Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Oleh:
Kelompok 10
Offering AA 09
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Ikhwanul Azmi
Fendy Hardian P
Juwita Ayu Laksmi
Cahyani Ardila
Atik Purwati
Erna Wijayanti
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Taman Nasional Alas Purwo merupakan salah perwakilan tipe ekosistem
hutan hujan dataran rendah di Pulau Jawa (Dephut, 2011). Taman nasional ini
kaya akan flora dan fauna. Taman Nasional Alas Purwo memiliki hutan yang
masih alami, beberapa pantai dan teluk yang indah. Keanekaragaman jenis flora
darat di kawasan TN Alas Purwo menurut hasil inventarisasi tumbuhan oleh TN
Alas Purwo mencatat 158 jenis tumbuhan (59 famili). Menurut Mark Grantham
jenis-jenis vegetasi yang terdapat di TN Alas Purwo (semua jenis) lebih dari 300
jenis.
Secara keseluruhan TN Alas Purwo merupakan taman nasional yang
memiliki formasi vegetasi yang lengkap dimana hampir semua tipe formasi
vegetasi dapat dijumpai di lokasi taman nasional (Anonim, tanpa tahun).
Kelengkapan vegetasi di taman nasional ini merupakan suatu hal yang dapat
dijadikan sebagai media pembelajaran, terutama di bidang ekologi. Ada berbagai
metode yang dapat dilakukan untuk menganalisis vegetasi yang ada di suatu
hutan. Salah satu metode yang bisa digunakan adalah metode non-floristik.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Hutan di Indonesia berdasarkan tata Guna Hutan Kesepakatan (TGHK)
secara nasional seluas 144 juta hektar tersebar di berbagai pulau utama (Arif,
2001:54). Kawasan hutan seluas 144 juta hektar tersebut dibagi menjadi beberapa
fungsi peruntukan, yaitu 20% sebagai hutan konservasi (conservation forest), 27%
sebagai hutan lindung (protection forest), 9,8% sebagai hutan suaka alam dan
hutan wisata, 17% sebagai hutan produksi tetap, dan 16,1% sebagai hutan
produksi terbatas.
Taman Nasional Alas Purwo merupakan salah perwakilan tipe ekosistem
hutan hujan dataran rendah di Pulau Jawa. Taman nasional yang diresmikan
melalui SK Menteri Kehutanan No. 283/Kpts-II/92 ini merupakan perwakilan tipe
ekosistem hutan hujan dataran rendah di Pulau Jawa. Ketinggiannya berada pada
kisaran 0322 meter di atas permukaan laut (dpl) dengan topografi datar,
bergelombang ringan, dengan puncak tertinggi di Gunung Lingga Manis (322
meter dpl). Berdasarkan ekosistemnya, tipe-tipe hutan di Taman Nasional Alas
Purwo dapat dibagi menjadi hutan bambu, hutan pantai, hutan bakau/mangrove,
hutan tanaman, hutan alam, dan padang penggembalaan (Feeding Ground). Jika
diamati sekilas, dari luas lahan sekitar 43.420 hektar, taman nasional ini
didominasi oleh hutan bambu, yang menempati areal sekitar 40 % dari seluruh
area yang ada (Solihin, 2011).
Secara umum, keadaan tanah di taman ini sebagian besar adalah tanah liat
berpasir, sedangkan sebagian kecil lainnya berupa tanah lempung. Curah hujan
per tahun rata-rata berkisar antara 1.0001.500 mm dengan temperatur antara
27-30 C, dan kelembaban udara antara 4085 %. Biasanya, musim kemarau
terjadi pada bulan April sampai Oktober, sementara musim penghujan
terjadi sebaliknya, yaitu pada bulan Oktober (Solihin, 2011).
Di permukaan bumi ini, di suatu bentang alam tertentu dijumpai adanya
penutup tumbuhan yang tumbuh pada area tersebut. Penutup tumbuhan suatu area
geografi dapat terdiri satu atau beberapa komunitas tumbuhan yang secara
bersama-sama membentuk vegetasi. Vegetasi dapat didefinisikan sebagai
kumpulan keseluruhan tumbuhan yang hidup bersama pada suatu karakter
Epifit
2. Stratifikasi
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
> 25 meter
10 25 meter
8 10 meter
2 4 meter
0,5 2 meter
0,1 0,5 meter
0 0,1 meter
3. Penutupan (cover)
b
i
p
c
Sangat jarang
Diskontinyu (<60 %)
Berkelompok
Kontinyu
(> 60 %)
4. Fungsi Daun
d
Luruh (desidous)
Tak berdaun
Tak berdaun
Graminoid, rumput
Medium/kecil
Majemuk
Tahloid
6. Tekstur Daun
o
Tak berdaun
Seperti membran
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Metode Pengamatan
Metode yang digunakan dalam pengamatan ini adalah observasi Seluruh
peserta KKL dibagi menjadi 25 kelompok, masing-masing kelompok beranggota
5-6 orang. Lokasi pengamatan dibagi menjadi 24 stasiun pengamatan. Masing-
masing kelompok mengamati vegetasi pada transek yang telah dibuat. Observasi
dilakukan mulai dari garis tepi pantai yang telah ditentukan sampai dengan 25
stasiun menuju ke dalah hutan. Metode yang digunakan untuk menganalisis datadata yang telah diperoleh adalah metode non-floristik.
BAB IV
DATA DAN ANALISIS DATA
Ulangan
1
Nama Spesies
Sophora sp
Kode
H7pcgx
Jumlah
20
Spinifex ilisifolius
H7bcgx
Videlia sp
H7pcnk
10
10
11
Spinifex ilisifolius
S4bcgx
Pandanus tectorius
S4bcax
Hernandia peltatus
Hibiscus tiliaceus
S6bchx
S4bchx
2
1
Pandanus tectorius
S4bcax
Allophilus cobe
Hibiscus tiliaceus
S4bcgx
S4bchx
3
2
Ocrosia acringae
S4bcgx
Allophilus cobe
Hibiscus tiliaceus
S6bcgx
S4bchx
6
3
Allophilus cobe
S6bcgx
Vitis sp
L4bchx
Ocrosia acringae
Allophilus cobe
S4bcgx
S6bcgx
6
5
Alstonia spectabilis
S4bcgx
Callophilum innophilum
S7bcgx
Ocrosia acringae
S4bcgx
Cycas rumphii
Alstonia spectabilis
H7bcgx
S7bcgx
5
10
Cycas rumphii
H7bcgx
Callophilum innophilum
Gymnema
S7bcgx
S6bcaz
4
2
Pongamia
S5ccaz
90
Tabernaemontana pandacacui
H6pcax
Puacanga grandiflora
S5pcax
Casiarea sp
Puacanga grandiflora
V3bcgx
S5pcax
3
7
Alexterion seratus
S4ichx
13
Vitis sp
Leea angulata
L4bchx
H7bcgx
3
3
Cycas rumphii
S4bcgx
Tabernaemuntana divaricata
H6pcax
32
Allextrion seratus
Leea angulata
S4bchx
H7bcgx
3
2
Tabernaemuntana divaricata
H6pcax
36
Allophilus cobe
S6bcax
Allextrion seratus
S4bchx
Piper nefrofraktum
Cycas rumphii
S4bchx
S4bcgx
1
2
Tabernaemuntana divaricata
H6pcax
30
Allophilus cobe
S6pcax
50
Callophilum innophilum
S7bcgx
Piper sp
Tabernaemuntana divaricata
S4bchx
H6pcax
5
50
Tabernaemuntana pandacacui
V4bcax
Gymnema
S6bcaz
Callophilum innophilum
Tabernaemuntana divaricata
S7bcgx
H6pcax
1
8
Leea angulata
H7bcgx
Gymnema
S6bcaz
Alexterion seratus
S4bchx
15
Tabernaemuntana pandacacui
Tabernaemuntana divaricata
V4bcax
H6pcax
3
32
16
Ocrosia acringae
Tabernaemuntana divaricata
S4bcgx
H6pcax
5
32
Alexterion seratus
S4bchx
Cycas rumphii
S6bcnx
Leea angulata
H7bcgx
Ocrosia acringae
Ocrosia acringae
S5bcgx
S4bcgx
1
1
Tabernaemuntana divaricata
H6pcax
45
Cissus sp
H7bcax
Apanamixis grandifolia
Tabernaemuntana divaricata
V3bcgx
H6pcax
2
30
Ocrosia acringae
S4bcgx
Suregada gromerulata
S5bcax
Leea angulata
H7bcgx
Piper sp
S4bchx
Gymnema
S6bcaz
12
13
14
17
18
Tabernaemuntana pandacacui
Tabernaemuntana divaricata
S6bcax
H6pcax
2
64
Leea angulata
H7bcgx
Piper sp
Leea angulata
S4bchx
H7bcgx
6
1
Tabernaemuntana divaricata
H6pcax
56
Piper sp
S4bchx
Piper nefrofraktum
Tabernaemontana
S4bchx
H6pcax
2
32
Ocrosia acringae
S4bcgx
Piper sp
S4bchx
30
Pongamia piata
S4bchx
Pterospermum javanicum
Pongamia piata
L4bchx
S4bchx
1
4
Tabernaemuntana divaricata
H6pcax
36
Piper sp
S4bchx
Apanamixis grandifolia
V3bcgx
Ocrosia acringae
S4bcgx
Gymnema
Tabernaemuntana divaricata
S6bcaz
H6pcax
1
35
Pongamia piata
S4bchx
Gymnema
S6bcaz
Dovialis carpra
S7bchx
Mitrepora polinifera
S4bcgx
24
Callophilum innophilum
Tabernaemuntana divaricata
S7bcgx
H6pcax
1
32
25
Leea angulata
Tabernaemuntana divaricata
H7bcgx
H6pcax
6
30
Piper sp
S4bchx
35
Leea angulata
H7bcgx
19
20
21
22
23
FAKTOR ABIOTIK
Plot
1
Suhu (C)
20
Kelembapan (F)
64
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
20
20
20
20
20
20
20
19
19
18,5
18
18
19
19
20
19
19
19,5
19
19
19
19
19
19
64
64
64
64
64
64
64
64
65
65
65
65
65
66
66
65
66
66
67
66
67
66
66
66
BAB V
PEMBAHASAN
5.1 Pola Vegetasi Tanaman di Taman Nasional Alas Purwo
Daerah pantai merupakan daerah perbatasan antara ekosistem laut dan
ekosistem darat. Karena hempasan gelombang dan hembusan angin maka pasir
dari pantai membentuk gundukan ke arah darat. Setelah gundukan pasir itu,
terdapat tegakan hutan yang dinamakan hutan pantai (BPDAS, 2011).
Berdasarkan data yang diperoleh saat pengamatan, dapat terlihat vegetasi yang
ada di hutan pantai Taman Nasional Alas Purwo sangat beranekaragam. Hal ini
terlihat dari banyaknya jenis individu yang ditemukan pada pengamatan. Pada
kuadran dengan ukuran 5x5m2 dapat ditemukan berbagai macam jenis individu.
Tumbuhan pada hutan pantai cukup beragam. Tumbuhan-tumbuhan pada hutan
tersebut bergerombol membentuk unit-unit tertentu sesuai dengan habitatnya.
Suatu unit vegetasi yang terbentuk karena habitatnya disebut formasi (anonim,
2000). Jumlah dari invidivu-individu tersebut juga cukup banyak. Selain itu, dapat
juga terlihat bahwa semakin masuk ke dalam hutan atau semakin jauh jaraknya
dengan pantai, keberagaman jenis individu yang ada menjadi semakin bervariasi.
Pada plot pertama, jenis tumbuhan yang ditemukan hanya rumput-rumputan
(herba) saja. Pada plot ini belum ditemukan pohon-pohon tinggi yang menaungi
tanaman-tanaman di bawahnya. Sedangkan semakin ke dalam, yaitu pada plotplot selanjutnya dapat ditemukan tanaman-tanaman yang cukup tinggi yang dapat
menanungi tanaman di bawahnya. Atau dengan kata lain, semakin rimbun
vegetasi yang ada.
Keberagaman jenis tumbuhan juga dapat dilihat dari 4 macam jenis life
form yang ditemukan, yaitu pohon, perdu, herba, juga liana. Namun, pada
pengamtan yang dilakukan, life form perdu lebih banyak ditemukan daripada
pohon. Pohon-pohon tersebut cenderung terdapat dalam jumlah yang lebih sedikit
namun dengan ukuran yang cukup tinggi sehingga dapat menaungi tumbuhan
yang ada di bawahnya. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, secara umum
vegetasi yang ada semakin bervariasi. Namun, pada beberapa plot terdapat
fluktuasi jenis individu. Hal ini dikarenakan lokasi pencuplikan yang hanya
berukuran 5x5m2. Di luar plot tersebut, jumlah dan jenis vegetasi yang ada juga
cukup banyak.
Keberagaman vegetasi-vegetasi tersebut juga ditunjang oleh faktor abiotik
yang terdapat pada daerah tersebut. Suhu tanah dan kelembaban tanah yang dapat
kami ukur berturut-turut adalah 20 dan 600 C. Pada suhu yang demikian, vegetasivegetasi yang hidup adalah seperti yang terdapat pada hasil pengamatan dengan
berbagai life form dan jenisnya. Tumbuhan dapat hidup dengan baik di
lingkungan tertentu jika lingkungan itu mampu menyediakan berbagai keperluan
untuk pertumbuhan dan melengkapi daur hidupnya. Faktor lingkungan tersebut
sangat banyak dan beranekaragam, semua itu tidak dapat dipisahkan satu dengan
yang lainnya. Polunin (1990:348) menyatakan bahwa keberadaan faktor-faktor
lingkungan itu dapat mempengaruhi kesuburan, keberhasilan tanaman, untuk
hidup serta berbagai bentuk pertumbuhan lainnya melalui berbagai komponen
penyusunnya. Sifat-sifat suatu lingkungan itu tidak tergantung pada kondisi fisik
dan kimia saja akan tetapi kehadiran organisme lainnya juga sangat diperlukan.
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
1. Pola vegetasi tanaman di Taman Nasional Alas Purwo dari dekat pantai
hingga 250m masuk ke dalam hutan semakin bervariasi atau semakin rimbun.
2. Faktor abiotik seperti suhu dan kelembaban tanah berpengaruh terhadap pola
vegetasi tanaman yang ada di di Taman Nasional Alas Purwo.
6.2 Saran
Sebaiknya, dalam proses pengambilan data di lokasi, peneliti lebih teliti
dalam mengamati setiap individu yang ada di sana agar data yang diperolhe lebih
valid. Selain itu, diharapkan agar lebih l=teloti lagi dalam penghitungan jumlah
individu.
DAFTAR RUJUKAN
Solihin, Lukman. 2011. Taman Nasional Alas Purwo. (Online)
(http://wisatamelayu.com/id/object/845/taman-nasional-alas-purwo/?nav=cat,
diakses pada 25 April 2011)
Kurniawan, dkk. 2008. Vegetasi. (Online).
(http://www.scribd.com/word/access_denied/13662698, diakses pada 25 April
2011)
Dephut. 2011. Taman Nasionla Alas Purwo. (Online).
(http://www.dephut.go.id/index.php?q=id/node/5353, diakses pada 25 April
2011)
Anonim, 2011. Ekosistem Pantai. (Online).
(http://indonesiasmart.wordpress.com/2010/01/page/51/, diakses pada 25
April 2011).