Anda di halaman 1dari 34

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNOLOGI SEDIAAN LIQUIDA DAN SEMISOLIDA


Sediaan Krim Acyclovir

Disusun oleh:
HANA HANIFAH FADLLAN
P17335114065
Kelompok 9
IA
Pembimbing :
PATIHUL HUSNI, M.SI., Apt.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN BANDUNG
JURUSAN FARMASI
2015

SEDIAAN Krim Acyclovir


I.

TUJUAN PERCOBAAN

Mampu membuat formulasi yang tepat, membuat


mengevaluasi sediaan krim dengna bahan aktif Acyclovir

sediaan

dan

II.
LATAR BELAKANG
Dalam praktikum ini akan di buat sediaan krim dengan zat aktif Acyclovir. Krim
adalah bentuk sediaan setengah padat berupa emulsi yang mengandung satu atau lebih bahan
obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai (mengandung air tidak kurang
dari 60%). (Ansel, 1989) .
Acyclovir adalah salah satu obat antivirus yang digunakan untuk mengobati infeksi
virus seperti varisela zoster dan herpes simpleks. Varisela zoster adalah virus yang
menyebabkan munculnya herpes zoster atau cacar api. Sedangkan virus herpes simpleks
menyebabkan terjadinya penyakit herpes genital dan cold sore atau luka melepuh di sekitar
bibir. Acyclovir sendiri memiliki efek farmakologi berkhasiat spesifik terhadap virus herpes
tanpa menggangu fisiologi sel-sel host nya, mekanisme kerja khas yakni obat baru menjadi
aktif setelah di fosforilasi oleh enzim hymidinkinase yang khusus terdapat dalam sel-sel
yang di infeksi virus.
Dalam praktikum sediaan di buat berupa sediaan krim karena berdasarkan fungsi
kerja Acyclovir sebagai obat antivirus yang berfungsi sebagai obat infeksi virus varisela
zoster yang menyebabkan munculnya herpes zoster dimana virus bekerja menginfeksi
mulut/jaringan mukosa sedangkan cara kerja krim berlangsung pada jaringan setempat
sehingga aktivitas Acyclovir sebagai obat herpes dapat bekerja dengan baik dan pasien tetap
nyaman dalam penggunaan nya selain itu sediaan krim praktis di gunakan dan mudah di
cuci dengan air untuk krim tipe m/a .
Efek samping Acyclovir umumya dapat ditoleransi dengan baik. Asiklovir topikal
dalam larutan polietilen glikol dapat menyebabkan iritasi mukosa dan rasa terbakar bila
dioleskan pada lesi genital. Penggunaan acyclovir selama 5 tahun untuk terapi supresi herpes
genitalis dinyatakan aman. Tidak terlihat peningkatan cacat bawaan pada wanita hamil yang
menggunakan asiklovir. 3
Beberapa pasien melaporkan mual, muntah dan pusing, tetapi efek samping ini
jarang sampai memerlukan penghentian pengobatan. Acyclovir dapat mengendap di tubuli
renal bila dosis yang diberikan sangat berlebihan atau pada pasien dehidrasi. Keadaan ini
dapat menyebabkan penurunan bersihan kreatinin. Pada pasien dengan bersihan ginjal yang

kurang, dapat timbul efek samping yang berikut ini : ensefalopati disertai letargi, tremor,
halusinasi, kejang dan koma. 2
Acyclovir juga dapat menimbulkan efek samping diantaranya : kelelahan, nyeri
terutama pada sendi, rambut rontok, perubahan daya lihat. Sedangkan efek samping yang
lebih serius diantaranya : bintik-bintik merah yang bengkak dan gatal, ruam atau kulit
melepuh,gatal,sulit bernafas atau sulit menelan,pembengkakan pada wajah, tenggorokan,
lidah,

mata,

tangan,

kaki,

pergelangan

kaki

atau

tungkai

bawah,serak,jantung

berdebar,kelemahan,kulit pucat,sulit tidur, demam, nyeri tenggorokan, menggigil, batuk dan


gejala infeksi lainnya, memar atau perdarahan yang tidak biasa,hematuria,nyeri atau kram
lambung,diare berdarah,penurunan produksi urin,sakit kepala, halusinasi ( melihat atau
mendengar sesuatu yang sebenarnya tidak ada)
Efek samping jika dilihat dari cara pemberian :
Parenteral :
1. Toksisitas pada ginjal; pengendapan kristal Asiklovir dat terjadi pada tubulus ginjal jika
mlebihi daya larut asiklovir bebas (2,5 mg/ml dalam 37OC air) atau jika pemberian injesi
secara bolus. Kreatinin serum dan BUN akan meningkat sedangkan bersihan kreatinin
menurun.
2. Gejala ensefalopati : rata-rata 1% pasien yang menerima Asiklovir intravena
bermanifestasi seperti gejala ensefalopati yaitu letargi, obtundation, tremor, bingung,
halusinasi, agitasi, kejang atau koma.
3. Lainnya : peningkatan sementara kreatinin serum, ruam atau bintik-bintik merah yang
bengkak dan gatal, diaphoresis, hematuria, hipotensi, sakit kepala dan mual,
trombositosis. Oral : (efek gastrointestinal berkurang jika diminum bersamaan dengan
makanan)
Terapi jangka pendek : mual/muntah, diare, sakit kepala, pusing, lelah, ruam kulit,
udem, adenopati inguinal, anoreksia, nyeri tungkai, berkurangnya sensasi perasa, nyeri
tenggorokan.
Terapi jangka panjang : mual, muntah, diare, sakit kepala, vertigo, insomnia,
iritabilitas, depresi, ruam kulit, jerawat, rambut rontok, nyeri sendi, demam, palpitasi, nyeri
tenggorokan, kram otot, mentruasi yang abnormal, limfadenopati. 5
Krim acyclovir ini digunakan 5 kali setiap 4 jam selama 5 hari

III.
TINJAUAN PUSTAKA
1. Acyclovir

Zat Aktif
Struktur

Acyclovir

(FI V, hlm 173)


Rumus molekul

C8H11N5O3
(Fi v, hlm 173)

Titik lebur
Pemerian

Serbuk hablur; putih hingga hampir putih; melebur pada suhu


lebih dari 250 0 C disertai peruraian

Kelarutan

(FI V, hlm 173)


Larut dalam asam klorida encer; sukar larut dalam air; tidak
larut dalam etanol.

Stabilita

(FI V, hlm 173)


Panas : stabil pada suhu ruangan (250 C) (TPC, Hlm 712)
Cahaya,Air, ph : tidak di temukan TPC,USP,NF,ncbi,Japaness

Inkompabilitas
Keterangan lain
Penyimpanan
Kadar penggunaan

Sebagai zat aktif


Dalam wadah tertutup rapat, pada suhu ruang, terlindung
cahaya dan lembab.
(TPC, Hlm 714)
5 % b/b
(OOP, hlm 129)

2. Adeps lanae/Lanolin
Zat Aktif
Adeps lanae / lanolin
Struktur
Tidak di temukan pada FI V, HOPE 6th , USP , NF, BF,
Rumus molekul

Martindale, ncbi.nlm.nih.gov
Tidak di temukan pada FI V, HOPE 6th , USP , NF, BF,
Martindale, ncbi.nlm.nih.gov

Titik lebur
Pemerian

(HOPE 6th, hlm 379)


bewarna kuning kemanis-manisan , zat lilin pucat deng samar ,
bau yang khas. lanolin cair/leleh adalah cairan kuning jelas
atau hampir jelas.

Kelarutan

(HOPE 6th, hlm 379)


mudah larut dalam benzene,kloroform,eter dan minyak bumi,

kurang larut, dalam etanol dingin (95%). lebih mudah larut


dalam etanol (95%) mendidih , praktis tidak larut dalam air.
Stabilitas

(HOPE 6th , hlm 379 )


lanolin mungkin secara bertahap mengalami autoksidasi
selama

penyimpanan

berkepanjangan

paparan

pemansan

dapat

yang

berlebihan

menyebabkan

atau
lanolin

anhidrat menggelapkan warna dan mengembangkan bau


rancidika kuat. namun lanolin dapat di sterilkan dengan panas
kurang pada 1500 C.
Inkompabilitas

(HOPE 6th, hlm 379)


lanolin mungkin berisi prooxidants yang dapat mempengaruhi
stabilitas obat aktif tertentu
(HOPE 6th, hlm 379)

Keterangan lain
Penyimpanan

Basis Krim
(HOPE 6th, hlm 379)
Harus di simpan pada wadah penuh , wadah tertutup baik
terlindung dari cahaya , sejuk dan kering , jangka waktu 2
tahun.
(HOPE 6th, hlm 380)

Kadar penggunaan
3. Asam stearat
Zat Aktif
Struktur

Asam stearate
Tidak di temukan pada FI V, HOPE 6th , USP , NF, BF,

Rumus molekul

Martindale, ncbi.nlm.nih.gov
Tidak di temukan pada FI V, HOPE 6th , USP , NF, BF,
Martindale, ncbi.nlm.nih.gov

Titik lebur
Pemerian

Kristal padat atau bubuk putih atau kekuningan sedikit berbau


(dengan ambang batas bau 20 ppm ) dan rasa menunjukkan
lemak

Kelarutan

(HOPE 6th, Hlm 697)


bebas larut dalm benzene, karben tetraklorida , kloroform, dan
eter, larutdalam etanol (95%) , heksana, dan propilenglikol,
praktis larut dalam aor

Stabilitas

(HOPE 6th, Hlm 697)


stabil pada wadah kering tertutup rapat di tempat sejuk dan
kering

Inkompabilitas

(HOPE 6th, Hlm 697)


tidak kompatinel dengan sebagian besar logam hidroksida dan
mungkin tidak semua dengan basa zat pereduksi dan agen
pengoksida
(HOPE 6th, Hlm 697)

Keterangan lain

Emulgator

Penyimpanan

(HOPE 6th, Hlm 697)


wadah kering tertutup rapat di tempat sejuk dan kering
(HOPE 6th, Hlm 697)

Kadar penggunaan
4. Parafin cair
Zat Aktif
Struktur

Parafin cair
Tidak di temukan pada FI V, HOPE 6th , USP , NF, BF,

Rumus molekul

Martindale, ncbi.nlm.nih.gov
Tidak di temukan pada FI V, HOPE 6th , USP , NF, BF,

Titik lebur
Pemerian

Martindale, ncbi.nlm.nih.gov
(Fi v , hlm 869)
Cairan berminyak, jernih, tidak berwarna, bebas atau praktis
bebas dari fluoresensi. Dalam keadaan dingin tidak berbau,
tidak berasa dan jika dipanaskan berbau minyak tanah lemah

Kelarutan

(FI V , Hlm 869)


Tidak larut dalam air dan dalam etanol; larut dalam minyak
menguap; dapat bercampur dengan minyak lemak; tidak

Stabilita

bercaur dengan minyak jarakmp. (FI V , Hlm 869)


Mengalami oksidasi bila terkena panas dan cahaya. Harus
disimpan dalam wadah kedap udara, terlindung dari cahaya, di

Inkompabilitas
Keterangan lain
Penyimpanan

tempat yang sejuk dan kering. (HOPE 6th 2009, hal. 446)
Tidak tahan dengan oksidator kuat. (HOPE 6th 2009, hal. 446)
Sebagai zat aktif
Dalam wadah tertutup rapat dan hindarkan dari panas berlebih.
(FI V , Hlm 869)

Kadar penggunaan
5. Na EDTA
Zat Aktif

Na EDTA

Struktur

(HOPE 6th, Hlm 243)


Rumus molekul
(HOPE 6th, Hlm 243)
Titik lebur
Pemerian

(HOPE 6th, Hlm 243)


Kristal putih , serbuk berwarna , rasa sedikit asam

Kelarutan

(HOPE 6th, Hlm 243)


praktis tidak larut dalam kloroform dan eter sedikit larut dalam
etanol(95%) larut dalam air 1 : 11

Stabilita

(HOPE 6th, Hlm 243)


garam EDTA lebih stabil dari pada asam edetic, namun di
natrium EDTA dihidrat kehilangan air dari kristalisasi ketika di
panas kan sampai 1200 C , larutan di natrium EDTA dapat di
sterilkan dengan autoklaf.

Inkompabilitas

(HOPE 6th, Hlm 243)


Dinatrium EDTA bersifat seperti asam lemah, menggantikan
karbon dioksida dari karbonat dan beeaksi dengan logam
untuk membentuk hydrogen kompatibel dengan oksidator
kuat, basa kuat, ion logam, dan paduan logam.
(HOPE 6th, Hlm 243)

Keterangan lain
Penyimpanan

Pengkompleks
Dalam wadah tertutup rapat
(HOPE 6th, Hlm 243)

Kadar penggunaan

0.5 %
(HOPE 6th, Hlm 243)

6. TEA
Zat

TEA

Sinonim
(HOPE 6th , hlm 755)
Struktur

(HOPE 6th , hlm 755)


Rumus molekul
(HOPE 6th , hlm 755)
Titik lebur
(HOPE 6th , hlm 755)
Pemerian

Berwarna kuning pucat., berwarna tidak jelas , cairan kental ,


memiliki bau ammonia sedikit. TEA adalah campuran dari
basis 2,2 0,2 00 nitrio trietanol,meskipun juga mengandung 2,2
innobise = dietanolamin dan jumlah yang lebih kecil dari 2
aminoethanol.
(HOPE 6th, hlm 754)

Kelarutan

aseton larut
benzene 1 : 24 bagian
karbon tetraklorida
etil eter 1 di 36 bagian
methanol larut
air larut
(HOPE 6th , hlm 755)

Stabilitas

trietanolamin beruabh coklat pada paparan cahaya dan udara


85% kelas triethanolamin cenderung stratifikasi bawah 150 C,
homogeniti dapat di kembangkan dengan pemanasan dan

pencampuran sebelum di gunakan . trietanolamin harus di


simpan dalam wadah kedap udara terlindung dari cahaya di
tempat yang sejuk dan kering.
(HOPE 6th , hlm 759)
Inkompabilitas

trietanolamin adalah amina tersier yang mengandung gugus


hidroksi mapu menjalin reaksi khas amina tersier dan alcohol.
trietnolamin akan bereaksi dengan asam mineral untuk
membentuk garm Kristal dan ester. dengan asam lemak lebih
tinggi , trietanolamin juga bereaksi dengan lembaga untuk
membantu garam kompleks.
(HOPE 6th , hlm 755)

Keterangan lain

agen alkali zing , agen pengemulsi


(HOPE 6th , hlm 755)

Penyimpanan

Dalam wadah tertutup rapat


(HOPE 6th , hlm 755)

Kadar penggunaan
7. Methylparaben
Zat

Methylparaben

Sinonim

Aseptoform M; cosept M; E218; 4-hydroxybenzoic acid


methyl

ester;

metagin;

parahydroxybenzoas;

Methyl

methyl

Chemosept;

p-hydroxybenzoate;

methylis
Methyl

Parasept; Nipagin M; Solbrol M; Tegosept M; Uniphen P-23.


Methyl-4-hydroxybenzoate, Methyl Hydroxybenzoate, Methyl
Parahydroxybenzoate, Methylparaben.
(HOPE 6th 2009, hal. 441)

Struktur

(HOPE 6th 2009, hal. 441)


Rumus molekul

C8H8O3.
(HOPE 6th 2009, hal. 443)

Titik lebur

125128oC
(HOPE 6th 2009, hal. 443)

Pemerian

Serbuk hablur halus, putih, hampir tidak berbau, tidak


mempunyai rasa, kemudian agak membakar diikuti rasa tebal.
(HOPE 6th 2009, hal. 442)

Kelarutan

Etanol 95% 1 : 3
Eter

1 : 10

Gliserin

1 : 60

Propilenglikol
Air

1:5

1 : 400
(HOPE 6th 2009, hal. 443)

Stabilita

Larutan metil paraben ph 3-6 dapat disterilkan dan autoclave


pada 120oc selama 20 menit tanpa penguraian. Pada ph 8 atau
lebih mengalami hidrolisis 10%.
(HOPE 6th 2009, hal. 443)

Inkompabilitas

Aktifitas antimikroba metilparaben dan paraben lainnya sangat


berkurang

dengan

adanya

surfaktan

nonionic.

Tidak

kompatibel dengan bahan lain seperti bentonit, magnesium


trisilakat, tragakan metil paraben berubah warna dengan
adanya besi dan terhidrolisis oleh basa lemah dan asam kuat.
(HOPE 6th 2009, hal. 443)

Keterangan lain

Kegunaan : Sebagai pengawet anti mikroba.


(HOPE 6th 2009, hal. 442)

Penyimpanan

Dalam wadah tertutup baik.


(FI V hal. 378)

Kadar penggunaan

Methylparaben (0,18%) bersama-sama dengan propil paraben


(0,02%) telah digunakan untuk pelestarian berbagai formulasi.
(HOPE 6th 2009, hal. 442)

8. Propilparaben
Zat

Prophylparaben

Sinonim

Aseptoform P; cosept P; E216; 4-hydroxybenzoic acid propyl


Ester; Nipagin P; Nipasol M; propagin; Propyl Aseptoform;
propyl

butex;

parahydroxybenzoas;

Propyl

Chemosept;

propyl

phydroxybenzoate;

propylis
Propyl

Parasept; Solbrol P; Tegosept P; Uniphen P-23; Propyl 4hydroxybenzoate; Propyl Hydroxybenzoate.


(HOPE 6th 2009, hal. 596)
Struktur

(HOPE 6th 2009, hal. 596)


Rumus molekul

C10H12O3
(HOPE 6th 2009, hal. 596)

Titik lebur

95o-99oc
(HOPE 6th 2009, hal. 596)

Pemerian

Serbuk hablur putih, tidak berbau, tidak berasa


(FI V hal. 535)

Kelarutan

Mudah larut dalam aseton; larut dalam etanol 95% dengan


perbandingan 1:1,1 dan etanol 50% dengan perbandingan

1:5,6; mudah larut dalam eter 1:10; gliserin 1:250; larut dalam
minyak mineral 1:3330; larut dalam minyak kacang 1:70;
propilenglikol 1:3,9; air 1:2500 dan 1:4350(dalam suhu 15oc)
serta 1:225 (dalam suhu 80oc).
(HOPE 6th 2009, hal. 597)
Stabilita

Larutan propel paraben cair pada ph 3-6 dapat disterilkan


dengan autoklaf tanpa dekomposisi. Pada ph 3-6 larutan
cairnya stabil (kurang dari 10% dekomposisi). Sementara pada
ph 8 atau lebih maka akan cepat mengalami hidrolisis.
(HOPE 6th 2009, hal. 597)

Inkompabilitas

Aktifitas propilparaben sebagai akan berkurang dengan


adanya surfaktan non-ionik. Propilparaben berubah warna
dengan adanya besi dan mudah terhidrolisis oleh asam lemah
dan basa kuat.
(HOPE 6th, hal. 597)

Keterangan lain

Kegunaan : Sebagai pengawet anti mikroba.


(HOPE 6th, hal. 596)

Penyimpanan

Dalam wadah tertutup baik.


(FI V , hal. 535)

Kadar penggunaan

Methylparaben (0,18%) bersama-sama dengan propil paraben


(0,02%) telah digunakan untuk pelestarian berbagai formulasi.
(HOPE 6th, hal. 442)

9. BHT (Butil Hidroksi Toluen)


Zat
Butil hidroksi toluene
Sinonim

Agidol;

BHT;

2,6-bis(1,1-dimethylethyl)-4-methylphenol;

butyl-hydroxytoluene;

butylhydroxytoluenum;

Dalpac;

dibutylated hydroxytoluene; 2,6-di-tert-butyl-p-cresol; 3,5-ditert-butyl-4-hydroxytoluene; E321; Embanox BHT; Impruvol;


Ionol

CP;Nipanox

BHT;OHS28890;Sustane;Tenox

BHT;Topanol;Vianol.(HOPE 6th 2009 hal. 75)


Struktur

(HOPE 6th, hal. 75)


Rumus molekul

C15H24O.
(HOPE 6th, hal. 75)

Titik lebur

700c.
(HOPE 6th, hal. 75)

Pemerian

Butylated hydroxytoluene merupakan kristal padat berwarna


kuning putih atau pucat dengan bau fenolik yang samar.
(HOPE 6th, hal. 75)

Kelarutan

Praktis tidak larut dalam air, gliserin, propilenglikol, solusi


hidroksida alkali, dan asam mineral berair. Bebas larut dalam
aseton, benzena, etanol (95%), eter, methanol, toluene, minyak
tetap, dan minyak mineral. Lebih larut dari butylated
hydroxyanisole dalam minyak dan lemak makanan.
(HOPE 6th, hal. 75)

Stabilita

Paparan cahaya, kelembaban, dan panas menyebabkan


perubahan warna dan hilangnya aktivitas.
(HOPE 6th, hal. 76)

Inkompabilitas

Butylated hydroxytoluene adalah fenolik dan mengalami


reaksi karakteristik fenol. Hal ini tidak kompatibel dengan
oksidator kuat seperti peroksida dan permanganates. Kontak
dengan agen oksidasi dapat menyebabkan pembakaran
spontan. Garam besi menyebabkan perubahan warna dengan
hilangnya aktivitas. Pemanasan dengan jumlah katalitik asam

menyebabkan dekomposisi yang cepat dengan rilis dari


isobutene gas yang mudah terbakar.
(HOPE 6th, hal. 76)
Keterangan lain

Kegunaan: antioksidan.
(HOPE 6th, hal. 75)

Penyimpanan

Butylated hydroxytoluene harus disimpan dalam wadah


tertutup baik, terlindung dari cahaya, di tempat yang sejuk dan
kering.
(HOPE 6th, hal. 76)

Kadar penggunaan

0,5-1,0%
(HOPE 6th, hal. 75)

10. Gliserin
Zat
Sinonim

Gliserin mengandung tidak kurang dari 95,0% dan tidak


lebih dari 101,0% C3H8O3.
(FI V Hal 498)
Gliserol
(FI V Hal 498)

Struktur

(FI V Hal 498)


Rumus molekul

C3H8O3
(FI V Hal 498)

Titik lebur
Pemerian

Kelarutan

Cairan; jernih seperti sirup; tidak berwarna; rasa manis;


hanya boleh berbau khas lemah (tajam atau tidak enak).
Higroskopik; netral terhadap lakmus.
(FI V Hal 498)
Dapat bercampur dengan air dan dengan etanol; tidak larut

Stabilita

dalam kloroform, dalam eter, dalam minyak lemak dan


dalam mimyak menguap.
(FI V Hal 498)
bersifat hifroskopik , gliserin murni tidak rentan terhadap
oksidasi
(HOPE 6th hlm 286)

Inkompabilitas

dapat meledak jika dicampur dengan pengoksida kuat


seperti kromin tiroksida
(HOPE 6th hlm 286)

Keterangan lain

pelarut,pemanis,cosolvet

Penyimpanan

(HOPE 6th hlm 286)


Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat.
(FI V Hal 499)

Kadar penggunaan
11. Aquadest
Zat

Aqua
(HOPE 6th hal 766-770)

Sinonim

aqua purificat, hydrogen oxide


(HOPE 6th hal 766)

Struktur

(HOPE 6th hal 766)


Rumus molekul

H2O

Titik lebur

00 C
(HOPE 6th hal 766)

Pemerian

cairan jernih tidak berwarna , tidak berbau dan tidak berasa.


(HOPE 6th hal 766)

Kelarutan

tercampur dengan pelarut polar.

(HOPE 6th hal 766)


Stabilita

air secara kimiawi stabil di semua keadaan fisik nya.


(HOPE 6th hal 766)

Inkompabilitas

dalam formulasi farmasetika , air dapat bereaksi dengan


obat-obatan dengan eksipien lain yang rentan terhadap
hidrolisis (terkomposisi dengan ada nya air atau uap air).
pada peningkatan suhu air bereaksi secara kuat dengan
logam alkali dan bereaksi cepat dengan alkali tnah dan
oksidasi nya seperti kalsium oksida dan magnesium
oksida . air juga bereaksi dengan garam-garam anhidrat
menajdi garam-garam hidrat dengan komposisi yang
bervariasi dan dengan beberapa bahan organic dan kalsium
karbida.
(HOPE 6th hal 770)

Keterangan lain

kegunaan aqua sebagai pelarut


(HOPE 6th hal 766)

Penyimpanan

Wadah dan penyimpanan Dalam wadah yang

tertutup

dengan baik.
(HOPE 6th hal 766)
Kadar penggunaan

IV.

TINJAUAN PUSTAKA

Definisi krim
krim adalah bentuk sediaan setengah padat berupa emulsi yang mengandung satu atau
lebih bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai (mengandung air
tidak kurang dari 60%). (ansel, 1989)

Penggolongan krim
Krim terdiri dari emulsi minyak dalam air atau disperse mikrokristal asamasam
lemak atau alkohol berantai panjang dalam air, yang dapat dicuci dengan air dan lebih
ditujukan untuk pemakain kosmetika dan estetika. Krim dapat juga digunakan untuk
pemberian obat melalui vaginal. Ada 2 tipe krim yaitu krim tipe minyak dalam air (m/a) dan
krim tipe air dalam minyak (a/m). Pemilihan zat pengemulsi harus disesuaikan dengan jenis
dan sifat krim yang dikehendaki. Untuk krim tipe a/m digunakan sabun polivalen, span, adeps
lanae, kolsterol dan cera. Sedangkan untuk krim tipe m/a digunakan sabun monovalen,
seperti trietanolamin, natrium stearat, kalium stearat dan ammonium stearat. Selain itu juga
dipakai tween, natrium lauryl sulfat, kuning telur, gelatinum, caseinum, cmc dan
emulygidum.
Kestabilan krim akan terganggu/ rusak jika sistem campurannya terganggu, terutama
disebabkan oleh perubahan suhu dan perubahan komposisi yang disebabkan perubahan salah
satu fase secara berlebihan atau zat pengemulsinya tidak tercampurkan satu sama lain.
Pengenceran krim hanya dapat dilakukan jika diketahui pengencernya yang cocok dan
dilakukan dengan teknik aseptic. Krim yang sudah diencerkan harus digunakan dalam jangka
waktu 1 bulan. Sebagai pengawet pada krim umumnya digunakan metil paraben (nipagin)
dengan kadar 0,12% hingga 0,18% atau propil paraben (nipasol) dengan kadar 0,02% hingga
0,05%. Penyimpanan krim dilakukan dalam wadah tertutup baik atau tube ditempat sejuk,
penandaan pada etiket harus juga tertera obat luar.
Bahan-bahan penyusun krim
Formula dasar krim, antara lain :
fase minyak, yaitu bahan obat dalam minyak, bersifat asam
Contoh : asam asetat, paraffin liq, octaceum,cera, vaselin, dan lain-lain.
fase air, yaitu bahan obat yang larut dalam air, bersifat basa.
contoh : natr, tetraborat (borax, na. Biborat), tea, naoh, koh, gliserin, dll
Bahan bahan penyusun krim, antara lain :

zat berkhasiat

minyak

air

pengemulsi
Bahan pengemulsi yang digunakan dalam sediaan krim disesuaikan dengan jenis dan

sifat krim yang akan dibuat/dikehendaki. Sebagai bahan pengemulsi dapat digunakan

emulgide, lemak bulu domba, setaseum, setil alcohol, stearil alcohol, trietanolalamin stearat,
polisorbat, peg.
Kelebihan dan kekurangan krim
Kelebihan dari sediaan krim yaitu:
1. Mudah menyebar rata.
2. Praktis.
3. Lebih mudah dibersihkan atau dicuci dengan air terutama tipe m/a (minyak dalam
air).
4. Cara kerja langsung pada jaringan setempat.
5. Tidak lengket, terutama pada tipe m/a (minyak dalam air). Bahan untuk
pemakaian topikal jumlah yang diabsorpsi tidak cukup beracun, sehingga
pengaruh absorpsi biasanya tidak diketahui pasien.
6. Aman digunakan dewasa maupun anakanak.
7. Memberikan rasa dingin, terutama pada tipe a/m (air dalam minyak).
8. Bisa digunakan untuk mencegah lecet pada lipatan kulit terutama pada bayi, pada
fase a/m (air dalam minyak) karena kadar lemaknya cukup tinggi.
9. Bisa digunakan untuk kosmetik, misalnya mascara, krim mata, krim kuku, dan
deodorant.
10. Bisa meningkatkan rasa lembut dan lentur pada kulit, tetapi tidak menyebabkan
kulit berminyak.
Kekurangan dari sediaan krim yaitu:
1. Mudah kering dan mudah rusak khususnya tipe a/m (air dalam minyak)
karena terganggu system campuran terutama disebabkan karena perubahan suhu
dan perubahan komposisi disebabkan penambahan salah satu fase secara
berlebihan atau pencampuran 2 tipe krim jika zat pengemulsinya tidak tersatukan.
2. Susah dalam pembuatannya, karena pembuatan krim harus dalam keadaan panas.
3. Mudah lengket, terutama tipe a/m (air dalam minyak).
4. Mudah pecah, disebabkan dalam pembuatan formulanya tidak pas.
5. Pembuatannya harus secara aseptik.
Metode pembuatan krim
pembuatan sediaan krim meliputi proses peleburan dan proses emulsifikasi. Biasanya
komponen yang tidak bercampur dengan air seperti minyak dan lilin dicairkan bersama-sama
di penangas air pada suhu 70-75c, sementara itu semua larutan berair yang tahan panas,
komponen yang larut dalam air dipanaskan pada suhu yang sama dengan komponen lemak.
Kemudian larutan berair secara perlahan-lahan ditambahkan ke dalam campuran lemak yang
cair dan diaduk secara konstan, temperatur dipertahankan selama 5-10 menit untuk mencegah
kristalisasi dari lilin/lemak. Selanjutnya campuran perlahan-lahan didinginkan dengan
pengadukan yang terus-menerus sampai campuran mengental. Bila larutan berair tidak sama

temperaturnya dengan leburan lemak, maka beberapa lilin akan menjadi padat, sehingga
terjadi pemisahan antara fase lemak dengan fase cair (munson, 1991).
Stabilitas sediaan krim
Sediaan krim dapat menjadi rusak bila terganggu sistem campurannya terutama
disebabkan oleh perubahan suhu dan perubahan komposisi karena penambahan salah satu
fase secara berlebihan atau pencampuran dua tipe krim jika zat pengemulsinya tidak
tercampurkan satu sama lain. Pengenceran krim hanya dapat dilakukan jika diketahui
pengencer yang cocok. Krim yang sudah diencerkan harus digunakan dalam waktu satu
bulan.
V.

PENDEKATAN FORMULA

No

Nama Bahan

Jugah

Kegunaan

5 % b/b

Zat aktif
Emulgator

.
1

Acyclovir

Acid stearic

Triethanolamin

1,35 % b/b

Adeps lanae

2,7 % b/b

Paraffin liquid

22,5 % b/b

Na2EDTA

0,05 % b/b

Methyl paraben

0,08 % b/b

Propyl paraben

0,02 % b/b

BHT

0,01 % b/b

10

Gliserin

5 % b/b

11

Aquadest

50,29 % b/b

VI.

13 % b/b

(HOPE 6th, hlm. 967)


Emulgator
(HOPE 6th, hlm. 754)
Emulgator/basis salep
(HOPE 6th, hlm. 378)
Emolien
(HOPE 6th, hlm. 446)
Pengkelat/pengkompleks
(HOPE 6th, hlm. 242)
Pengawet
(HOPE 6th, hlm. 443)
Pengawet
(HOPE 6th, hlm. 596)
Antioksidan
(HOPE 6th, hlm. 75)
Pelarut
(HOPE 6th hlm. 283)
Pelarut
(HOPE 6th, hlm. 766)

SPESIFIKASI SEDIAAN
1. Bentuk sediaan

Krim

VII.

2. Warna

Putih

3. Bau

Bau khas

4. Kadar sediaan

5 % b/b

5. Volume sediaan

5 g / tube

6. Viskositas sediaan :

10.000-20.000 cPas

7. pH sediaan

DOSIS

(Obat-Obat Penting hlm. 129)


Salep kulit 5 % : 5 dd setiap 4 jam selama 5 hari.
VIII. PENIMBANGAN
Dibuat sediaan 5 tube (@ 5 g) = 25 g
Agar krim yang dimasukkan ke dalam tube tidak kurang, massa krim dilebihkan 5 %
5g
= 25 g + ( 100 g

x 25 g) = 26,25 g 30 g

Penimbangan bahan :
No
.
1

Nama Bahan

5g
100 g

Acyclovir

Bahan yang dilebur


2

Jumlah bahan yang ditimbang

Acid stearic

Jumlah
13 g
100 g

x 30 g = 3,9

x 30 g = 1,5 g
+ 20 %
20 g
3,9 g + ( 100 g

x 3,9 g) = 4,68 g

Triethanolamin

1,35 g
100 g

x 30 g =

0,405 g

20 g
0,405 g + ( 100 g
0,468 g

x 0,405 g ) =

Adeps lanae

2,7 g
100 g

x 30 g = 0,81
g

Paraffin liquid

22,5 g
100 g

20 g
0,81 g + ( 100 g

x 0,81 g ) =

0,972 g
x 30 g =

20 g
6,75 g + ( 100 g

x 6,75 g ) = 8,1 g

6,75 g

Na2EDTA

0,05 g
100 g

x 30 g =

0,015 g

Methyl paraben

0,08 g
100 g

x 30 g =

0,024 g

Propyl paraben

0,02 g
100 g

x 30 g =

0,006 g

0,01 g
100 g

BHT

x 30 g =

0,003 g

10

Gliserin

5g
100 g

x 30 g = 1,5

20 g
0,015 g + ( 100 g

x 0,015 g ) =

0,18 g
20 g
0,024 g + ( 100 g

x 0,024 g ) =

0,029 g
20 g
0,006 g + ( 100 g

x 0,006 g ) =

0,007 g
20 g
0,003 g + ( 100 g

x 0,003 g ) =

0,004 g
20 g
1,5 g + ( 100 g

x 1,5 g ) = 1,8 g

11

Aquadest

50,29 g
100 g

x 30 g =

15,087 g
Total basis yang akan
ditimbang setelah

28,5 g

dilebur
IX.

PROSEDUR PEMBUATAN

Prosedur pembuatan
1. Pembuatan air bebas CO2
- Sejumlah air di panaskan hingga mendidih
- Lalu diamkan selama 30 menit
- Kemudian di tutup dan di didihkan

20 g
15,087 g + ( 100 g
18,1 g

x 15,087 g ) =

2. Penimbangan
- Timbang asiklovir sebanyak 1,5 g di atas timbangan analitik dengan menggunakan
-

kertas perkamen
Timbang methyl paraben sebanyak 0,029 g di atas timbangan analitik dengan

menggunakan kertas perkamen


Timbang propyl paraben sebanyak 0,007 g di atas timbangan analitik dengan

menggunakan kertas perkamen


Timbang BHT sebanyak 0,004 g di atas timbangan analitik dengan menggunakan

kertas perkamen
Timbang acid stearic sebanyak 4,68 g di atas timbangan analitik dengan

menggunakan kertas perkamen


Timbang Na EDTA sebanyak 0,018 g di atas timbangan analitik dengan

menggunakan kertas perkamen


Timbang adeps lanae sebanyak 0,927 g di atas timbangan analitik dengan

menggunakan kertas perkamen


Timbang paraffin liquid sebanyak 8,1 g di atas timbangan analitik dengan

menggunakan cawan penguap


Timbang TEA sebanyak 0,486 g di atas timbangan analitik dengan menggunakan

cawan penguap
Timbang gliserin sebanyak 1,8 g di atas timbangan analitik denan menggunakan

cawan penguap
Ukur aquadest dengan gelas ukur 100 ml sebanyak 18 ml

3. Pembuatan sediaan dengan cara/metode triturasi


1. Fase air
- Larutkan methyl paraben ( 0,029 g ) dan propyl paraben ( 0,007 g ) ke dalam
gliserin ( 1,8 g), aduk hingga larut, masukkan ke dalam beaker glass yang berisi
-

aquades 18 ml
Tambahkan Na EDTA (0,018 g) dan TEA ( 0,486 g ), panaskan pada suhu 60 o-

70oC, aduk hingga homogen


2. Fase minyak
Campurkan acid stearic ( 4,68 g ), adeps lanae ( 0,927 g ) dan paraffin liquid ( 8,1
g ) Dan BHT ( 0,004 g ) ( yang sebelumnya telah di larutkan dalam paraffin

liquid ) ke dalam cawan penguap


Panaskan hingga semua bahan melebur pada suhu 60o-70oC, aduk hingga
homogen
3. Panaskan mortir, dan keringkan
4. Masukkan fase air dan fase minyak secara bersamaan selagi masih panas ke
dalam mortir yang telah di panaskan, gerus kuat hingga terbentuk masa krim
yang homogen

5. Dinginkan basis krim hingga suhu kamar


6. Timbang basis krim sebanyak 28,5 g
7. Gerus halus asiklovir ( 1,5 g ) di dalam mortir
8. Tambahkan sebagian basis krim, gerus hingga homogen
9. Tambahkan sisa basis krim sedikit demi sedikit, gerus hingga homogen
10. Timbang krim untuk setiap tube sebanyak @ 5 g, di atas kertas perkamen
11. Kertas perkamen di gulung menutupi sediaan krim
12. Gulungan kertas perkamen yang berisi krim kemudian di masukkan ke dalam
tube dengan kondisi ujung tube keluar dalam keadaan tertutup
13. Tekan ujung tube dengan pinset
14. Dan keluarkan kertas perkamen dengan cara menarik kertas perkamen
menggunakan pinset
15. Tube di tutup dengan melipat bagian belakang yang terbuka menggunakan
pinset
16. Sediaan di beri etiket dan brosur kemudian di kemas dalam wadah sekunder

X.

Evaluasi
Jumla

No

Jenis evaluasi

1.

FISIKA

Prinsip evaluasi

h
sampel

1.1.

Organo
leptik
Uji pH

1.2.

Meliputi uji bau,


dan warna.

1 tube

Hasil
pengamatan
Bau: bau khas
Warna: putih

Syarat
Bau: bau
khas
Warna: putih

Di lakukan dengan
pH meter yang
telah di kalibrasi,
pengukuran di
lakukan pada suhu
25oC kecuali di
nyatakn lain pada
masing-masing
monografi

1 tube

pH sediaan = 7

pH sediaan =
7

1.3.

Penentuan
Viskositas

kekentalan sediaan
menggunakan

1 tube

16000 cPs

viskometer
1.4.

Penent

10.000
20.000 cPs

stromrer
Di gunakan dengan

uan tipe

uji

pewarnaan,

emulsi

emulsi M/A jika di


campur

dengan

pewarna larut air,


akan

terdispersi

seragam

pada

sediaan emulsi jika

1 tube

Minyak dalam air


( M/A )

emulsi A/M jika di


campur

Minyak
dalam air
( M/A )

dengan

pewarna

larut

minyak

akan

terdispersi seragam
1.5.

Homog
enitas

pada emulsi
Di lakukan
berdasarkan jumlah
partikel dengan
pengambilan

Partikel

sampel ( di

berukuran

tentukanmengguna
kan mikroskop

1 tube

Homogen

untuk hasil lebih

seragam
merata dan
terdistribusi

akurat ) jika sulit di

merata

lakukan atau
membutuhkan
waktu di tentukan
1.6.

Penent
uan ukuran

secara visual
Menentukan
ukuran globul rata-

1 tube

Dispensasi

Ukuran
globul

globul

rata dan

berkisar 0,1-

distribusinya dalam

10 mm dan

selang waktu

mengikuti

tertentu dengan

distribusi

menggunaka

normal

mikroskop

(Farmasi
Fisika hlm.

1.7.

Isi
minimum

Ambil contoh

1 tube

144).
tube Volume

Bobot

wadah berisi zat

kosong = 2,057 g

uji, hilangkan

Bobot

etiket yang dapat

sediaan = 6,713 g

mempengaruhi

Isi tube : 6,713 tidak kurang

botol/tube pada

2,057 = 4,656 g > dari volume

waktu isi wadah di

4,5 g

yang tertera

keluarkan bersih

90% dari 5 = 4,5g

pada etiket,

tube

bersih rata-

+ rata isi dari


10 wadah

dan keringkan,

dan volume

timbang satu

bersih dari

persatu keluarkan

masing-

isi secara

masing

kuantitatif dari

wadah tidak

masing-masing

kurang dari

wadah, potong

90% dari

ujung wadah cuci

jumlah

dengan pelarut

seperti tertera

sesuai, hati-hati

pada etiket,

agar tutup wadah

pada etiket

dan bagian lain

tertera

terpisah, keringkan

volume
kurang dari
60 g / 60 ml
sehingga
volume
bersih rata-

rata dari 10
wadah tidak
kurang dari
90% dari
jumlah
sepserti yang
tertera pada
Mengukur

etiket
Bahan aktif

pelepasan

pelepasan bahan

di nyatakan

bahan aktif

aktif dari sediaan

mudah

krim dengan cara

terlepas dari

mengukur

sediaan

konsentrasi zat

apabila waktu

aktif dalam cairan

tunggu

penerima dalam

( waktu

waktu tertentu

pertama kali

1.8.

Uji

zat aktif di
1 tube

Dipensasi

temukan
dalam cairan
penerima )
semakin kecil
dalam hal ini
tergantung
pembawa
penambah
komponen 10
jenis cairan

1.9.

1 tube

Dispensasi

penerima
Vield volue

Uji

Menguji difusi

difusi zat

bahan aktif dari

antar 100-

aktif

sediaan krim

1000

menggunakan

dines/cm3

suatu zat difusi

menunjukkan

dengan cara

kemampuan

mengukur

untuk mudah

konsentrasi bahan

tersebar nilai

aktif dalam cairan

di bawah ini

pada selang waktu

menunjukkan

tertentu

sediaan
terlalu lunak
dan
mudahmenca
ir. Di atas
nilai tersebut
menunjukkan
selalu keras
dan tidak
dapat tersebar

2.

KIMIA
2.1.
Identifikasi zat
aktif

Kocok satu tetes


dengan 5 ml air dan
tambahkan satu
tetes besi (III)

1 tube

Dispensasi

Positif

1 tube

Dispensasi

Dispensasi

klorida campuran
2.2. penetapan

berwarna
Timbang seksama

kadar zat aktif

2 g masukkan ke
dalam labu,
tambahkan 40 ml
natrium hidroksida
1 N dan didihkan
perlahan lahan
dalam refluks
selama 2 jam tipa
ml 1 N setara
dengan 152,2 mg
(C8H2O3)

3.

BIOLOGI
3.1.

Uji

Dalam pengujian di
lakukan dalam tiap

Sesuai yang

efektifitas

5 wadah asli bila

tercantum

pengawet

volume mencukupi

pada tabel 3

dan wadah dapat di

(nilai angka

tusuk secara
aseptik dalam

1 tube

Dispensasi

paling
mungkin

wadah steril dalam

mikroba

wadah bakteriologi

dapat dilihat

berukuran cukup

pada FI V

untuk sediaan

hal. 1327 )

PEMBAHASAN
Pada praktikum ini di buat sediaan krim dengan zat aktif Acyclovir yang memiliki
sifat kelarutan Larut dalam asam klorida encer; sukar larut dalam air; tidak larut dalam
etanol. (FI V, 2014) .
Acyclovir sebagai zat aktif dalam sediaan ini dibuat dalam bentuk krim dengan tujuan
bahan yang di absorsi tidak cukup beracun, kemudian memberikan rasa dingin , cara kerja
krim berlangsung pada jaringan setempat sehingga aktivitas Acyclovir sebagai obat herpes
dapat bekerja dengan baik dan pasien tetap nyaman dalam penggunaan nya
Pada pembuatan krim terdapat fase minyak dan fase air dimana dalam hal ini yang
termasuk dalam fase air adalah Na EDTA, TEA sedangkan untuk yang termasuk fase minyak
adalah paraffin liquid, BHT, asam stearat , adeps lanae maka di butuhkan emulgator yang
berfungsi untuk menstabilkan dua fase tersebut yang dalam hal ini kami menggunakan asam
stearat dan TEA.
Sediaan di buat berupa sediaan krim tipe m/a, Krim m/a (vanishing cream) yang
digunakan melalui kulit akan hilang tanpa bekas, sehingga bekas cacar api tidak terlihat .
Pada sediaan mengandung fase minyak yang mudah teroksidasi dan akan menyebabkan
sediaan berbau tengik maka dari itu di tambahkan antioksidan yaitu BHT. BHT sebagai
antioksidan praktis tidak larut dalam air namun larut dalam minyak mineral maka BHT di
larut kan ke dalam paraffin liquid . Kemudian selain itu paraffin berfungsi sebagai emolien
atau pelembab agar kulit tidak kering setelah penggunaan . Kemasan atau wadah sediaan
menggunakan tube yang terbuat dari alumunium (logam) yang dapat bereaksi dengan sediaan
dalam hal ini di butuhka pengkompleks yang di pilih adalah Na EDTA. Kemudian sediaan di
gunakan untuk penggunaan multiple dose dan mengandung air sebagai medium pertumbuhan
mikroba maka di tambahkan propil paraben dan metilparaben sebagai anti mikroba.

Pada parktikum ini di buat sediaan krim dengan tipe m/a dengan basis yang di
gunakan adalah adeps lanae yang merupakan dasar salep serap, dan merupakan zat berupa
lemak yang dimurnikan diperoleh dari bulu domba yang dibersihkan dan dihilangkan warna
dan baunya.
Pada prosedur pembuatan nya kami menggunakan metode triturasi, metode ini di pilih
karena stablitas zat aktif terhadap panas tidak di ketahui sehingga di khawatirkan zat aktif
tidak tahan pemanasan , maka dari itu di pilihlah metode triturasi dimana zat aktif di
masukkan terakhir atau tidak ikut di leburkan.
Pada praktikum ketika fase minyak dan fase air di masukkan ke dalam mortir yang
telah di hangat kan sebelum nya setelah di gerus dengan kuat sediaan menjadi tidak
bercampur , kami beranggapan bahwa hal tersebut (gerus kuat) menyebabkan sediaan
menjadi pecah dan atas rekomendasi dari pembimbing kami harus mengulang pembuatan
maka kami mengulang nya namun hal sama terjadi walaupun pada saat pembuatan nya
sediaan tidak di gerus dengan kuat ternyata setelah di cek dan di periksa hal ini di
mungkinkan karena mortir yang masih dalam keadaan hangat sehingga sediaan tidak menjadi
sediaan krim , maka dalam pembuatan krim perlu di perhatikan keaadan suhu mortir dan cara
menggerus yang konsisten sehingga sediaan tidak pecah , hasil akhir dari sediaan krim kami
terbentuk setelah penggerusan yang konsisten
XI.
KESIMPULAN
Formulasi yang tepat untuk sediaan yang dibuat adalah sebagai berikut ::
No

Nama Bahan

Jumlah

Kegunaan

5 % b/b

Zat aktif
Pengawet

.
1

Asiklovir

Methyl paraben

0,08 % b/b

Propyl paraben

0,02 % b/b

Acid steraric

13 % b/b

TEA

1,35% b/b

Adeps lanae

2,7 % b/b

BHT

0,01 % b/b

8
9

Paraffin liquid
Na EDTA

22,5 % b/b
0,05 % b/b

(HOPE 6 th, hlm. 443)


Pengawet
(HOPE 6 th, hlm. 596)
Emulgator
(HOPE 6 th, hlm. 967)
Emulgator
(HOPE 6 th, hlm. 754)
Basis
(HOPE 6 th, hlm. 379)
Antioksidan
(HOPE 6 th, hlm. 75)
Emolien (HOPE 6 th, hlm. 869)
Pengompleks

10

Gliserin

5 % b/b

11

Aquadest

55,29 % b/b

(HOPE 6 th, hlm. 243)


Pelarut
Pelarut

(HOPE 6 th, hlm. 17)


Berdasarkan evaluasi yang telah dilakukan, sediaan dinyatakan memenuhi syarat
XII. DAFTAR PUSTAKA
Ansel, Howard.C., 1989, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, Universitas
Indonesia Press, Jakarta
Departemen Farmakologi dan Terapeutik Fakultas kedokteran Universitas
Indonesia. 2009. Farmakologi dan Terapi. Edisi 5., Jakarta: Balai penerbit
FKUI.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1995. Farmakope Indonesia edisi IV
Jakarta: Departemen Kesehatan.
Kawasaki, Jiro. 2006. Japanese Pharmacopoeia 15th edition. Japanes: Minister of
health, Labourt and welfare
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2014. Farmakope Indonesia edisi V,
Jakarta: Departemen Kesehatan.
Lund, Walter. 1994. THE PHARMACEUTICAL CODEX Twelfth edition.
London: The Pharmaceutical Press.
Rowe, Raymond C.2006. Handbook of Pharmaceutical Excipients. 6th ed.,
Sweetman, Sean C. Martindale The Complete Drug Reference . Thirty-sixth
Edition
Sweetman, Sean C. 2009. Martindale thirty sixth edition. London: Pharmaceutical
Press An imprint of RPS Publishing.
Tan Hoan Tjay dan Kirana Rahardjan.2008.Obat-Obat Penting Ed ke 6
Jakarta : PT. Elex Media Komputindo

XIII. LAMPIRAN
ETIKET

KEMASAN SEKUNDER

BROSUR

VIRAXINKrim
Acyclovir

Komposisi :
Acyclovir...................500 mg
Indikasi
Pengobatan infeksi virus herpes simplex pada kulit dan
selaput lendir, termasuk herpes genitalis dengan yang
inisial dan rekure.
Cara Penggunaan
Topikal
Aturan Pakai
Setiap 4 jam selama 5 hari.

Simpan pada suhu dibawah 30 0 C , terlindung dari


cahaya,
tutup botol rapat-rapat.
HARUS DENGAN RESEP DOKTER

PT. Pharafam FarmaTbk.


BANDUNG - INDONESIA

No.reg : DKL 1500900729A1

Viskometer

Proses pembuatan krim

pH meter, pH sediaan
=7

Uji evaluasi tipe emulsi :


m/a

Alat dan bahan


pembuatan Krim

Sediaan krim yang telah di


masukkan kedalam tube

Sediaan krim yang belum terbentuk

Anda mungkin juga menyukai