Anda di halaman 1dari 3

1.

PENDAHULUAN
Selain viabilitas, kriteria lain dalam penentuan kualitas benih adalah vigor
benih. Jika viabilitas merupakan kemampuan tumbuh benih menjadi tanaman
berproduksi normal dalam keadaan optimim, maka vigor benih adalah
kemampuan tumbuh benih pada kondisi lingkungan yang suboptimum. Beberapa
contoh kondisi lingkungan yang suboptimum antara lain kekeringan, cekaman
salinitas dan cekaman tanah masam. Hanya benih dengan vigor tinggi yang
mampu beradaptasi pada kondisi tersebut.
Pengujian vigor benih dapat dilakukan dengan menggunakan NaCl.
Penggunaan larutan ini pada konsentrasi tinggi dapat menghambat proses imbibisi
benih melalui tekanan osmotic yang diberikan. Selain itu, penggunaan larutan
NaCl juga mampu mensimulasikan cekaman salin terhadap benih. Hanya benih
dengan kualitas baik (vigor tinggi ) mampu tumbuh pada cekaman tersebut.
Tolak ukur Vkt yang lain misalnya Keserempakan Tumbuh (Kst).Analisis
vigor benih didasarkan persentase kecambah normal yang tumbuh kuat dihitung
pada satu Momen Periode Viabilitas (MPV).Baik untuk analisis vigor benih
dengan tolak ukur KCT maupun KST benih ditanam pada media yang optimum.
Analisis vigor juga dapat dilakukan pada media yang tidak optimum.Misalnya,
kita membuat analisis vigor benih terhadap kekeringan. Pada kondisi kekeringan
dapat dijabarkan oleh media yang memilki tekanan osmotik tinggi. Pada kondisi
demikian benih memerlukan energi yang lebih tinggi untuk menyerap air. Hanya
benih yang vigor saja yang lebih menyerap air dan tumbuh normal. Substrat kertas
merang yang dicelup dalam larutan garam NaCL dapat digunakan untuk
menciptakan tekanan osmose yang tinggi, dan selama tidak memberikan efek
peracunan substrat demikian dapat mengindikasikan Vkt kekeringan. Analisis
vigor terhadap salinasi dapat pula dilakukan analisis seperti untuk vigor terhadap
kekeringan.
2. TUJUAN DAN KEGUNAAN
Mahasiswa dapat mempelajari uji vigor kekuatan tumbuh benih pada kondisi
kekeringan.
3. TINJAUAN PUSTAKA

Benih dengan viabilitas tinggi akan menghasilkan bibit yang kuat dengan
perkembangan akar yang cepat sehingga menghasilkan pertanaman yang sehat
dan mantap. Vigor adalah sekumpulan sifat yang dimiliki benih yang menentukan
tingkat potensi aktivitas dan kinerja atau lot benih selama perkecambahan dan
munculnya kecambah. Vigor adalah suatu indikator yang dapat menunjukan
bagaimana benih tumbuh pada kondisi lapang yang bervariasi. Vigor merupakan
gabungan antara umur benih, ketahanan, kekuatan, dan kesehatan benih yang
diukur melalui kondisi fisiologinya, yaitu pengujian stress atau memalui analisis
biokimia (ISTA, 2007).
Gejala metabolisme dapat ditunjukkan dari analisis biokimia, sedangkan
gejala pertumbuhan diketahui lewat indikasi fisiologis yang mencakup potensi
tumbuh maksimum, bobot kering kecambah normal, dan daya berkecambah. Daya
berkecambah dilihat dari perbandingan jumlah benih yang berkecambah normal
dalam kondisi dan periode perkecambahan tertentu (Dermawan, 2007).
Vigor benih sewaktu disimpan merupakan faktor peting yang mempengaruhi
umur simpannya. Proses kemunduran benih berlangsung terus dengan semakin
lamanya benih disimpan sampai akhirnya semua benih mati. Lot benih yang baru
dan vigor mempunyai daya simpan yang lebih lama dibanding dengan lot benih
yang lebih tua yang mungkin sedang mengalami proses kemunduran sangat cepat
( Justice, 2002).
Vigor kekuatan tumbuh benih merupakan derajat kehidupan benih dan
diukur berupa; benih yang berkecambah, jumlah kecambah normal, kecepatan
perkecambahan (speed of germination), laju pertumbuhan kecambah (seedling
growth rate) pada berbagai lingkungan yang memadai, selain itu juga harus
diperhatikan semua atribut perkecambahan secara morfologi dan fisiologis yang
mempengaruhi kecepatan, keseragaman pertumbuhan benih pada berbagai
lingkungan, ini merupakan tolak ukur ketahanan benih (fisiologis) atau
kesehatannya (Kuswanto, 2005).
Salinitas adalah banyaknya zat yang terlarut. Zat yang terlarut ini meliputi
garam-garam anorganik, senyawa-senyawa organik yang berasal dari organisme
hidup dan gas-gas terlarut. Fraksi terbesar dari bahan terlarut terdiri dari garamgaram anorganik yang berbentuk ion-ion. Enam jenis anorganik membentuk

99,28% berat dari bahan anorganik padat. Ion-ion adalah klor, natrium, sulfat,
magnesium, kalsium dan kalium, sedangkan lima iom berikutnya yaitu
bikarbonat, bromida, asam borat dan stronsium menambah 0,71% berat, sehingga
11 ion ini membentuk 99,99% berat zat terlarut (Sutopo, 2003)
4. METODOLOGI PRAKTIKUM
a. Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Jumat, 6 Maret 2015, pukul 14:00
WITA bertempat di Laboratorium Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas
Halu Oleo.
b. Bahan dan Alat
1. Dua lot benih pada sawah dengan varietas yang sama namun berbeda
vigornya.
2. Kertas merang
3. Plastik dan label
4. Larutan NaCl 1% dan aquades
5. Germinator IPB 72-1
6. Gelas ukur dan gelas beaker
7. Spatula dan timbangan
c. Metode Pelaksanaan
1. Sebanyak 50 butir benih masing-masing lot dikecambahkan pada
substrat kertas merang yang telah dilembabkan dengan larutan NaCl
1%. Sebagai pembanding (kontrol), 50 benih dikecambahkan pada
kertas merang yang telah dilembabkan dengan aquades. Masingmasing perlakuan tersebut dilakukan sebanyak 4 ulangan.
2. Masukan susbstrat yang telah siap ke dalam germinator IPB 72-1.
3. Pengamatan dilakukan pada hari ke-5 setelah tanam. Hitung jumlah
kecambah normal, abnormal dan mati. Bandingkan bagaimana
pertumbuhan kecambah pada kedua perlakuan pada kedua lot benih
kedelai tersebut.

Anda mungkin juga menyukai