Sistem limfatik Anda terdiri dari jaringan organ, pembuluh darah dan kelenjar getah bening
yang terletak di seluruh tubuh Anda. Sebagian besar kelenjar getah bening Anda berada di
kepala dan di leher Anda. Kelenjar getah bening yang sering membengkak berada di area
ini, serta di ketiak dan area selangkangan.
Pembengkakan kelenjar getah bening adalah tanda bahwa ada sesuatu yang salah di suatu
tempat di tubuh Anda. Ketika gejala getah bening Anda membengkak pada awalnya, Anda
mungkin dapat melihat dan merasakan, ciri ciri penyakit kelenjar getah bening pada awal
pembengkakan yaitu:
Benjolan kelenjar getah bening yang mungkin seukuran kacang polong atau kacang
tanah, atau bahkan lebih besar.
2. DD?
DIAGNOSIS BANDING
Pada sifilis stadium I dengan :
1. Herpes simpleks
Bersifat residif, disertai rasa gatal, lesi berupa vesikel diatas kulit eritematosa yang berkelompok. Bila pecah
nampak erosi, sering berkonfluensi, polisiklik, indurasi (-).
2. Ulkus piogenik
Karena trauma, ulkus kotor,mengandung pus, nyeri, indurasi (-)
3. Skabies
Papul, vesikel di genitalia eksterna, gatal pada malam hari, menyerang orang berkelompok.
4. Balanitis
Erosi superfisialis pada glans penis disertai eritema, indurasi (-)
5. Limfogranuloma venereum
Papul, vesikel,pustul, ulkus yang cepat hilang, limfadenitis regional dengan tanda radang akut, periadenitis,
gejala konstitusi demam, malese dan atralgia.
6. Karsinoma sel squamosa
Pada usia lanjut yang tidak disirkumsisi, lesi kulit berupa benjolan, indurasi(+), mudah berdarah. Untuk
diagnosis dilakukan biopsi.
7. Penyakit bechet
Sifilis stadium II
1. Erupsi alergi obat
Dari anamnesis dan keluhan umumnya disertai gatal.
2. Morbili
Terdapat gejala konstitusi, KGB tidak membesar.
3. Pitiriasis rosea
Bercak eritematosa dengan skuama halus, bentuk lonjong, lentikuler, tersusun sejajar dengan lipatan kulit,
limfadenitis (-).
4. Psoriasis
Persamaan terdapat eritema dan skuama, namun limfadenitis (-), terdapat skuama berlapis dan fenomena
auspitz dan tetesan lilin.
5. Dermatitis seboroik
Persamaan terdapat eritem dan skuama, perbedaan tempat predileksi pada tempat seboroik, limfadenitis (-)
6. Kondiloma akuminatum
Papul bentuk runcing sedang pada komdiloma lata papul datar.
7. Alopesia areata
Pada alopesia areata lebih besar, pada areolaris seperti digigit ngengat, kecil dan banyak.
Sifilis stadium III
1. Sporotrikosis dan aktinomikosis
2. Tuberkulosis kutis gumosa
DIAGNOSIS BANDING SIFILIS SEKUNDER
1. Erupsi Obat Alergik
Pada anamnesis dapat diketahui timbulnya alergi karena obat yang dapat disertai demam.
Kelainannya dapat mirip dengan roseola pada S II. Keluhannya gatal, sedangkan pada sifilis
4. Psoriasis
Pada psoriasis tidak terdapat limfadenitis generalisata, dan skuama berlapis-lapis serta
terdapat tanda tetesan lilin dan Auspitz.
5. Dermatitis Seboroik
Perbedaannya pada dermatitis seboroik tempat predileksinya pada tempat seboroik,
skuama berminyak dan kekuningan, tidak disertai limfadenitis generalisata.
6. Kondiloma Akuminta
Penyakit ini mirip kondiloma lata. Perbedaannya pada kondiloma akuminata biasanya
permukaannya runcing, sedangkan pada kondiloma lata permukaannya datar serta
eksudatif.
7. Alopesia Areata
Kebotakan setempat mirip pada S II. Perbedaannya pada alopesia areata lebih besar
(numular) dan hanya beberapa, sedangkan alopesia areolaris lebih kecil (lentikular) dan
banyak serta seperti gigitan ngengat.
3. Patofisiologi?
PATOFISIOLOGI
Stadium Dini
Pada sifilis yang didapat, T.pallidum masuk ke dalam kulit melalui mikrolesi atau
selaput lendir, biasanya melalui senggama. Kuman tersebut membiak, jaringan bereaksi
dengan membentuk infiltrat yang terdiri atau sel-sel limfosit dan sel-sel plasma, terutama
di perivaskular, pembuluh-pembuluh darah kecil berproliferasi dikelilingi T.pallidum dan
sel-sel radang. Treponema tersebut terletak di antara endotelium kapiler dan jaringan
perivaskular di sekitarnya. Enarteritis pembuluh darah kecil mengakibatkan perubahan
hipertrofik endotelium yang menimbulkan obliterasi lumen (enarteritis obliterans).
Kehilangan perdarahan akan menyebabkan erosi, dan pemeriksaan klinis tampak sebagai
S I.
Sebelum S I terlihat, kuman telah mencapai kelenjar getah bening regional secara
limfogen dan membiak. Pada saat itu terjadi pula perjalanan hematogen dan menyebar
ke semua jaringan di badan, tetapi manifestasinya akan tampak kemudian. Multiplikasi ini
diikuti oleh reaksi jaringan sebagai S II, yang terjadi 6-8 minggu setelah S I. S I akan
Stadium Lanjut
Stadium laten dapat berlangsung bertahun-tahun, rupanya treponema dalam keadaan
dorman. Meskipun demikian antibodi tetap ada dalam serum penderita. Keseimbangan
antara treponema dan jaringan dapat sekonyong-konyong berubah, sebabnya belum
jelas, mungkin trauma merupakan salah satu faktor presipitasi. Pada saat itu muncullah S
III berbentuk guma. Meskipun pada guma tersebut tidak dapat ditemukan T.pallidum,
reaksinya hebat karena bersifat destruktif dan berlangsung bertahun-tahun. Setelah
mengalami masa laten yang bervariasi guma tersebut timbul di tempat-tempat lain.
Treponema mencapai sistem kardiovaskular dan sistem saraf pada waktu dini, tetapi
kerusakan menjadi perlahan-lahan sehingga memerlukan waktu bertahun-tahun untuk
menimbulkan gejala klinis. Penderita dengan guma biasanya tidak mendapat gangguan
saraf dan kardiovaskular, demikian pula sebaliknya. Kira-kira dua pertiga kasus dengan
stadium laten tidak memberi gejala (4).
Djuanda, Adhi, dkk. 2007. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi Kelima.
Jakarta. FKUI.
PATOGENESIS1.2.3.4
Stadium Dini
Pada sifilis didapat, Treponema pallidum masuk ke dalam kulit melalui mikrolesi atau selaput lendir. Kuman
tersebut akan membiak, jaringan bereaksi dengan membentuk infiltrat yang terdiri dari sel limfosit dan sel plasma.
Pada daerah perivaskular terutama di bagian pembuluh darah kecil, akan dikelilingi oleh treponema pallidum. Bila
timbul endarteritis akan mengakibatkan perubahan hipertrofik dari endotelium yang akan mengakibatkan timbulnya
obliterasi kuman. Akibat dari kehilangan perdarahan akan timbul erosi yang pada pemeriksaan klinis tampak
sebagai sifilis stadium I.
Sebelum nampak gejala sifilis stadium I, kuman telah mencapai kelenjar limfe regional melalui penyebaran secara
limfogen dan secara hematogen ke semua jaringan di badan dan membiak. Multiplikasi ini diikuti reaksi jaringan
sebagai sifilis stadium II, yang terjadi 6-8 minggu sesudah sifilis stadium I. Sifilis stadium I dan II perlahan akan
mengalami regresi dan menghilang.
Pada stadium laten tidak nampak adanya gejala, namun infeksi masih aktif karena pada ibu yang menderita sifilis
pada stadium ini dapat melahirkan bayi dengan sifilis kongenital.
Bila proses imunitas gagal pada tempat bekas sifilis stadium I Treponema pallidum akan membiak kembali dan
menimbulkan lesi rekuren, reaksi tersebut menular dan dapat timbul berulang-ulang.
Stadium Lanjut
Stadium laten pada sifilis dapat berlangsung selama bertahun-tahun, hal ini dikarenakan Treponema berada dalam
keadaan dorman. Apabila terjadi perubahan keseimbangan antara Treponema dan jaringan maka dapat muncul
sifilis stadium II berbentuk guma yang hal tersebut belum pasti diketahui sebabnya, namun trauma merupakan salah
satu faktor predisposisi. Pada guma umumnya tidak ditemukan Treponema pallidum, reaksinya hebat dan bersifat
destruktif serta berlangsung bertahun-tahun.
Treponema dapat mencapai sistem kardiovaskuler dan sistem saraf dalam waktu dini, namun kerusakan yang terjadi
secara perlahan-lahan sehingga memerlukan waktu bertahun-tahun untuk dapat menimbulkan gejala klinis.
4. Gejala-gejala dan tanda klinis?
GEJALA KLINIS.
Sifilis Stadium I
Masa tunas umumnya 2-4 minggu. Treponema pallidum masuk ke dalam selaput lendir atau kulit yang mengalami
lesi secara langsung, lalu berkembang biak, dan menyebar secara limfogen dan hematogen.1.2
Timbul suatu ulkus yang disebut ulkus durum yang mempunyai sifat khusus :7
1. Tidak nyeri
2. Sekitar ulkus teraba keras
3. Dasar ulkus bersih dan berwarna merah
4. Soliter
Lokasi ulkus ini pada laki-laki biasannya terdapat pada preputium, sulkus koronarius, batang penis dan skrotum.
Pada wanita di labium mayora dan minora, klitoris, serviks. Ulkus juga dapat terdapat pada ekstra genital misalnya
pada anus, rektum, bibir,mulut, lidah, tonsil, jari, dan payudara.1.6.7
Pada sifilis stadium satu setelah 1 minggu umumnya ditemukan pembesaran kelenjar getah bening ingunalis
medialis yang soliter, indolen, tidak lunak, besarnya lentikular, tidak supuratif dan tidak terdapat periadenitis.1.2
Sifilis Stadium II
Biasannya sifilis stadium II timbul 6-8 minggu sejak sifilis stadium I. 2/3 kasus masih disertai sifilis stadium I1
Sifilis stadiumII dapat disertai gejala konstitusi, umumnya tidak berat, berupa anoreksia, penurunan berat badan,
malese, nyeri kepala, demam yang tidak tinggi, atralgia.1.2
Pada sifilis stadium II dapat memberikan kelainan kulit mukosa, kelenjar getah bening, mata, hepar, tulang dan
saraf karena menyebar dari ulkus dan kelenjar getah bening ke dalam aliran darah dan keseluruh tubuh. 1.2
Lesi pada stadium II menular, gejala untuk membedakan antara stadium II dan penyakit kulit lain adalah lesi kulit
pada sifilis stadium II umumnya tidak gatal, disertai limafenitis generalisata dan pada lesi dini disertai kelainan
kulit pada tangan dan kaki. 1
Dinamakan enantem, terutama pada mulut dan tenggorok. Berupa makula eritematosa, berkonfluense
membentuk makula yang difus, berbatas tegas. Keluhan dapat berupa nyeri pada tenggorok, terutama pada
saat menelan. Bila menyerang faring dapat mengakibatkan suara parau.
b. Plaque muqueuses
Berupa papul eritematosa, permukaan datar,miliar-lentikular.
3. Lesi pada rambut
Dapat mengakibatkan kerontokan rambut, difus dan tidak khas dinamakan alopesia difusa. Pada sifilis
stadium II lanjut terdapat alopesia areolaris seperti digigit ngengat.
4. Lesi pada kuku
a. Onikia sifilitika
Warna kuku berubah menjadi putih kabur, kuku menjadi rapuh, distal lempeng kuku menjadi hiperkeratotik
sehingga kuku terangkat.
b. Paronikia sifilitika
Timbul radang kronik, kuku menjadi rusak, kadang terlepas.
5. Lesi pada alat lain
a. Pada kelenjar getah bening
Sama seperti sifilis stadium I
b. Pada mata
Uveitis anterior, koroido-retinitis
c. Pada hepar
hepatitis
d. Pada tulang
e. Pembengkakan tidak nyeri, pergerakan terganggu.
f. Pada saraf
Pada LCS didapatkan peninggian sel dan protein. Tekanan intra kranial dapat meningkat memberi gejala
nyeri kepala, muntah, odema papil.
Sifilis Laten Dini
Pada fase ini tidak ada gejala klinis tetapi pemeriksaan serologisnya positif.7
Sifilis Stadium Rekuren
Terjadi pada sifilis yang tidak diobati atau yang mendapat pengobatan tidak cukup. Umumnya terjadi pada sifilis
stadium II.1
Sifilis Stadium Laten Lanjut
Biasanya tidak menular, diagnosis dengan tes serologik, masa laten dari beberapa tahun hingga bertahun-tahun.1
Sifilis Stadium III
Berupa guma.dimulai dengan timbulnya granuloma di dalam jaringan (otot, tulang dsb) yang kemudian memecah
ke permukaan membentuk ulkus yang dalam dengan dasar tertutup pus. Tepi ulkus meninggi dan keras dindingnya
curam.proses guma juga terjadi pada laring, paru, gastrointestinal, hepar dan testis.7
Pada kardiovaskuler, sifilis stadium II menyebabkan miokarditis, gangguan katup jantung dan aneurisma aorta.7
Neurosifilis
Infeksi terjadi pada stadium dini, sebagain besar kasus tidak memberikan gejala, 20-37% kasus terdapat kelainan
pada LCS.1.3
Neurosifilis dibagi 4 macam:1.3
1. Neurosifilis asimptomatik
Didasarkan pada kelainan LCS
2. Sifilis meningovaskular, misalnya meningitis, meningomielitis, endarteritis sifilitika.
Nyeri kepala, konvulsi fokal, papil nervus optikus sembab, gangguan mental, atrofi nervus optikus,
meningitis basalis, gangguan hipotalamus, gangguan piramidal, gangguan miksi dan defekasi, stupor, koma
3. Sifilis parenkim :
a. Tabes dorsalis : ataksia, arefleksia, gangguan visus, nyeri pada kulit, retensi dan inkontinensia urin.
b. Demensia paralitika : demensia yang berangsur-angsur dan progresif.
4. Guma
Umumnya pada meningens, akibat perluasan dari tulang tengkorak. Dapat soliter atau multiple. Keluhan
berupa nyeri kepala, mual, muntah, gangguan visus. Gejala berupa odema papil karena peningkatan tekanan
intrakranial, paralisis nervus kranial, hemiplegi.
Sifilis Kongenital
Treponema pallidum dapat menembus plasenta dari ibu,menginfeksi janin sehingga mengakibatkan sifilis
kongenital.2
Gambaran klinis dapat dibagi menjadi: 1
Gigi : gigi hutchinson, pada gigi insisi permanen lebih kecil dari normal dengan bagian sisi konveks
dan daerah untuk menggigit konkav. Moons molar atau mulbery molar yaitu permukaan gigi molar
berbintil bintil.
Ragades
Jaringan parut koroid :pada daerah fundus okuli timbul koroidoretinitis meninggalkan kelainan
permanen
Kuku : onikia akan merusak dasar kuku.
Stigmata lesi lanjut
Kornea : keratitis kekeruhan pada lapisan dalam kornea
Sikatriks gumatosa
Tulang : osteoporosis gumaosa meninggalkan deformitas sebagai sabre tibia. Frontal bossing, saddle
nose dan buldog jaw buldog fascies
Atrofi optikus
Trias hutchinson: terdiri dari keratitis intertisialis, gigi hutchinson, tuli nervus VIII
GEJALA KLINIS
Perjalanan klinik penyakit ini mempunyai beberapa stadia :
- Stadium I (primary syphilis)
- Stadium II (Secondary syphilis)
- Stadium III (Tertiarysyphilis)
Stadium I & II disebut juga sifilis dini (early sipihlis).
Stadium III disebut juga sifilis lanjut (late sypihlis).
Batas late dan early sekitar 3 tahun masa menderita.
Stadium I :
Timbul suatu ulkus yang disebut ulkus durum yang mempunyai sifat khas. Sifat-sifat ulkus tersebut :
- tidak nyeri (indolen)
- sekitar ulkus teraba keras (indurasi)
- dasar ulkus bersih dan berwarna merah sepertik lak
- seliter (biasanya hanya 1 2 ulkus).
Lokasi ulkus ini pada laki-laki biasanya terdapat pada preputium, ulkus koronarius, batang penis dan skrotum. Pada
wanita di labium mayora dan minora, klitoris dan bisa juga pada serviks. Ulkus bisa terdapat ekstra genital
misalnya pada : bibir, mukosa mulut, leher dan mammae.
Stadium II :
Stadium ini dimulai sekitar 8 minggu setelah infeksi atau sekitar 5 minggu setelah setelah timbul ulkus durum (afek
primer).
I. Lesi di kulit berbentuk macam-macam :
1. Hartono, Rosanna Olivia. 2011. Treponema Pallidum. Yogyakarta. Universitas Sanata Dharma.
2. Mudiyah Mokhtar, 1978. Ilmu Penyakit Mulut dan Gigi Manson & Eley, 1993; terj. Buku Ajar Periodonti
3. Fahmi, Sjaiful D. 2003. Penyakit Menular Seksual. FK UI: Jakarta
4. . Rinawati, Mutiara. S. 2003. Diagnosis Dan Tatalaksana Sifilis Kongenital. Sari Pediatri, Vol. 5, No. 2,
September 2003: 52 57.