Anda di halaman 1dari 15

Gex Mirah Kusuma

Dewi
ketika aku menemukan mu setelah aku dengan nya, yang bisa ku lakukan
hanyalah diam, tanpa memilih sesuatu yg harus aku lakukan, karena aku tak
ingin melukai dia, dan tak ingin jauh dari mu,,

My Widget

Friday, 14 December 2012

MAKALAH SPRAIN
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Semakin banyak orang yang melakukan olahraga rekreasional dapat mendorong dirinya
sendiri diluar batas kondisi fisiknya dan terjadi lah cedera olahraga. Cedera terhadap sistem
mukoluskletal dapat bersifat akut (sprain, strain, dislokasi, fraktur) atau sebagai akibat
penggunaan berlebihan secara bertahap (kondromalasia, tendinitis, fraktur sterss). Atlet
profesional juga rentan terhadap cedera, meskipun latihan mereka disupervisi ketat untuk
meminimalkan terjadinya cedera. Namun sering kali atlet tersebut juga dapat mengalami
cedera muskoluskletal, salah satunya adalah sprain.
Sprain atau keseleo merupakan cedera umum yang dapat menyerang siapa saja, tetapi
lebih mungkin terjadi pada individu yang terlibat dengan olahraga, aktivitas berulang, dan
kegiatan dengan resiko tinggi untuk kecelakaan. Ketika terluka ligamen, otot atau tendon
mungkin rusak, atau terkilir yang mengacu pada ligamen yang cedera, ligamen adalah pita
sedikit elastis jaringan yang menghubungkan tulang pada sendi, menjaga tulang ditempat
sementara memungkinkan gerakan. Dalam kondisi ini, satu atau lebih ligamen yang
diregangkan atau robek. Gejalanya meliputi nyeri, bengkak, memar, dan tidak mampu
bergerak.
Sprain biasanya terjadi pada jari-jari, pergelangan kaki, dan lutut. Bila kekurangan
ligamen mayor, sendi menjadi tidak stabil dan mungkin diperlukan perbaikan bedah.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana anatomi dan fisiologi sprain?
2. Apa yang disebut dengan sprain?
3. Apa penyebab terjadinya sprain?
4. Apa tanda dan gejala sprain?
5. Menjelaskan klasifikasi sprain?
6. Menjelaskan patofisiologi sprain?
7. Menjelaskan manifestasi klinis sprain?

8. Menjelaskan pemeriksaan penunjang sprain?


9. Menjelaskan penatalaksanaan sprain?
10. Menjelaskan komplikasi sprain?
11. Menjelaskan pencegahan sprain?
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan Umum :
Mengetahui asuhan keperawatan pada pasien dengan trauma musculoskeletal khususnya
sprain
Tujuan Khusus :
Untuk mengidentifikasi pengertian, etiologi, manifestasi klinis, patofisiologi, klasifikasi,
komplikasi, penatalaksanaan, pencegahan, dan pemeriksaan penunjang tentang sprain.
1.4 Manfaat Penulisan
1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan sprain
2. Mengerti apa yang menyebabkan sprain
3. Mengetahui proses dari sprain
4. Mengetahui pemeriksaan yang harus dilakukan pada penyakit sprain
5. Mengerti tentang cara pengobatan sprain
6. Mengetahui patofisologi sprain
7. Mengetahui manifestasi klinis sprain
8. Mengetahui pemeriksaan penunjang sprain
9. Mengetahui penatalaksanaan sprain
10. Mengetahui komplikasi sprain
11. Mengetahui pencegahan sprain

BAB II
KONSEP TEORITIS PENYAKIT
2.1 Anatomi Fisiologi
Ligamen adalah jaringan ikat yang berbentuk pita mempertemukan kedua ujung tulang pada
sendi. Ligamen membungkus tulang dengan tulang yang diikat oleh sendi. Beberapa tipe
ligamen :
a.
Ligamen Tipis Ligamen pembungkus tulang dan kartilago. Merupakan ligament kolateral
yang ada di siku dan lutut. Ligamen ini memungkinkan terjadinya pergerakan.

b.

Ligamen jaringan elastik kuning.Merupakan ligamen yang dipererat oleh jaringan yang
membungkus danmemperkuat sendi, seperti pada tulang bahu dengan tulang lengan atas.
Ligamen berfungsi untuk menyangga dan menguatkan sendi.
Sendi adalah tempat dua tulang atau lebih yang saling berhubungan, dapat terjadi pergerakan
atau tidak (Drs.H.Syaifuddin,AMK dalam anatomi fisiologi edisi 4 hal 112).
Sendi adalah semua persambungan tulang, baik yang memungkinkan tulang-tulang tersebut
dapat bergerak satu sama lain (Noer S.,1996).
Sendi adalah hubungan antara dua tulang yang memungkinkan pergerakan (Smeltzer,2002).
Sendi adalah tempat pertemuan dua atau lebih tulang (Price,1995).
Sendi adalah hubungan atau pertemuan dua buah tulang atau lebih yang memungkinkan
pergerakan satu sama lain maupun yang tidak dapat bergerak satu sama lain (Lukman Nurna
Ningsih dalam askep musculoskeletal hal 5).
a. Klasifikasi
1. Menurut permukaannya
a) Sendi pelana. Sendi ini permukaannya hamper datar yang memungkinkan tulang saling
bergeser
b) Sendi engsel. Mirip engsel pintu sehingga memungkinkan gerakan fleksi dan ekstensi
c) Sendi kondiloid. Permukaan sendi berbentuk konveks yang nyata dan bersendi dengan
permukaan yang konkaf, seperti sendi engsel tapi bergerak dengan 2 bidang dan 4 arah
d) Sendi ellipsoid. Permukaan sendi berbentuk konveks elips
e) Sendi peluru. Kepala sendi berbentuk bola, pada salah satu tulang cocok dengan lekuk sendi
yang berbentuk seperti soket.
f) Sendi pasak. Pada sendi ini terdapat pasak dikelilingi cincin ligamentum bertulang.
g) Sendi pelanan. Berbentuk pelanan kuda, dapat melakukan gerakan yang dapat memberikan
banyak kebebasan untuk bergerak.
2. Menurut pergerakannya
a) Sendi fibrus (sinartrosis) adalah sendi yang tidak bergerak sama sekali.
b) Sendi amfiartrosis adalah suatu sendi pergerakannya sedikit sekali karena komponen sendi
tidak cukup dan permukaan dilapisi oleh bahan yang memungkinkan pergerakan sendi
sedikit.
c) Sendi diartrosis (sendi synovial) adalah sendi dengan pergerakan bebas.
3. Menurut tempatnya
Persendian tungkai bawah. Persendian antara tibia dan fibula :
a) Artikulasio tibia-fibula proksimal yaitu sendi yang terdapat antara fascies artikularis
kapitulum fibula ossis pada kondilus dengan fascies artikularis fibularis ossis pada kondilus
tibia, ikat sendi ligamentum tibia fibularis proksimal.
b) Sindesmosis tibia fibularis yaitu persendian fascies artikularis tibia ossis fibulae dan insisura
fibularis ossis tibialis.
c) Hubungan antara Krista interosea fibula dan trista interosea tibia, terbentang melalui
membrane interrosa kruris yang terbentang dari proksimalis dibawah kolum fibulae ke distal
sampai batas 1/3 distal os tibia dan fibula. Arah serabut membrane unterosa kruris dari medial
atas ostibia kerateral bawah menuju os fibula.
2.2 Konsep Penyakit

2.2.1 Pengertian
Sprain adalah cedera struktur ligamen di sekitar sendi, akibat gerakan menjepit atau
memutar.
(Brunner & Suddarth. 2001. KMB. Edisi 8. Vol3.hal 2355. Jakarta:EGC)
Sprain adalah trauma pada ligamentum, struktur fibrosa yang memberikan stabilitas sendi,
akibat tenaga yang diberikan ke sendi dalam bidang abnormal atau tenaga berlebihan dalam
bidang gerakan sendi.
(Sabiston.1994.Buku Ajar Bedah. Bagian 2. Hal 370. Jakarta:EGC)
Sprain merupakan keadaan ruptura total atau parsial pada ligamen penyangga yang
mengelilingi sebuah sendi.
(Kowalak, Jenifer P. 2011. Patofisiologi. Hal 438. Jakarta:EGC)
Dari ketiga pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa sprain adalah cedera struktural
ligamen akibat tenaga yang di berikan ke sendi abnormal, yang juga merupakan keadaan
ruptura total atau parsial pada ligamen.
2.2.2 Klasifikasi
( Marilynn. J & Lee. J. 2011. Seri Panduan Praktis Keperawatan Klinis. Hal 124. Jakarta :
Erlangga)
a. Sprain derajat I (kerusakan minimal)
Nyeri tanpa pembengkakan, tidak ada memar, kisaran pembengkakan aktif dan pasif,
menimbulkan nyeri, prognosis baik tanpa adanya kemungkinan instabilitas atau gangguan
fungsi.
b. Sprain derajat II (kerusakan sedang)
Pembengkakan sedang dan memar, sangat nyeri, dengan nyeri tekan yang lebih menyebar
dibandingkan derajat I. Kisaran pergerakan sangat nyeri dan tertahan, sendi mungkin tidak
stabil, dan mungkin menimbulkan gangguan fungsi.
c. Sprain derajat III (kerusakan kompit pada ligamen)
Pembengkakan hebat dan memar, instabilitas stuktural dengan peningkatan kirasan gerak
yang abnormal (akibat putusnya ligamen), nyeri pada kisaran pergerakan pasif mungkin
kurang dibandingkan derajat yang lebihh rendah (serabut saraf sudah benar-benar rusak).
Hilangnya fungsi yang signifikan yang mungkin membutuhkan pembedahan untuk
mengembalikan fungsinya.
2.2.3 Etiologi
(Kowalak, Jenifer P. 2011. Patofisiologi. Hal 438. Jakarta:EGC)
Penyebab sprain meliputi :
Tekanan ekternal berlebih : pemuntiran mendadak dengan tenaga yang lebih kuat daripada
kekuatan ligamen dengan menimbulkan gerakan sendi di luar kisaran gerak (RPS) normal
seperti terglincir saat berlari atau melompat sehingga terjadi sprain.
2.2.4 Patofisiologi
Adanya tekanan eksternal yang berlebih menyebabkan suatu masalah yang disebut dengan
sprain yang terutama terjadi pada ligamen. Ligamen akan mengalami kerusakan serabut dari
rusaknya serabut yang ringan maupun total ligamen akan mengalami robek dan ligamen yang
robek akan kehilangan kemampuan stabilitasnya. Hal tersebut akan membuat pembuluh
darah akan terputus dan terjadilah edema ; sendi mengalami nyeri dan gerakan sendi terasa
sangat nyeri. Derajat disabilitas dan nyeri terus meningkat selama 2 sampai 3 jam setelah
cedera akibat membengkaan dan pendarahan yang terjadi maka menimbulkan masalah yang
disebut dengan sprain.

a.
b.
c.
d.

2.2.5 Manifestasi Klinis


Tanda dan gejala mungkin timbul karena sprain meliputi :
Nyeri lokal (khususnya pada saat menggerakkan sendi)
Pembengkakan dan rasa hangat akibat inflamasi
Gangguan mobilitas akibat rasa nyeri (yang baru terjadi beberapa jam setelah cedera)
Perubahan warna kulit akibat ekstravasasi darah ke dalam jaringan sekitarnya.

2.2.6 Komplikasi
Komplikasi yang mungkin terjadi pada kondisi ini meliputi:
a. Dislokasi berulang akibat ligamen yang ruptur tersebut tidak sembuh dengan sempurna
sehingga diperlukan pembedahan untuk memperbaikinya (kadang-kadang).
b. Gangguan fungsi ligamen (jika terjadi tarikan otot yang kuat sebelum sembuh dan tarikan
tersebut menyebabkan regangan pada ligamen yang ruptur, maka ligamen ini dapat sembuh
dengan bentuk memanjang, yang disertai pembentukan jaringan parut secara berlebihan).
2.2.7 Pemeriksaan Penunjang
1. Foto rontgen/ radiologi.
yaitu pemeriksaan diagnostik noninvasif untuk membantu menegakkan diagnosa.
Hasil pemeriksaan di temukan kerusakan pada ligamen dan sendi.
2. MRI ( Magnetic Resonance Imaging)
Yaitu pemeriksaan dengan menggunakan gelombang magnet dan gelombang frekuensi radio,
tanpa menggunakan sinar x atau bahan radio aktif, sehingga dapat diperoleh gambaran tubuh
yang lebih detail.
Hasil yang diperoleh gambaran ligamen yang luka.
a.
1)
1.
2.
2)
1.

2.2.8 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan medis
Imobilisasi
Penggunaan gips
Elastis
Farmakologi
Analgetik
Analgetik biasanya digunakan untuk klien yang mengalami nyeri. Berikut contoh obat
analgetik :
Aspirin:
Kandungan : Asetosal 500mg ; Indikasi : nyeri otot ; Dosis dewasa 1tablet atau 3tablet
perhari,anak > 5tahun setengah sampai 1tablet,maksimum 1 sampai 3tablet perhari.
Bimastan :
Kandungan : Asam Mefenamat 250mg perkapsul, 500mg perkaplet ; Indikasi : nyeri
persendian, nyeri otot ; Kontra indikasi : hipersensitif, tungkak lambung, asma, dan ginjal ;
efeksamping : mual muntah, agranulositosis, aeukopenia ; Dosis: dewasa awal 500mg lalu
250mg tiap 6jam.
Analsik :
Kandungan : Metampiron 500mg, Diazepam 2mg ; Indikasi : nyeri otot dan sendi ; Kontra
indikasi : hipersensitif ; Efek samping : agranulositosis ; Dosis : sesudah makan (dewasa
3xsehari 1 kaplet, anak 3xsehari 1/2kaplet).

3) Pemberian kodein atau obat analgetik lain (jika cedera berat)


4) Pemasangan pembalut elastis atau gips, atau jika keseleo berat, pemasangan gips lunak atau
bidai untuk imobilisasi sendi
5) Pembedahan yang segera dilakukan untuk mempercepat kesembuhan, termasuk penjahitan
kedua ujung potongan ligamen agar keduanya saling merapat (pada sebagia altet).
b. Penatalaksanaan keperawatan
1) Imobilisasi sendi yang cedera untuk mempercepat penyembuhan
2) Elevasi sendi di atas ketinggian jantung selama 48 hingga 72 jam (yang segera dilakukan
sesudah cedera)
3) Penggunaan kruk dan pelatihan cara berjalan (pada keseleo pergelangan kaki)
4) Kompres es secara intermiten selama 12 hingga 48 jam untuk mengendalikan pembengkakan
(letakkan handuk kecil diantara kantung es dan kulit untuk mencegah cedera karena hawa
dingin).
2.2.9 Pencegahan
1. saat melakukan aktivitas olahraga memakai peralatan yang sesuai seperti sepatu yang sesuai,
misalnya sepatu yang bisa melindungi pergelangan kaki selama aktivitas.
2. Selalu melakukan pemanasan atau stretching sebelum melakukan aktivitas atletik, serta
latihan yang tidak berlebihan.
3. Cedera olahraga terutama dapat dicegah dengan pemanasan dan pemakaian perlengkapan
olahraga yang sesuai.
2.2.10 WOC (Web of Caution)
Tekanan Eksternal yang berlebih

Kerusakan serabut ringan


Kerusakan serabut total
Ligamen robek

Kemampuan stabilitas menghilang menghilang


Pembuluh darah terputus
Edema
Pembengkakan
Pendarahan

SPRAIN
Gerakan minim
Ggn. imobilitas fisik
Kurang informasi
Kurang pengetahuan
Kesakitan saat bergerak
Nyeri akut
Defisit perawatan diri
Ketidakmampuan merawat diri

2.2 Asuhan Keperawatan


2.2.1 Pengkajian
1. Keluhan utama
Keluhan utama adalah nyeri.
2. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Penyakit Sekarang
Dikarenakan nyeri merupakan pengalaman interpersonal, perawat harus menanyakannya
secara langsung kepada pasien dengan teknik P, Q, R, S, T.
ng (penyebab) :apa yang menimbulkan nyeri (aktivitas, spontan, stress setelah makan dll)?
(kualitas)
:apakah tumpul, tajam, tertekan, dalam, permukaan dll?
Apakah pernah merasakan nyeri seperti itu sebelumnya?
(daerah)
:dimana letak nyeri?
(intensitas)
:jelaskan skala nyeri dan frekuensi, apakah di sertai dengan gejala seperti (mual, muntah,
pusing, diaphoresis, pucat, nafas pendek, sesak, tanda vital yang abnormal dll)?
(waktu)
: kapan mulai nyeri? Bagaimana lamanya? Tiba-tiba atau bertahap? Apakah mulai setelah
anda makan? Frekuensi?

b. Riwayat Penyakit Dahulu


1) Apakah klien sebelumnya pernah mengalami sakit seperti ini atau mengalami trauma pada
muskuloskeletal lainnya?
c. Riwayat Penyakit Keluarga
1) Apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit seperti ini?
3. Data Bio-Psiko-Sosial-Spiritual
a. Data Biologis
1) Gerak dan Aktivitas
Kaji kemampuan aktifitas dan mobilitas kehidupan klien sehari-hari.
2) Kebersihan Diri
Kaji apakah ada kesulitan dalam memelihara dirinya.
b. Data Psikologis
1) Rasa Aman
Kaji kemampuan pasien dalam melakukan keamanan dan pencegahan pada saat
melaksanakan akitivitas hidup sehari-hari, termasuk faktor lingkungan, faktor sensori, serta
faktor psikososial.
2) Rasa Nyaman
Kaji apakah pasien mengalami mual dan nyeri (PQRST).
c. Data Sosial
1) Sosial
Melalui komunikasi antar perawat, pasien, dan keluarga dapat dikaji mengenai pola
komunikasi dan interaksi sosial pasien dengan cara mengidentifikasi kemampuan pasien
dalam berkomunikasi.
2) Prestasi
Kaji tentang latar belakang pendidikan pasien.
3) Bermain dan Rekreasi
Kaji kemampuan aktifitas rekreasi dan relaksasi (jenis kegiatan dan frekuensinya)
4) Belajar
Kaji apakah pasien sudah mengerti tentang penyakitnya dan tindakan pengobatan yang akan
dilakukan. Kaji bagaimana cara klien mempelajari sesuatu yang baru.
d. Data Spiritual
1) Ibadah
Kaji bagaimana klien memenuhi kebutuhan spiritualnya sebelum dan ketika sakit.
4. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi :
1) Kelemahan
2) Edema
3) Ketidakstabilan fungsi ligamen
b. Palpasi :
Mati rasa
2.3.2
1.
2.
3.

Diagnosa Keperawatan
Nyeri akut berhubungan dengan spasme otot, ligamen atau tendon
Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri / ketidakmampuan
Defisit perawatan diri berhubungan dengan ketidakmampuan dalam melaksanakan akitivitas

4. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi, salah interpretasi informasi,


tidak mengenal sumber informasi.
2.3.3 Intervensi Keperawatan
Nursing Care Plan Pasien Sprain
Dx. 1 Nyeri Akut
Diagnosa
Keperawatan

(Nanda NIC NOC hal.530)

Tujuan dan Kriteria Hasil

Nyeri akut
Setelah diberikan asuhan 1.
berhubungan
keperawatan selama...x24
dengan spasme
jam, diharapkan nyeri
otot, ligamen atau pasien berkurang dengan
tendon.
kiteria hasil :
DS :
1. Klien mengatakan nyeri
pasien mengeluh berkurang
nyeri, pasien
2. Memperlihatkan
2.
mengatakan
pengendalian nyeri
nyerinya seperti 3. Mempertahankan tingkat
di tusuk-tusuk,
nyeri pada skala 2 dari 1pasien
10 dari skala nyeri yang 3.
mengatakan nyeri diberikan
bertambah apabila4. Pasien tidak tampak
kakinya
kesakitan dan meringis
digerakkan.
lagi
5. TD = 110/70 120/80 4.
DO :
mmHg
pasien tampak 6. Memperlihatkan teknik
kesakitan, pasien relaksasi secara
tampak merintih, individual yang efektif
skala nyeri 4 dari untuk mencapai
10 skala nyeri
kenyamanan.
5.
yang diberikan,
TD= 90/60
mmHg.

Rencana Tindakan

Rasional

Lakukan pengkajian 1.
nyeri yang
komperhensif meliputi
P,Q,R,S,T

Membantu dalam
mengidentifikasi
derajat
ketidaknyamanan dan
kebutuhan untuk
keefektifan analgesic
2. Menurunkan aliran
Tinggikan bagian
balik vena,
yang sakit
menurunkan edema
dan rasa nyeri
3. Untuk memperlancar
Lakukan perubahan
sirkulasi darah
posisi
khususnya pada area
yang tertekan dan
untuk menghindari
terjadinya dekubitus
Lakukan kompres
4. Menurunkan udema /
dingin/es selama 24pembentukan
48 jam pertama dan
hematoma,
sesuai indikasi
menurunkan sensasi
nyeri
Bantu pasien
5.
mengidentifikasi
tindakan kenyamanan
yang efektif di masa
lalu seperti distraksi
dan relaksasi

Dengan teknik
relaksasi dan teknik
distraksi dapat
mengalihkan perhatian
pasien agar tidak
terfokus pada nyeri
sehingga nyeri bisa
dirasakan berkurang

6. Kolaborasi dengan
dokter dalam
6. Dalam pemberian
pemberian analgetik
analgetik impuls nyeri
pasien berkurang
Dx 2 Gangguan Mobilitas Fisik
Diagnosa
Keperawatan

(Nanda NIC NOC hal. 472)

Tujuan dan Kriteria Hasil

Rencana Tindakan

Rasional

Gangguan
mobilitas fisik
berhubungan
dengan nyeri /
ketidakmampuan.
DS :
pasien
mengatakan
kakinya sulit
1.
digerakan
DO :
pasien tampak
mengalami
2.
perubahan cara
berjalan, pasien
tampak kesulitan
dalam membolakbalik posisi
tubuhnya, pasien
tampak berbaring
di tempat tidur.

Dx 3 Defisit Perawatan Diri


Diagnosa
Keperawatan
Defisit perawatan
diri berhubungan

Setelah diberikan asuhan 1.


keperawatan selama
...x24 ajm, diharapkan
pasien dapat
memperlihatkan
mobilitas pergerakan
sendi dan otot dengan
kriteria hasil :
Pasien mampu
melakukan ROM aktif
dan ambulasi dengan
2.
perlahan
Berjalan dengan
menggunakan langkahlangkah yang benar
sejauh 2 m.
3.

Kaji derajat imobilisasi1.


yang dihasilkan oleh
cedera / pengobatan dan
perhatikan persepsi
pasien terhadap
immobilisasi

Mengetahui persepsi
diri pasien mengenai
keterbatasan fisk
aktual, mendapatkan
informasi dan
menentukan informasi
dalam meningkatkan
kemajuan kesehatan
pasien
2. Meningkatkan aliran
Instruksikan pasien /
darah ke ligamen dan
bantu dalam rentang
ke tulang untuk
gerak klien / aktif pada mempertahankan
ekstremitas yang sakit
gerak sendi
dan yang tidak sakit
3. Menghindari
Berikan lingkungan
terjadinya cedera
yang aman, misalnya
berulang.
ingin ke kamar mandi
ataupun ingin duduk di
bantu menggunakan
pegangan tangan,
penggunaan alat bantu
moblilitas atau kursi
roda penyelamat

4. Ajarkan cara-cara yang


benar dalam melakukan
macam-macam
4.
mobilisasi seperti body
mechanic ROM aktif
dan ambulasi

Agar pasien terhindar


dari kerusakan
kembali pada
ekstremitas yang luka.

5. Kolaborasi dengan
fisioterapi dalam
penanganan traksi yang5.
boleh digerakkan dan
yang belum boleh
digerakkan.

Penanganan yang
tepat dapat
mempercepat waktu
penyembuhan.

(Nanda NIC NOC hal. 642)


Tujuan dan Kriteria Hasil

Rencana Tindakan

Rasional

Setelah diberikan asuhan 1. Kaji kebersihan tubuh1. Untuk mengetahui


keperawatan selama ...x
dan mulut pasien.
tingkat kebersihan

dengan
ketidakmampuan
dalam
melaksanakan
aktivitas.
DS : pasien
1.
mengatakan belum
mandi sejak
2.
kemarin, pasien
mengatakan
badannya terasa
lengket dan kulit 3.
kusam. Pasien
mengatakan tidak
bisa kekamar
mandi.
DO : pasien
tampak kusam dan
kotor, pasien
tampak tidak
mampu pergi ke
kamar mandi.

24 jam diharapkan pasien


mampu melakukan
2.
perawatan diri secara
mandiri dengan kriteria
hasil :
Pasien tampak bersih
dan rapi.
Pasien mengatakan
badannya tidak lengket 3.
dan kulit tidak kusam
lagi.
Pasien tampak dapat
melakukan perawatan
gigi dan mulut.

Dx 4 Kurang Pengetahuan

pasien.
Bantu pasien dalam
melakukan mandi dan2.
hygiene oral sampai
pasien benar-benar
mampu melakukan
perawatan diri.

Menjaga kebersihan
pasien agar terhindar
dari bakteri dan
mikroorganisme dan
menciptakan
kemandirian pasien.
Ajarkan
3. Agar pasien dan
pasien/keluarga
keluarga mengerti
penggunaan metode
tentang metode
alternatif untuk mandi alternatif untuk mandi
dan hygiene oral.
dan hygiene oral dan
melatih pasien dalam
menjaga kebersihan
diri.
4. Kolaborasi dengan 4. Pemberian sabun
dokter dalam
yang baik untuk
pemberian sabun
kesehata mencegah
kesehatan yang baik
kuman pada kulit
sebelum mandi,
pasien, air hangat
anjurkan mandi
dapat mendilatasi
menggunakan air
pembuluh darah.
hangat

(Nanda NIC NOC hal.440)

Diagnosa
Keperawatan

Tujuan dan Kriteria Hasil

Rencana Tindakan

Kurang pengetahuan
berhubungan dengan
kurang informasi,
salah interpretasi
informasi, tidak
mengenal sumber
informasi.
DS : pasien
mengatakan tidak
mengetahui tentang 1.
penyakitnya dan
program pengobatan
yang akan di lakukan.
DO : pasien tampak
menunjukkan perilaku2.
yang tidak sesuai atau
terlalu berlebihan
seperti agitasi, pasien

Setelah diberikan asuhan 1.


keperawatan selama ...x
24 jam, diharapkan
pasien akan mendapatkan
pengetahuan mengenai 2.
penyakitnya dan
mengetahui tentang
program pengobatan
dengan kriteria hasil:
Pasien mengatakan
mengerti dan memahami
tentang penyakitnya dan
program pengobatan
3.
yang akan di lakukan.
Pasien tampak tidak
menunjukkan perilaku
yang tidak sesuai atau
berlebihan seperti agitasi

Kaji gaya belajar 1. Untuk mempermudah


pasien
cara penyampaian
materi
2. Mengetahui sebatas
Lakukan penilaian mana pengetahuan
terhadap tingkat
yang tidak diketahui
pengetahuan pasien pasien sehingga
saat ini dan
memudahkan untuk
pemahaman
pemberian informasi
terhadap materi
3. Agar pasien lebih
mengerti dan untuk
Berinteraksi
mempermudah
dengan pasien
penyerapan informasi
dengan cara tidak
menghakimi unutk
memfasilitasi
pembelajaran
4. Meningkatkan

Rasional

tampak tidak
mengikuti
instruksiyang di
berikan secara akurat.

lagi, pasien tampak


4. Beri penyuluhan
mengikuti instruksi yang sesuai tingkat
diberikan secara akurat.
pemahaman pasien,
ulangi informasi
bila diperlukan.
5. Kolaborasi dengan5.
dokter untuk
memfasilitasi
kemampuan pasien
mengikuti program
terapi.

pemahaman dan
meningkatkan kerja
sama dalam
penyembuhan atau
dan mengurangi
resiko komplikasi
Pasien dapat
mengikuti program
terapi sesuai dengan
kemampuannya.

2.3.4 Implementasi
Sesuai dengan intervensi.

1.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
2.
a.
b.
3.
a.
b.
c.

2.3.5 Evaluasi
Dx 1
Pasien mengatakan nyeri berkurang
Memperlihatkan pengendalian nyeri
Mempertahankan tingkat nyeri pada skala 2 dari 1-10 skala nyeri yang diberikan
Pasien tidak tampak kesakitan dan meringis lagi
TD = 110/70 120/80 mmHg
Memperlihatkan teknik relaksasi secara individual yang efektif untuk mencapai kenyamanan.
Dx 2
Pasien mampu melakukan ROM aktif dan ambulasi dengan perlahan
Berjalan dengan menggunakan langkah-langkah yang benar sejauh 2 m.
Dx 3
Pasien tampak bersih dan rapi
Pasien mengatakan badannya tidak lengket dan kulit tidak kusam lagi
Pasien tampak dapat melakukan perawatan gigi dan mulut.

4. Dx 4
a. Pasien mengatakan mengerti dan memahami tentang penyakitnya dan program pengobatan
yang akan dilakukan
b. Pasien tampak tidak menunjukan perilaku yang tidak sesuai atau berlebihan seperti agitasi
lagi, pasien tampak mengukti instruksi yang diberikan secara akurat.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Sprain adalah cedera struktur ligamen di sekitar sendi, akibat gerakan menjepit atau
memutar (keseleo). Sprain terjadi karena adanya benturan dari benda tumpul atau benda
tajam yang terjadi pada ligamen. Ligamen akan mengalami robek dan ligamen yang robek
akan kehilangan kemampuan stabilitasnya. Penyebab terjadinya sprain adalah pemuntiran
mendadak dengan tenaga yang lebih kuat daripada kekuatan ligamen dengan menimbulkan
gerakan sendi di luar kisaran gerak normal.
3.2 Saran
Dengan diberikannya tugas ini penulis dapat lebih memahami dan mengerti tentang bagaimana penyakit
sprain dan dapat melakukan perawatan yang baik dan tepat serta menegakkan asuhan keperawatan yang baik.
Dengan adanya hasil tugas ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bacaan untuk menambah wawasan dari ilmu
yang telah didapatkan dan lebih baik lagi dari sebelumnya.

DATAR PUSTAKA

Smeler, Suzanne. C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikat Bedah Brunner Dan Suddarth. Edisi 8.
Jakarta : EGC.
Carpenito, Lynda Juall. 1999. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Jakarta : EGC.
Wilkinson, Judith M. 2011. Buku Saku Diagnosis Keperawtan : diagnosis NANDA, intrervensi
NIC, kiteria hasil NOC. Jakarta : EGC
Kowalak, Jennifer P. 2011. Buka Ajar Patofisiologi. Jakarta : EGC
http://www.scribd.com/doc/106915170/Makalah-Dislokasi-Sprain-Strain
Posted by gex mirah at 22:50
Email ThisBlogThis!Share to TwitterShare to FacebookShare to Pinterest

No comments:
Post a Comment
Newer PostOlder PostHome
Subscribe to: Post Comments (Atom)
Read more: http://dapur-tutorial.blogspot.com/2012/10/cara-memasang-widget-burung-twitterdi.html#ixzz2F8SXy8Dz

Blog Archive

2013 (1)

2012 (5)

December (5)

LAPORAN PENDAHULUAN DHF

MAKALAH THYPOID

MAKALAH KATARAK

MAKALAH SPRAIN

LAPORAN PENDAHULUAN INFARK MIOKARD AKUT

About Me

gex mirah
aku adalah aku,,
enggak buat jadi

orang lain,,
hargai aku karena
aku adalah aku,
bukan orang lain..
I'm single,,,,
I'm always
happy....
I smile for others
and not for myself
..
I hope all will be
fine ...
View my complete profile
"only a life for other is a life worthwhile". Travel template. Powered by Blogger.

Anda mungkin juga menyukai