Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
TINJAUAN PUSTAKA
1.1
1. Infeksi Nosokomial
Pengertian Infeksi dan Infeksi Nosokomial
Infeksi adalah invasi tubuh oleh patogen atau mikroorganisme yang
mampu menyebabkan sakit (Potter & Perry, 2005). Berdasarkan uraian diatas
peneliti menyimpulkan bahwa infeksi adalah penyakit yang disebabkan oleh
invasi patogen atau mikroorganisme yang berkembang biak dan berkembang
hidup dengan cara menyebar dari satu ruang keruang lain sehingga menimbulkan
sakit pada seseorang.
Infeksi nosokomial adalah infeksi yang didapat pasien dari rumah sakit
pada saat pasien menjalani proses asuhan keperawatan. Infeksi nosokomial pada
umumnya terjadi pada pasien yang dirawat di ruang seperti ruang perawatan anak,
perawatann penyakit dalam, perawatan intensif dan perawatan isolasi (Darmadi,
2008). Infeksi nosokomial menurut Brooker (2008) adalah infeksi yang didapat
dari rumah sakit yang terjadi pada pasien yang dirawat selama 72 jam dan paasien
tersebut tidak menunjukan tanda dan gejala infeksi pada saat masuk rumah sakit.
Berdasarkan uraian diatas, peneliti menyimpulkan bahwa infeksi
nosokomial adalah infeksi yang diperoleh dari rumah sakit yang dapat
mempengaruhi kondisi kesehatan pasien tersebut selama dirawat maupun sesudah
dirawat yang dapat terjadi kerena intervensi yang dilakukan dirumah sakit seperti
pemasangan infus, kateter, dan tindakan operatif lainnya.
1.2
1.2.3
1.3
Luka dekubitus adalah luka pada kulit dan/ atau jaringan yang
dibawahnya yang terjadi dirumah sakit karena tekanan yang terus menerus
akibat tirah baring. Luka dekubitus akan terjadi bila penderita tidak
dibolak-balik dalam waktu 2x24 jam. Angka pasien dengan dekubitus
adalah banyaknya penderita yang menderita Dekubitus dan bukan
banyaknya kejadian Dekubitus. Rumus yang digunakan untuk mengukur
Angka pasien dengan Dekubitus (APD) adalah:
Banyaknya Pasien dengan Dekubitus/ Bulan
X 100%
Total Pasien Tirah Baring Total Bulan itu
1.3.2
1.3.3
transmisi
organisme
antara
pasien
dalam
infeksi
endogenous
dengan
Mempengaruhi
Terjadinya
Infeksi
Nosokomial
Peran perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan sangat
berkaitan dengan terjadinya er nosokomial di rumah sakit dan perawat
bertanggung jawab menyediakan lingkungan yang aman bagi klien
terutama dalam pengendalian infeksi dalam proses keperawatan. Perawat
juga bertindak sebagai pelaksana terdepan dalam upaya pencegahan
infeksi nosokomial (Potter & Perry, 2005)
Jumlah tenaga pelayanan kesehatan yang kontak langsung dengan
pasien, jenis dan jumlah prosedur invasif, terapi yang diterima, lama
perawatan, dan standar asuhan keperawatan mempengaruhi resiko
terinfeksi. Faktor standar asuhan keperawatan yang mempengaruhi
terjadinya infeksi nosokomial adalah klasifikasi dan jumlah ketenagaan
yang memiliki kemampuan dalam menjalankan dan mempraktikkan teknik
aseptik, peralatan dan obat yang sesuai, siap pakai dan cukup, ruang
perawatan yang secara fisik dan hygiene yang memadai, aspek beban kerja
dalam pembagian jumlah penderita dengan tenaga keperawatan, dan
jumlah pasien yang dirawat (Darmadi, 2008)
1.7
menginfeksi;
Berpartisipasi dalam pelatihan;
Surveilans infeksi di rumah sakit;
Berpartisipasi dalam penyelidikan wabah;
Memastikan kepatuhan perawat terhadap peraturan pengendalian
2. Kepatuhan
Pengertian Kepatuhan dan Ketidakpatuhan
Kelman (1958 dalam Sarwono 1997) menyatkan bahwa, kepatuhan adalah
suatu perilaku manusia yang taat terhadap aturan, perintah, prosedur, dan disiplin.
Kepatuhan perawat adalah perilaku perawat sebagai seorang profesional terhadap
suatu anjuran, prosedur atau peraturan yang harus dilakukan dan ditaati (Setiadi,
2007).
Perilaku kepatuhan bersifat sementara karena perilaku ini akan bertahan
bila ada pengawasan. Jika pengawasan hilang atau mengendur maka akan timbul
perilaku ketidakpatuhan. Perilaku kepatuhan ini akan optimal jika perawat itu
sendiri menganggap perilaku ini bernilai positif yang akan diintegrasikan melalui
tindakan asuhan keperawatan. Perilaku keperawatan ini akan dapat dicapai jika
manajer keperawatan merupakann orang yang dapat dipercaya dan dapat
memberikan motivasi (Sarwono, 1997).
Ketidakpatuhan adalah perilaku yang dapat menimbulkan konflik yang
dapat menghasilkan perasaan bersalah pada seseorang dimana perilaku ditujukan.
Perilaku ini dapat berbentuk verbal dan non verbal. Perilaku ini terbagi menjadi
tiga jenis menurut Murphy dalam Swansburg (2000) yaitu:
a. Competitive Bomber yang mudah menolak untuk bekerja. Orang ini sering
menggerutu dengan bergumam dan dengan wajah yang cemberut dapat pergi
meninggalkan manajer perawat atau tidak masuk kerja;
b. Martyred Accomodator yang menggunakan kepatuhan palsu. Orang tipe ini
dapat bekerja sama tetapi juga sambil melakukan ejekan, hinaan, mengeluh dan
mengkritik untuk mendapatkan dukungan yang lainnya;
c. Advoider yang bekerja menghindarkan kesepakatan, berpartisipasi dan tidak
berespon terhadap manajer perawat.
2.2
2, yaitu:
2.2.1
Faktor Internal
a. Pengertian
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah
orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.
Penginderaan terjadi melalui pancaindera manusia, yaitu indera
penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Pengetahuan
merupakan faktor yang sangat penting membentuk tindakan atau
perilaku seseorang (Notoatmodjo, 2007).
Proses addaptasi perilaku, menurut Notoatmodjo (2007) yang
mengutip pendapat (Rogers, 1974), sebelum seseorang mengadopsi
perilaku, didalam diri orang tersebut terjadi suatu proses yang
berurutan. Tingkatan pengetahuan mencangkup enam pengetahuan,
yaitu:
1. Tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Tahu
artinya dapat mengingat atau mengingat kembali suatu materi yang
telah dipelajari sebelumnya. Ukuran dari seseorang itu tahu adalah
dapat menyebutkan, menguraikan, mendefenisikan dan menyatakan.
2. Memahami, artinya kemampuan untuk mejelaskan dan
menginterpretasikan dengan benar tentang objek yang diketahui.
Seseorang yang telah paham tentang sesuatu harus dapat
menjelaskan, memberikan contoh, dan menyimpulkan.
seseorang
dengan
kebutuhan
pekerjaan.
Proses
Faktor Eksternal
a. Karakteristik Organisasi
Keadaan dan struktur organisasiditentukan oleh filosofi dari
manajer organisasi tersebut. Keadaan organisasi dan struktur organisasi
bahwa karakteristik
organisasi
meliputi
komitmen
organisasi dan hubungan antara teman sekerja dan supervisor yang akan
berpengaruh terhadap kepuasan kerja dan perilaku individu.
b. Karakteristik Kelompok
Rusmana (2008) berpendapat bahwa kelompok adalah unit
komunitas yang terdiri dari 2 orang atau lebih yang memiliki suatu
kesatuan tujuan dan pemikiran serta integritas antar anggota yang kuat.
Karakteristik kelompok adalah: (1) Adanya interaksi; (2) Adanya
struktur; (3) Kebersamaan; (4) Adanya tujuan; (5) Adanya suasana
kelompok; (6) dan Adanya dinamika interdependensi.
Anggota kelompok melaksanakan peran
tugas,
peran
d. Karakteristik Lingkungan
Apabila perawat harus bekerja dalam lingkungan yang terbatas
dann berinteraksi secara konstan dengan staf lain, pengunjung, dan tenaga
kesehatan lain. Kondisi seperti ini yang dapat menurunkan mativasi
perawat
terhadap
pekerjaannya,
dapat
menyebabkan
stress,
dan
3.1
(2004)
menyatakan
bahwa
manajemen
keperawatan
staf
(staffing),
kepemimpinan
(leading),
dan
pemgendalian
organisasi
adalah
kepemimpinan
menurut
Huber
(2006)
adalah
fungsi
Robins & Coulter (2007) menyatakan bahwa fungsi ini adalah fungsi
yang terakhir didalam manajemen dan fungsi memantau dann mengevaluasi
setiap kegiatan yang telah berjalan sesuai dengan tujuan yang telah
direncanakan dan memantau kinerja stafnya. Kinerja tersebut kemudian
dibandingkan dengan sasaran yang telah ditentukan sebelumnya. Apabila
kinerja tersebut menyimpang maka fungsi manajemen yang lain diperiksa
kembali. Proses pengendalian ini meliputi mamantau, memperbandingkan, dan
mengoreksi.
3.3
mulai dari
perawat pelaksana, ketua tim dan kepala ruangan. Perencanaan kepala ruang
sebagai manajer meliputi perencanaan tahunan, bulanan, mingguan, dan harian
(Swansburg, 2000).
Perencanaan kepala ruang di ruang rawat inap meliputi perencanaan
kebutuhan tenaga, pengembangan tenaga, kebutuhan logistik ruangan, program
kendali mutu yang akan disusun unuk pencapaian tujuan jangka pendek,
menengah dan panjang. Kepala ruangan juga merencanakan kegiatan di
ruangan seperti pertemuan dengan staf pada akhir minggu (Swansburg, 2000).
Nursalam (2009) menyatakan bahwa tanggung jawab kepala ruangan
dalam fungsi perencanaan sebagai berikut:
a. Menunjuk ketua tim yang bertugas di ruangan masing-masing
b. Mengikuti serah terima pasien pada shift sebelumnya
c. Mengidentifikasi tingkat ketergantungan klien : gawat, transisi, dan
persiapan pulang, bersama ketua tim
d. Mengiddentifikasi jumlah perawat yang dibutuhkan berdasarkanaktivitas
dan kebutuhan klien bersama ketua tim, mengatur penugasan/ penjadwalan
e. Merencanakan strategi pelaksanaan keperawatan
f. Mengikuti visite dokter untuk mengetahui kondisi, patofisiologi, tindakan
medis yang dilakukan, program pengobatan, mendiskusikan dengan dokter
tentang tindakan yang dilakukan terhadap pasien
g. Mengatur dan mengendalikan asuhan keperawatan meliputi membimbing
pelaksanaan assuhan keperawatan, membimbing penerapan proses
keperawatan dan menilai asuhan keperawatan, mengadakan diskusi untuk
pemecahan masalah, memberikan informasikepada pasien atau keluarga
yang baru masuk
h. Membantu mengembangkan niat pendidikan dan latihan diri
i. Membantu membimbing peserta perawat didi keperawatan
j. Menjaga terwujudnya visi dan misi keperawatan da rumah sakit
Uraian tugas kepala ruangan yang ditentukan oleh Depkes (1994) dalam
melaksanakan fungsi perencanaan adalah (1) Merencanakan jumlah dan kategori
tenaga keperawatan serta tenaga lain sesuai kebutuhan; (2) Merencanakan jumlah
jenis peralatan keperawatan yang diperlukan sesuai kebutuhan; (3) Merencanakan
dan
menentukan
jenis
kegiatan
dan
asuhan
keperawatan
yang
akan
adalah
langkah
untuk
menetapkan,
menggolongkan, dan mengatur berbagai macam kegiatan, menetapkan tugastugas pokok dan wewenang, dan pendelegasian wewenang oleh pimpinan
kepada staf dalam rangka mencapai tujuan organisasi (Muninjaya, 2004). Ada
3 aspek penting dalam pengorganisasian meliputi: pola struktur organisasi,
penataan
kegiatan,
dan
struktur
kerja
organisasi.
Prinsip-prinsip
kegiatan
sesuai
dengan
rencana.
Kepala
ruangan
Kegiatan di ruang rawat inap di perlukan kerja sama antar staf dan
kebersamaan dalam kelompok, hal ini untuk meningkatkan motivasi kerja
dan
perasaan
ketertarikan
dalam
kelompok,
hal
ini
untuk
staf,
kualitas
pelayanan
keperawatan,
dan
modalitas
praktik
Kualitas
pelayanan
merupakan
tipe
pengawasan
yang
kualitas
pelayanan
keperawatan
memerlukan
supervisi
keperawatan.
Supervisi keperawatan adalah suatu proses pemberian berbagai
sumber yang dibutuhkan perawat untuk menyelesaikan tugas-tugas dalam
mencapai tujuan organisasi (Nursalam, 2009) sedangkan Depkes (2000, dalam
Nursalam, 2009), supervisi adalah kegiatan pengawasan dan pembinaan yang
dilakukan secara berkesinambungan oleh supervisor mencangkup masalah
pelayanan keperawatan, masalah ketenagaan, dan peralatan agar pasien
mendapat pelayanan yang bermutu setiap saat.
Tujuan dari supervisi keperawatan adalah pemenuhan dan peningkatan
kepuasan pelayanan pada pasien dan keluarganya. Supervisi difokuskan pada
kebutuhan, keterampilan, dan kemampuan perawat untuk melakukan tugasnya
(Nursalam, 2009)
Kegiatan supervisi merupakan salah satu fungsi pokok yang harus
dilaksanakan oleh manajer dari tingkatan yang rendah, menengah dan atas.
Manajer yang melakukan supervisi disebut sebagai supervisor. Sasaran
supervisi adalah pekerjaan yang dilakukan bawahan yang melakukan
pekerjaan. Di rumah sakit yang bertindak sebagai manajer keperawatan yang