TINJAU AN TEORI
A. Kadar SGOT/SGPT
1. SGOT
SGOT (Serum Glutamic Oxaloacetic Transam inase )
atau juga
semi
otomatis
menggunakan
fotometer
atau
2. SGPT
SGPT (Serum Glutamic Pyruvic Transaminase)
atau juga
daripada
sedangkan
SGOT/AST
pada
pada
proses
kerusakan
kronis
parenkim
didapat
hati
akut,
sebaliknya
(www.labkesehatan.blogspot.com).
SGPT/ALT serum umumnya diperiksa secara fotometri atau
spektrofotometri, secara semi otomatis atau otomatis. Nilai rujukan untuk
SGPT/ALT adalah Laki-laki : 0 - 50 U/L Perempuan : 0 - 35 U/L.
3. Kondisi yang M eningkatkan SGPT
M enurut Risw nato (2009) kodisi yang dapat meningkatkan SGPT
dibedakan menjadi tiga, yaitu :
a.
infark
miokard,
kolaps
sirkulasi,
pankreatitis
akut,
mononukleosis infeksiosa.
b. Peningkatan sedang (3-5 kali nilai normal) : obstruksi saluran empedu,
aritmia jantung, gagal jantung kongestif, tumor hati (metastasis atau
primer), distrophia muscularis.
c.
hati
B,
rasio
album in/globulin
terbalik,
Bilirubin
hati C, rasio
album in/globulin
terbalik,
Bilirubin
meningkat( < dari 5mg%), SGOT > SGPT, biasanya meningkat sekitar 2
s/d 4 kali normal, tapi pada yang sirosis berat SGO T/SGPT dapat normal.
Anti HCV dan HCV-RNA positif. Pada sirosis hati yang sudah lanjut
sering kita mendapatkan kadar SGPT/SGOT normal, hal ini terjadi karena
jumlah sel hati pada sirosis berat sudah sangat kurang sehingga kerusakan
sel hati relatif sedikit. Tapi kadar bilirubin akan terlihat meninggi dan
perbandingan albumin/globulin akan terbalik. Bila kita cermati lebih teliti
maka kadar SGOT akan lebih tinggi SGPT (www.medistra.com).
6. Faktor Yang Dapat M empengaruhi Kadar SGOT/SGPT
Berdasarkan
penelitian
yang
dilakukan
oleh
beberapa
ahli
yang
Istirahat tidur
Penderita hepatitis yang tidak tercukupi kebutuhan istirahat tidurnya
atau waktu tidurnya kurang dari 7 atau 8 jam setelah dilakukan
pemeriksaan terjadi peningkatan kadar SGOT/SGPT.
b. Kelelahan
Kelelahan yang diakibatkan oleh aktivitas yang terlalu banyak atau
kelelahan yang diakibatkan karena olahraga juga akan mempengaruhi
kadar SGOT/SGPT.
c.
Konsumsi obat-obatan
M engkonsumsi
obat-obatan
tertentu
dapat
meningkatkan kadar
SGOT/SGPT.
Haloten, merupakan jenis obat yang biasa digunakan sebagai obat
bius.
Isoniasid, merupakan jenis obat antibiotik untuk penyakit TBC.
M etildopa, merupakan jenis obat anti hipertensid.
Fenitoin dan A sam Valproat, merupakan jenis obat yang biasa
digunakan sebagai obat anti epilepsi atau ayan.
Parasetamol, merupakan jenis obat yang biasa diberikan dalam resep
dokter sebagai pereda dan penurun demam. Parasetamol adalah jenis
obat yang aman, jika dikonsumsi dalam dosis yang tepat. Namun jika
berlebihan akan menyebabkan sirosis (kerusakan hati) yang cukup
parah bahkan sampai menyebabkan kematian. Selain jenis obat diatas
adapula jenis obat lainnya yang dapat merusak fungsi hati, seperti
alfatoksin, arsen, karboijn tetraklorida, tembaga dan vinil klorida.
3. Pengaturan Tidur
Tidur merupakan aktifitas yang melibatkan susunan saraf pusat,
saraf perifir, endokrin, kardiovaskuler, respirasi dan muskuloskeletal. Tiap
kejadian
tersebut
dapat
diidentifikasikan
atau
direkam
dengan
kita
menyadari bahwa
kita
harus
mempersiapkan diri untuk hari itu. Sensasi seperti nyeri, tekanan dan
suara menimbulkan keadaan terbangun melalui sel dan organ tepi.
Keadaan terbangun diaktivasi oleh korteks serebral dan sensasi tubuh.
Selama tidur, stimulasi dari korteks adalah minimal (Potter and Per ry,
2006).
Hipotalamus mempunyai pusat kontrol untuk beberapa aktivitas
tubuh, salah satunya adalah mengenai tidur dan terbangun. Cedera pada
hipotalamus dapat menyebabkan seseorang tertidur untuk periode yang
abnormal
atau
panjang.
Sejumlah
senyawa
berper an
sebagai
6. M anfaat Tidur
M enurut Potter and Perry (2006) selama tidur NREM bermanfaat dalam
memelihara fungsi jantung dan selama tidur gelombangrendah yang dalam
(NREM tahap IV) tubuh melepaskan hormone pertumbuhan manusia
untuk memperbaiki dan memperbaharui sel epitel dan khusus sepe rti sel
otak. Selain itu, tubuh menyimpan energi selama tidur dan penurunan laju
metabolik basal menyim pan persediaan energi tubuh.
7. Pola Tidur Berdasarkan Tingkatan Usia atau Perkembangan
TABEL 2.1
Pola Tidur Berdasarkan Tingkat Usia/Perkembangan
Tingkat
Perkembangan
Bayi baru lahir
Bayi
1-3 tahun
3-6 tahun
Usia sekolah
Dewasa M uda
Dewasa pertengahan
kurang
tidur,
misalnya
pada
pasien
dengan
gangguan
C. Hepatitis
1.
Definisi
H epatitis adalah suatu keadaan radang atau cedara pada hati sebagai reaksi
terhadap virus, atau obat atau alkohol (Patofisiologi untuk Keperawatan, 2000; Hal: 145).
individu
hepatitis kronik. Pada hepatitis kronik tidak dijumpai antibody terhadap H bsAg.
c. Hepatitis C (HCV)
Dulu disebut hepatits non-A non-B, diidentifikasikan tahun 1989. Virus
RNA ini saat ini merupakan penyebab tersering infeksi hepatitis yang ditularkan
m elalu i su plai darah kom ersial. H CV ditularkan m elalui dengan cara yang
sama seperti H BV, tetapi terutama melalui transfuse darah. Virus ini juga
menimbulkan keadaan kronik. Individu terinfeksi H CV berisiko mengalami
kanker hati. HC V sulit dielim inasi dari suplai darah kom ersial.
W alaupun antibodi terhadap HCV dapat diukur, terdapat cukup
banyak waktu jeda antara saat pasien yang mengidap penyakit ini
menular dan saat pasien tersenut mulai membentuk antibodi.
d.
H epatitis D (H DV)
H epatitis D disebut ju ga hepatitis delta dan sebenarnya adalah suatu
v i ru s de f e kt if ya n g ia s e n dir i ti d a k da p at m e ngi n fe k si h a pa t os it u nt u k
menimbulkan hepatitis. Virus ini melakukan koinfeksi dengan H BV sehingga
infeksi H BV bertambah parah. Infeksi oleh H DV juga dapat timbul belakangan
pada individu yang mengidap onfeksi kronik H BV. Virus hepatitis delta ini
m e nin gk at ka n risik o tim bu l n y a he pa titis fu lm i na n, k ega gala n ha ti, da n
kematian. H epatitis D ditularkan seperti H BV. Antigen dan antibody H DV
diperiksa pada donor darah.
e.
H epatitis E (H EV)
H epatitis E diidentifikasikan tahun 1990. Virus ini adalah suatu virus R N A
yang teru tama ditu lar kan m elalu i ingesti air yang tercemar. S ebagian b e sa r
v i ru s ya n g dila p o r k a n dit em u k a n d i N eg ar a - n eg a ra ya n g s e d a ng
berkem bang. Virus ini tidak menimbulkan keadaan pembawa (carrier) atau
H epatitis F
H epatitis F adalah jenis hepatitis yang baru ada sedikit kasus. Saat ini para
pakar belu m sepa kat hepatitis F m eru paka n p enya kit he patitis yang
terpisah. Jenis H epatitis F ini disebabkan oleh jenis virus yang terkait dengan
penyakit hepatitis lainnya. B eberapa calon hepatitis F m u ncul pada 1990 -an,
tape tak satu , pu n dari laporan-laporan itu telah terbukti. Pada tahun 1994
m elapor ka n bah w a par tikel viru s b aru telah dit em u ka n dalam tinja pasca
transfuse, yang bukan meru pakan virus hepatitis A, B, C maupun E. Kemudian
partikel virus tersebut disuntikkan kepada seekor m onyet Indian dan akhirnya
Lelah
b.
Mual
c.
Muntah
d.
e.
Nyeri perut
f.
g.
Nyeri otot,
h.
4. Stadium hepatitis
Gambaran klinis hepatitis virus dapat berkisar dare asimptomatik
sampai penyakit yang merokok, kegagalan hat i dan kematian. Terdapat
tiga stadium pada semua jenis hepatitis: stadium prodromal, stadium
ikterus, dan periode konvalensi (pemulihan).
a.
Stadium prodromal
periode
masa
tunas
virus
selesai
dan
pasien
mulai
Malaise umum
2)
Rasa lelah
3)
4)
5)
b.
Stadium Ikterus
3)
Splenomegali
4)
c. Stadium pemulihan
S ta d ium pemulihan adalah stadium ketiga hepatitis virus dan
biasanya tim bul dalam 4 bu lan untu k hepatitis B dan C , dan dalam
2-3 bulan untuk hepatitis A selama periode ini :
1)
2)
d.
e. Pecandu narkotika
f.
6.
Patofisiologi
Setelah liver membu ka sejumlah agen seperti virus, liver menjadi membesar
dan terjadi peradangan sehingga dalam kuadran kanan atas terasa sakit dan tidak
nyaman . Sebagai kemajuan dan kelanjutan proses penyakit, pem belahan sel -sel hati
yang normal beru bah menjadi peradangan yang meluas, nekros is dan regenerasi dari
sel-sel hepar. Meningkatnya penekanan dalam lintasan sirkulasi disebabkan karena
virus masuk dan bercampur dengan aliran darah kedalam pembelahan jaringan
jaringan hepar (sel-sel hepar). Oedema dari saluran-saluran empedu hati yang
terdapat pada jaringan intrahepatik menyebabkan kekuningan.
Data spesifik pada patogenesis hepatitis . A, hepatitis C, hepatitis D, dan
hepatitis E sangat terbatas. Tanda-tanda investigasi mengingatkan pada manifestasi
klinik dari peradangan akut H BV yang ditentukan oleh respon imunologi dari klien.
Kompleks kekebalan kerusakan jaringan secara tidak langsung memungkinkan untuk
manifestasi extra hepatik dari hepatitis akut B. H epatitis B diyakini masu k kedalam
sirkulasi kekebalan , tu buh tersimpan dalam dinding pem buluh darah dan aktif dalam
sistem pengisian. (Dusheiko,1990) . Respon-respon klinik terdiri dari nyeri
bercampur sakit yang terjadi dimana-mana.
Phase atau tahap penyem buhan dari hepatitis adalah ditandai dengan aktifitas
fagositosis dan aktifitas enzym, perbaikan sel-sel hepar. Jika tidak sunggu h-sungguh
komplikasi berkembang , sebagian besar penyembu han fu ngsi hati k lien secara
normal setelah hepatitis virus kalah . Regenerasi lengkap biasanya terjadi dalam dua
sampai tiga bulan.
7.
Pemeriksaan Diagnostik
a. Pengkajian Laboratorium
Ditemukannya Hepatitis A dan B menunjukkan tingkatan nilai
enzim hatinya yang akut, ditunjukkan adanya kerusakan sel-sel hati
dan khususnya nilai serologi.
hepatitis
dengan
m em eriksa HBsAg.
2) Anti-HBc IgG
M uncul sebelum anti-HBc IgM hilang, Terdeteksi pada
lampau
tidak dapat
Tersedia vaksin untuk HBV. Karena sifat virus yang sangat menular
dan berpotensi menyebabkan kematian, maka sangat dianjurkan bahwa
semua individu yang termasuk kelompok berisiko tinggi, termasu k para pekerja
kesehatan atau orang-orang yang terpajan ke produk darah, divaksinasi. Yang
juga dianjurkan untuk divaksinasi adalah orang -orang yang berisiko terinfeksi
virus, termasuk kaum homoseks atau heteroseks yang aktif secara seksual,
pecandu obat bius, dan bayi.
f.
D. Penelitian Terkait
Sepengetahuan peneliti, penelitian dengan judul H ubu ngan Lama Istirahat Tidur
dengan Kadar SGOT/SGPT pada pasien H epatitis di Ruang Rawat Inap RSUD Kraton
Kabupaten Pekalongan baru pertama kali dilakukan.
E. Kerangka Teori
Gambar 2.1. Kerangka Teori
Istirahat / Tidur
Kadar SGOT/SGPT
Kelelahan
Konsumsi Obat
(Widjaja, 2009)
F. Kerangka Konsep
Gambar 2.2. Kerangka Konsep
Lama tidur
Kadar SGOT/SGPT
G. Hipotesis
Hipotesis menyatakan jawaban sementara dari suatu penelitian. Hipotesis
juga dinyatakan sebagai jawaban sementara penelitian, patokan dengan atau
dalil sementara yang ketenarannya akan dibuktikan dalam penelitian tersebut
(Notoatm odjo, 2005).
Ha