Forensik
Rini Riyanti1, Barunawaty Yunus2
1.
2.
PENDAHULUAN
Kecelakaan
sekejap dan dapat menimbulkan kerusakan baik jasmani maupun jiwa. 1. Kejadian tersebut
biasanya akan menghasilkan keadaan jenazah yang mungkin dapat intak, separuh
intak,membusuk, tepisah berfragmen-fragmen, terbakar menjadi abu, separuh terbakar, terkubur
ataupun kombinasi dari bermacam-macam keadaan.2 Identifikasi yang dilakukan bagi korban
kecelakaan biasanya dilakukan melalui gigi, karena beberapa bagian tubuh lain yang diperlukan
untuk identifikasi bisa saja tidak utuh lagi sedangkan gigi merupakan bagian tubuh yang paling
keras sehingga masih dapat digunakan untuk keperluan identifikasi.3
Pemeriksaan forensik dalam kasus dimana usia kronologis seorang individu tidak
diketahui karena identitas asli tidak ada, pemeriksaan forensik diperlukan untuk memprakiraan
usia. Prakiraan usia melalui gigi dapat dilakukan dengan metode pemeriksaan klinis, radiografis,
histologis, atau biokimiawi. Salah satu metode pemeriksaan yang sangat membantu
mengidentifikasi jasad korban adalah pemeriksaan radiografi.4
Dalam Kedokteran Gigi pemeriksaan radiografi dikenal dengan istilah Dental radiografi.
Dental radiografi memberikan informasi yang berharga membantu dokter gigi mengevaluasi
keadaan rongga mulut yang tidak dapat terlihat secara langsung. 5 Terdapat dua jenis radiografi
yang lazim dikenal di kedokteran gigi yaitu radiografi intraoral dan ekstraoral. 6 Radiografi
memiliki manfaat klinis dan non klinis. Manfaat klinis tentu sudah diketahui bahwa
foto
terjadi
kecelakaan akan sangat membantu proses identifikasi dengan cara membandingkan data
antemortem dan postmortem-nya.5 Namun dikarenakan pemeriksaan radiografi belum menjadi
standar pemeriksaan kesehatan gigi maka tidak semua korban memiliki foto radiografi.6
TINJAUAN PUSTAKA
Dental Radiografi
Dental radiografi memberikan informasi berharga yang membantu dokter gigi
mengevaluasi kesehatan rongga mulut. Dengan bantuan radiografi, dokter gigi dapat melihat apa
yang terjadi dibawah permukaan gigi dan jaringan pendukung gigi.6
Ada dua macam dental radiografi yang lazim dikenal dikedokteran gigi , yaitu :
a. Intraoral radiografi
Radiografi intraoral digunakan untuk melihat struktur jaringan keras pada gigi secara
individual menggunakan film dengan ukuran kecil. Radiografi intraoral sangat diperlukan
pada perawatan yang menuntut ketelitian tinggi seperti perawatan endodontik.6
b. Ekstraoral radiografi
Radiografi ekstraoral menggunakan ukuran film yang lebih besar, Radiografi ekstra oral
yang paling sering digunakan adalah jenis panoramik atau orthopantomograp (OPG),
jenis lainnya adalah sefalometri.6
Radiografi memiliki manfaat klinis dan non klinis :
1. Manfaat klinis
Tentu sudah diketahui bahwa
pemeriksaan penunjang dalam penegakan diagnosis.5 Karena banyak penyakit gigi dan
jaringan sekitarnya tidak dapat terlihat, dental radiografi sangat membantu dalam
mengungkap :
- Adanya kelainan apikal yang tidak terdeteksi secara klinis
- Adanya kelainan pada rahang
- Adanya fraktur rahang atau akar gigi
- Karies yang tersembunyi ( pada proksimal atau karies akar ) karies sekunder,
karies incipien, kedalaman karies dll.6
2. Manfaat non klinis
Foto radiografi khususnya foto panoramik memiliki peran yang luar biasa
bermanfaat pada saat kecelakaan yang melibatkan korban massal seperti kecelakaan
pesawat terbang, kapal laut dan bencana alam seperti gunung meletus dan tsunami.5
Identifikasi Ilmu Kedokteran Gigi Forensik
Yang dimaksud dengan identifikasi ilmu kedokteran gigi
forensik
adalah
aplikasi dari displin ilmu kedokteran gigi yang terkait dalam suatu penyidikan dalam
memperoleh data data postmortem, berguna untuk menentukan otentitas dan identitas
korban maupun pelaku demi kepentingan hukum dalam suatu proses peradilan dan
menegakkan kebenaran.7
Identifikasi ilmu kedokteran gigi forensik terdapat beberapa macam antara lain :
1. Identifikasi ras korban maupun pelaku dari gigi geligi antaropologi ragawi.
2. Identifikasi sex atau jenis kelamin korban melalui gigi geligi dan dan tulang rahang serta
antropologi ragawi.
3. Identifikasi umur korban (janin) melalui benih gigi.
4. Identifikasi umur korban melalui gigi sementara (decidui).
5. Identifikasi umur korban melaui gigi campuran.
6. Identifikasi umur korban melalui gigi tetap.
7. Identifikasi korban melalui kebiasaan menggunakan gigi.
8. Identifikasi korban dari pekerjaan menggunakan gigi.
9. Identifikasi golongan darah korban melalui saliva.
10. Identifikasi golongan darah korban melalui pulpa gigi.
11. Identifikasi DNA korban dai analisa saliva dan jaringan dari sel sel rongga mulut.
12. Identifikasi korban melalui gigi palsu yang dipakainya.
13. Identifikasi wajah korban dari rekontrksi tulang rahang dan tulang fasial.
14. Identifikasi wajah korban.
15. Identifikasi korban melalui pola gigitan pelaku.
16. Identifikasi korban melalui eksklusi pada korban massal.
17. Radiologi Ilmu kedokteran gigi forensik.
18. Fotografi ilmu kedokteran gigi forensik.
19. Victim Identification Form.7
Pada kesempatan ini, akan dibahas mengenai identifikasi usia. Identifikasi usia
dimulai dari identifikasi usia melalui benih gigi. Benih gigi secara umum haruslah ditelusuri
tiga hal penting antara lain prolifikasi benih gigi, kalsifikasi benih gigi, periode periode
erupsi gigi sementara maupun gigi tetap.7
1. Perkembangan janin dan benih gigi
Identifikasi umur dari benih gigi haruslah melalui janin, menurut Perdanakusuma (1984),
terdapat bebrapa kemungkinan usia janin yaitu :
a. Dalam arti janin pada umumnya, yakni sejak berusia dua, tiga atau empat minggu
sampai dengan 40 minggu.
b. Dalam arti embrio murni, yaitu sejak pembuahan sampai dengan akhir minggu ke-8
usia janin.
c. Dalam arti embrio lanjutan, yaitu sejak janin berusia 9 minggu sampai mendekati 16
minggu.
d. Dalam arti fetus murni, yaitu saat janin berusia 16 minggu.7
Klasifikasi Awal
Mahkota
Erupsi
Akar Lengkap
L1 atas
Gigi
4 bulan
7,5 bulan
1,5-2 tahun
L1 bawah
5 bulan
6,5 bulan
2,5-2 tahun
L2 atas
6 bulan
8 bulan
3,5-2 tahun
L2 bawah
7 bulan
7 bulan
4,5-2 tahun
C atas
8 bulan
16-20 bulan
2,5-3 tahun
C bawah
9 bulan
16-20 bulan
2,5-3 tahun
M1 atas
10 bulan
12-16 bulan
2-2,5 tahun
M1
11 bulan
1,75
3 tahun
3 tahun
bawah
M2 atas
12 bulan
bulan
1,75-2,5 bulan
M2
13 bulan
1,75-2,5 bulan
bawah
Sumber :
https://dentosca.wordpress.com/category/paediatric-dentistry/page/6/
Denah gigi memperlihatkan formasi gigi sementara dari 6 bulan samapai dengan
3 tahun dan gambar disampingnya memperlihatkan gigi anak anak umur 4 -6 tahun.7
Periode erupsi gigi decidui sangat bervariasi tergantung dari beberapa faktor
antara lain :
-
Sumber : http://ww2.doktergigikita.com/?folio=7POYGN0G2
Gambar denah memperlihatkan periode pertumbuhan gigi campur yang dimulai
dari 7 tahun dengan deviasi kurang lebih 9 bulan sampai dengan anak usia 10 tahun
dengan deviasi kurang lebih 9 bulan. Denah yang outline saja menggambarkan gigi tetap
sedangkan denah yang hitam menandakan adanya gigi decidui/sementara.7
c. Identifikasi umur korban melalui gigi tetap
Identifikasi umur korban melalui gigi tetap dimulai dari umur 13 tahun
sampai 21 tahun menurut periode erupsi akan tetapi bila menelaah lebih lanjut
terdapat metode Gusstafson (1996). Metode Gusstafson, identifikasi umur dari gigi
tetap terdapat kriteria yang disebut Six Changes Of The Physiological Age Process
in Teeth . Dengan kata lain terdapat 6 kriteria dari perubahan jaringan gigi akibat
penggunaan gigi sesuai dengan usia.7
Sumber : https://www.google.co.id/?gws_rd=cr&ei=X0VRVdDG8K9ugSHv4CwBQ#q=prakiraan+usia+individu+melalui+pemeriksaan+
gigi+:pdf
The degrees of attrition yang dimaksud adalah derajat atau keparahan dari
atrisinya permukaan kunyah gigi baik insisal maupun oklusal sesuai dengan
penggunaaannya. Makin usia lanjut maka derajat atrisinya makin parah.7
2. Altertion In The Level Of Gingiva Attachment
Perubahan fisiologis akibat penggunaan gigi dari epitel attachment
ditandai dengan turunnya atau dalamnya sulcus gingiva yang melebihi 2 mm
bahkan makin usia lanjut, gingiva attachment turun keakar gigi terlihat seakan
aan mahkota lebih panjang.7
3. The Amount Of Secondary Dentine
Pembentukan sekunder dentin oleh karena penggunaan gigi atau atrisi dari
permukaan oklusal biasanya terbentuk di atas atap pulpa sehingga makkin usia
lanjut secara roentgenografi terlihat seakan akan pulpa jadi sempit karena
sekunder dentinnya makin tebal.7
Menurut Yeager (1963), pembentukan sekunder dentin merupakan
penyempurnaan pembentukan reparative dentin yang mempunyai estimasi kurang
lebih 4 5 micron/hari.7
Menurut James (1958), bahwa ditemukannya kalsifikasi yang merata pada
jaringan atap pulpa gigi geligi atap permanen sebagai reaksi traumatik oklusi.7
Sumber : https://www.google.co.id/?gws_rd=cr&ei=X0VRVdDG8K9ugSHv4CwBQ#q=prakiraan+usia+individu+melalui+pemeri
ksaan+gigi+:pdf
Menurut Gusstafson (1950), bahwa resopsi akar gigi tetap akibat tekanan
fisiologis dengan bertambahnya umur. Mili demi mili diukur oleh dalam
penentuan umur akibat penggunaan gigi.7
Pencatatan Data Semasa Hidup Dan Data Setelah Kematian
Pencatatan data semasa hidup disebut dengan data Antemortem sedangkan
pencataan data setelah kematian disebut data Postmortem.8
Pencatatan data gigi dan rongga mulut semasa hidup, biasanya berisikan antara lain :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Identitas pasien.
Keadaan umum pasien.
Odontogram ( data gigi yang menjadi keluhan ).
Data perawatan kedokteran gigi.
Nama dokter gigi yang merawat.
Surat pertujuan tindakan medik (Inform Consent).8
1. fotoradiografi pembukaan rahang untuk memperoleh data gigi dan rongga mulut.
2. Pencetakan rahang atas dan rahang bawah untuk mendapatkkan study model rahang.
3. Pencatatan gigi pada formulir odontogram.8
PEMBAHASAN
Pemeriksaan forensik dalam kasus dimana usia kronologis seorang individu tidak
diketahui karena identitas asli tidak ada ataupun adanya indikasi pemalsuan identitas,
pemeriksaan forensik diperlukan untuk prakiraan usia. Usia dapat diprakirakan karena
bertambahnya usia seiring dengan meningkatnya tahap pertumbuhan dan perkembangan struktur
tubuh berupa perubahan fisik yang konstan sehingga setiap tahap dari proses perubahan tersebut
dapat dihubungkan dengan usia seorang individu. Prakiraan usia dapat dilakukan pada individu
hidup maupun mati. Sebagai contoh dalam kasus bencana massal, prakiraan usia dapat
menjadikan identifikasi korban lebih sederhana dengan mengelompokkan usia korban.4
Bagian tubuh yang umumnya dipakai untuk memprakiraan usia adalah skeletal dan gigi.
Kematangan skeletal sebagai media prakiraan usia memiliki keterbatasan karena hanya dapat
memprakirakan usia pada rentang usia tertentu dengan simpangan baku usia yang besar.
Sedangkan gigi sebagai media prakiraan usia memiliki beberapa keunggulan, salah satunya
adalah dapat memprakirakan usia pada individu usia prenatal sampai usia dewasa. Prakiraan
usia melalui gigi dapat dilakukan dengan metode pemeriksaan klinis, radiografis,histologis, atau
biokimiawi.4
Pada kesempatan ini, akan dibahas identifikasi usia dengan metode pemeriksaan
radiografi, dengan meginterpretasikan gambaran radiografi berdasarkan fase benih gigi dan fase
erupsi gigi.
A. Interpretasi benih gigi pada janin
Interpretasi umur korban melalui janin, bila masih ditemukan rahang janin, maka harus
dibuat roentgenogram dari rahang tersebut untuk interpretasi benih gigi atau crypt dan
formasi mahkota serta formasi mahkota dan akar gigi. Teknik roentgenografi foto
dilakukan dengan proyeksi true oklusal dengan menggunakan film oklusal.7
1. Interpretasi roentgenogram dari proyeksi oklusal rahang atas dan bawah janin 3 3,5
bulan memperlihatkan pembentukan crypt gigi insisivus kiri dan kanan.
2. Interpretasi roentgenogram proyeksi oklusal rahang atas dan bawah janin usia 4 5
bulan memperlihatkan crypt dan tulang rahang yang terlihat lebih radioopak.
3. Interpretasi dari roentgenogram proyeksi oklusal rahang atas janin yang berusia 6 -7
bulan memperlihatkan crypt pada gigi insisivus dan kaninus. Untuk rahang bawah
formasi crypt gigi insisivus lateral lebih nyata.
4. Interpretasi dari roentgenogram proyeksi oklusal rahang atas dan bawah janin yang
beumur 8 bulan memperlihatkan kalsifikasi crypt dan formasi mahkota untuk semua
gigi decidui.
5. Interpetasi dari roentgenogram proyeksi oklusal rahang atas dan bawah janin berumur
9 bulan/ masa kelahiran memperlihatkan kalsifikasi dan formasi mahkota untuk
seluruh gigi decidui kalsifikasi cusp dan insisal lebih radioopak sehingga
mencerminkan pembentukan gigi hingga servikal.7
B. Interpretasi roentgenogram periode gigi decidui
Sumber : http://ilmucutpz.blogspot.com/2013/04/kelainan-pada-pertumbuhandan.html
Gambar 1 : Topografik oklusal anterior rahang bawah memperlihatkan
terbentuknya formasi gigi tetap insisivus sentral dan insisivus lateral dibawah gigi
decidui, yang sudah siap untuk erupsi. Namun belum terjadi proses resobsi dari
akar gigi insisivus sentral dan lateral rahang bawah. Perkiraan usia 4 5 tahun.
C. Interpretasi roentgenogram periode gigi bercampur
Sumber : http://medind.nic.in/jao/t11/i3/jaot11i3p222.htm
Sumber : http://jnynita.com/2013/03/19/macam-jumlah-waktu-tumbuh-dan-tanggal-gigi/
Gambar 3 : Foto panoramik diatas memperlihatkan gigi Molar kedua Rahang atas dan
bawah serta gigi Caninus Rahang bawah telah erupsi, namun belum mencapai dataran
oklusal sedangkan gigi permanen yang lainya seperti gigi Insisivus, Premolar dan Molar
erupsinya telah mencapai daran oklusal. Tampak juga telah terbentuknya formasi benih gigi
permanen bagian corona Molar ketiga yang belum erupsi. Foto radiografi juga
memperlihatkan ukuran rongga pulpa masih sangat besar. Perkiraan usia 9 12 tahun.
Sumber : http://klinikjoydental.com/sebelum-pasang-kawat-wajibkah-rontgen-gigi/
Gambar 3 : Radiografi panoramik diatas memperlihatkan ruang pulpa pada gigi rahang
atas dan rahang bawah telah menyempit, oleh karena terbentuknya dentin sekunder.
Tampak seluruh gigi geligi permanen telah erupsi kecuali gigi geraham ke tiga yang baru
akan erupsi. Perkirakan usia berkisar 17 21 tahun.
Sumber : https://dentistrymolar.wordpress.com/2013/03/31/cementoma/
Gambar 4 : Radiografi panoramik memperlihatkan tampak gigi molar ketiga rahang
bawah erupsinya telah mencapai dataran oklusi. Tampak pada gigi geligi yang masih ada
di rahang atas dan bawah cups telah atrisi dan tampak juga crest alveolar telah
mengalami resobsi pada rahang atas dan rahang bawah, perkiraan usia adalah 40 tahun
keatas.
SIMPULAN
Dental radiografi selain sangat membantu tugas seorang dokter gigi dalam
menegakkan diagnosis, radiografi juga memiliki manfaat lain selain untuk kepentingan
klinis yaitu untuk identifikasi korban saat terjadi musibah seperti kecelakaan dan bencana
massal. Dengan dental radiografi usia korban musibah dapat dengan cepat diidentifikasi
berpedoman pada teori periode pertumbuhan dan perkembangan gigi yang dicocokkan
dengan data gigi geligi yang ditemukan sebagai data setelah kematian atau postmortem.
DAFTAR PUSTAKA
1. Adisendjaja YH. Keselamatan dan keamanan laboratorium. Juni 2004. BIO-UPI.
Available
from
:
http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._BIOLOGI/195512191980021YUSUF_HILMI_ADISENDJAJA/keselamatan_dan_keamanan_laboratorium_FINAL.pdf
4. Adisty PS, Nehemia B, Soedarsono N. Prakiraan usia individu melalui pemeriksaan gigi
untukk kepentingan forensik kedokteran gigi. Vol. 62/3 September/Desember 2013.
Jurnal
PDGI.
p.
55-63.
Available
from
:
https://www.google.co.id/?
gws_rd=cr&ei=X0VRVdDG8K9ugSHv4CwBQ#q=prakiraan+usia+individu+melalui+pemeriksaan+gigi+:pdf
5. Saputra CD. Memahami jejak rekam pasien melalui radiografi : Cerdas Beretika Dental
& Dental. Edisi November Desember 2013. p. 14/7
6. Saputra CD. Radiografi di kedokteran gigi ( Pemeriksaan radiografi di dunia medis
termaksud dalam kategori pemeriksaan dalam penegakan diagnosis ) : Cerdas Beretika
Dental & Dental. Edisi November Desember 2013. p. 12/3
7. Lukman D. Identifikasi umur korban (janin) melalui benih gigi, gigi decidui, gigi
campuran, gigi tetap: Buku Ajar Ilmu Kedokteran Gigi Forensik. Edisi ke-2. Jakarta:
Penerbit Sagung Seto; 2006. p. 23-61
8. Lukman D.Pencatatan data semasa hidup dan data setelah kematian: Buku Ajar Ilmu
Kedokteran Gigi Forensik. Edisi ke-1. Jakarta: Penerbit Sagung Seto; 2006. p. 45/8.