Anda di halaman 1dari 21

SKENARIO 5

Kepala Puskesmas melakukan evaluasi laporan data insidens penyakit terbanyak di


wilayah kerjanya selama 3 bulan pertama di tahun 2014. Didapatkan Data 5 penyakit
terbanyak di Puskesmas X tahun 2013 sebagai berikut :

Dari data yang ada Kepala puskesmas melihat adanya peningkatan insidens salah satu
penyakit selama 3 bulan berturut-turut sehingga perlu dilakukan uaya penanggulangan
terhadap kejadian tersebut.

1 SKENARIO 5

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menurut Depkes, 2000, Kejadian Luar Biasa adalah timbulnya atau
meningkatnya kejadian kesakitan atau kematian yang bermakna secara epidemiologis
dalam kurun waktu dan daerah tertentu Suatu penyakit atau keracunan dapat
dikatakan KLB apabila memenuhi kriteria sebagai berikut :
1. Timbulnya suatu penyakit/penyakit menular yang sebelumnya tidak
ada/tidak dikenal.
2. Peningkatan kejadian penyakit/kematian terus-menerus selama 3 kurun
waktu berturut-turut menurut jenis penyakitnya (jam, hari, minggu, bulan,
tahun).
3. Peningkatan kejadian penyakit/kematian, dua kali atau lebih dibandingkan
dengan periode sebelumnya (hari, minggu, bulan, tahun).
4. Jumlah penderita baru dalam satu bulan menunjukkan kenaikan dua kali
lipat atau lebih bila dibandingkan dengan angka rata-rata perbulan dalam
tahun sebelumnya.
5. Angka rata-rata per bulan selama satu tahun menunjukkan kenaikan dua
kali lipat atau lebih dibandingkan dengan angka rata-rata per bulan dari
tahun sebelumnya.
6. Case Fatality Rate (CFR) dari suatu penyakit dalam suatu kurun waktu
tertentu menunjukkan kenaikan 50% atau lebih dibanding dengan CFR
dari periode sebelumnya.
7. Propotional rate (PR) penderita baru dari suatu periode tertentu
menunjukkan kenaikan dua kali atau lebih dibanding periode yang sama
dan kurun waktu atau tahun sebelumnya.\
8. Beberapa penyakit khusus : kolera, DHF/DSS
Setiap peningkatan kasus dari periode sebelumnya (pada daerah
endemis).Terdapat satu atau lebih penderita baru dimana pada periode 4
minggu sebelumnya daerah tersebut dinyatakan bebas dari penyakit yang
bersangkutan.
9. Beberapa penyakit yang dialami 1 atau lebih penderita :
a. Keracunan makanan
2 SKENARIO 5

b. Keracunan pestisida
Tetanus Neonatorum (TN) disebabkan oleh basil Clostridium tetani, yang
masuk ke tubuh melalui luka.Penyakit ini menginfeksi bayi baru lahir yang salah
satunya disebabkan oleh pemotongan tali pusat dengan alat yang tidak steril.Kasus
TN banyak ditemukan di negara berkembang khususnya dengan cakupan persalinan
oleh tenaga kesehatan yang rendah.Pada tahun 2011, dilaporkan terdapat 114 kasus
TN dengan jumlah meninggal 69 kasus. Dengan demikian, Case Fatality Rate (CFR)
Tetanus Neonatorum pada tahun 2011 sebesar 60,5%. Pada tahun 2011, kasus TN
tersebut terjadi di 15 provinsi dengan 13 provinsi melaporkan adanya kasus
meninggal.Gambaran kasus menurut faktor risiko status imunisasi menunjukkkan
bahwa sebagian kasus terjadi pada kelompok yang tidak diimunisasi yaitu 67 kasus
(59%).Menurut faktor risiko penolong persalinan, 77 kasus (68%) ditolong oleh
penolong persalinan tradisional, misalnya dukun. Distribusi kasus menurut cara
perawatan tali pusat, sebagian kasus dilakukan perawatan tali pusat tradisional yaitu
57 kasus (50%).
Dari 5 data penyakit insidens penyakit terbanyak di Puskesmas X tahun 2013
yaitu DBD,thypoid fever, diare, tetanus nenatorum, ISPA yang termasuk dalam
kriteria KLB adalah penyakit Tetanus Neonatorum. Penyakit neonatorum dipilih
karena Tetanus Neonatorum mengalami peningkatan kejadian penyakit/kematian, dua
kali atau lebih dibandingkan dengan periode sebelumnya (hari, minggu, bulan, tahun).

B. Rumusan Masalah
Bagaimana cara dalam penanggulangan Teatanus Neonatorum?

3 SKENARIO 5

C. Tujuan
Umum
1. Untuk mengetahui cara dalam penanggulangan Tetanus Neonatorum.

Khusus
1. Untuk mengetahui cara pencegahan dari Tetanus Neonatorum
a. Pencemaran linkungan
b. Alat pemotong tali pusat
c. Cara perawatan tali pusat
d. Kebersihan tempat
e. Kekebalan ibu hamil
2. Untuk mengetahui pengobatan dari tetanus

4 SKENARIO 5

BAB II
ANALISIS KASUS

A. Analisis Secara Epidemiologi


a. Angka Kematian
Menurut WHO pada tahun 2010, sebanyak 536.000 perempuan meninggal
akibat persalinan.Sebanyak 99% kematian ibu akibat masalah persalinan atau
kelahiran terjadi di negara-negara berkembang.Rasio kematian ibu di negara-negara
berkembang merupakan tertinggi dengan 450/100.000 kelahiran hidup jika
dibandingkan dengan rasio kematian ibu di 9 negara maju dan 51 negara
persemakmuran.Menurut WHO Angka Kematian Ibu (AKI) ditahun 2011, 81 %
diakibatkan karena komplikasi selama kehamilan, persalinan, dan nifas.Bahkan
sebagian besar dari kematian ibu disebabkan karena perdarahan, infeksi dan
preeklamsia. Sedangkan di Indonesia menurut Survey Demografi dan Kesehatan
Indonesia ( SDKI) 2012 hasilnya sangat mencengangkan,Angka Kematian Ibu (AKI)
melonjak draktis dari 228/100.000 kelahiran hidup tahun 2007 menjadi 359/100.000
kelahiran hidup , sedang Angka Kematian Bayi (AKB) hanya turun sedikit, dari
34/1000 kelahiran hidup (th 2007) menjadi 32 /1000 kelahiran hidup.
Dalam literatur demografi, AKI merupakan indikator yang menunjukkan
banyaknya kematian perempuan pada saat hamil atau selama 42 hari sejak terminasi
kehamilan tanpa memandang lama dan tempat persalinan yang disebabkan karena
kehamilannya atau pengelolaannya, dan bukan karena sebab-sebab lain, per 100.000
kelahiran hidup (BKKBN, 2011).

5 SKENARIO 5

Penyakit menular yang potensial menimbulkan wabah di Indonesia


dicantumkan Permenkes 560/MENKES/PER/VIII/1989 tentang Penyakit potensial
wabah yaitu: Kholera, Pertusis,Pes,Rabies,Demam Kuning,Malaria,Demam Bolakbalik,Influenza,Tifus Bercak wabah,Hepatitis,DBD,Tifus perut,Campak,Meningitis,
Polio, Ensefalitis,Difteri,Antraks.
Penyakit Diare merupakan penyakit endemis di Indonesia dan juga merupakan
penyakit potensial KLB yang sering disertai dengan kematian. Laporan Riskesdas
tahun 2007 menunjukkan bahwa penyakit Diare merupakan penyebab kematian
nomor 77 satu pada bayi (31,4%) dan pada balita (25,2%), sedangkan pada golongan
semua umur merupakan penyebab kematian yang ke empat (13,2%). Selain sebagai
penyebab kematian, angka kesakitan penyakit Diare juga masih cukup tinggi
walaupun pada tahun 2010 mengalami sedikit penurunan yaitu dari 423 per 1.000
penduduk pada tahun 2006 turun menjadi 411 per 1.000 penduduk pada tahun 2010.
Kejadian Luar Biasa (KLB) Diare masih sering terjadi terutama di daerah
yang pengendalian faktor risikonya masih rendah. Dari tahun ke tahun kejadian KLB
Diare sangat bervariasi, tetapi pada Tahun 2011 KLB Diare berhasil turun dengan
signifikan. Pada tahun 2010 terjadi KLB Diare di 26 lokasi yang tersebar di 11
provinsi dan pada tahun 2011 terjadi KLB di 19 lokasi yang tersebar di 15 provinsi.
Berikut ini disajikan gambaran distribusi provinsi dengan KLB Diare pada tahun
2011.

6 SKENARIO 5

Sumber: Ditjen PP&PL, Kemenkes RI, 2012


Pada gambar di atas terlihat adanya peningkatan CFR yang cukup signifikan
pada tahun 2007-2008, dari 1,79% menjadi 2,94%. Angka ini terus menurun
menjadi78 0,4% pada tahun 2011. Penurunan ini dapat disebabkan oleh adanya
perbaikan penatalaksanaan kasus Diare. Pada tahun 2010 dan 2011 terdapat 7 provinsi
yang setiap tahun mengalami KLB Diare yaitu Jawa Barat, Riau, Sulawesi Tengah,
Aceh, Banten, Jawa Tengah dan Jawa Timur. Target CFR saat KLB Diare diharapkan
< 1%.
Pada tahun 2010 CFR tertinggi terjadi di Kab. Paniai Provinsi Papua yaitu
21,62% dan pada tahun 2011 CFR tertinggi terjadi di Provinsi Gorontalo yaitu 7.69%.
Hal ini terjadi pada umumnya karena penderita terlambat memperoleh pertolongan,
yang antara lain akibat letak geografis yang sulit dan biasanya jauh dari sarana
pelayanan kesehatan. Dari 15 provinsi yang terkena KLB diare tahun 2011, jumlah
tertinggi penderita terjadi di Kepulauan Riau yang menyerang 1.426 orang.
Sedangkan di Provinsi Jawa Barat, Banten, dan Sulawesi Barat KLB diare menyerang
lebih dari 200 jiwa.
7 SKENARIO 5

Demam berdarah adalah penyakit demam akut yang disebabkan oleh virus
dengue, yang masuk ke peredaran darah manusia melalui gigitan nyamuk dari genus
Aedes, misalnya Aedes aegypti atau Aedes albopictus.Aedes aegypti adalah vektor
yang paling banyak ditemukan menyebabkan penyakit ini.Nyamuk dapat membawa
virus dengue setelah menghisap darah orang yang telah terinfeksi virus
tersebut.Sesudah masa inkubasi virus di dalam nyamuk selama 8-10 hari, nyamuk
yang terinfeksi dapat mentransmisikan virus dengue tersebut ke manusia sehat yang
digigitnya.
Pada tahun 2011, jumlah penderita DBD yang dilaporkan sebanyak 65.725
kasus dengan jumlah kematian 597 orang (IR= 27,67 per 100.000 penduduk dan
CFR=0,91%). Angka insidens (IR) tertinggi terdapat di Provinsi Bali, yaitu 86,33
kasus per 100.000 penduduk dan terendah di Provinsi Papua Barat dan Papua yang
melaporkan tidak adanya kasus DBD. Sedangkan angka kematian (CFR) tertinggi
adalah Provinsi Sulawesi Barat sebesar 2,44 %, dan angka kematian terendah DKI
Jakarta (CFR=0,05%). Selama tahun 2011 terdapat 13 kabupaten/kota dari 7 provinsi
yang melaporkan terjadinya KLB DBD yaitu Kab. Labuhan Batu (Sumatera Utara),
Kab. Limapuluhkota (Sumatera Barat), Kab. Karimun (Kepulauan Riau), Kab. Rokan
Hilir (Riau), Kab. Kuantan Sengigi (Riau) dan Kab. Bengkalis (Riau), Kota Jambi
(Jambi), Kab.Batanghari (Jambi), Kab. Muaro Jambi (Jambi), Kab. Tanjung Jabung
Timur (Jambi), Kab. Lampung Utara (Lampung), Kab. Maluku Tenggara (Maluku).

8 SKENARIO 5

Pada tahun 2011 terdapat 5 provinsi yang memiliki Angka Kematian (CFR) akibat
DBD tinggi (> 2%) yaitu Provinsi Riau, Jambi, Gorontalo, Sulawesi Barat dan Nusa
Tenggara Timur. Hal ini menunjukkan bahwa masih perlu upaya peningkatan kualitas
pelayanan kesehatan, manajemen tata laksana penderita di sarana-sarana pelayanan
kesehatan, peningkatan kualitas dan kuantitas SDM kesehatan di rumah sakit dan
puskesmas (dokter, perawat dan lain-lain) termasuk peningkatan sarana- sarana
penunjang diagnostik dan penatalaksanaan bagi penderita di sarana-sarana pelayanan
kesehatan
a. Epidemiologi Tetanus Neonatorum
Tetanus neonatorum menyerang seluruh dunia dengan angka kesakitan dan
kematian yang masih tinggi terutama di negara berkembang. Di indonesia, angka
insiden tetanus di daerah perkotaan sekitar 6-7/1000 kelahiran hidup, sedangkan di
pedesaan angkanya lebih tinggi sekitar 2-3 kalinya yaitu 11-23/1000 kelahiran hidup
dengan jumlah kematian kira-kira 60.000 bayi setiap tahunnya. Alasan yang paling
mungkin adalah karena adanya perbedaan kemudahan menjangkau fasilitas pelayanan
kesehatan, tingkat pengetahuan, dan kesadaran masyarakat untuk cepat merujuk anak
ke puskesmas, serta kesulitan geografis antara perkotaan dan pedesaan.
Menurut SKRT 1995, angka kematian bayi (AKB) di indonesia masih cukup tinggi
yaitu 58/1000 kelahiran hidup. Tetanus menyumbang 50% kematian bayi baru lahir
dan sekitar 20% kematian bayi, serta menempati urutan ke-5 penyakit penyebab
kematian bayi di Indonesia.
Sedangkan pada tahun 2010, menurut SKDI 2010 AKB indonesia telah menurun
menjadi 32/1000 kelahiran hidup, namun tetanus neonatorum masih merupakan
penyebab utama kematian bayi. Karena kontribusinya yang besar pada AKB, maka
penyakit ini masih merupakan masalah besar bagi dunia kesehatan.8
Pada tahun 2008 WHO Memperkirakan 59.000 bayi baru lahir meninggal akibat
tetanus neonatorum, terdapat penurunan 92% dari situasi pada akhir 1980 an dan awal
1990 an. WHO dan UNICEF mengajak seluruh negara anggotanya untuk
mengeliminasi tetanus neonatorum sejak tahun 2000 namun pada tahun 2008 masih
9 SKENARIO 5

terdapat 46 negara yang masih belum eliminasi tetanus neonatorum di seluruh


kabupaten, salah satunya adalah indonesia. Eliminasi tetanus tercapai bila kasus
tetanus neonatorum di tiap kabupaten atau kota adalah <1/1000 bayi lahir hidup.
Tetanus neonatorum adalah suatu bentuk klinis tetanus infeksius yang berat dan
terjadi selama beberapa hari pertama setelah lahir, disebabkan oleh faktor-faktor
seperti tindakan perawatan sisa tali pusat yang tidak higienis atau kekurangan
imunisasi maternal.
Definisi tetanus sendiri adalah gangguan neurologis akut yang ditandai dengan
meningkatnya tonus otot dan spasme, yang disebabkan oleh tetanospasmin, suatu
toksin protein yang kuat yang dihasilkan oleh Clostridium tetani. Tetanus memiliki 4
bentuk klinis yaitu tetanus generalized, tetanus localized, tetanus cephalic dan tetanus
neonatorum.
Pada referensi lain diterangkan bahwa tetanus adalah penyakit dengan tanda utama
kekakuan otot (spasme) tanpa disertai gangguan kesadaran yang disebabkan oleh
kuman Clostridium tetani. Sedangkan definisi neonatus adalah bayi baru lahir yang
berusia di bawah 28 hari.

A. Kedokteran Keluarga
Peran dokter dalam menangani kasus adalah dengan melakukan pemeriksaan
Antenatal Care (ANC). Pemeriksaan Antenatal Care (ANC) adalah pemeriksaan
kehamilan untuk mengoptimalkan kesehatan mental dan fisik ibu hamil, sehingga
mampu menghadapi persalinan, kala nifas, persiapan pemberiaan ASI dan kembalinya
kesehatan reproduksi secara wajar (Manuaba, 1998). Pemeriksaan kehamilan
merupakan pemeriksaan ibu hamil baik fisik dan mental serta menyelamatkan ibu dan
anak dalam kehamilan, persalinan dan masa nifas, sehingga keadaan ibu hamil post
partum (Masa sesudah melahirkan) sehat dan normal, tidak hanya fisik tetapi juga
mental (Prawiroharjo, 2005). Kunjungan Antenatal Care (ANC) adalah kunjungan ibu
hamil ke bidan atau dokter sedini mungkin semenjak ia merasa dirinya hamil untuk
mendapatkan pelayanan atau asuhan antenatal.
10 SKENARIO 5

Tujuan Antenatal Care antara lain:


1.

Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan


tumbuh kembang janin.

2.

Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, maternal dan


sosial ibu dan bayi.

3.

Mengenal secara dini adanya komplikasi yang mungkin terjadi selama


hamil, termasuk riwayat

penyakit secara umum, kebidanan dan

pembedahan.
4.

Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat ibu


maupun bayinya dengan trauma seminimal mungkin.

5.

Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan pemberian ASI
Eksklusif.

6.

Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi


agar dapat tumbuh kembang secara normal.

7.

Menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu dan perinatal.

B. Asupan Gizi Ibu Hamil


Berikut ini makanan yang harus disantap ibu saat mengandung.
1. Sayuran Hijau
Sayuran berdaun hijau tua seperti bayam dan kangkung adalah sumber zat
besi, serat, folat dan vitamin C. Kehamilan membuat ibu hamil kurang zat
besi. Asupan sayur bayam akan membantu ibu mengatasi kekurangan zat
besi.
Di sisi lain, serat membantu ibu mencegah sembelit sementara vitamin C
membantu penyerapan zat besi untuk ibu hamil. Sedangkan folat diperlukan
untuk tumbuh kembang bayi di dalam rahim.

11 SKENARIO 5

2. Nasi Merah
Nasi merah kaya akan serat, zat besi dan vitamin B. Di samping itu nasi
merah juga rendah indeks glikemik dan membantu ibu hamil merasa
kenyang lebih lama. Kelompok vitamin B diperlukan untuk kesehatan sistem
saraf dan produksi sel-sel darah merah. Saat hamil, volume darah meningkat
40-40 persen.
3. Stroberi
Buah beri yang satu ini sering dijuluki makanan super karena mengandung
antioksidan, folat, serat dan vitamin C. Antioksidan yang dikonsumsi
sebelum dan selama kehamilan bermanfaat membantu melindungi bayi dari
risiko diabetes tipe 2 atau obesitas.
Ada juga kaitan antara antioksidan dan penurunan risiko preeklamsia,
tekanan darah tinggi serius yang terjadi saat hamil. Memang masih
dibutuhkan banyak studi untuk mendukung penelitian ini. Tetapi tak ada
salahnya bagi ibu hamil untuk makan buah stroberi yang enak dan segar itu.
4. Minyak Ikan
Penting bagi ibu untuk memastikan mendapat asupan dua porsi ikan yang
kaya akan asam lemak omega tiga. Asam lemak ini diperlukan untuk
perkembangan mata dan sistem saraf bayi. Sumber asam lemak omega tiga
ada

pada

ikan

salmon.

Kalau

mahal,

pilihlah

ikan

kembung.

Namun British Nutrition Foundation mengingatkan wanita hamil sebaiknya


tidak berlebihan makan ikan karena dikhawatirkan mengandung polutan
yang berbahaya buat bayi.
5. Pisang
Buah ini mengandung potassium yang diperlukan untuk mengatasi
penahanan cairan yang bikin kaki jadi bengkak dan kram saat hamil. Pisang
juga mengandung serat dan gula yang dirilis perlahan sehingga membuat ibu
kenyang lebih lama. Seratnya bagus untuk mencegah sembelit. Jadikan
pisang sebagai camilan menyehatkan buat ibu hamil.

12 SKENARIO 5

6. Daging Merah
Daging merah tanpa lemak merupakan sumber zat besi yang diperlukan saat
kehamilan agar ibu tidak terkena anemia. Daging juga merupakan sumber
protein.
Hindari mengonsumsi hati saat hamil karna mengandung retinol yang tinggi.
Retinol adalah bentuk vitamin A yang bisa berbahaya untuk calon bayi.
7. Kiwi
Kiwi adalah buah dengan kandungan vitamin C lebih tinggi dari buah jeruk.
Buah kiwi juga kaya akan antioksidan dan folat. Keduanya diperlukan untuk
perkembangan bayi.
8. Ubi
Umbi yang satu ini enak disantap hanya dengan dibakar atau direbus. Ubi
kaya akan antioksidan, vitamin B, C dan serat. Selain itu, ubi juga sumber
karbohidrat yang sehat sehingga ibu jadi kenyang lebih lama. Kandungan
seratnya diperlukan untuk mencegah sembelit.

b. Kausa dan Alternatif Kausa


Penyebab dari Tetanus Neonatorum :
1. Factor alat pemotong tali pusat
2. Cara perawatan tali pusat
3. Factor kebersihan tingkat pelayanan persalinan
4. Resiko pencemaran lingkungan
5. Factor kekebalan ibu hamil

13 SKENARIO 5

c. Alternatif Penyelesaian Masalah dan Prioritas PemecahanMasalah yang Dipilih

Pencegahan Tetanus Neonatorum


Pencegahan terjadinya tetanus neonatorum pada bayi yang akan dilahirkan
meliputi hal-hal berikut ini :
1. Proses persalinan yang steril yang didukung tenaga medis dan peralatan
medis yang mendukung
2. Perawatan tali pusat yang benar, jangan membungkus tali pusat atau
mengoleskan cairan atau bahan apapun ke dalam tali pusat. Mengoleskan
alkohol atau povidon iodine diperkenankan tetapi tidak dikompreskan
karena menyebabkan tali pusat lembab.
3. Perawatan luka, dilakukan dengan pemberian hidrogen peroksida untuk
oksigenasi luka di jaringan tubuh.
4. Pendidikan dan pengarahan tentang pentingnya persalinan yang steril dan
sosialisasi vaksinasi tetanus pada ibu hamil khususnya yang belum
mendapat vaksinasi atau dengan riwayat vaksinasi yang belum jelas.
5. Imunisasi pada ibu hamil merupakan fokus primer dalam pencegahan
tetanus neonatorum
Pemberian vaksin tetanus toksoid dilakukan untuk profilaksis jika riwayat
vaksin tidak diketahui atau kurang dari 3 kali imunisasi TT.
Imunisasi tetanus pada wanita masa subur (12 atau 15 tahun sampai 45 tahun)
atau sedang mengandung merupakan cara pencegahan tetanus neonatorum yang
paling mudah dan efektif. Melalui imunisasi tetanus lengkap, proteksi terhadap infeksi
tetanus mencapai lebih dari 90%. Dimana imunisasi dikatakan lengkap apabila Wanita
usia subur (WUS) sudah mendapatkan suntikan toksoid sebanyak 5 kali sebelum ia
hamil, yang akan memberikan perlindungan terhadap tetanus selama 25 tahun atau
dapat dikatakan semua bayi yang akan dilahirkan terlindungi dari tetanus neonatorum.

14 SKENARIO 5

Wanita tanpa adanya riwayat imunisasi tetanus harus diberikan minimal dua
dosis tetanus toxoid (TT) atau difteri tetanus toxoid (Td) atau DPT (difteri pertusis
tetanus) dengan jarak antar dosis minimal 4 minggu. Dosis ke 3 diberikan 6-12 bulan
kemudian, dosis ke 4 satu tahun sesudah pemberian dosis ke 3, dan dosis ke 5, 1 tahun
setelah pemberian dosis ke 4.
Pada wanita hamil dengan riwayat imunisasi telah memperoleh 3-4 dosis
TT/Td/DPT pada masa anak-anak, cukup diberikan 2 dosis vaksin , pertama
secepatnya dan disusuli oleh dosis ke 2 maksimal 3 minggu sebelum melahirkan.
Wanita yang sudah mendapat 2 dosis vaksin pada kehamilan sebelumnya harus
diberikan dosis ke 3 pada kehamilan berikutnya.Dosis ke 3 ini dapat memberikan
perlindungan hingga 5 tahun.
Menurut rekomendasi WHO, cara merawat tali pusat yaitu cukup
membersihkan pangkal tali pusat menggunakan air dan sabun, lalu kering anginkan
hingga benar-benar kering.
Kecepatan cara penanggulangan
Pada tetanus neonatorum perjalanan penyakit lebih cepat dan berat, anamnesis
lebih spesifik yaitu :
1.

Tubuh bayi tiba-tiba panas

2.

Bayi yang semula dapat menetek menjadi sulit menetek (trismus) karena
kejang otot rahang dan tenggorok

3.

Mulut bayi mencucu seperti mulut ikan (gejala yang khas)

4.

Kejang terutama apabila terkena rangsangan cahaya, suara dan sentuhan

5.

Kadang-kadang disertai sesak nafas dan wajah bayi membiru

6.

Kaku kuduk sampai opistotonus (kepala mendongak keatas)

7.

Dinding abdomen kaku, mengeras dan kadang-kadang terjadi kejang

8.

Suhu tubuh bayi meningkat

9.

Dahi berkerut, alis mata terangkat, sudut mulut tertarik kebawah, muka
rhisus sardonikus

10.

Ekstermitas biasanya terulur dan kaku

15 SKENARIO 5

11.

Tiba-tiba bayi sensitif terhadap rangsangan, gelisah dan kadang-kadang


menangis

Sedangkan Penanggulangan pada bayi dengan Tetanus Neonatorum adalah :


1.

Mengatasi kejang dengan memberikan suntikan anti kejang.

2.

Menjaga jalan nafas tetap bebas dengan membersihkan jalan nafas dan
pakaian bayi dikendorkan/dibuka. Pemasangan spatel lidah atau sendok yang
dibungkus kain ke dalam mulut bayi agar lidah tidak tergigit dan untuk
mencegah agar lidah tidak jatuh kebelakang menutupi saluran pernafasan.

3.

Mencari tempat masuknya spora tetanus, umumnya di tali pusat atau telinga.

4.

Mengobati penyebab tetanus dengan anti tetanus serum (ATS) dan


antibiotik.

5.

Perawatan yang adekuat, kebutuhan oksigen, makanan, keseimbangan cairan


dan elektrolit.

6.

Bayi ditempatkan di kamar/ruangan yang tenang dengan sedikit sinar,


mengingat bayi sangat peka terhadap suara atau cahaya yang dapat
merangsang kejang.

7.

Bila tidak dalam keadaan kejang berikan ASI sedikit demi sedikit dengan
menggunakan sendok (kalau bayi tidak menyusu).

8.

Perawatan tali pusat dengan teknik aseptik dan anti septik.

9.

Rujuk ke rumah sakit.

16 SKENARIO 5

BAB III
RENCANA PROGRAM

A. Promotif
1. Tenaga Kesehatan
Pada kasus ini ditemukan penyakit yang berpotensi KLB, yaitu Tetanus
Neonatorum, karena insiden penyakit ini meningkat dua kali lipat dalam 3 kurun
waktu. Penyakit ini disebabkan oleh karena cemaran bakteri Clostridium tetani pada
alat bantu persalinan. Cemaran bakteri ini bisa saja disebabkan karena kebersihan alat
bantu persalinan yang kurang atau tidak melakukan prosedur pemotongan tali pusar
dengan baik. Oleh karena itu kelompok kami menyarankan untuk mengadakan
penyuluhan dan pelatihan terhadap tenaga kesehatan yang menangani persalinan.
a. Penyuluhan kebersihan
Melakukan pertolongan persalinan 3 bersih.
- Sebelum menolong persalinan, tangan penolong disikat dan di cuci
dengan sabun sampai bersih. Kotoran di bawah kuku dibersihkan
-

dengan sikat dan sabun BERSIH TANGAN


Alas tempat ibu berbaring harus bersih BERSIH ALAS
Gunting dan benang pengikat tali pusat harus steril (bebas kuman),
bersih, dan tidak berkarat. Supaya steril, gunting dan benang direbus
dalam air mendidih selama paling sedikit 15 menit pada saat akan

dipakai BERSIH ALAT


Melakukan perawatan luka tali pusat yang bersih. Luka tali pusat tidak
boleh kotor, harus bersih, dan tidak boleh dibubuhi ramuan/daun-daun atau
abu dapur.
- Tali pusat dibersihkan setiap pagi dengan betadin atau povidin yodium
- Luka tali pusat yang telah dibersihkan tidak boleh sama sekali
-

dibubuhi ramuan, jamu, daun-daunan, atau abu dapur


Setelah dibersihkan dengan betadin atau povidin, luka tali pusat ditutup

kain kasa kering


- Demikian dilakukan terus sampai luka kering dan tali pusat puput.
b. Pelatihan memotong tali pusat yang benar
Setelah bayi lahir, tali pusat dipotong dengan gunting steril dan diikat
dengan benang steril pada jarak 3 jari dari pusat

17 SKENARIO 5

Selanjutnya, dibuat ikatan kedua pada tali pusat, sejauh 3 jari dari ikatan

pertama
Pemotongan tali pusat dilakukan di antara 2 ikatan tersebut
Kemudian, luka tali pusat diolesi yodium atau betadin
Tali pusat yang telah diolesi yodium atau betadin dilipat, lalu diikat 2 kali
dan dibungkus dengan kain kasa kering, tanpa betadin atau alcohol

B. Preventif
1. Vaksinasi
Vaksin terdiri dari mikroorganisme atau komponen seluler yang bertindak
sebagai antigen.Pemberian vaksin menstimulasi produksi antibodi dengan protein
spesifik.Pemberian vaksin tetanus toksoid dilakukan untuk profilaksis jika riwayat
vaksin tidak diketahui atau kurang dari 3 kali imunisasi TT.
Imunisasi tetanus pada wanita masa subur (12 atau 15 tahun sampai 45
tahun) atau sedang mengandung merupakan cara pencegahan tetanus neonatorum
yang paling mudah dan efektif. Melalui imunisasi tetanus lengkap, proteksi
terhadap infeksi tetanus mencapai lebih dari 90%.
Wanita tanpa adanya riwayat imunisasi tetanus harus diberikan dua dosis
tetanus toxoid (TT) atau difteri tetanus toxoid (Td) atau DPT (difteri pertusis
tetanus) dengan jarak antar dosis minimal 4 minggu. Dosis ke 3 diberikan 6-12
bulan kemudian, dosis ke 4 satu tahun sesudah pemberian dosis ke 3, dan dosis ke
5, 1 tahun setelah pemberian dosis ke 4.
Pada wanita yang sudah pernah diimunisasi 1 kali baik dengan TT, Td,
atau DPT, dapat diberikan booster setiap 10 tahun.Pada wanita hamil dengan
riwayat imunisasi yang jelas, harus diberikan vaksin pertama secepatnya dan
disusuli oleh dosis ke 2 maksimal 3 minggu sebelum melahirkan.Wanita yang
sudah mendapat 2 dosis vaksin pada kehamilan sebelumnya harus diberikan dosis
ke 3 pada kehamilan berikutnya.Dosis ke 3 ini dapat memberikan perlindungan
hingga 5 tahun.
C. Penanggulangan
Penatalaksanaan tetanus neonatorum pada dasarnya sama dengan tetanus
lainnya, yaitu meliputi terapi suportif (sedasi, pelemas otot, dsb) selama tubuh
berusaha memtabolisme neurotoxin, mencegah bertambahnya toxin yang mencapai
CNS dan berusaha membunuh kuman yang masih dalam bentuk vegetatif untuk
18 SKENARIO 5

mencegah produksi tetanospasmin yang berkelanjutan. Perawatan di NICU mutlak


diperlukan.
Eliminasi kuman dalam bentuk vegetatif dilakukan dengan membersihkan
situs luka; debridement merupakan salah satu tindakan yang dapat dilakukan untuk
membersihkan luka, diharpakan dengan tindakan tersebut, suasana anaerobik yang
dibutuhkan kuman untuk germinasi dapat dihilangkan.18 Pemberian antibiotik
diperlukan untuk membunuh kuman bukan untuk netralisasi toksin. Penicillin G
(100.000 U/kg/24 jam IV dibagi menjadi 4-6 kali pemberian selama 10-14 hari)
merupakan salah satu antibiotik pilihan,3 namun studi terbaru menemukan bahwa
penicillin merupakan suatu antagonis GABA sehingga dapat meningkatkan efek dari
tetanospasmin, oleh karenanya saat ini antibiotik pilihan adalah Metronidazole IV (30
mg/kg/hari, dengan dosis maksimal 4 g/hari selama 10-14 hari).
Netralisasi toksin dalam sirkulasi dilakukan dengan pemberian Tetanus
Immunoglobulin (TIG) 3000-6000 unit dosis tunggal intramuskular. Pada suatu
penelitian ditemukan bahwa dosis sebesar 500 unit memiliki efektifitas yang sama
dengan pemberian dosis yang lebih besar, namun hingga saat ini pemberian dosis TIG
3000-6000 unit (IM) masih menjadi rekomendasi resmi WHO. Jika sediaan TIG tidak
tersedia, pemberian antitetanus serum (ATS) dapat menjadi pilihan alternatif. ATS
dapat diberikan dengan dosis 10.000 unit dan pemberiannya dibagi menjadi 2 dosis ( .
IM, . IV).3,7 Di negara-negara miskin dan berkembang, TIG masih sulit didapatkan
karena harganya yang mahal, sedangkan ATS karena harganya yang lebih murah lebih
banyak digunakan. Penggunaan ATS harus didahului dengan uji desensitisasi terhadap
antigen serum yang terkandung di dalamnya karena sering menimbulkan reaksi alergi
pada penderita.7,24 Pemberian TIG ataupun ATS harus dilakukan secepatnya
(maksimal 24 jam setelah didiagnosis), karena toksin tidak dapat lagi dinetralisir oleh
TIG atau ATS apabila sudah mencapai medula spinalis.

BAB IV
REKOMENDASI/SARAN

Saran kami untuk masalah ini yaitu :


19 SKENARIO 5

1. Tenaga kesehatan di puskesmas hendaknya menjaga kebersihan dengan baik, terutama


kebersihan alat yang digunakan untuk memotong tali pusat bayi yang baru lahir.
Karena kebersihan ini merupakan faktor yang sangat penting untuk mencegah infeksi
bakteri C. tetani pada bayi. Selain itu, pelatihan pemotongan tali pusat yang baik dan
benar juga perlu di sosialisasikan, agar tenaga kesehatan bisa melakukan pemotongan
tali pusat dengan tepat.
2. Untuk wanita yang berusia subur (12 atau 15 tahun sampai 45 tahun) atau yang
sedang mengandung kami sarankan untuk imunisasi tetanus, karena melalui imunisasi
tetanus lengkap, proteksi terhadap infeksi tetanus mencapai lebih dari 90%.

20 SKENARIO 5

DAFTAR PUSTAKA
1. Profil Kesehatan Provinsi JawaTimur 2010. Surabaya: Dinas Kesehatan Jatim; 2011.
2. Rusmil K, Fadlyana E, Dhamayanti M, Chairulfatah A. Wabah difteri di kecamatan
Cikalong Wetan, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, Indonesia. Sari Pediatri
2011;12:397403.
3. Schwartz DA. Emerging and reemerging infectious. Progress and challenges in the
subspecialty of infectious disease pathology. Arch Pathol Lab Med 1997;121:77684.
4. Vitek CR, Wharton M. Diphtheria in the Former Soviet Union: reemergence of a
pandemic disease.Emerg Infect Dis. 1998;4: (diunduh 13 September 2010). Didapat
dari://www.cdc.gov/ ncidod/eid/vol.4 no.4/vitek.htm
5. Volk VK, Gottshall RY, Anderson HD, Top FH, Bunney WE, Serfling RE. Antigenic
response to booster dose of diphtheria and tetanus toxoids seven to thirteen years after
primary inoculation of non institutionalized children. Public Health Rep
1962;77:18594.

21 SKENARIO 5

Anda mungkin juga menyukai