Definisi
Demam Berdarah Dengue (Dengue Haemorrhagic Fever) ialah suatu
penyakit yang disebabkan oleh virus dengue (arbovirus) yang masuk ke
dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegypti. (Suriadi, 2001 : 57)
Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah penyakit yang terdapat pada
anak dan orang dewasa dengan
nyeri sendi yang disertai ruam atau tanpa ruam. DHF sejenis virus yang
tergolong arbo virus dan masuk kedalam tubuh penderita melalui gigitan
nyamuk aedes aegepty (betina).
2. Klasifikasi DHF menurut WHO
1. Derajat I : Demam disertai gejala tidak khas, terdapat manifestasi
perdarahan ( uji tourniquet positif )
2. Derajat II : Derajat I ditambah gejala perdarahan spontan dikulit dan
perdarahan lain.
3. Derajat III : Kegagalan sirkulasi darah, nadi cepat dan lemah, tekanan
nadi menurun ( 20 mmhg, kulit dingin, lembab, gelisah, hipotensi )
4. Derajat IV : Nadi tak teraba, tekanan darah tak dapat diukur
3. Etiologi
a. Agent (virus)
Virus dengue adalah anggota genus flavivirus dan famili flavividae. Virus
berukuran 50 nm ini memiliki single standart RNA. Virus dengue
membentuk suatu kompleks yang nyata di dalam genus flavivirus
berdasarkan kepada karakteristik antigenic dan biologisnya. Terdapat
empat serotipe virus yang disebut sebagai DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan
DEN-4. terinfeksinya seseorang dengan salah satu serotype tersebut
diatas, akan menyebabkan kekebalan seumur hidup terhadap serotipe
virus yang bersangkutan. Meskipun keempat serotipe ini mempunyai
terlindung
dari
sinar
matahari
dapat
menjadi
tempat
4. Faktor Resiko
Faktor Resiko Terjadi Demam Berdarah Dengue
a. Status imunologi seseorang
5. Epidemiologi
Penyakit demam berdarah dengue atau dengue hemorrhagic fever
(DHF) merupakan penyakit akibat infeksi virus Dengue yang masih menjadi
problem kesehatan masyarakat. Penyakit ini ditemukan nyaris di seluruh
belahan dunia terutama di negara-negara tropik dan subtropik baik sebagai
penyakit endemik maupun epidemik. Hasil study epidemiologik menunjukkan
bahwa DBD terutama menyerang kelompok umur balita sampai dengan umur
sekitar 15 tahun serta tidak di temukan perbedaan signifikan dalam hal
kerentanan terhadap serangan dengue antar gender.Outbreak (kejadian luar
biasa) dengue biasanya terjadi di daerah endemik dan dengan datangnnya
musim penghujan. Hal tersebut sejalan dengan peningkatan aktivitas vektor
dengue yang justru terjadi pada musim penghujan. Penularan penyakit DBD
antar manusia terutama berlangsung melalui vektor nyamuk Aedes aegypti.
Sehubungan dengan morbiditas dan mortalitasnya,DBD disebut sebagai the
most mosquito transmitted disease.
a. Distribusi geografis.
yang
terjadi
Carribean.Berdasarkan
data
sepanjang
yang
di
tahun
laporkan
1827-1829
ke
Word
di
Health
Musim
Di negara-negara dengan 4 musim, epidemi DBD berlangsung terutama
pada musim panas meskipun di temukan kasus-kasus DBD sporadis pada
musim dingin. Di negara-negara di Asia Tenggara, epidemi DBD terutama
terjadi pada musim penghujan. Di Indonesia, Thailand, Malaysia, dan
Philippines epidemi DBD terjadi beberapa minggu setelah datangnya
musim penghujan. Epidemi mencapai angka tertinggi pada sebulan setelah
curah hujan mencapai puncak tertinggi untuk kemudian menurun sejalan
dengan menurunnya curah hujan. Di Malaysia di laporkan peningkatan
insidensi DBD sebesar 120% ketika curah hujan perbulan sekitar 300 mm
atau lebih. Di Indonesia di laporkan bahwa puncak oubreakumumnya
terjadi antara bulan Oktober sampai dengan April, kecuali outbreak pada
tahun 1974 yang justru terjadi pada bulan Juli.Periode epidemi yang
terutama berlangsung selama musim penghujan erat kaitannya dengan
kelembaban tinggi pada musim penghujan yang memberikan lingkungan
optimal bagi masa inkubasi (mempersingkat masa inkubasi) dan
peningkatan aktivitas vektor dalam menggigit. Kedua vektor tersebut
meningkatkan aktifitas vektor dalam mentransmisikan infeksi virus
Dengue. Itulah sebabnya di daerah tropik pola kejadian DBD umumnya
sejalan dengan pola musim penghujan.
PGE2 Hipothalamus
Mengaktifkan sistem
komplemen
Hipertermi
Peningkatan reabsorbsi
Na+ dan H2O
Permeabilitas membran
meningkat
Merangsang dan
Resiko
perfusiendotel
jaringan
mengaktivasi
faktor
Kerusakan
tidak
efektif
pembekuan
pembuluh
darah
Penekanan
Hipoksia
Hepatomegali
Nyeri
Perdarahan
Hepar
DIC
intraabdomen
jaringan
akut
Ketidakseimbangan
nutrisihipovolemik
kurang daridan
Renjatan
Resiko
Kebocoran
KeMual,muntah
ekstravaskuler
syok
Abdomen
Ascites
hipovolemik
plasma
kebutuhan
tubuh
hipotensi
Kekurangan volume
cairan
7. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis infeksi virus Dengue pada manusia sangat bervariasi. Gejala
utama DHF dapat dikategorikan menjadi empat yaitu demam tinggi, fenomena
perdarahan, hepatomegali, dan kegagalan sirkulasi. Gejala klinis DHF diawali
dengan demam mendadak disertai dengan muka kemerahan dan gejala klinis
lain yang tidak khas seperti anoreksia, muntah, nyeri kepala dan nyeri pada otot
dan sendi. Gejala lain yang dapat ditemukan yaitu perasaan tidak enak di
daerah epigastrium. Keempat gejala utama DHF adalah sebagai berikut :
a. Demam
Penyakit ini didahului oleh Demam tinggi yang mendadak, tanpa sebab
jelas, berlangsung terus menerus selama 2-7 hari, naik turun tidak mempan
dengan obat antipiretik. Biasanya pada hari ke 3,4,5 demam turun dan ini
merupakan fase kritis yang harus dicermati pada hari ke 6 karena dapat
terjadi syok.
b. Tanda-tanda perdarahan
Jenis perdarahan terbanyak adalah perdarahan kulit seperti uji tornikuet
(+), petekie, perdarahan konjungtiva. Perdarahan lain dapat berupa
perdarahan gusi, mimisan, melena, hematemesis, atau hematuria. Hasil uji
tornikuet dikatakan positif jika terdapat lebih dari 10 petekie dalam
diameter 2,8 cm di lengan bawah bagian depan termasuk lipatan siku.
c. Hepatomegali
d. Syok
Syok terjadi setelah demam turun dengan disertai keluarnya keringat,
perubahan pada denyut nadi dan tekanan darah, akral extremitas teraba
dingin. Perubahan ini memperlihatkan gejala gangguan sirkulasi sebagai
akibat dari perembesan plasma.
8. Pemeriksaan Diagnostik
Untuk menegakkan diagnostik DHF perlu dilakukan berbagai pemeriksaan
penunjang, diantaranya adalah pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan
radiologi, (Hadinegoro, 2006: 17).
A. Pemeriksaan laboratorium
1. Pemeriksaan darah
Pada pemeriksaan darah pasien DHF akan dijumpai :
hiponatremia, hipokalemia
SGOT dan SGPT mungkin meningkat
Ureum dan pH darah mungkin meningkat
Waktu perdarahan memanjang
b.
Penatalaksanaan renjatan :
Penggantian volume
Sebagai terapi awal cairan yang dipergunakan ialah Ringer Laktat.
Dalam keadaan renjatan berat, cairan harus diberikan secara diguyur,
artinya secepat-cepatnya dengan penjepit infus dibuka. Kadang kala
vena berada dalam keadaan kolaps sehingga kecepatan tetesan yang
diharapkan tidak dapat dicapai. Dalam keadaan ini cairan perlu
diberikan dengan semprit, dengan paksaan dimasukkan 100-200 ml,
kemudian dilanjutkan dengan tetesan. Dalam keadaan tidak berat,
cairan diberikan dengan kecepatan 20 ml/kgBB/jam. Mengingat
bahwa kebocoran plasma dapat berlangsung 24-48 jam, maka
pemberian cairan intravena dipertahankan walaupun tanda-tanda vital
telah menunjukan perbaikan nyata. Karena hematokrit merupakan
indeks yang dapat dipercaya dalam menentukan kebocoran plasma,
maka pemeriksaan hematokrit perlu dilakukan secara periodik.
Kecepatan pemberian cairan selanjutnya disesuaikan dengan gejala
klinis vital dan nilai hematokrit. Dalam masa penyembuhan, cairan
dari ruang ekstravaskuler akan direabsorbsi kembali kedalam ruang
2.
perdarahan
gastrointestinal
hebat
dengan
prognosis
buruk.
Sebaliknya dengan pengobatan tepat, begitu pula pada kasus renjatan berat,
masa penyembuhan tampak cepat sekali. Penderita menyembuh dalam waktu 2
sampai 3 hari. Selera makan yang bertambah merupakan petunjuk prognosis
baik. Pada pemeriksaan laboratorium sering kali ditemukan trombositopenia
dan hemokonsentrasi. Jumlah trombosit di bawah 100.000 / mm3 ditemukan
diantara hari ke 3 sampai ke 7 sakit. Meningkatnya hematokrit merupakan
bukti adanya kebocoran plasma yang biasanya ditemukan, juga pada kasus
derajat ringan, walaupun tentunya tidak sehebat seperti dalam keadaan
renjatan. Hasil laboratorium lain yang sering ditemukan ialah hipoproteinemia,
hiponatrenia, peninggian sedikit kadar transaminaseserum dan urea nitrogen
darah. Pada beberapa penderita ditemukan asidosis metabolik. Jumlah leukosit
bervariasi antara leukopenia dan leukositosis. Kadang-kadang ditemukan
albuminuria yang bersifat sementara.
10. Pencegahan
Pemberantasan Dengue Haemoragic Fever (DHF) seperti juga penyakit
menular lainnya didasarkan atas pemutusan rantai penularan, terdiri dari virus,
aedes dan manusia. Karena sampai saat ini belum terdapat vaksin yang efektif
terdapat virus itu maka pemberantasan ditujukan pada manusia terutama pada
vektornya.
2.
4.
penularan tinggi
Pemberantasan penyakit Dengue Haemoragic Fever (DHF) ini yang paling
penting
adalah
upaya
membasmi
jentik
nyamuk
penularan
ditempat
2.
3.
Perdarahan
Perdarahan pada DHF disebabkan adanya perubahan vaskuler, penurunan
jumlah trombosit (trombositopenia) <100.000 /mm dan koagulopati,
trombositopenia, dihubungkan dengan meningkatnya megakoriosit muda
dalam sumsum tulang dan pendeknya masa hidup trombosit. Tendensi
perdarahan terlihat pada uji tourniquet positif, peteke, purpura, ekimosis, dan
2.
jaringan.
DSS
juga
disertai
dengan
kegagalan
hemostasis
4.
Efusi pleura
Efusi pleura karena adanya kebocoran plasma yang mengakibatkan
ekstravasasi aliran intravaskuler sel hal tersebut dapat dibuktikan dengan
adanya cairan dalam rongga pleura bila terjadi efusi pleura akan terjadi
dispnea, sesak napas.
Daftar Pustaka
Health
Organization.
Diakses
13
september
2014