yang terletak antara iris dan koroid. Batas belakang nya
adalah orra serata. Badan silier banyak mengandung pembuluh kapiler dan vena dan
badang silier lah yang menghasilkan cairan aquous.
c. Koroid
Merupakan bagian uvea yang paling luas yang terletak antara retina dan sklera, terdiri
atas anyaman pembuluh darah. Karena koroid banyak mengandung pembuluh darah
dan retina jernih, maka koroid dapat dilihat dengan oftalmoskop.
Retina
Retina melapisi dua per tiga dinding bagian dalam bola mata. Lapisan mata dari luar ke
dalam yaitu sklera, lapisan koroid dan yang paling dalam retina. Lapisan nya transparan dan
tebalnya 1 mm. Retina merupakan bagian dari otak karena embriologisnya berasal dari ari
penonjolan otak.
Ruang dan isi bola mata
Terdiri dari kamera okuli anterior dan kamera okuli posterior. Cairan aquous di produksi oleh
badan silier yaitu pada prosesus siliaris yang berjumlah 70-80 buah. Cairan ini berjalan dari
KOP ke KOA, kemudian melewati trabekulum untuk menuju kanal Schlemm, kemudian
menuju kanal kolektor , akhirnya sistem vena episklera untuk kembali ke jantung. Dengan
demikian harus terdapat keseimbangan antara produksi cairan dan pembuangan nya agar
tekanan bola mata normal. Tekanan bola mata (TIO) normal adalah 10-20 mmHg. TIO yang
naik akan mendesak bagian dalam bola mat sehingga menimbulan kerusakan pada mata.
Badan kaca
Merupakan bagian terbesar isi bola mata yaitu 4/5 dari is bola mata. Bada kaca bersifat
transparan, tak berwarna dan konsistensi nya seperti gelatin dan avaskular. Berfungsi
memberi bentuk bola mata dan merupakan salah satu media refrakta (media bias)
Lensa mata
Lensa merupakan bangunan bikonveks tersusum oleh epitel yang mengalami diferensiasi
yang tinggi. Lensa terdiri atas 3 bagian yaitu kapsul yang bersifat elastis, epitel yang
3
merupakan asal serabut lensa, dan substansi lensa yang lentur. Lensa berfungsi sebagai alat
media refrakta (alat dioptri). Media refrakta yang lain adalah kornea, cairan aquous dan
badan kaca. Lensa normal memiliki indeks refraksi sebesar 1,4 di bagian sentral dan 1,36 di
bagian tepi. Kekuatan bias lensa sekitar 20 dioptri. Lensa mengandung 65% air dan 35%
rotein serta sejumlah mineral terutama kalium.
Adneksa
Alat tambahan meliputi palpebra, kelenjar air mata, dan saluran nya.
Otot-otot
a.
b.
c.
d.
e.
f.
Lintasan visual merupakan lintasan yang dilalui impuls saraf sejak dari terbentuknya
bayangan di retina sampai terbentuknya kesadaran mengenai adanya obyek yang dilihat.
Lintasan visual mencakup retina, saraf optic, khiasma optikum, traktus optikus, korpus
genikulatum laterale, radiasio optika (traktus genikulokalkarina), korteks visual (area
striata/area 17), dan tingkat kesadaran melihat.
5
hanyalah serabut saraf yang sangat pendek yang berupa sel bipolar yang terletak pada retina
yang menghubungkan fotoreseptor dengan sel ganglioner.
Nervus optikus memiliki panjang kira kira 50 mm dari bola mata hingga khiasma
optikum dan dibagi menjadi empat bagian yaitu bagian intraokular ( disebut sebagai papil
nervus optikus), bagian intraorbita, bagian intraosea, dan bagian intrakranial. Papil N II
( diskus optikus, optic disc, optic nerve head, atau bintik buta) merupakan tempat
berkumpulnya serabut serabut saraf yang berasal dari sel sel ganglioner dari seluruh
permukaan retina. Panjang papil saraf optik adalah 1 mm, dengan diameter 1,5 mm. Bentuk
papil tergantung pada besarnya foramen skleralis posterior. Pada orang miopik, kanalis tadi
besar sehingga papil tadi besar dan datar, dan terdapat cekungan yang lebih dalam. Pada mata
hiperopik kanalis tadi lebih kecil sehingga papil tampak lebih menonjol. Hal ini disebabkan
karena jumlah serabut saraf tiap orang relatif sama, sehingga pada mata miopik lubang yang
dilewati adalah longgar dan pada mata hiperopik lubang yang dilewati lebih sempit sehingga
pada mata hiperopik serabut sarafnya lebih berdesakan dan tampak seperti tergencet oleh
kanalis skleralis dan tampak menonjol.
Nervus optikus intraorbita panjangnya kira kira 20-30 mm, memanjang antara bola
mata sampai foramen optikum, berbentuk huruf S dengan diameter 3-4 mm. Karena
bentuknya seperti huruf S dan panjang, maka bola mata bisa bergerak bebas tanpa
menyebabkan ketegangan nervus optikus. Nervus optikus intraosea adalah nervus optikus
yang berjalan pada kanalis optikus, dan panjangnya kira kira 5 mm. Nervus optikus
intrakranial merupakan bagian nervus optikus setelah keluar dari kanalis optikus ke kavum
kranii sampai khiasma optikum, dan panjangnya kira kira 10 mm. Perlu ditekankan bahwa
pada perjalanannya serabut saraf dalam nervus optikus sampai di korpus genikulatum laterale
terjadi perubahan perubahan letak atau penataan yang rumit.
Kiasma optikum
Ukuran anteroposterior khiasma kira kira 8 mm, dan ukuran kanan kirinya kira kira 12
mm, serta tingginya 4 mm. Khiasma optikum merupakan setengah silang (hemidekuassio)
nervus optikus kanan dan kiri. Pada khiasma ini serabut saraf dari retina temporal tidak
menyilang, sedangkan yang dari nasal mengadakan persilangan. Pada khiasma tidak terjadi
pergantian neuron.
7
Traktus optikus
Kedua traktus optikus mulai dari tepi posterior khiasma, kemudian berjalan divergen,
melingkupi pedunkuli serebri untuk berakhir pada korpus genikulatum laterale.
Korpus genikulatum lateral
Korpus genikulatum lateral merupakan akhir serabut aferen lintasan visual anterior.
Di sini serabut yang menyilang maupun tidak tersusun sebagai lapisan berselang seling. Dari
korpus genikulatum lateral akan terdapat neuron visual akhir yang akan membentuk radiasio
optika (traktus genikulokalkarina) untuk menuju korteks visual primer di fissura kalkarina
Radiasio optika
Radiasio oprika berjalang meyebar dari korpus genikulatum laterale inferior,
melingkupi bagian depan kornu ventrikel lateral, kemudian ke belakang dan berakhir pada
korteks kalkarina atau area striata di lobus oksipital.
Korteks visual
Pada fissura kalkarina lobus oksipital terdapat korteks visual atau area 17. Di sinilah
berakhir impuls dari retina. Funssi korteks visual primer adalah untuk deteksi organisasi
ruang atau pemandangan visual, yaitu deteksi bentuk obyek, kecerahan bagian bagian obyek,
bayangan dan sebagainya. Pada korteks visual terdapat penataan retinotopik, artinya bahwa
titik titik tertentu pada retina mempunyai hubungan yang pasti dengan titik titik tertentu pada
korteks visual primer. Separuh kanan kedua retina berhubungan dengan korteks visual kanan,
dan separuh kiri kedua retina berhubungan dengan korteks visual kiri. Selanjutnya makula
sesuai dengan polus oksipital dan retina perifer sesuai dengan daerah konsentris di depan
polus oksipital. Bagian atas retina sesuai dengan bagian atas korteks visual dan bagian bawah
sesuai dengan bagian bawah korteks visual.
Fossa yang kecil itu, karena fungsinya amat penting, yaijtu untuk ketajaman
penglihatan dan penglihatan detil, maka menempati daerah seluas 35% korteks visual primer.
Pada korteks visual primer terdapat sel sel untuk deteksi cahaya bulat, deteksi garis, orientasi
garis, perubahan orientasi, deteksi panjang garis, dsb. Disamping itu, juga terdapat deteksi
warna. Rangsang dari kedua mata juga disatukan di sini. Di luar area 17 terdapat area 18 dan
area 19. kedua area ini disebut sebagai korteks visual sekunder. Area area ini berfungsi untuk
pemrosesan visual lebih lanjut.
8
Cairan akuos diproduksi oleh badan silier, yaitu pada prosesus siliaris. Humor
aquos berjalan dari Kamera Okuli Posterior ke Kamera Okuli Anterior, kemudian
melewati trabekulum untuk menuju ke kanan Schlemm, kemudian ke kanal kolektor
akhirnya ke sistem vena episklera untuk kembali ke jantung.
Cairan aquous sangat menentukan tekanan bola mata (TIO). TIO normal
adalah 10-20 mmHg, dan TIO ini meningkat pada peningkatan produksi, penurunan
drainase, maupu gabungan keduanya. Kenaikan TIO secara umum disebut sebagai
hipertensi okular yang dapat berakhir sebagai glaukoma.
TIO yang naik terus menerus akan mendesak struktur bagian dalm dinding
bola mata (retina) dan nervus optikus sehingga akan terjadi kerusakan, serta
menimbulkan terjadinya glaukoma. Kalau TIO naik secara mendadak, maka air dalam
KOA akan banyak masuk ke kornea sehingga terjadi edema kornea. Hal ini
mengakibatkan pasien melihat halo (pelangi) yang mengelilingi lampu atau sumber
cahaya lain.
Katarak lentikular termasuk dalam golongan ini katarak yang mengenai korteks
atau nucleus lensa saja
Dalam kategori ini termasuk kekeruhan lensa yang timbul sebagai kejadian
primer atau berhubungan dengan penyakit ibu dan janin local atau umum. Untuk
mengetahui penyebab katarak kongenital diperlukan pemeriksaan riwayat prenatal
infeksi ibu seperti rubella pada kehamilan trimester pertama dan pemakaian obat
selama kehamilan. Kadang-kadang pada ibu hamil terdapat riwayat kejang, tetani,
ikterus, atau hepatosplenomegali. Bila katarak disertai dengan uji reduksi pada urine
yang positif, mungkin katarak ini terjadi akibat galaktosemia. Sering katarak
kongenital ditemukan pada bayi premature dan gangguan sistem saraf seperti retardasi
mental.
Pemeriksaan darah pada katarak kongenital perlu dilakukan karena ada
hubungan katarak kongenital dengan diabete mellitus, kalsium, dan fosfor. Hampir
50% dari katarak kongenital adalah sporadic dan tidak diketahui penyebabnya.
Katarak kongenital prognosisnya kurang memuaskan karena bergantung pada bentuk
katarak. Bila terdapat nistagmus maka keadaan ini menunjukkan hal yang buruk.
Dikenal bentuk-bentuk katarak kongenital yaitu katarak piramidalis atau Polaris
anterior, katarak piramidalis atau Polaris posterior, katarak zonularis atau lamelaris,
katarak pungtata dan lain-lain,
Pada pupil mata bayi yang menderita katarak kongenital akan terlihat bercak
putih atau suatu leukokoria. Pada pemeriksaan leukokoria dilakukan dengan
melebarkan pupil. Pada katarak kongenital total penyilit yang dapat terjadi adalah
macula lutea yang tidak cukup mendapat rangsangan. Macula ini tidak akan
berkembang sempurna walaupun dilakukan ekstraksi katarak maka visus biasanya
tidak akan mencapai 5/5. Hal ini disebut ambliopia sensoris (ambyopia ex anopsia).
Katarak kongenital dapat menimbulkan komplikasi lain berupa nistagmus dan
strabismus
Katarak Juvenil
11
Merupakan katarak yang lembek dan terdapat pada orang muda, yang mulai
terbentuknya pada usia kurang dari 9 tahun dan lebih dari 3 bulan. Katarak juvenile
biasanya merupakan kelanjutan katarak kongenital.
Katarak Senil
Merupakan semua kekeruhan lensa yang terdapat pada usia lanjut, yaitu usia
di atas 50 tahun. Penyebabnya sampai sekarang tidak diketahui secara pasti. Secara
klinik dikenal dalam 4 stadium yaitu:
Katarak Insipien
Kekeruhan mulai dari tepi ekuator berbentuk jeriji menuju korteks anterior dan
posterior (katarak kortikal). Vakuol mulai terlihat di dalam korteks. Katarak
subkapsular posterior, kekeruhan mulai terlihat pada anterior subkapsular posterior,
celah terbentuk antara serat lensa dan korteks berisi jaringan degenerative (benda
Morgagni) pada katarak insipient. Kekeruhan ini dapat menimbulkan poliopia oleh
karena indeks refraksi yang tidak sama pada semua bagian lensa. Bentuk ini kadangkadang menetap untuk waktu yang lama.
Katarak Intumesen
Kekeruhan lensa disertai dengan pembengkakan lensa akibat lensa yang
degeneratif menyerap air. Masuknya air ke dalam celah lensa mengakibatkan lensa
menjadi bengkak dan besar yang mendorong iris sehingga bilik mata menjadi dangkal
disbanding dengan keadaan normal. Pencembungan lensa ini akan dapat memberikan
penyulit glaucoma. Katarak intumesen biasanya terjadi pada katarak yang berjalan
cepat dan mengakibatkan myopia lentikular. Pada keadaan ini dapat terjadi hidrasi
korteks hingga lensa akan mencembung dan daya biasnya akan bertambah, yang
mengakibatkan miopisasi. Pada pemeriksaan slitlamp terlihat vakuol pada lensa
disertai peregangan jarak lamel serat lensa.
Katarak Imatur
Sebagian lensa keruh atau katarak. Katarak yang belum mengenai seluruh
lapis lensa. Pada katarak imatur akan dapat bertambah volume lensa akibat
meningkatnya tekanan osmotic bahan lensa yang degenerative. Pada keadaan lensa
mencembung akan dapat menimbulkan hambatan pupil, sehingga terjadi glaucoma
sekunder.
Katarak Matur
12
Pada katarak matur kekeruhan telah mengenai seluruh masa lensa. Kekeruhan
ini bisa terjadi akibat deposisi ion kalsium yang menyeluruh. Bila katarak imatur atau
intumesen tidak dikeluarkan maka cairan lensa akan keluar, sehingga lensa kembali
pada ukuran yang normal. Akan terjadi kekeruhan seluruh lensa yang bila lama akan
mengakibatkan kalsifikasi lensa. Kedalaman bilik mata depan akan normal kembali,
tidak terdapat bayangan iris pada lensa yang keruh, sehingga uji bayangan iris
negative.
Katarak Hipermatur
Merupakan katarak yang mengalami proses degenerasi lanjut, dapat menjadi
keras atau lembek dan mencair. Masa lensa berdegenerasi keluar dari kapsul lensa
sehingga lensa mengecil, berwarna kuning dan kering. Pada pemeriksaan terlihat bilik
mata dalam dan lipatan kapsul lensa. Kadang-kadang pengkerutan berjalan terus
sehingga hubungan dengan zonula Zinn menjadi kendor. Bila proses katarak berjalan
lanjut disertai dengan kapsul yang tebal maka korteks yang berdegenerasi dan cair
tidak dapat keluar, maka korteks akan memperlihatkan bentuk sebagai sekantung susu
disertai dengan nucleus yang terbenam di dalam korteks lensa karena lebih berat.
Keadaan ini disebut sebagai katarak Morgagni.
Perbedaan Stadium Katarak Senil
Keterangan
Insipien
Imatur
Matur
Kekeruhan
Ringan
Sebagian
Seluruh
Cairan Lensa
Normal
Bertambah (air Normal
masuk)
Iris
Bilik
Mata
Depan
Sudut
Bilik
Mata
Shadow Test
Penyulit
Normal
Normal
Terdorong
Dangkal
Normal
Normal
Hipermatur
Masif
Berkurang (air
dan masa lensa
keluar)
Tremulans
Dalam
Normal
Sempit
Normal
Terbuka
Negatif
-
Positif
Glaucoma
Negatif
-
Pseudopos
Uveitis
glaukoma
Katarak Brunesen
13
14
belum terlibat. Selanjutnya lapangan pandang mulai menyempit. Gejala lain adalah
sulit berjalan.
Glaukoma tensi normal merupakan variasi dari glaukoma sudut terbuka yang ditandai
adanya papil glaukomatosa dan defek lapang pandang akan tetapi TIO kurng 22
mmHg. Faktor resiko kebnayakan diderita oleh individu dengan kelainan
kardiovaskular hal ini dibuktikan dengan sering terjadi migrain, akral dingin,
nocturnal hipotensi, sleep apnea syndrome, abnormalitas sistem hemoreologi dan
syok hipovolemik.
b. Glaukoma sudut tertutup akut
Serangan akut tidak terduga dan biasanya pasien tidak mengeluh ada kelainan mata
sebelumnya. Gejala awal adalah penglihatan turun dengan tajam, ras sakit ringan di
sekitar mata dan adanya halo yaitu terlihat warna pelangi disekitar lampu. Tahap
selanjutnya adalah rasa sakit di mata terutama daerah supraorbita yang meluas sampai
ke belakang. Mual, muntah, bradikardi, visus sangat turun dan timbul kepanikan.
c. Glaukoma sudut tertutup kronis
Sebagian besar tanpa keluhan. Kadang terdapat pegal disekitar mata dan sakit kepala
ringan.
d. Glaukoma kongenital
Terjadi karena saluran pembuangan tidak terbentuk dengan baik atau bahkan tidak
terbentuk sama sekali.
Klasifikasi glaukoma kongenital yaitu :
1. Glaukoma kongenital primer terjadi akibat kelainan pembentukan sudut bilik mata
depan yang tidak berhubungan dengan kelainan sistemik maupun okular. Oleh
karena itu patogenesisnya berkisar pada struktur dari sudut bilik mata depan
misalnya gangguan membran Brakan atau trabekulum.
2. Glaukoma kongenital yang berhubungan dengan kelainan kongenital biasanya
berkembang lambat.
3. Glaukoma kongenital sekunder disebabkan karena kelainan pembentukan di
bagian lain dari bilik depan mata sehingga mengakibatkan gangguan pada sudut
mata depan.
15
Perubahan vitreus meliputi sel, flare, opasitas, dan yang tersering adalah lepasnya
bagian posterior vitreus.
Vaskulitis, merupakan inflamasi pada pembuluh darah retina. Bila terkena vena
disebut periflebitis. Bila terkena arteriola disebut periarteritis. Periflebitis lebih
sering ditemukan daripada periarteritis. Periflebitis aktif ditandai dengan adanya
gambaran seperti bulu berwarna putih yang mengelilingi pembuluh darah.
16
Ada 3 bentuk uveitis posterior, yaitu tipe unifokal yang biasa terjadi pada
toxoplasma uveitis. Tipe multifocal yang biasa terjadi pada histoplasmosis ocular.
Tipe geografis yang biasa terjadi pada retinitis sitomegalovirus.
Melihat suatu tirai yang bergerak menutupi pandangan ke arah tertentu, di mana
hal ini disebabkan caira ablasi yang bergerak ke tempat yang lebih rendah.
Bila terjadi di bagian temporal di mana terletak macula lutea, penglihatan sentral
lenyap. Sedangkan bila di bagian nasal, penglihatan sentral lebih lambat
terganggu.
17
Lambat laun tirai makin turun dan menutupi sama sekali penglihatan (karena
ablasi retina total), sehingga hanya dapat melihat persepsi cahaya.
8. Sebutkan gejala dan tanda ulkus kornea yang disebabkan oleh jamur
dan bakteri!
Ulkus Kornea Bakterial
Ada 2 jenis yaitu:
Ulkus Sentral
Etiologi: Staphylococcus aureus, streptokokus, pneumokokus, pseudomonas, dan
moraxella
Apabila disebabkan oleh pneumokokus, maka ulkusnya tampak menggaung
(berbatas tegas berwarna abu-abu) disertai hipopion (adanya pus pada kamera okuli
anterior). Apabila penyebabnya pseudomonas, nekrosis cepat terjadi karena bakeri ini
menghasilkan enzim proteolitik, dengan eksudat mukopurulen berwarna hijau
kebiruan (patognemonik) disertai nyeri hebat.
Ulkus Marginal
Biasanya karena stafilokokus, ada kemungkinan karena reaksi hipersensitivitas
antara antigen produk bakteri dengan antibodi dari vasa limbal. Pada pemeriksaan
kerokan kornea tidak ditemukan bakteri penyebabnya.
Ulkus Kornea Jamur
Diagnosis ulkus kornea karena jamur lebih banyak sebagai diagnosis ex
juvantibus, didukung oleh proses progesivitas yang lambat, serta adanya riwayat
trauma tumbuh-tumbuhan.
Prinsip penanganan pada ulkus kornea adalah :
Berdasarkan hasil kultur, pengobatan harus dimulai secepatnya dan terapi brad sektrum
(kombinasi antibiotik fortified (aminoglikosida dan cefalosporin) dan fluoroquinolon)
Alergi
-
pikornavirus,
molluscum
kontagiosum
Rasa Gatal
Hyperemia
Lakrimasi
Eksudasi
Minimal
Generalisata
Banyak
Minimal
epidermidis,
stap.
Aureus
dan
strep.
Pneumoniae,
Neiseria
gonnrrhoeae
Minimal
Generalisata
Sedang
Banyak
(mukopurulen)
Tak lazim
Bacteria, PMN
Kadang-kadang
trachomatis
serotipe D-K
Minimal
Generalisata
Sedang
Banyak
Berat
Generalisata
Sedang
Minimal
Konjungtivitis
Akut
Iritis Akut
Glaucoma
Akut
Insidensi
Sekret
Sangat sering
Sedang sampai
banyak sekali
Tidak ada efek
pada
penglihatan
Tidak ada
Sering
Tidak ada
Jarang
Tidak ada
Sedikit kabur
Sangat kabur
Sedang
Berat
Ketajaman
Penglihatan
Nyeri
Trauma atau
Infeksi
Kornea
Sering
Encer
atau
purulen
Biasanya kabur
Injeksi
Konjungtiva
Kornea
Ukuran Pupil
Normal
Kecil
Respon
Cahaya Pupil
Tekanan
Intraokular
Sediaan Apus
Normal
Buruk
Sedang sampai
berat
Terutama
Terutama
sirkumkorneal sirkumkorneal
Berkabut
Perubahan
kejernihan
sesuai dengan
penyebabnya
Dilatasi sedang Normal
atau
dan terfiksasi
kecil
Tidak ada
Normal
Normal
Normal
Meningkat
Organisme
Tidak
19
ada Tidak
Normal
ada Organisme
penyebab
organisme
organisme
hanya
ditemukan
pada
ulkus
kornea akibat
infeksi
Melebarkan pupil
b. Pantocain
-
c. Timolol
-
d. Pylocarpin
-
e. Asetazolamid
-
f. Manitol
-
Mengatur tekanan bola mata dengan mengatur tekanan osmotik cairan mata.
g. Gentamicin
Efektif untuk bakteri kokus gram positif, gram negative basil, dan pseudomonas.
h. Chloramphenicol
Efektif untuk kuman gram negative dan positif, klamidia, dan riketsia.
20
i. Efrisel (tetes)
-
j. Atropine (tetes)
-
Melebarkan pupil
Untuk myopia ringan-sedang, diberikan koreksi penuh yang harus dipakai terus
menerus baik untuk penglihatan jauh maupun dekat. Untuk orang dewasa, di mana
kekuatan miopianya kira-kira sama dengan derajat presbiopianya mungkin dapat
membaca dengan menanggalkan kacamatanya.
Pada orang muda dijaga agar miopia nya tidak bertambah, maka harus dijaga
kesehatan umum dan mataya
Kacamata harus selalu digunakan, penerangan lampu harus baik dari atas dan
belakang.
tindakan
membuang
seluruh
isi
bola
mata
dengan
tetap
endotel vaskular. Perubahan vaskular yang spesifik adalah hilangnya sel pricyte dan
penebalan membran basalis sehingga lumen kapiler enyempit dan terjadi ganggan
fungsi sawar endotel.
Retinopati diabetik dapat digolongkan ke dalam retinopati nonproliferatif,
makulopati, dan retinopati proliferatif.
Retinopati Diabetika Non Proliferatif
Retinopati
nonproliferatif
ringan
ditandai
oleh
sedikitnya
satu
Makulopati
Makulopati diabeteik bermanifestasi sebagai penebalan atau edema retina
setempat atau difus, yang terutama di sebabkan oleh kerusakan sawar darah-retina
pada tingkat endotel kapiler retina, yang menyebabkan terjadinya kebocoran cairan
dan konstituen plasma ke retina sekitarnya, makulopati lebih sering dijumpai pada
pasien diabetes tipe II dan memerlukan penanganan segera setelah kelainannya
bermakna secara klibnis, yang ditandai oleh penebalan retina sembarang pada jarak
0500 mikron dari fovea, eksudat keras pada jarak 500 mikron dari fovea yang
berkaitan dengan penebalan retina atau penebalan retina yang ukurannya melebihi
satu diameter discus dan terletak pada jarak satu diameter discus dari fovea.
24
Makulopati juga bisa terjadi karena iskemia, yang ditandai oleh edema
macula, perdarahan dalam, dan sedikit eksudasi. Angiografi fluoresein menunjukkan
hilangnya kapiler kapiler retina disertai pembesaran zona avaskular fovea.
25
Tipe 2
Fundus hipertensi dengan atau tanpa retinopati sklerose senile, terdapat pada
orang tua
Funduskopi: pembuluh darah tampak mengalami penyempitan, pelebaran dan
sheating setempat. Perdarahan retina ada atau tidak ada. Tidak ada edema papil.
Moderate Hypertensive Retinopathy. AV nicking (panah putih) dan cotton wool spot
(panah hitam) (A). Perdarahan retina (panah hitam) dan gambaran cotton wool spot
(panah putih) (B).
Tipe 3
Fundus dengan retinopati hipertensi dengan arteriosklerosis, terdapat pada
orang muda.
Funduskopi: penyempitan arteri, kelokan bertambah, fenomena crossing,
perdarahan multiple, cotton wool patches, macula star figures
Multipel cotton wool spot (panah putih) dan perdarahan retina (panah hitam) dan
papiledema.
Tipe 4
Funduskopi: edema papil, cotton wool patches, hard eksudat, dan star figure
exudates yang nyata. Pada hipertensi yang progresif.
27
Injeksi Konjungtiva
Melebarnya pembuluh darah arteri konjungtiva posterior atau injeksi
konjungtiva ini dapat terjadi akibat pengaruh mekanis, alergi atupun infeksi pada
jaringan konjungtiva.
Injeksi konjungtiva mempunyai sifat :
Mudah digerakkan dari dasarnya. Hal ini disebabkan arteri konjungtiva
posterior melekat secara longgar pada konjungtiva bulbi yang mudah dilepas
dari dasarnya sklera.
Pada radang konjungtiva pembuluh darah ini terutama didapatkan daerah
fornix
Ukuran pembuluh darah makin besar ke bagian perifer, karena asalnya dari
bagian perifer atau arteri siliar anterior
Berwarna pembuluh darah merah yang segar
Dengan tetes adrenalin 1:1000 injeksi akan lenyap sementara
Gatal
Pupil ukuran normal dengan reakasi normal
kornea,
radang
jaringan
uvea,
glaukoma,
endoftalmitis
maupun
panoftalmitis.
Injeksi siliar/ perikorneal mempunyai sifat :
Berwarna merah ungu dibanding dengan pelebaran pembuluh darah
konjungtiva.
Pembuluh darah tidak tampak
Tidak ikut serta dengan pergerakan konjungtiva bila digerakkan, karena
menempel erat dengan jaringan perikornea
28
Ukuran sangat halus terletak disekitar kornea, paling padat sekitar kornea, dan
berkurang ke arah fornix
Pebuluh darah perikornea tidak menciut bila diberi epinefrin atau adrenalin
1:1000
Hanya lakrimasi
Fotofobia
Sakit tekan yang dalam sekitar kornea
Pupil iregular kecil (iritis) dan lebar (glaukoma)
Perbedaaan injeksi konjungtiva dengan injeksi perikorneal
Asal
Memperdarahi
Lokalisasi
Warna
Arah aliran/lebar
Konjungtiva digerakkan
Dengan epinefrin 1:1000
Penyakit
Sekret
Penglihatan
Injeksi konjungtiva
a.konjungtiva posterior
Konjungtiva bulbi
Konjungtiva
Merah
Ke perifer
Ikut bergerak
Menciut
Konjungtiva
+
Normal
29