Selain itu, obat- obatan anestesi lokal pun memiliki efek samping lain berupa bronkospasm yang
sering kali menyebabkan hiperventilasi maupun vasodepressor sinkop. Karena resiko yang
ditimbulkan oleh obat anestesi local ini berbahaya maka kita harus mengevaluasi keadaan umum
pasien sebelum melakukan tindakan anestesi. Persiapan pra anastesi ini mencakup tiga persiapan,
yaitu, persiapan pasien, persiapan diri anestetis dan persiapan alat dan bahan.
Persiapan pada pasien ini meliputi anamnesis dan pemeriksaan fisik. Dalam anamnesis,
pasien ditanyakan tentang riwayat penyakit yang pernah atau sedang diderita, penyakit penyerta,
penyakit herediter, obat- obatan yang sedang dikonsumi, riwayat alergi, kebiasaan hidup
(olahraga, merokok, minuman beralkohol), dan juga beberapa keluhan- keluhan yang mungkin
dialami oleh pasien. Penyakit- penyakit yang umumnya ditanyakan kepada pasien dalam evaluasi
praanestesi adalah kelainan jantung, hipotensi, diabetes, gagal ginjal, penyakit liver, alergi
terhadap obat, hipertensi, rematik, asma, anemia, epilepsy, serta kelainan darah.
Pemeriksaan fisik praanestesi yang perlu dilakukan adalah inspeksi visual untuk
mengobservasi adanya kelainan pada postur tubuh pada pasien, gerakan tubuh, bicara, dan
sebagainya; evaluasi tanda vital; serta status kesehatan fisik menurut ASA. Dalam evaluasi
praanestesi ini pula ditanyakan tentang ketakutan pasien sebelum dilakukan anestesi sehingga
keadaan psikologis pasien dapat pula dievaluasi.
Persiapan anestetis, berupa anestetis harus sehat fisik dan psikis, memiliki pengetahuan
dan keterampilan anestesi yang memadai, dan memiliki mental yang baik untuk mengatasi
jikalau terjadi keadaan yang mengancam jiwa pasien.
Persiapan alat dan bahan anestesi, alat yang biasa digunakan adalah syringe untuk
menyutikkan bahan atau agen anestesi lokal kedaerah yang akan dianestesi. hal ini perlu
diperhatikan agar penyuntikan berjalan cepat dan lancar. Kemudian siapkan mukosa yang akan
disuntik, dan siap dilakukan penyuntikan langsung pada daerah yang dikehendaki.
2.3 Macam-Macam Obat Anestesi Lokal dan Vasokonstriktor
2.3.1 Anestesikum lokal
Anestetikum lokal yang ideal sebaiknya tidak mengiritasi dan tidak merusak jaringan
saraf secara permanen, harus efektif dengan pemberian secara injeksi atau penggunaan setempat
pada membran mukosa dan memiliki toksisitas sistemik yang rendah. Mula kerja bahan
anestetikum lokal harus sesingkat mungkin, sedangkan masa kerja harus cukup lama sehingga
operator memiliki waktu yang cukup untuk melakukan tindakan operasi, tetapi tidak demikian
lama sampai memperpanjang masa pemulihan. Zat anestesi lokal juga harus larut dalam air dan
menghasilkan larutan yang stabil, serta tahan pemanasan bila disterilkan tanpa mengalami
perubahan. Berdasarkan ikatan kimianya anestesikum local dibagi menjadi golongan ester,
amida, dan Quinolon.
Ester
Benzoic acid
Amida
Quinolin
Articain
centbrucidine
Paraamobenzoic
Butacaine
Cocaine
Benzocaine
Hexylcaine
acid
Chloroprocai
n
Procaine
propoxycaine
Bupivacain
Dibucain
Tidocain
Piperocaine
Tetracaine
Lidocain
Mepivacain
Prilocain
Perbedaan klinis yang signifikan antara golongan ester dan golongan amida adalah ikatan
kimiawi golongan ester lebih mudah rusak dibandingkan ikatan kimiawi golongan amida
sehingga golongan ester kurang stabil dalam larutan dan tidak dapat disimpan lama. Bahan
anestetikum golongan amida stabil terhadap panas, oleh karena itu bahan golongan amida dapat
dimasukkan kedalam autoklaf, sedangkan golongan ester tidak bisa. Hasil metabolisme golongan
ester dapat memproduksi paraaminobenzoate (PABA), yaitu zat yang dapat memicu reaksi alergi,
sehingga golongan ester dapat menimbulkan fenomena alergi. Hal inilah yang menjadi alasan
bahan anestetikum golongan amida lebih sering digunakan daripada golongan ester.
2.3.2 vasokonstriktor
Vasokonstriktor merupakan obat yang mengkonstriksi pembuluh darah dan mencegah perfusi
jaringan. Tujuan dari penambahan vasokonstriktor pada anestesi local adalah sebagai berikut:
Klasifikasi Vasokontriktor ini ada bermcam-macam, ada yang berdasarkan struktur kimia dan
ada juga yang berdasrkan cara kerja. Berdasarkan struktur kimianya dibagi menjadi molekul
yang mengandung catecholamine dan yang tidak mengandung catecholamine
Catecholamine
Epinephrine
Norepinephrine
Non catecholamine
Amphetamine
Methamphetamine
Isoproterenol
Dopamine
Levonordetrin
Ephiderine
Hudroxyamphetamine
Metaminol
Phenylephrine
Indirect
Amphetamine
Methamphetamine
Hydroxyamphetamine
Mixed
Metaraminol
Ephedrine
Berikut merupakan tabel mula kerja (OOA) dan masa kerja (DOA) dari anestesikum
lokal dengan vasokonstriktor.
2.5 Teknik Anestesi Infiltrasi untuk Rahang Atas dan Rahang Bawah
Teknik anestesi infiltrasi lokal merupakan teknik dimana small terminal nerve ending
pada area yang akan dilakukan tindakan bedah dialiri dengan larutan anastesi lokal, sehingga
efek anestesi hanya terbatas pada tempat difusi cairan anestesi tepat pada area yang akan
dilakukan instrumentasi.
Teknik infiltrasi dapat dibagi menjadi:
1. Teknik infiltrasi submukosa
Jarum diinsersikan dan cairan anestesi didepositkan ke dalam jaringan di bawah mukosa
sehingga larutan anestesi berdifusi pada tempat tersebut.
2. Teknik anestesi infiltrasi papilla interdental
Teknik ini sebenarnya termasuk teknik submukosa yang dilakukan pada papila
interdental yang melekat dengan periosteum.Teknik ini diindikasikan terutama pada
gingivectomy, yang memerlukan baik efek anestesi maupun efek hemostatis dari obat
anestesi.
3. Teknik infiltrasi supraperiosteal
Indikasi:
a. Anestesi pulpa pada gigi maksila ketika hanya terbatas pada 1-2 gigi. Pada
daerah ini bila larutan didepositkan di luar periosteum, larutan akan terinfiltrasi
melalui periosteum, bidang kortikal, dan tulang medularis ke serabut saraf.
Dengan cara ini anestesi pulpa gigi dapat diperoleh melalui penyuntikan di
sepanjang apeks gigi.
b. Anestesi jaringan lunak ketika diindikasiakan untuk prosedur bedar pada area
tertentu
Kontraindikasi
a. Infeksi/inflamsi akut pada area injeksi
b. Dense bone yang menutupi apeks gigi
Keuntungan
a. Keberhasilan anestesi tinggi
b. Teknik injeksinya mudah
c. Biasanya secara keseluruhan tidak menyebabkan trauma
Kerugian
Tidak cocok untuk area yang luas karena akan dibutuhkan insersi jarum yang
(seperti balon)
Secara pelahan tarik syringe
Tutup jarum
Tunggu 2-3 menit sebelum melakukan prosedur
Pada teknik ini, larutan anestesi didepositkan antara periosteum dan bidang kortikal.Karena
struktur ini terikat erat, suntikan tentu terasa sakit. Karena itu, suntikan ini hanya digunakan
apabila tidak ada alternatif lain. Teknik ini biasa digunakan pada palatum dan bermanfaat bila
suntikan supraperiosteal gagal untuk memberikan efek anestesi walaupun biasanya pada situasi
ini lebih sering digunakan suntikan intraligamen.
Jarum pendek dengan hub yang panjang diinsersikan melalui lubang dan
diteruskan ke tulang,
Larutan anestesi 0,25 ml didepositkan perlahan ke ruang medularis dari tulang.
Jarum pendek dengan hubungan yang panjang diinsersikan melalui lubang dan
diteruskan ke tulang
Larutan anestesi 0,25 ml didepositkan perlahan ke ruang medularis dari tulang.
Teknik suntikan intraseous akan memberikan efek anestesi yang baik pada pulpa disertai
gangguan sensasi jaringan lunak yang minimal. Walaupun demikian biasanya tulang alveolar
akan terkena trauma dan cenderung tejadi rute infeksi. Prosedur asepsis yang tepat pada tahap ini
merupakan keharusan.
Larutan dideposisikan dengan tekanan dan berjalan melalui tulang medularis serta
jaringan periodontal untuk memberikan efek anestesi
diadministrasikan injeksi pada mandibula. Keberhasilan rendah terjadi dikarenakan densitas yang
lebih besar dari buccal alveolar plate, akses terbatas ke saraf alveolar inferior, dan variasi
anatomi. Walaupun 80% rata-rata keberhasilan bukan angka yang rendah, namun perlu
dipertimbangkan jika 1 dari 5 pasien memerlukan injeksi kembali untuk mencapai anestesi yang
adekuat. (Malamed, 1997)
Tingkat keberhasilan memblok saraf alveolar inferior lebih rendah daripada memblok saraf lain
(maksila). Dikarenakan anatomi dari mandibular (primarily the density of bone), operator
menempatkan larutan anestesi lokal 1 mm dari saraf target. Tingkat kesuksesannya rendah
dikarenakan 2 faktor, yaitu variasi anatomi tinggi foramen mandibular pada sisi lingual ramus
dan kedalaman yang lebih besar dari jaringan lunak untuk berpenetrasi sehingga mengganggu
akurasi injeksi.
Memblok saraf insisif menyebabkan anestesi pulpa ke gigi anterior hingga ke foramen mentale.
Memblok saraf insisif adalah alternative dari memblok saraf alveolar inferior.
Gow-Gates mandibular nerve block menganestesi pulpa gigi mandibular. Teknik ini memblok
mandibular V3. Keuntungan dari teknik ini adalah masalah dengn variasi anatomi tinggi foramen
mandibular terhindari dan anestesi cabang sensoris saraf V3 lainnya ( lingual, bukal dan
mylohyoid) mencakup saraf alveolar inferior. Keberhasilan hingga 95% dapat dicapai oleh
operator yang berpengalaman.
Closed-mouth mandibula nerve block adalah teknil untuk memblok saraf V3 lainnya. Teknik ini
membantu dokter gigi pada situasi yang sulit, seperti pasien dengan pembukaan mandibula
tebatas dikarenakan infeksi, trauma atau post-injeksi trismus. Dikenal juga dengan nama teknik
Vazirani-Akinosi. Kebanyakan praktisi menggunakan teknik ini secara rutin pada lengkung
mandibular. Keberhasilannya lebih dari 80% dalam kondisi trismus yang berat dimana
kesuksesannya kecil jika menggunakan teknik blok alveolar inferior dan Gow-Gates .
inferior.
Adminstrasi blok saraf alveolar inferior bilateral jarang digunakan untuk perawatan dental
dibandingkan bedah mandibular bilateral.
anastesi jaringan lunak lingual yang berlangsung selama beberapa jam setelah injeksi. Pasien
tidak dapat menelan dan, karena kurangnya indra perasa, pada hal ini akan terjadi self-injure ,
sama dengan ketidakmampuan berlafal dengan baik. Lebih dipilih untuk melalukan perawatan
dikeseluruhan sisi kiri atau kanan dari kavitas oral (maksila dan mandibular) pasien dalam satu
kali perjanjian dari pada mengadministrasikan nlok sarafalveolar inferior bilateral. Pasien lebih
dapat mentoleransi ketidaknyamanan post perawatan anestesi bilateral maksila daripada bilateral
mandibular.
Anestesi mandibular bilateral sering digunakan pada pasien yang mencakup 6-8 gigi anterior
bawah yang memerlukan prosedur restorasi atau prosedur jaringan lunak. Dua alternative dari
blok saraf alveolar inferior bilateral yaitu, pertama dengan blok saraf insisif bilateral (tidak
perlukan anestesi jaringan lunak lingual) dan kedua, dengan blok saraf alveolar inferior unilateral
pada sisi dengan jumlah gigi lebih banyak yang akan direstorasi atau sisi dengan intervensi
lingual yang lebih besar dikombinasikan dengan blok saraf insisif pada sisi berlawanan. Perlu
diingat bahwa blok saraf insisif tidak mencakup anestesi jaringan lunak lingual, yang mencakup
bagian ini adalah teknik infiltrasi.
Areas anesthetized
1. Gigi mandibular hingga kemidline
2. Badan mandibular, bagian inferior ramus
3. Buccal mucoperiosteum, membrane mukosa anterior ke molar pertama mandibular (saraf
mental)
4. 2/3 anterior lidah dan dasar kavitas oral (saraf lingual)
5. Jaringan lunak lingual dan periosteum (saraf lingual)
Indication
7. Intraosseous injection, untuk anestesi osseous dan jaringan lunak di beberapa region
mandibular
8. Intraseptal injection, untuk anestesi osseous dan jaringan lunak di beberapa region
mandibular
Technique
1. Untuk pasien dewasa direkomendasikan jarum panjang 5-gauge
2. Area insersi : membrane mukosa pada sisi medial ramus mandibular, pada pertemuan
antara dua garis yaitu garis horizontal menunjukkan tinggi injeksi dan garis vertical
menunjukkan bidang anteroposterior injeksi
3. Area target : saraf alveolar inferior melewati bagian bawah menuju foramen mandibular
tapi sebelum mencapai foramen
4. Landmarks :
a. Coronoid notch
b. Pterygomandibular raphe
c. Bidang occlusal gigi posterior mandibular
5. Orientasi bevel : sedikit lebih kritis dari teknik blok lain, karena jarum mendekati saraf
alveolar inferior kira-kira pada sudut yang tepat
6. Prosedur
a. Posisi administrator yang benar
(1) Untuk blok saraf alveolar inferior kanan, administrator tangan kanan, duduk
diposisi jam 8 menghadap ke pasien
(2) Untuk blok saraf alveolar inferior kiri, administrator tangan kanan, duduk diposisi
jam 10 menghadap searah dengan arah kepasien
b. Posisi pasien terlentang (direomendasikan) atau hampi terlentang. Mulut terbuka
lebar untuk menghasilkan penglihatan dan akses yang baik ke area injeksi
c. Lokasi penetrasi jarum (injeksi)
(1) Tinggi injeksi : letakan index finger atau ibu jari kiri pada coronoid notch
(a) Garis imajiner terbentang ke posterior dari finger tip di coronoid notch
menuju
pterygomandibular
raphe
upward
toward
the
maxilla)
(b) Jari pada coronoid notch berguna untuk menekan jaringan ke lateral,
meregangkannya dari area injeksi, , menciptakan tegang:
sehingga
(b) Titik 2 pada gris vertical melewati titik 1 ( sekitar dari jarak batas anterior
ramus)
(3) PENETRATION DEPTH : tulang harus berkontak. Perlahan menusukan jarum
sampai teraba/terasa resistensi tulang.
(a) Untuk kebanyakan pasien tidak diperlukan untuk memberikan injeksi larutan
anestesi lokal pada jaringan lunak yg telah terpenetrasi
(b) Untuk pasien yang cemas dan sensitive disarankan untuk menempatkan dalam
volume kecil
(c) Rata-rata kedalaman penetrasi berkontak dengan tulang 20-25mm, kira-kira
dari panjang jarum dental.
(d) Ujung jarum terletak hampir superior ke foramen mandibular
(e) Jika terlalu cepat berkontak dengan tulang ( kedalaman jarum atau kurang ),
ujung jarum biasanya diletakkan lebih jauh ke anterior (laterally) pada ramus.
Pembenaran :
(i)
Menarik jarum sedikit tapi jangan dikeluarkan dari jaringan
(ii)
Bawa barel suntikan menuju bagian depan mulut, melewati kaninus
(iii)
(iv)
mandibular
Reposisi dari barel suntikan melewati premolardan lanjutkan insersi
dalam
jaringan
(meninggalkan
kira-kira
e. Aspirasi. Jika negative, dengan perlahan alirkan 1,5ml anestesi dalam waktu
minimum 60 detik. (karena tingginya insidensi aspirasi positif dan kecendrungan
mengalirkan larutan terlalu cepat , akibat injeksi lambat, re-aspirasi, injeksi lambat,
lebih disarankan untuk melakuka re-aspirasi)
f. Perlahan tarik suntikan- ketika kira-kira menyisakan panjang di dalam jaringan, reaspirasi. Jika negative, alirkan sisa larutan (0,1ml) untuk anstesi saraf lingual.
(1) Pada banyak pasien injeksi yang disengaja pada saraf lingual tidak diperlukan,
karena anestesi lokal yang memblok saraf alveolar inferior akan menyebar ke
saraf lingual
g. Tarik suntikan perlahan dan amankan jarum
h. Setelah kira-kira 20 detik, kembalikan pasien pada posisi tegak lurus atau semi tegak
lurus
i. Tunggu 3-5menit sebelum memulai prosedur dental.
Sign and symptoms
1. Perasaan geli dan matirasa pada bibir bawah mengindikasikan anesteri pada saraf mental,
ujung cabang dari saraf alveolar inferior.indikasi yang baik bahwa saraf alveolar inferior
teranestesi, meskipun buka merupakan indicator yang dapat diandalkan untukkedalaman
anestesi.
2. Perasaan geli dan matirasa pada lidah mendindikasikan anestesi pada saraf lingual,
cabang dari divisi posterior saraf V3. Ini bisa jadi berhubungan dengan blok saraf
alveolar inferior, bida juga tidak.
3. Tidak terasa sakit selama terapi dental
Saraf bukal adalah cabang divisi anterior dari saraf V3 dan olehkarena itu tidak teranestesi
selama blok saraf alveolar inferior. Tidak semua anestesi saraf ini diperlukan untuk prosedur
restorasi dental. Saraf bukal menyediakan inervasi sensorid ke jaringan lunak bukal sekitarnya
menuju molar mandibular. Satu-satunya indikasi untuk administrasi blok saraf bukal, adalah
untuk manipulasi jaringan ini. ( scalling atau kuretase, penggunaan rubber dam klem pada
jaringan lunak, penghilangan karies subgingival, preparasi gigi subgingival, penempatan benang
retraksi gingiva dan matrix band).
Biasanya memblok saraf bukal dilakukan secara rutin mengikuti pengeblokan saraf alveolar
inferior, meskipun anestesi jaringam lunak bukal pada region molar tidak diperlukan. Pada
situasi ini tidak ada indikasi yang pasti.
Blok saraf bukal, biasnaya dipilih karena injeksi bukal yang panjang memiliki tingkat
keberhasilan mendekati 100%. Alasannya karena saraf bukal mudah diakses lokasinya segera
dibawah membrane mukosa dan tidak tertutup tulang.
Other common names : long buccal nerve block, buccinators nerve block.
Nerve anesthetized : bukal ( cabang divisi anterior dari mandibular)
Area anesthetized : jaringan lunak dan periosteum bukal menuju gigi molar mandibular
Indication : saatn anestesi jaringan lunak bukal diperlukan untuk prosedur dental pada region
molar mandibular .
Contraindication : infeksi atau inflamasi akut pada area injeksi
Advantage:
1. Tingkat keberhasilan tinggi
2. Teknik mudah
Disadvantages : berpotensi rasa sakit jika jarum berkontak dengan periosteum selama injeksi
Positive aspiration 0,7%
Alternatives:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Buccal infiltarion
Gow-Gates mandibular nerve block
Vazirani-Akinosi mandibular nerve block
PDL injection
Intraosseous injection
Intraseptal Injection
Technique
1. Direkomendasikan jarum panjang 25-gauge
Sering digunakan karena blok saraf bukal adalah kelanjutandariadministrasi blok saraf
alveolar inferior. Jarum 27-gauge bisa digunakan. Jarum yang lebih panjang
direkomendasikan karena deposisi bagian posterior, bukan kedalaman insersi jaringan.
2. Area insersi : membrane mukosa distal dan bukal menuju kebanyakan distal gigi molar
dalam lengkung
3. Area target : saraf bukal yang melewati batas anterior ramus
4. Landmark : molar mandibular, mucobuccal fold
5. Orientasi bevel : menuju tulang selama injeksi
6. Prosedur
a. Posisi operator yang benar
(1) Untuk blok saraf bukal kanan dan administrator tangan kanan, duduk diposisi jam
8 menghadap ke pasien
(2) Untuk blok saraf bukal kiri dan administrator tangan kanan, duduk diposisi jam
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
selama deposisi
(a) Hentikan injeksi
(b) Majukan jarum lebih dalam kejaringan*
(c) Re-aspirasi
(d) Lanjutkan injeksi
Tarik suntikan perlahan dan segera amankan jarum
Tunggu kira-kira 1 menit sebelum melakukan prosedur dental
Keberhasilan anestesi pada gigi mandibular dan jaringan lunak lebih sulit untuk diraih daripada
anestesi pada struktur maksila. Tingkat kegagalan mencapai 20% yang tidak biasa dengan
teknik blok saraf alveolar inferior. Factor utama tingkat kegagalan adalah variasi anatomi
mandibular yang besar dan kebutuhan penetrasi jaringan lunak yang lebih dalam.
Teknik Gow-Gares adalah teknik memblok saraf mandibular yang sesungguhnya karena
mencakup anestesi sensoris pada keseluruhan distribusi saraf V3. Injeksi ini memblok saraf
alveolar inferior, lingual, mylohyoid, mental, insisif, auriculoteporal dan bukal.
Keuntungan teknik ini dibandinkan blok saraf alveolar inferior adlah tingkat keberhasilan yang
lebih tinggi, insidensi positif aspirasi rendah ( kira-kira2% dibandingkan 10-15% pada blok saraf
alveolar inferior) dan tidak ada masalah dengan inervasi sensoris tambahan ke gigi mandibular.
Kerugiannya relative kecil, yaitu pengalaman administrator dengan blok saraf alveolar inferior
dapat mnimbulkan perasaan tidak nyaman ketika mempelajari teknik ini. Sesungguhnya,
insidensi kegagalan anestesi mungkin setinggi (tidak lebih tinggi dari) blok saraf alveolar inferior
sampai administrator mendapatkan pengalaman klinis dengan ini. Tingkat kesuksesan melebihi
95% mungkin didapatkan. Murid yang baru memperlajari anestesi lokal biasanya tidak
mengalami kesulitan sebesar administrator yang telah berpengalaman. Ini adahal hasil dari
prasangka yang kuat oleh administrator berpengalaman untuk mengalirkan obat anestesi lebih
rendah ( pada tempat biasa). Disarankan 2 pendekatan, agar terbiasa dengan teknik ini. Pertama,
mulailan menggunakan teknik ini pada semua pasien yang memerlukan anestesi mandibular.
Lakukan setidaknya 1-2 minggu untuk mendapatkan pengalaman klinis. Kedua, gunakan
kembali teknik blok saraf alveolar inferior konvensional tapi untuk menggunakan Gow-Gates
setiap anestesi klinis yang tidak adekuat muncul. Re-anestesi pasien yang menggunakan teknik
Gow-Gates. Walaupun pengalaman akan terakumulasi menjadi lebih lambat dengan pendekatan
ini, keefektifannya akan lebih terasa semenjak pasien yang sebelumnya susah dianestesi akan
menjadi lebih berhasil.
Other common names : Gow-gates technique, third division nerve block, V3 nerve block
Nerve anesthetized
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Inferor alveolar
Mental
Incisive
Lingual
Mylohyoid
Auriculotemporal
Buccal ( pada 75% pasien)
Area anesthetized
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Indication
1.
2.
3.
4.
Contraindication
1. Infeksi atau inflamasi akut pada area injeksi
2. Pasien dnegankebiasaan menggigit bibir atau lidah, seperti anak kecil atau orang dewasa
yang cacat mental atau fisiknya (handicapped)
Disadvantages
1. Rasa tidak nyaman pada pasien karena anestesi lingual dan bibir bawah , serta mungkin
berbahaya bagi sebagian individu
2. Onset anestesi kadang lebih panjang (5 menit) dari pada blok saraf alveolar inferior (3-5
menit), terutama dikarenakan ukuran dari batang saraf yang teranestesi dan jarak dari
batang saraf dari area deposisi (kira-kira 5-10mm)
3. Terdapat kesulitan dalam pembelajaran teknik ini. Karena diperlukan pengalaman klinis
untuk menunjang pembelajaran teknik dan untuk meraih keuntungan sepenuhnya dari
tingkat kesuksesan yang tinggi yang dimiliki teknik ini. Pembelajaran ini terbukti
menyebabkan furstasi bagi sebagian orang.
Positive aspiration 2%
Alternative
1.
2.
3.
4.
5.
6. Supraperiosteal injection : untuk anestesi pulpa insisif sentral dan lateral dan beberapa
kejadain dikaninus
Technique
1. Rekomendasi jarum panjang 25-gauge
2. Area insersi : membrane mukosa pada mesial ramus mandibular, diatas garis dari
intertragic notch menuju ke sudut mulut, distal ke molar kedua maksila
3. Area target : bagian lateral dari leher kondilur, dibawah insersi otot pterygoid lateral.
4. Landmark
a. Extraoral
(1) Batas bawah tragus (intertragic notch) : landmark yang tepat adalah ditengan
meatus auditori ekternal yang bersembunyi pada tragus: batas bawahnya
didapatkan melalui bantuan visual
(2) Sudut mulut
b. Intraoral
(1) Tinggi injeksi
ditetapkan dengan menempatkan ujung jarum dibawah
mesiolingual (mesiopalatal) cuspmolar kedua maksila
(2) Penetraso jaringan lunak dista ke molar kedua maksila pada ketinggian
didapatkan dalam step sebeumnya
5. Orientasi bevel : tidak perlu
6. Prosedur
a. Posisi operator yang benar
(1) Untuk Gow-Gates kanan dan administrator tangan kanan, duduk diposisi jam 8
menghadap ke pasien
(2) Untuk Gow-Gates kiri dan administrator tangan kanan, duduk diposisi jam 10
menghadap searah dengan arah kepasien
b. Posisi pasien
(1) Posisi terlentang (direkomendasikan) atau semi terlentang.
(2) Minta pasien untuk memperpanjak lehernya dan mebuka mulut lebar selama
teknik. Kondilus akan terletak lebih ke bagian depan dan mendekati batang saraf
mandibular.
c. Lokasi landmark ektraoral
(1) Intertragic notch
(2) Sudut mulut
d. Tempatkan index finger kiri atau ibujari pada coronoid notch : determinasi dari
coronoid notch tidak perlu sekali untuk keberhasilan Gow-Gates, tapi pengalaman
palpasi pada landmark intraoral mendukung perasaan keamaan sekitar jaringan yang
terretraksi, dan membantu determinasi area penetrasi jarum.
e. Visualisasi landmark intraorl
(1) Cusp mesiolingual (mesiopalatal) molar kedua maksila
(2) Area penetrasi jarum adalah distal ke molar kedua maksila
f. Persiapkan jaringan untuk penetrasi distal dan bukan ke posterior molar*
(1) Keringkan dengan steril gauze
(2) Aplikasikan topical antiseptic (optional)
(3) Aplikasikan topical anestesi
g. Mengarahkan suntikan (dengan tangan kanan) menju area injeksi dari sudut mulut
diatas sisi berlawanan.
h. Masukan jarum dengan gently ke jaringan pada area injeksi pada distal molar kedua
maksila dengan ketinggian pada cusp mesiolingual (mesiopalatal)
i. Luruskan jarum dengan bidang perluasan dari sudut mulut ke intertagic notch darea
injeksi. Sejajar dengan sudut antara telinga dan wajah
j. Mengarahkan suntikan menuju area target di tragus
(1) Barel suntikan membentang dalam sudut mulut melewati premolar, tetapi
posisinya mungkin berbeda dari molar ke incisor tergantung pada divergensi
ramus yang dinilai oleh sudut telinga ke wajah
(2) Tinggi insersi diatas bidang oklusal mandibular lebih besar (10-25mm, tergantung
ukuran pasien) daripada blok saraf alveolar inferior
(3) Jika hadir molar ketiga mandibular dalam oklusi yang normal, maka area
penetrasi jarum akan berada di distal gigi tersebut
k. Perlahan masukan jarum sampai berkontak dengan tulang.
(1) Berkontak dengan tulang, yaitu leher kondilus
(2) Rata-rata kedalaman penetrasi jaringan lunak ke tulang adalah 25mm, walau
ada beberapa variasi ditemui. Memberikan pasien penetrasi jaringan lunak
yang dalam pada Gow-Gates akan menyamai dengan teknik blok saraf
alveolar inferior
(3) Jika tidak berkontak dengan tulang, tarik jarum sedikit dan alihkan ke sisi lain.
Pindahkan barel suntikan lebih ke distal, dengan mengangulasikan ujung
jarum ke anterior dan masukan kembali jarum hingga berkontak dengan
tulang
(a) Kesalan kedua dari kegagalan berkontak dengan tulang adalah
penutupansebagian mulut pasien. Sekali pasien menutup mulut meskipun
sediti saja, terjadi 2 hal negative. Pertama penignkatan penebalan jaringan
lunak dan kedua pergerakan kondilus kearah distal. Kedua hal ini
menyebabkan sulitnya menempatkan jarum pada leher kondilus
(4) Jangan mengalirkan anestesi lokal jika belum berkontak dengan tulang
l. Tarik jarum 1mm
m. Aspirasi
n. Jika positif, tarik jarum sedikit, arahkan sudut ke superior, masukan kembali, reaspirasi dan jika sekarang negative, alirkan larutan. Aspirasi positif terjadi pada arteri
maksila internal yang terletal inferior pada area target. Aspirasi positif rata-ratanya
adlah 2%
o. Jiak negative, perlahan alirkan 1.8ml larutan dalamdurasi 60-90 detik. Gow-Gates
merekomendasikan 3ml yang dialirkan. Naum, ditemukan bahwa 1,8ml larutan
biasanya cukup adekuat untuk memperoleh anestesi klinis yang cukup. Ketika
anestesi
parsial
terjadi
mengkuti
administrasi
dari
1,8ml,
injeksi
kedua
ekstraoral dapat dilakukan dan sesungguhnya tingkat kesuksesan yang tinggi berada di tangan
yang berpengalaman. Teknikini dapat diadministrasikan melalui sigmoid notch atau inferior dari
dagu . Divisi mandibular dari saraf trigeminal menyediakan inervasi motoric ke otot mastikasi,
blok divisi ketiga akan meringankan trismus sekunder yang dihasilkan oleh spasme otot. Walau
dokter gigi dapat melakukan administrasi blok saraf eksterna, sedikit yang bebar-benar
melakukan di latihan klinis. Teknik Vazirani-Akinosi adalah sebuah pendekatan intraoral untuk
menghasilkan anestesi dan blok motoric dalam kasus trismus unilateral berat.
1992, Wolf memodifikasi teknik ini. Terdapat rekomendasi untuk membentangkan jarum dengan
sudut 45 derajat dengan tujuan mendekatkan pada sisi medial (lingual) ramus mandibular saat
jarum telah masuk ke jaringan. Namun, potensi kerusakan jarum rusak atau patan dapat
meningkat.
Other common names Akinosi technique, closed-mouth mandibular nerve block, tuberositas
technique
Nerve anesthetized
1. Inferor alveolar
2. Mental
3. Incisive
4. Lingual
5. Mylohyoid
Area anesthetized
1. Gigi mandibular hingga ke midline
2. Badan mandibula, bagian inferior ramus
3. Mucoperiosteum bukal dan membrane mukosa didepan foramenmental
4. 2/3 anterios lidah dan dasar kavitas oral (saraf linual)
5. Jarigan lunak lingual dan periosteum
Indication
1. Pembukaanmandibula terbatas
2. Multiple prosedur pada gigi mandibular
3. Ketidakmampuan memvisualisasikan landmarks untuk IANB
Contraindication
6. Prosedur
a. Posisi operator yang benar : untuk
p. Paralisis saraf motoric akan berkembang secepat atau lebih cepat daripada anestesi
sensoris. Pasien yang trismus akan mulai menyadari penngkatan kemempuan untuk
membukan rahang perlahatan setelah anestesi deposisi
q. Anestesi bibir dan lidah akan disadari dalam 40-90 detik; prosedur dental dapat
dimulai setelah 5 menit
r. Saat paralisis motor terjadi tetapi anestesi sensorisnya tidak adekuat untuk memumali
prosedur dental, administrasikan kembali blok Vazirani Akinosi atau jika pasien
telah dapat membuk arahangnya lakukan standard IANB, Gos-Gates atau PDL
injeksi.
Signs and symptoms
1. Perasaan geli dan matirasa pada bibir bawah mengindikasikan anestesi pada saraf mental,
akhiran cabang saraf alveolar inferior. Merupakan indikasi yang baik bahwa saraf
alveolar inferior teranestesi
2. Perasaan geli atau matirasa pada lidah mengindikasikan anesteri pada saraf lingual,
cabang divisi posterior dari saraf mandibular. Menunjukan keberhasilan blok mandibular
Gow-Gates
3. Tidak terasa sakit selama terapi dental
MENTAL NERVE BLOCK
Saraf mental adalah akhiran cabang dari saraf alveolar inferior. Keluar dari foramen mentale
pada atau dekat apeks premolar mandibular, yang menyediakan inervasi sensoris ke jaringan
lukan bukal diatas anterior foramen dan jaringan lunak dibawh bibir bawah dan dagu pada area
injeksi
Untuk kebanyakan prosedur dental, indikasi penggunaan teknik ini hanya sedikit. Teknik ini
adalahteknik yangpaling jarang dikerjakan. Fungsi utamanya dalah untuk prosedur jaringan
lunak bukal, seperti penjahitan laserasi atau biopsy. Tingkat kesuksessannya mencapai 100%
karena kemudahan aksesibilitas saraf.
Other common names : Nerve anesthetized : mental, akhiran cabang dari saraf alveolar inferior
Area anesthetized : membrane mukosa bukal anterior ke foramen mental ( sekitar premolar
kedua) ke midline dan kulit bawah bbir dan dagu
Indication : ketika anestesi jaringan lunak bukal diperlukan untuk prosedur dalam anterior
mandibular ke forame mental, seperti
1. Biopsy jaringan lunak
2. Penjahitan jaringan lunak
Contraindication : infeksi atau inflamasi akut pada area injeksi
Advantages
1. Tingkat keberhasilan tinggi
2. Teknik mudah
3. Secara keseluruhan tidak sebabkan trauma
Disadvantages : hematoma
Positif aspiration 5,7%
Alternatives:
1. Infiltrasi lokal
2. IANB
3. Gow-Gates mandibular nerve block
Technique :
1. Direkomendasikan jarum pendek 25 atau 27 gauge
2. Area insersi : mucobuccal fold pada atau anterior ke foramen mental
3. Area target : saraf mental keluar dari foramen mental ( biasanya berada diantara apeks
premolar pertama dan kedua)
4. Landmark : premolar mandibular dan muccobuccal fold
5. Orientasi bevel : menuju ke tulang selama injeksi
6. Prosedur
a. Posisi operator yang benar
(1) Untuk blok saraf insisif kiri dan kanan, administrator pengguna tangan kanan,
duduk dengan nyaman didepan pasien sehingga jarum dapat ditempatkan kedlam
mulut dibawah garis penglihatan pasien
(2) Posisi operator dulunya duduk dibelakang pasien , namun hal ini dapat
menyebabkan trauma psikologi dikarenakan letak suntikan berada pada garis
penglihatan pasien.
b. Posisi pasien
(1) Direkomendasikan terlentang atau hampir terlentang
(2) Mendekatlah kearah pasien untuk mempermudah akses ke area injeksi
c. Lokasi foramen mental
(1) Letakan index jari pada mucobuccal fold dan tekan melawan badanmandibula
di area molar pertama
(2) Pindahkan jari perlahan ke anterior sampai tulang dibawah jari terasa irregular
dan sedkit cekung
(a) Tulang posterior dan anterior ke foramen mental akan teraba halus
(smooth) ; namun, tulang sekitar foramen akan teraba kasar.
(b) Foramen mental biasanya ditemukan diantara apeks kedua premolar.
Namun, mungkin saja ditemukan lebih ke anterior atau posterior dari
sisi ini.
(c) Pasien akan mengeluhkan rasa sakin karena penekanan jari ini
d.
e.
f.
g.
diadministrasikan pada sisi itu, dengan blok saraf insisif teradministrasi pada sisi kontralateral.
Dengan perilaku ini pasien tidakakan menderita anatestesi lidah bilateral
Metode lainuntuk anestesi lingual setelah blok saraf insisif adalah dengan administrasi blok saraf
lingual parsial. Menggunakan jarum panjang 25-gauge, alirkan 0.3-0.6ml anestesi lokal dibawah
mukosa lingual posterior yang ada di distal gigi terakhir yangdiobati. Hai ini menyediakan
anestesi jaringan lunak lingual yang adekuat untuk melakukan prosedur dental di area itu.
Tidak diperlukan untuk jarum mencapai foramenmental dalam teknik ini untuk kerberhasilannya.
Dulunya hal inidiperlukan, namun terdapat dua kerugian, yaitu pertama tekniknya menjadi lebih
sult dan kedua resiko trauma saraf insisif dan mental dan terkait dengan pembuluh darah
meningkat. Telah dijelaskan diatas, kesuksesan teknik ini adalah dengan mengalirkan anestesi
diluar foramen mental dan dan tanpa tekanan diarahkan ke foramen.
Other common names : mental nerve block (inappropriate)
Nerves anesthetized
1. Mental
2. Insisif
Areas anesthetized
1. Memberan mukosa bukal anterio ke foramen mental, biasanta dari premolar kedua hingga
midline
2. Bibi bawah dan kulit dagu
3. Serabut saraf pulpa ke premolar, kaninus dan insisif
Indication
1. Prosedur dengatal yang perlu anestesi pulpa gigi anterior mandibular ke foramen mental
2. Saat blok saraf alveolar inferior tidak diindikasikan
a. Ketika 6 atau 8 gigi anterior yang diobati, direkomendasikan IANB bilateral
Contraindication : area injeks yang infeksi atau inflamasi akut
Advantages
1. Menyediakan anestesi pulpa danjaringan keras tanpa anestesi lingual ; berguna dalam
penempatah blok saraf alveolar inferior bilateral
2. Tingkat keberhasilan tinggi
Disadvantages
1. Tidak menyebabkan anestesi lngual
2. Anestesi parsial dapat berkembang di midline karena serabut saraf overlap dengan sisi
lawannya (jarang banget). Diperlukan lokal infiltrasi pada insisif sentral mandibular
untuk menyempurnakan anestesi pulpa
Positive aspiration 5.7%
Alternative
1. Lokal infiltrasi untuk anestesi jaringan lunak bukal dan pulpa dari insisif sentral dan
lateral
2. IANB
3. Gow-Gates mandibular nerve block
4. PDL injection
Technique
1. Direkomendasikan jarum pendek25-gauge ( 27-gauge lebh sering digunakan dan
diperbolehkan)
2. Area insersi : mucobuccal fold pada atau di anterior foramenmental
3. Area target : foeamen mental, melewati jalur keluar dan masuk saraf mental dimana saraf
insisif berada.
4. Landmark : premolar mandibular dan mucobuccal fold
5. Orientasi bevel : menuju tulang selama injeksi
6. Prosedur
a. Posisi operator yang benar
(1) Untuk blok saraf insisif kiri dan kanan, administrator pengguna tangan kanan,
duduk dengan nyaman didepan pasien sehingga jarum dapat ditempatkan kedlam
mulut dibawah garis penglihatan pasien
(2) Posisi operator dulunya duduk dibelakang pasien , namun hal ini dapat
menyebabkan trauma psikologi dikarenakan letak suntikan berada pada garis
penglihatan pasien.
b. Posisi pasien
(1) Direkomendasikan terlentang atau hampir terlentang
(2) Mendekatlah kearah pasien untuk mempermudah akses ke area injeksi
(3)
c. Lokasi foramen mental
(1) Letakan index jari pada mucobuccal fold dan tekan melawan badanmandibula di
area molar pertama
(2) Pindahkan jari perlahan ke anterior sampai tulang dibawah jari terasa irregular
dan sedkit cekung
(a) Tulang posterior dan anterior ke foramen mental akan teraba halus (smooth) ;
namun, tulang sekitar foramen akan teraba kasar.
(b) Foramen mental biasanya ditemukan diantara apeks kedua premolar. Namun,
mungkin saja ditemukan lebih ke anterior atau posterior dari sisi ini.
(c) Pasien akan mengeluhkan rasa sakin karena penekanan jari
d.
e.
f.
g.
ini
Intravaskular injection
Dapat dicegah dengan penggunaan jarum suntik aspirasi. Tidak ada efek lokal selain
hematoma kecil.
6.1.5
Blanching
Timbulnya kepucatan pada kulit (warna putih) pada lokasi pemberian anestesi, hal ini
terjadi akibat kombinasi dari vasokonstriktor dengan tekanan hidrostatik dari larutan
anestesi.
6.1.6
Trismus
Gangguan motoris dari N. Trigeminus, hususnya Spasme M. Mastikatorius disertai sulit
membuka mulut. Penyebabnya adalah :
a. Trauma M. Matikatorius atau pembuluh darah pada intra temporal fossa.
b. Anestesi Lokal yg bercampur alkohol dapat berdifusi ke jar & mengiritasi M.
Mastikatorius yang mengakibatkan trismus
c. Infeksi ringan di otot
d. Injeksi anestesi yang banyak akan mengiritasi jaringan serta otot dan akan
mengakibatkan terjadinya trismus
6.1.7
Paralysis
Penyebab paralaysis biasanya terjadi saat penyuntikan N.alv.inferior. kadang insersi
jarum terlalu dalam masuk kekelenjar parotis shg Cabang-cabang syaraf wajah
teranestesi, terjadi paralisis Otot wajah. Pasien tidak bisa mengaktifkan orbikularis okuli.
Penanggulangan :
a. Beritahu pasien bahwa hal ini bersft sementara dan akan hilang sendiri.
b. Pasien disuruh melindungi kelopak matanya agar tdk kena debu, dan membuka
kontak lens bl memakainya.
6.1.8
6.1.9
Lip trauma
Banyak terjadi pada anak2, cacat mental atau fisik. Disebabkan rasa baal pada lidah dan
bibir. Pencegahannya, orang tua hrs mengawasi anaknya. Penanggulangan :
a. Diberikan analgesik
b. Jika infeksi beri antibiotik
c. Diberikan salep untuk mengurangi iritasi
6.1.10 Visual Disturbance
Karena N. optalmikus teranestesi, setelah efek obat. hilang penglihatan akan kembali
normal. Beritahu pasien bahwa hal ini bersifat sementara
6.1.11 Lesi Intra oral
Disebabkan oleh trauma jarum terhadap jaringan Penanggulangan :
a. Menghilangkan rasa sakit dengan menggunakan anestesi topikal
b. Beri obat kumur. Jika infeksi beri antibiotik.
6.1.12
Infeksi
Disebabkan oleh kontaminasi jarum yang dapat menyebabkan trismus.
Pencegahan :
a. Gunakan jarum steril atau sekali pakai
b. Selalu menutup jarum bila tidak dipakai
c. Gunakan cartridge
d. Topikal antiseptik selalu diaplikasikan pada daerah yg akan dianestesi.
Penanggulangan :
a. Bila lebih dari beberapa hari berikan antibiotik,
b. Bila trismus berikan perawatan trismus
6.1.13
Jarum Patah
Disebabkan oleh kesalahan teknik anestesi lokal, kelainan anatomi pasien, jarum yg
disterilkan berulang ulang. Biasanya paling sering disebabkan oleh gerakan yang timbul
secara tiba-tiba .
Pencegahan :
a. Jangan memaksakan jarum masuk ketulang
b. Gunakan jarum sekali pakai
c. Jangan menggunakan jarum yang terlalu kecil
d. Untuk blok anestesi gunakan jarum yang panjang ( >18mm )
e. Jangan memasukkan jarum terlalu dalam kedalam jaringan
f. Kerjasama dengan pasien.
Penanggulangan bila jarum patah :
a. Bersikap tenang jangan panik
b. Pasien diinstruksikan untuk tidak bergerak, jangan melepaskan tangan kita dari
mulut pasien, bila perlu pasang bite block.
c. Bila jarum patah dan terlihat ujungnya, dicoba diambil dengan arteri klem kecil
d. Bila jarum hilang ( tidak terlihat dimulut ) :
- Jangan melakukan insisi atau ditekan-tekan
6.2
Beritahu pasien
Konsultasi ke Sp.BM
penurunan umpan
7.1.1
Syiringe
Untuk penggunaan dalam sedasi intravena, syringe yang harus digunakan adalah
disposable syringe. Ini akan sangat berbahaya untuk menggunakan kembali konten
tersebut pada pasien lain, karena risiko tinggi dari infeksi dan / atau cross infection.
Jarum suntik harus secara jelas ditandai dalam mililiter, ukuran ideal yang 5ml
7.1.2
Jarum
Jarum disposable yang digunakan untuk sedasi intravena terdiri dari 2 macam: tipe
lurus, dan tipe butterfly, keduanya memiliki besar dan panjang yang berbeda-beda.
Jarum yang akan digunakan tidak boleh bengkok. Jika tanpa disengaja menjadi
bengkok, jarum ini harus langsung dibuang. Jika, masih tetap digunakan pada pasien
dan patah, maka sang dokter bedah mulut yang akan disalahkan.
7.1.3
Surgical tape
Harus diingat bahwa beberapa pasien memiliki kulit yang sensitive, dalam hal ini kita
harus menggunakan surgical tape
7.1.4
Armboard
Sebuah simple armboard mungkin akan cukup membantu dokter bedah mulut yang
mengunakan cubital fossa untuk venipuncture. Armboard akan mencegah gerakan
tiba-tiba dari tangan pasien, yang mungkin akan mendorong masuknya jarum ke
struktur anatomi lebih mendalam.
7.1.5
Kacamata pengaman
Kacamata pengaman harus tersedia untuk digunakan oleh pasien dan staf
7.1.6 Lampu
Lampu dokter bedah harus dapat membantu dokter bedah dan asisten dokter bedah
agar dapat melihat dengan jelas
7.1.7Sarana Pemberian oksigen
Sangat penting dalam pembedahan harus ada sarana pemberian oksigen, seperti
laryngeal mask dan tabung oksigen.
7.1.8Oropharyngeal airway
Segala macam tipe oropharyngeal airway harus tersedia dan dokter bedah mulut harus
dilatih untuk mengunakannya.
7.1.9Resuscitator Bag
Resuscitator bag dapat memberikan udara yang mengandung 20% oxygen
didalamnya. Oksigen dapat dihubungkan ke katup inlet resuscitator
7.1.10 Disposable Tray
Ada banyak ukuran dari disposable tray yang dapat dipakai sesuai dengan kebutuhan
dokter bedah mulut, tetapi disposable tray harus dapat menampung semua ampul,
jarum, dan syringe yang diperlukan dalam sedasi intravena.
7.1.11 Tourniquet
Ini digunakan untuk menghambat aliran vena dan dengan demikian membantu
mengidentifikasi vena yang cocok dan membantu venipuncture.
7.1.12 Mouth Prop
Kehadiran
transportasi
menuju
rumah
Surat
Riwayat
obat
pendamping
Waktu
terakhir
sesuai
/
taksi)
persetujuan
kesehatan
yang
rutin
makan
telah
yang
dan
minum
di
(puasa
diperbarui
minum
minimal
jam)
jam kemudian
menjaga waktu persiapan , penundaan hanya akan meningkatkan rasa takut pasien. Prosedur
untuk sedasi dan pengobatan gigi perlu dijelaskan kepada pasien secara singkat pada wajtu
kunjungan. Sebelum Sedasi prosedur ini dimulai dengan pemeriksaan tekanan darah dan
probe nadi oksimeter dilekatkan ujung jari atau lobus telinga pasien. Apabila pasien sudah
duduk dengan nyaman pada kursi unit, dapat dimulai persiapan untuk venepuncture .
ukuran vena
biasanya besar dan mudah di imobilisasi. Jika tidak mudah terlihat mereka dapat biasanya
teraba. Kerugian utama dari antecubital fosa adalah kedekatan dengan struktur penting dan
gerakan dari sendi siku. Penggunaan papan lengan untuk menstabilkan lengan dapat berguna.
7.4 Cannulation process
Kanul melewati kulit dan masuk ke pembuluh darah vena dengan jarak sekitar 1cm.
apabila venepuncture benar, dapat terlihat sedikit darah keluar dari kanul.
Setelah darah terlihat, hubungan kanul menuju hub
e. Jarum dilepas sepenuhnya hub dapat ditempatkan pada celah di kanul. Untuk
menghindari darah ke pasien terus mengalir keluar, harus diterapkan penekanan pada
daerah proksimal dari pembuluh darah di mana terletak kanul.
7.5 Titrasi dari agen sedasi
Dengan menggunakan Jarum suntik yang berisi obat yang telah dipersiapkan (midazolam
10mg pada 5ml) pada port pengiriman kanul. Pasien akan mengatakan bahwa mereka akan
mulai merasa rileks dan mengantuk selama 10 menit. Peningkatan pertama 1mg (0.5ml)
midazolam disuntikkan perlahan-lahan selama kurang lebih 15 detik, diikuti dengan jeda selama
1 menit. Kemudian dosis 1mg diberikan, dengan selang waktu 1 menit antara increment, sampai
tingkat sedasi dinilai memadai.
Tujuan sedasi IV adalah untuk titrasi peningkatan dosis obat sesuai dengan respon
pasien. Dokter gigi harus tetap berbicara dengan pasien sambil berhati-hati mengawasi efek obat
penenang serta reaksi yang merugikan, terutama depresi pernapasan. Titik akhir pemberian
sedasi saat terdapat beberapa tanda-tanda spesifik. Tanda-tanda ini termasuk:
Verill Sign.
Tanda Verill terjadi ketika ada ptosis atau terkulai dari atas kelopak mata, untuk rupa
sehingga terletak kira-kira setengah jalan seluruh murid. Tanda-tanda sedasi ini tidak eksklusif
dan seringkali hanya dua atau tiga orang hadir dalam seorang individu mereka lakukan. Namun,
memberikan beberapa indikasi objektif tingkat yang memadai sedasi. Selama pemberian sedasi,
harus diperhatikan :
Clinical monitoring
Pernafasan pasien
Pola pernafasan pasien
Denyut nadi
warna kulit
Tingkat kesadaran pasien.
Tekanan darah
b.
c.
d.
e.
Multiple sklerosis
f.
Myasthema gravis
8.3 Alat-Alat Sedasi Inhalasi
8.3.1 Flow control meter
Baik oksigen dan nitrous oxide flow meter yang dikalibrasi hingga 10 l / min (10
liter per menit); tabung gelas mereka yang runcing, berarti bahwa gradasi antara setiap
tanda satu liter berjarak sama. Flow meter jenis ini adalah yang paling mudah
untukdibaca secara akurat.
8.3.2
diameter 2,5 cm, membawa gas bersih dari flow control meter ke nasal hood yang
dirancang khusus, yang cocok di hidung pasien. Selang lainnya, juga 2,5 cm diameter,
mengarah dari nasal hood ke scavenged exit. Untuk mencegah pasien menghirup kembali
gas yang sudah terpakai, sebuah katup ekspirasi telah dibuat sampai exit port , di samping
nasal hood
8.3.3
2.5cm, hanya memberikan sedikit perlawanan untuk expirasi. Selang tersebut terhubung
dengan blok besi, yang tersambung ke pipa tembaga dengan diameter 2.5cm yang
menyalurkan gas ke udara luar.
8.3.4 Teknik Pemberian Anestesi Inhalasi
a. Pertama tama yang harus di lakukan adalah melakukan pemeriksaan unit. Pastikan
bahwa saluran oksigen dan saluran N2O bekerja dengan benar. Kemudian harus
dipastikan juga bahwa unit memiliki cukup oksigen untuk kembali menyadarkan
pasien.
b. Memilih mask yang ukuran nya cocok dengan pasien
c. Hubungkan mask dengan selang bergelombang (diameter 2.5 cm) . Katup ekspirasi
selalu dibiarkan dalam kondisi terbuka dalam plastic silinder putih pada sebelah kiri
dari mask
d. Awali dengan pemberian 100% oksigen pada pasien yang sudah duduk di dental unit
e. Alirkan oksigen 3 liter/menit 7 liter/menit , pasien dapat memegang mask sendiri
apabila merasa cemas .
Anastesi umum yang diberikan secara parenteral baik intravena maupun intra muscular
biasanya digunakan untuk tindakan yang singkat/ untuk tindakan yang singkat atau untuk
indikasi anesthesia. Keuntungan pemberian anestetik intravena adalah cepat dicapai induksi dan
pemulihan, sedikit komplikasi pasca anestetik jarang terjadi, tetapi efek analgesic dan relaksasi
otot rangka sangat lemah. Obat yang umum dipakai adalah thiopental, barbiturat, ketamin,
droperidol dan fentanil. Kecuali untuk kasus-kasus tertentu dapat digunakan ketamin, diazepam,
dll. Untuk tindakan yang lama biasanya dikombinasi dengan obat anestetika lain.
II.Perektal
Anastesi umum yang diberikan melalui rectal kebanyakan dipakai pada anak, terutama untuk
induksi anesthesia atau tindakan singkat.
III. Perinhalasi, melalui pernafasan
Anastesia inhalasi ialah anesthesia dengan menggunakan gas atau cairan anestetika yang
mudah menguap (volatile agent) sebagai zat anestetika melalui dara pernafasan. Zat anestetika
yang dipergunakan berupa suatu campuran gas (dengan O2) dan konsentrasi zat anestetika
tersebut tergantung dari tekanan parsial dalam jaringan otak menentukan kekuatan daya
Anastasia, zat anastetika disebut kuat bila dengan tekanan parsial rendah sudah mampu memberi
anastesia yang adekuat. Anestetik inhalasi berbentuk gas atau cairan yang menguap berbeda-beda
dalam hal potensi, keamanan dan kemampuan untuk menimbulkan analgesia dan relaksasi otot
rangka. Anastesia inhalasi masuk dengan inhalasi atau inspirasi melalui peredaran darah sampai
ke jaringan otak. Inhalasi gas (N2O etilen siklopropan) anestetika menguap (eter, halotan,
fluotan, metoksifluran, etilklorida, trikloretilen dan fluroksen). Factor-faktor lain seperti
respirasi, sirkulasi dan sifat-sifat. Fisik zat anestetika mempengaruhi kekuatan manapun
kecepatan anastesia.
10.3 Klasifikasi status fisik pasien berdasarkan ASA
Dari hasil pemeriksaan yang telah dilakukan pada penderita maka akan didapat status fisik
berdasarkan ASA (American Society of Anaesthesiologist) yang sangat berguna untuk
menentukan jenis dan teknik anestesi serta resiko yang mungkin terjadi)
ASA III: Pasien dgn peny. Sistemik berat sehingga aktivitas rutin terbatas
ASA IV: Pasien dengan peny. Sistemik berat tidak dapat melakukan aktivitas rutin dan
ASA V: Pasien emergensi / muribund, dengan atau tanpa operasi hidupnya tidak lebih
dari 24 jam
10.4 Tahap-tahap pemberian anestesi umum
Persiapan Praanestesi
Keadaan fisis pasien telah dinilai sebelumnya pada kunjungan praanestesi meliputi anamnesis, pemeriksaan fisis, laboratorium, dll. Saat masuk ruang operasi pasien dalam keadaan
puasa. Identitas pasien harus telah ditandatangani sesuai dengan rencana operasi dan informed
consent. Dilakukan penilaian praoperasi. Keadaan hidrasi pasien dinilai, apakah terdapat
hipovolemia, perdarahan, diare, muntah, atau demam. Akses intravena dipasang untuk pemberian
pemantauan frekuensi nadi dan tekanan darah. Peningkatan tekanan darah dan frekuensi nadi
terjadi bila anestesi kurang dalam. Hal ini disebabkan karena terjadi sekresi adrenalin. Diatasi
dengan membuat anestesi lebih dalam, yaitu melalui meningkatan konsentrasi halotan atau
suntikan barbiturat. Penurunan tekanan darah dan nadi halus sebagai tanda syok dapat
disebabkan karena kehilangan banyak darah. Hal ini diatasi dengan pemberian cairan pengganti
plasma atau darah. Penurunan tekanan darah dan frekuensi nadi dapat disebabkan karena anestesi
terlalu dalam atau terlalu ringan serta kehilangan banyak darah atau cairan. Peningkatan tekanan
darah dan tekanan nadi serta penurunan frekuensi nadi disebabkan transfusi yang berlebihan.
Diatasi dengan penghentian transfusi.
Pemulihan Pasca-Anestesi
Setelah operasi selesai pasien dibawa ke ruang pemulihan (recovery room) atau ke ruang
perawatan intensif (bila ada indikasi). Secara umum, ekstubasi terbaik dilakukan pada saat pasien
dalam anestesi ringan atau sadar. Di ruang pemulihan dilakukan pemantauan keadaan umum,
kesadaran, tekanan darah, nadi, pernapasan, suhu, sensibilitas nyeri, perdarahan dari drain, dll.
Pemeriksaan tekanan darah, frekuensi nadi, dan frekuensi pernapasan dilakukan paling tidak
setiap 5 menit dalam 15 menit pertama atau hingga stabil, setelah itu dilakukan setiap 15 menit.
Pulse oximetry dimonitor hingga pasien sadar kembali. Pemeriksaan suhu juga dilakukan.
Seluruh pasien yang sedang dalam pemulihan dari anestesi umum harus mendapat oksigen 3040% selama pemulihan karena dapat terjadi hipoksemia sementara. Pasien yang memiliki risiko
tinggi hipoksia adalah pasien yang mempunyai kelainan paru sebelumnya atau yang dilakukan
tindakan operasi di daerah abdomen atas atau daerah dada. Pemeriksaan analisis gas darah dapat
dilakukan untuk mengkonfirmasi penilaian oksimetri yang abnormal. Terapi oksigen benar-benar
diperhatikan pada pasien dengan riwayat penyakit pan obstruksi kronis atau dengan riwayat
retensi CO2 sebelumnya.
Bila keadaan umum dan tanda vital pasien normal dan stabil, maka pasien dapat
dipindahkan ke ruangan dengan pemberian intruksi pascaoperasi. Kriteria yang digunakan dan
umumnya yang dinilai adalah warna kulit, kesadaran, sirkulasi, pernapasan, dan aktivitas
motorik, seperti Skor Aldrete (lihat di bawah). Idealnya pasien baru boleh dikeluarkan bila
jumlah skor total adalah 10. Namun bila skor total telah di atas 8 pasien boleh keluar dari ruang
pemulihan. Seluruh tindakan anestesi dicatat dalam lembaran khusus berisi tindakan yang
dilakukan, obat yang diberikan, status fisis pasien sebelum, selama, dan setelah anestesi
dilakukan sesuai urutan waktu.