Anda di halaman 1dari 11

0

LAPORANG PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN ISOLASI SOSIAL
A. PENGERTIAN

Isolasi sosial merupakan kondisi kesendirian yang di alami oleh individu


dan diterima sebagai ketentuan orang lain sebagai suatu keadaan yang
negatif atau mengancam (Towsend, 2008). Isolasi sosial adalah suatu keadaan
dimana individu mengalami suatu kebutuhan atau mengharapakan untuk
melibatkan orang lain, akan tetapi tidak dapat membuat hubungan tersebut
(Carpenito, 2004). Sedangkan menurut Kim (2006) isolasi sosial merupakan
kesendirian yang dialami individu dan dirasakan sebagai beban oleh orang lain
dan sebagai keadaan yang negatif atau mengancam.
Keadaan ketika individu atau kelompok mengalami atau merasakan
kebutuhan atau keinginan untuk meningkatkan keterlibatan dengan orang lain
tetapi tidak mampu untuk membuat kontak (Carpenito-Moyet, 2007). Kondisi
sendirian, yang dialami individu dan dipersepsikan disebabkan orang lain dan
sebagai kondisi yang negatif dan mengancam (Townsend, 2010).
B. RENTANG RESPON SOSIAL

Rentang Respon Sosial


Respon adaptif

Respon maladaptif

Solitut
Kesepian
Manipulasi
Otonomi
Menarik diri
Impulsif
Kebersamaan
ergantungan
Narkisme
Saling ketergantungan
Gambar.1.1 Rentang respon sosial, (Stuart and Sundeen, 1998).
Keterangan dari rentang respon sosial :
1. Solitut (Menyendiri) : Solitut atau menyendiri merupakan respon yang
dibutuhkan seorang untuk merenung apa yang telah dilakukan
dilingkungan sosialanya dan suatu cara untuk nmenentukan langkahnya.
2. Otonomi: Kemapuan individu untuk mentukan dan maenyampaikan ide,
pikiran, perasaan dalam hubungan social.
3. Kebersamaan (Mutualisme) : Perilaku saling ketergantungan dalam
membina hubungan interpersonal.
4. Saling ketergantungan (Interdependent) : Suatu kondisi dalam hubungan
interpersonal dimana hubungan tersebut mampu untuk saling memberi
dan menerima.
5. Kesepian : Kondisi dimana seseorang merasa sendiri, sepi, tidak danya
perhatian dengan orang lain atau lingkunganya.
1

6. Menarik diri : Kondisi dimana seseorang tidak dapat mempertahankan


hubungan dengan orang lain atau lingkunganya.
7. Ketergantungan (Dependent) : Suatu keadaan individu yang tidak
menyendiri, tergantung pada orang lain.
8. Manipulasi : Individu berinteraksi dengan pada diri sendiri atau pada
tujuan bukan berorientasi pada orang lain/ tidak dapat dekat dengan
orang lain.
9. Impulsive: Keadaan dimana individu tidak mampu merencanakan
sesuatu. Mempunyai penilaian yang buruk dan tidak dapat diandalkan.
10. Narkisme: Secara terus menerus berusaha mendapatkan penghargaan dan
pujian. Individu akan marah jika orang lain tidak mendukungnya.
(Townsend M.C, 2010)
C. KARAKTERISTIK PERILAKU

Karakteristik perilaku isolasi sosial yang dapat ditemukan antara lain:


1. Karakteristik Mayor :
a. Mengeskpresikan perasaan kesepian, dan penolakan.
b. Keinginan untuk kontak lebih banyak dengan orang lain tetapi tidak
mampu.
c. Melaporkan ketidaknyamanan dalam situasi sosial.
d. Menggambarkan kurang hubungan yang berarti (Carpenito-Moyet, 2007).
2. Karakteristik Minor :
a. Merasakan waktu berjalan lambat
b. Ketidakmampuan untuk berkonsentrasi dan mengambil keputusan
c. Perasaan tidak berguna
d. Perasaan penolakan
e. Kurang aktivitas secara verbal maupun fisik
f. Tampak depresif, cemas atau marah
g. Kegagalan untuk berinteraksi dengan orang lain didekatnya
h. Sedih, afek dangkal
i. Tidak komunikatif
j. Menarik diri
k. Kontak mata buruk
l. Larut dalam pikiran dan ingatan sendiri

D. PROSES TERJADINYA MASALAH

Karena isolasi sosial adalah status subjektif, semua pengaruh yang


membuat perasan seseorang menjadi kesepian harus divalidasi karena
penyebabnya bervariasi dan individu menunjukkan kesepiannya dalam cara yang
berbeda-beda (Carpenito-Moyet, 2007).
Keadaan isolasi sosial dapat
diakibatkan dari berbagai situasi, dan masalah kesehatan yang berhubungan
2

dengan kehilangan hubungan yang telah terbentuk atau kegagalan untuk


mempertahankan hubungan ini (Carpenito-Moyet, 2007). Penyebab dari isolasi
sosial adalah harga diri rendah yaitu perasaan negative terhadap diri sendiri,
hilang kepercayaan diri, merasa gagal mencapai keinginan yang ditandai
dengan adanya perasaan malu terhadap diri sendiri, rasa bersalah terhadap
diri sendiri, gangguan hubungan sosial, merendahkan martabat, percaya diri
kurang dan juga dapat mencederai diri, (Carpenito, 2000).
1. Faktor Predisposisi
a. Biologis
1) Riwayat keluarga dengan gangguan jiwa, Diturunkan melalui
kromosom orangtua (kromosom keberapa masih dalam penelitian).
Diduga kromosom no.6 dengan kontribusi genetik tambahan nomor
4, 8, 15 dan 22. Pada anak yang kedua orangtuanya tidak menderita,
kemungkinan terkena penyakit adalah satu persen. Sementara pada
anak yang salah satu orangtuanya menderita kemungkinan terkena
adalah 15%. Dan jika kedua orangtuanya penderita maka resiko
terkena adalah 35 persen.
2) Kembar indentik berisiko mengalami gangguan sebesar 50%,
sedangkan kembar fraterna berisiko mengalami gangguan 15%
3) Riwayat janin saat pranatal dan perinatal trauma, penurunan
komsumsi oksigen pada saat dilahirkan, prematur, preeklamsi,
malnutrisi, stres, ibu perokok, alkhohol, pemakaian obat-obatan,
infeksi, hipertensi dan agen teratogenik. Anak yang dilahirkan dalam
kondisi seperti ini pada saat dewasa (25 tahun) mengalami
pembesaran ventrikel otak dan atrofi kortek otak.
4) Nutrisi: Adanya riwayat gangguan nutrisi ditandai dengan penurunan
BB, rambut rontok, anoreksia, bulimia nervosa.
5) Keadaan kesehatan secara umum: obesitas, kecacatan fisik, kanker,
inkontinensia sehingga menjadi malu, penyakit menular AIDS,
6) Sensitivitas biologi: riwayat peggunaan obat, riwayat terkena infeksi
dan trauma kepala serta radiasi dan riwayat pengobatannya.
Ketidakseimbangan dopamin dengan serotonin neurotransmitter
7) Paparan terhadap racun : paparan virus influenza pada trimester 3
kehamilan dan riwayat keracunan CO, asbestos karena mengganggu
fisiologi otak
b. Psikologis
1) Adanya riwayat kerusakan struktur dilobus frontal yang
menyebabkan suplay oksigen dan glukosa terganggu di mana lobus
tersebut berpengaruh kepada proses kognitif sehingga anak
mempunyai intelegensi dibawah rata-rata dan menyebabkan
kurangnya kemampuan menerima informasi dari luar.
2) Keterampilan komunikasi verbal yang kurang, misalnya tidak mampu
berkomunikasi, komunikasi tertutup (non verbal), gagap, riwayat
3

kerusakan yang mempunyai fungsi bicara, misalnya trauma kepala


dan berdampak kerusakan pada area broca dan area wernich.
3) Moral: Riwayat tinggal di lingkungan yang dapat mempengaruhi
moral individu, misalnua keluarga broken home, ada konflik keluarga
ataupun di masayarakat
4) Kepribadian: orang yang mudah kecewa, mudah putus asa,
kecemasan yang tinggi dan menutup diri
5) Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan:
a) Orang tua otoriter, selalu membandingkan, yang mengambil jarak
dengan anaknya, penilaian negatif yang terus menerus
b) Anak yang diasuh oleh orang tua yang suka cemas, terlalu
melindungi, dingin dan tidak berperasaan
c) Penolakan atau tindak kekerasan dalam rentang hidup klien
d) Konflik orang tua, disfungsi sistem keluarga
e) Kematian orang terdekat, adanya perceraian
f) Takut penolakan sekunder akibat obesitas, penyakit terminal,
sangat miskin dan pengangguran.
g) Riwayat
ketidakpuasan
yang
berhubungan
dengan
penyalahgunaan obat, perilaku yang tidak matang, pikiran delusi,
penyalahgunaan alkhohol
6) Konsep diri: Ideal diri yang tidak realistis, harga diri rendah, identitas
diri tidak jelas, krisis peran, gambaran diri negatif
7) Motivasi: adanya riwayat kegagalan dan kurangnya pernghargaan
8) Pertahanan psikologis, ambang toleransi terhadap stres yang rendah,
riwayat gangguan perkembangan sebelumnya
9) Self kontrol: tidak mampu melawan terhadap dorongan untuk
menyendiri
c. Sosial budaya
1) Usia: Ada riwayat tugas perkembangan yang tidak selesai
2) Gender: Riwaya ketidakjelasan identitas dan kegagalan peran gender
3) Pendidikan: pendidikan yang rendah dan riwayat putus sekolah atau
gagal sekolah
4) Pendapatan: penghasilan rendah
5) Pekerjaan: stressfull dan berisiko tinggi
6) Status sosial: Tuna wisma, kehidupan terisolasi (kehilangan kontak
sosial, misalnya pada lansia)
7) Latar belakang budaya: tuntutan sosial budaya tertentu adanya stigma
masyarakat, budaya yang berbeda (bahasa tidak dikenal)
8) Agama dan keyakinan: Riwayat tidak bisa menjalankan aktivitas
keagamaan secara rutin
9) Keikutsertaan dalam politik: Riwayat kegagalan berpolitik
10) Pengalaman sosial: perubahan dalam kehidupan, misalnya bencana,
kerusuhan. Kesulitan dalam mendapatkan oekerjaan dan
ketidakutuhan keluarga

11) Peran sosial: isolasi sosial: khususnya usia lanjut, stigma negatif dari
masyarakat, praduga negatif dan stereotipi, perilaku sosial tidak
diterima oleh masyarakat.
2. Faktor Presipitasi
a. Nature
1) Biologi:
a) Dalam enam bulan terakhir mengalami penyakit infeksi otak
(enchepalitis) atau trauma kepala yang mengakibatkan lesi daerah
frontal, temporal dan limbic sehingg terjadi ketidakseimbangann
dopamin dan serotonin neurotransmitter
b) Dalam enam bulan terakhir terjadi gangguan nutrisi ditandai
dengan penurunan BB, rambut rontok, anoreksia, bulimia nervosa
yang berdampak pada pemenuhan glukosa di otak yang dapat
mempengaruhi fisiologi otak terutama bagian fungsi kognitif
c) Sensitivitas biologi: putus obat atau mengalami obesitas,
kecatatan fisik, kanker dan pengobatannya yang dapat
menyebabkan perubahan penampilan fisik
d) Paparan terhadap racun, misalnya CO dan asbestosos yang dapat
mempengaruhi metabolisme di otak sehingga mempengaruhi
fisiologis otak
2) Psikologis
a) Dalam enam bulan terakhir terjadi trauma atau kerusakan struktur
di lobus frontal dan terjadi suplay oksigen dan glukosa terganggu
sehingga mempengaruhi kemampuan dalam memahami informasi
b) Keterampilan verbal, tidak mampu komunikasi, gagap,
mengalami kerusakan yang mempengaruhi fungsi bicara
c) Dalam enam bulan terakhir tinggal di lingkungan yang dapat
mempengaruhi moral: lingkungan keluarga yang broken home,
konflik atau tinggal dalam lingkungan dengan perilaku sosial
yang tidak diharapkan
d) Konsep diri: Harga diri, perubahan penampilan fisik
e) Self kontrol: tidak mampu melawan dorongan untuk menyendiri
f) Kepribadian: mudah kecewa, mudah putus asa, kecemasan yang
tinggi, menutup diri
3) Sosial budaya
a) Usia: Dalam enam bulan terakhir alami ketidaksesuaian tugas
perkembangan dengan usia, atau terjadi perlambatan dalam
penyelesaian tugas perkembangan
b) Gender: enam bulan terakhir alami ketidakjelasan identitas dan
kegagalan peran gender (model peran negatif)
c) Pendidikan: dalam enam bulan terakhir mengalami putus sekolah
dan gagal sekolah
d) Pekerjaan : pekerjaan stressfull dan beresiko atau tidak bekerja
(PHK)

e) Pendapatan: penghasilan rendah atau dalam enam bulan terakhir


tidak mempunyai pendapatan atau terjadi perubahan status
kesejahteraan
f) Status sosial: Tuna wisma dan kehidupan isolasi, tidak
mempunyai sistem pendukung
g) Agama dan keyakinan: tidak bisa menjalankan aktivitas
keagamaan secara rutin. Terdapat nilai-nilai sosial di masyarakat
yang tidak diharapkan
h) Kegagalan dalam bepolitik: kegagalan dalam berpolitik
i) Kejadian sosial saat ini: perubahan dalam kehidupan: perang,
bencana, kerusuhan, tekanan dalam pekerjaan, kesulitan
mendapatkan pekerjaan, sumber-sumber personal yang tidak
adekuat akibat perang, bencana
j) Peran sosial: Dalam enam bulan terakhir isolasi sosial,
diskriminasi dan praduga negatif, ketidakmampuan untuk
mempercayai orang lain
b. Origin
Internal: Kegagalan persepsi individu terhadap sesuatu yang diyakini
dalam hubungan sosial
Eksternal: Kurangnya dukungan sosial dan dukungan masyarakat pada
klien untuk melakukan hubungan sosial
c. Time
1) Waktu terjadinya stressor pada waktu yang tidak tepat
2) Stressor terjadi secara tiba-tiba atau bisa juga secara bertahap
3) Stressor terjadi berulang kali dan antara satu stressor dengan stressor
yang lain saling berdekatan
d. Number
1) Sumber stress lebih dari satu (banyak)
2) Stress dirasakan sebagai masalah yang berat
3. Penilaian Terhadap Stressor
a. Kognitif
1) Mengatakan tidak berguna, mengatakan ada penolakan dengan
lingkungan
2) Ketidakmampuan konsentrasi dan pengambilan keputusan
3) Kehilangan rasa tertarik untuk melakukan sesuatu dan mengatakan
merasakan waktu berjalan lambat
4) Mengatakan keinginan kontak lebih banyak dengan orang lain tetapi
tidak mampu
5) Melaporkan ketidakamanan dalam situasi sosial
6) Melaporkan tidak adanya hubungan yang berarti (tidak mempunyai
teman akrab)
7) Mengatakan nilai yang diterima oleh masyarakat tetapi tidak mampu
menerima nilai dari kultur dominan
8) Ketidakmampuan membuat tujuan hidup
9) Mengatakan ketidakmampuan untuk memenuhi pengharapan orang
lain
6

b. Afektif
1) Merasa sedih dan afek dangkal/datar
2) Merasa tertekan, depresi, cemas atau marah
3) Merasa kesepian yang dibebankan pada orang lain dan perasaan
ditolak oleh lingkungan
4) Merasa tidak aman ditengah-tengah orang lain
5) Merasa tidak mempedulikan orang lain
c. Fisiologis
1) Ketidakseimbangan neurotransmitter dopamin dan serotonin
2) Peningkatan efinefrin dan non efinefrin
3) Peningkaan denyut nadi, TD, pernafasan jika terjadi kecemasan
4) Gangguan tidur
d. Perilaku
1) Kontak mata buruk atau tidak ada kontak mata
2) Negativism, kurang aktivitas baik fisik dan verbal
3) Banyak melamun, larut dengan pikiran dan ingatan sendiri
4) Penampilan tidak sesuai dan perilaku aneh dan tidak dapat diterima
oleh masyarakat
5) Dipenuhi dengan pikiran-pikiran sendiri, repetitif (perilaku yang
ulang-ulang)
6) Melakukan pekerjaan tidak tuntas adanya ketifak sesuaian atau minat
imatur dan aktivitas untuk usia dan tahap perkembangan
e. Sosial
1) Menarik diri
2) Sulit berinteraksi dan tidak berkomunikasi
3) Kegagalan untuk berinteraksi dengan orang lain didekatnya
4) Mencari kesempatan untuk sendiri atau berada dalam suasana
subkultur
5) Penunjukkan bermusuhan dalam suara dan perilaku
6) Ketidakmampuan dalam berpartisipasi dalam sosial
7) Acuh terhadap lingkungan
8) Curiga terhadap orang lain
9) Tidak tertarik terhadap segala aktivitas yang sifatnya menghibur
4. Sumber Koping
a. Personal ability
1) Tidak komunikatif dan cenderung menarik diri
2) Kesehatan umum klien, terdapat kecacatan
3) Ketidakmampuan mengambil keputusan dan memecahkan masalah
4) Kemampuan berhubungan dengan orang lain tidak adekuat
5) Pengetahuan tentang masalah isolasi rendah
6) Integritas ego yang tidak adekuat
b. Sosial Support
1) Tidak adanya orang terdekat yang mendukung keluarga, teman,
kelompok
2) Hubungan antara individu, keluarga dan masyarakat tidak adekuat
3) Komitmen degan jaringan sosial tidak adekuat
c. Material asset
1) Adanya perubahan status kesejahteraan
2) Ketidakmampuan mengelola kekayaan
7

3) Tidak punya uang untuk berobat, tidak ada tabungan


4) Tidak memiliki kekayaan dalam bentuk barang berharga
d. Positif belief
1) Distres spiritual
2) Tidak memilki motivasi untuk sembuh
3) Penilaian negatif tentang pelayanan kesehatan
4) Tidak menganggap apa yang dialami merupakan sebuah masalah
5. Mekanisme Koping
a. Konstruktif: b. Destruktif: Regresi, proyeksi, Denial, Withdrawl, introyeksi, represi,
Disosiasi
E. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Isolasi sosial
F. TINDAKAN KEPERAWATAN

1. Tindakan keperawatan untuk klien.


a. Tujuan:
1) Klien mampu membina hubungan saling percaya
2) Klien mampu menyadari penyebab isolasi sosial
3) Klien mampu berinteraksi dengan orang lain secara bertahap
b. Tindakan:
1) Membina hubungan saling percaya
Untuk membina hubungan saling percaya dengan klien isolasi sosial
kadang membutuhkan waktu yang lama dan interaksi yang singkat
serta sering karena tidak mudah bagi klien untuk percaya dengan
orang lain. Oleh karena itu, perawat harus konsisten bersikap
terapeutik terhadap klien. Selalu menepati janji adalah salah satu
upaya yang dapat dilakukan. Pendekatan yang konsisten akan
membuahkan hasil. Jika klien sudah percaya dengan perawat,
program asuhan keperawatan lebih mungkin dilaksanakan. Membina
hubungan saling percaya dapat dilakukan dengan cara:
a) Ucapkan salam setiap kali berinteraksi dengan klien
b) Berkenalan dengan klien, perkenalkan nama lengkap dan nama
panggilan perawat serta tanyakan nama lengkap dan nama
panggilan klien.
c) Tanyakan perasaan dan keluhan klien saat ini
d) Buat kontrak asuhan: apa yang perawat akan lakukan bersama
klien, berapa lama akan dikerjakan, dan tempat pelaksanaan
kegiatan
e) Jelaskan bahwa perawat akan merahasiakan informasi yang
diperoleh untuk kepentingan terapi
f) Tunjukkan sikap empati terhadap klien setiap saat
g) Penuhi kebutuhan dasar klien jika mungkin
8

2) Membantu klien mengenal penyebab isolasi sosial dengan cara:


a) Tanyakan pendapat klien tentang kebiasaan berinteraksi dengan
orang lain
b) Tanyakan penyebab klien tidak ingin berinteraksi dengan orang
lain
3) Bantu klien untuk mengenal manfaat berhubungan dengan orang lain
dengan cara mendiskusikan manfaat jika klien memiliki banyak
teman
4) Bantu klien mengenal kerugian tidak berhubungan dengan cara
sebagai berikut:
a) Diskusikan kerugian jika klien hanya mengurung diri dan tidak
bergaul dengan orang lain
b) Jelaskan pengaruh isolasi sosial terhadap kesehatan fisik klien
5) Membantu klien untuk berinteraksi dengan orang lain secara bertahap
2. Tindakan keperawatan untuk keluarga.
a. Tujuan:
Keluarga mampu merawat klien dengan isolasi sosial
b. Tindakan:
Keluarga merupakan sistem pendukung utama bagi klien untuk dapat
membantu klien mengatasi masalah isolasi sosial ini karena keluargalah
yang selalu bersama-sama dengan klien sepanjang hari. Tindakan
keperawatan agar keluarega dapat merawat klien dengan isolasi sosial di
rumah meliputi hal-hal berikut ini:
1) Berdiskusi dengan keluarga tentang masalah yang dirasakan keluarga
dalam merawat klien
2) Jelaskan tentang:
a) Masalah isolasi sosial dan dampaknya pada klien
b) Penyebab isolasi sosial
c) Cara merawat klien dengan isolasi sosial, yaitu:
(1) Bina hubungan saling percaya dengan klien dengan cara
bersikap peduli dan tidak ingkar janji
(2) Berikan semangat dan dorongan kepada klien untuk dapat
melakukan kegiatan bersama-sama dengan orang lain, yaitu
dengan tidak mencela kondisi klien dan memberikan pujian
yang wajar
(3) Tidak membiarkan klien sendiri di rumah
(4) Buat rencana atau jadwal bercakap-cakap dengan klien
d) Peragakan cara merawat klien dengan isolasi sosial
e) Bantu keluarga mempraktikkan cara merawat yang telah
dipelajari, mendiskusikan masalah yang dihadapi
f) Susun perencanaan pulang bersamaan keluarga
9

DAFTAR PUSTAKA
Carpenito-Moyet. (2007). Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Edisi 10. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Carpenito, L. J.C (2004). Hanndbook of nursing diagnosis ed.10. USA: Lippincott
Williams & Wilkins
Keliat, B. A & Akemat. (2007). Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa.
Jakarta: EGC
Kim, M.J. Mc Farland, G.K, dan McLane, A.M. (2006). Diagnosa Keperawatan.
Edisi 7. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Stuart & Sundeen. (1991). Principles and practice of psychiatric nursing. Mosby
Year Book: Missouri
Stuart, Gail W. (2009). Principles & Practice of Psychiatric Nursing
Philadelphia: Elsevier Mosby

ed.8.

Townsend, Mary C. (2008). Essentials of psychiatric mental health nursing ed.8. F.


A. Davis Company: Philadelphia
Townsent, M.C. (2010). Buku saku Diagnosis Keperawatan Psikiatri Rencana
Asuhan & Medikasi Psikotropik. Edisi 5. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC

10

Anda mungkin juga menyukai