Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH PERPINDAHAN KALOR

Problem Based Learning (PBL)

Pemicu 1 : Perpindahan Kalor Konveksi Alami dan Paksa

Disusun Oleh :
Kelompok 2
Clara Novia (1306370985)
Claudia Maya Indraputri (1306412180)
Itamar Pascana Siahaan (1306371016)
Kamila Luthfia Putri (1306412193)
Tery Muhammad Octaryno (1306370770)

TEKNOLOGI BIOPROSES
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
UNIVERSITAS INDONESIA
Depok, 2015
Kata Pengantar

Pertama-tama, penulis ingin memanjatkan puji dan syukur kepada Tuhan


swt, karena dengan berkat dan rahmatnya, penulis dapat termotivasi untuk
menyelesaikan makalah Perpindahan Panas ini tepat waktu.

Selain itu,

penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada :


1. Ibu Dianursanti dan Ibu Tania Surya Utami atas bimbingannya sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah ini.
2. Teman-teman yang telah mendukung kami selama proses penyelesaian
makalah ini.
Makalah pemicu II ini bertemakan tentang Perpindahan Kalor Konveksi.
Pembahasan dibagi menjadi dua bagian yaitu Konveksi Alami dan Konveksi
Paksa. Makalah ini dibuat dengan tujuan untuk memperdalam pengetahuan dan
pengertian pembaca mengenai konsep perpindahan kalor konveksi, serta
penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, penulis juga mencoba
menerapkan konsep-konsep tersebut dalam suatu sistem dalam soal perhitungan.
Hal ini dilakukan dengan tujuan supaya mempermudah pemahaman konsepkonsep tersebut. Akan tetapi, penulis menyadari bahwa makalah yang dibuat ini
tidaklah sempurna, oleh karena itu, penulis mengharapkan adanya kritk dan saran
yang membangun terutama dari para pembaca.
Akhir kata, penulis kembali lagi mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah berperan serta dalam proses penyusunan makalah ini.
Depok, 20 April 2015

Penyusun

Daftar Isi
Halaman Judul..................................................................................................1
2

Kata Pengantar..................................................................................................2
Daftar Isi...........................................................................................................3
Daftar Gambar..................................................................................................4
Daftar Tabel......................................................................................................4
Bab 1 : Pendahuluan
1.1 Latar Belakang......................................................................................5
1.2 Tujuan...................................................................................................5
Bab 2 : Teori Dasar
2.1 Perpindahan Kalor Konveksi pada Plat Miring....................................6
2.2 Perpindahan Kalor Konveksi pada Plat Vertikal...................................6
2.3 Perpindahan Kalor Konveksi pada Bidang dan Silinder Vertikal.........7
2.4 Perpindahan Kalor Konveksi pada Bola dan Dalam Ruang
Tertutup.................................................................................................8
2.5 Metode LMTD......................................................................................9
2.6 Metode NTU-Efektivitas......................................................................9
2.7 Faktor Pengotor....................................................................................10
Bab 3 : Pembahasan
3.1 Contoh Kasus: Angin Darat dan Angin Laut........................................12
3.2 Perhitungan...........................................................................................14
Bab 4 : Kesimpulan..........................................................................................29
Daftar Pustaka...................................................................................................30

Daftar Tabel
Tabel 1. Parameter nilai Nu untuk Kalor Tetap ...............................................7
Tabel 2. Hubungan Empiris Konveksi Bebas pada Ruang Tertutup.................8

Daftar Gambar
Gbr 1. Ilustrasi Permukaan Miring...................................................................6
Gbr 2. Aliran Konveksi pada Plat Vertikal.......................................................6
Gbr 3. Konveksi pada Bola...............................................................................8
Gbr 4. Angin Laut.............................................................................................12
Gbr 5. Angin Darat...........................................................................................13
Gbr 6. Ilustrasi Soal No 1.................................................................................14
Gbr 7. Ilustrasi Soal No 2.................................................................................16
Gbr 8. Ilustrasi Soal No 3.................................................................................18
Gbr 9. Ilustrasi Soal No 4a...............................................................................19
Gbr 10. Ilustrasi Soal No 4b.............................................................................21
Gbr 11. Ilustrasi Soal No 5...............................................................................22
Gbr 12. Ilustrasi Soal No 6...............................................................................23
Gbr 13. Alat Penukar Kalor Aliran Silang........................................................24
Gbr 14. Grafik Aliran dalam Alat Penukar Kalor.............................................24
Gbr 15. Efektivitas Alat Penukar Kalor Menyilang dengan Kedua Fluida Tidak
Tercampur...........................................................................................25
Gbr 16. Ilustrasi Soal No 7 ..............................................................................26

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari, tentunya sering kita temui kegiatakegiatan yang berhubungan dengan perpindahan panas, baik konveksi
maupun konduksi. Salah satu kegiatan yang umum kita temui adalah proses
4

menjemur baju yang memanfaatkan perpindahan panas konveksi dengan


sumber panas berupa sinar matahari. Akan tetapi tentunya terkadang
pemanasan akan membutuhkan waktu yang lama (kurang efisien). Oleh
karena itu, kita perlu memahami seperti apa proses pemanasan yang terjadi
dan faktor yang mempengaruhi proses tersebut.
Pada makalah II ini, penulis akan membahas mengenai
perpindahan panas konveksi. Dalam perpindahan panas konveksi,
perpindahan terjadi disertai dengan perpindahan dari media transfer panasnya.
Pembahasan mendalam mengenai konveksi akan berkaitan dengan konveksi
secara alami dan konveksi secara paksa yang dilakukan pada berbagai bentuk
geometri objek. Kondisi-kondisi batas yang dialami juga divariasi sedemikian
rupa sehingga menambah wawasan dan pengertian konveksi sendiri.
1.2 Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah
1. memperdalam pengetahuan dan wawasan mengenai perpindahan kalor
konveksi baik secara alami dan konveksi paksa
2. memberikan pengetahuan mengenai analisis permasalahan pada
perpindahan kalor konveksi alami dan konveksi paksa
3. menyelesaikan tugas Mata Kuliah Perpindahan Kalor pada bagian
Konveksi Alami dan Konveksi Paksa

BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Perpindahan Kalor Konveksi pada Plat dengan Permukaan miring
Pada permukaan miring, di daerah turbulen, dengan udara, didapat kolerasi
empiris berikut:
Nu x 0.17 Gr * x Pr

1/ 4

10
15
untuk 10 Gr * x Pr 10

(1)

Dimana Gr*x untuk permukaan panas menghadap ke atas, dan (Gr*x cos )
untuk permukaan panas menghadap ke bawah.Untuk silinder
miring,perpindahan kalor laminar pada kondisi fluks kalor-tetap dapat dihitung
5

dengan persamaan:

(2)

untuk GrL Pr < 2 x 108 dengan = sudut silinder dengan garis vertikal.

Gambar 1 .Ilustrasi permukaan miring


Sumber : Dokumen Pribadi

Pada ruang tertutup, bentuk umum konveksi pada ruang tertutup adalah
ke
L
C (Gr Pr) n
k

(3)

dengankonstanta C, n, dan m ada pada tabel pada lampiran.


2.2 Perpindahan Kalor Konveksi pada Plat Vertikal
Plat Vertikal
Analisis dapat dilakukan secara matematis dan paling
sederhana diantara yang lain.
u
v p
2 v
u
+v
=
g+ 2
x
y
x
y

(4)
p
= x g
x

Gradien tekanan terjadi karena L diatas plat,

u
x =
=

1 V
V T

u
v
2 v
+v
=g ( x ) + 2
x
y
y

(5)

dari persamaan

( )

=
p

Distribusi suhu

Gambar 2. Aliran Konveksi pada Plat


Vertikal
Sumber : Dokumen Pribadi

x
(T T )
2
T T
y
=(1 )
T w T
8

(6)

Semua persamaan diproses lebih lanjut hingga akhirnya menghasilkan


1
1
1

(7)
=3,93 Pr 2 (0,952+ Pr ) 4 Gr 4
x
Nu x =

hx 2 x
=
k

(8)

2.3 Perpindahan Kalor Konveksi pada Bidang dan Silinder Vertikal


Isotermal
Silinder vertikal dapat langsung diatasi sebagai plat verikal jika
D 35

1
(9)
L
Gr L 4
Dari percobaan Churcill dan Chu, diperoleh
Nu=

1
2

0,68+ 0,67 Ra

1
4

jika

9 4
16 9

[ ( )]

Nu =

0,492
1+
Pr

0,825+ 0,387 Ra

(10)

1
6

jika 101 < RaL <10 12 (11)

9 8
16 27

[ ( )]
0,492
1+
Pr

RaL < 109

Dari percobaan Bayley, diperoleh


1

Nu f =0,10(Gr f Pr f )3

(12)

Kalor Tetap
Jika ingin menggunakan Nu umum, maka
Nu x =C (Gr x Pr )m menjadi
Untuk aliran Laminar,
Untuk aliran Turbulen,

1
(1+m )

m
(1+m)

Nu x =C
(Gr x Pr )
m
1
1
= (m= )
m+1 5
4
m
1
1
= ( m= )
m+1 4
3

(13)

Tabel 1. Parameter untuk nilai Nu

2.4 Perpindahan Kalor Konveksi pada Bola dan dalam


Ruang Tertutup
A. Bola
a. Berdasarkan percobaan yang dilakukan Amato

Gambar 3. Konveksi pada Bola

dan Tien (experiment pada air), berlaku persamaan


Sumber : Dokumen Pribadi
Gr f Pr f

Nu f =2+ 0,50
b. Berdasarkan percobaan yang dilakukan Yuge, berlaku persamaan
1
hd
5
Nu f = =2+0,392 Gr f 4 , 1<Gr f <10 (15)
kf
jika Pr dimasukkan, persamaan menjadi
Gr f Pr f

(16)

Nu f =2+ 0,43
B. Pada Ruang Tertutup
a. Bentuk umum konveksi ruang tertutup

Gr Pr

(17)
ke
=c
k

c, n, dan m terdapat pada Tabel 3 sesuai dengan bentuk masingmasing

Table 2. Hubungan Empiris Konveksi Bebas Pada Ruang Tertutup

2.5 Metode LMTD (Log Mean Temperature Difference)


Pada penukar kalor pipa ganda, fluidanya dapat mengalir dalam aliran
sejajar maupun aliran lawan arah. Rumus yang digunakan dalam menghitung
perpindahan kalor dalam susunan pipa ganda adalah:
Q = U A Tm

(18)

Keterangan:
U = koefisien perpindahan kalor menyeluruh
A = Luas permukaan perpindahan kalor yang sesuai dengan definisi U
Tm = Beda suhu rata-rata yang tepat untuk digunakan dalam penukar

kalor
Beda suhu antara fluida panas dan fluida dingin pada waktu masuk dan
pada waktu keluar tidaklah sama, sehingga perlu ditentukan nilai rata-rata
untuk digunakan dalam rumus menghitung perpindahan kalor. Untuk kalor
yang dipindahkan melalui unsur luas dA dapat ditulis:
dq = -mh ch dTh = mc cc dTc (19)
dimana subskrip h dan c masing-masing menandai fluida panas dan fluida
dingin. Perpindahan kalor dapat juga dinyatakan sebagai:
dq = U

(Th-Tc) dA (20)
9

Setelah digabung antar tiap rumusnya, maka didapati rumus beda suhu ratarata:
T m=

( T h 2T c 2 ) ( T h 1T c 1 )
ln

(21)

(T h 2T c2 )
(T h 1T c1 )

Penurunan LMTD menyangkut dua pengandaian:


1. Kalor spesifik fluida tidak berubah menurut suhu
2. Koefisien perpindahan kalor konveksi tetap untuk seluruh penukar kalor
2.6 Metode NTU-Efektivitas
Pendekatan LMTD dalam analisis penukar kalor berguna bila suhu masuk
dan suhu keluar diketahui atau dapat ditentukan dengan mudah, sehingga
LMTD dapat dengan mudah dihitung, dan aliran kalor, luas permukaan, dan
koefisien perpindahan kalor menyeluruh dapat ditentukan. Bila kita harus
menentukan suhu masuk atau suhu keluar, analisis kita akan melibatkan
prosedur iterasi karena LMTD itu suatu fungsi logaritma. Dalam hal demikian,
analisis akan lebih mudah dilaksanakan dengan menggunakan metode yang
berdasarkan atas efektivitas penukar-kalor dalam memindahkan sejumlah kalor
tertentu/metode NTU-Efektivitas. Efektivitas penukar-kalor (HE effectiveness)
didefinisikan sebagai berikut:
Efektifitas==

perpindahan kalor nyata


perpindahan kalor maksimumyang mungkin

Untuk penukar kalor aliran searah, persamaan ini dapat diturunkan menjadi:
1exp
=

C min
C maks

[( )(

)]

C
UA
1 min
C min
C maks

)]

UA
C min

1+

(22)

Cmin
1+
C maks

Untuk penukar kalor aliran lawan arah:


1exp
=

[ ( )(

C
C
UA
1 min exp [
1 min ]
C maks
C min
C maks

( ) ( )(

(23)

c, dinamakan laju kapasitas. Subskrib min dan max


dengan C = m
c minimum dan m
c
menunjukkan aliran yang mempunyai C = m

10

maksimum. Kelompok suku UA / C min disebut jumlah satuan perpindahan


(number of transfer unit = NTU) karena memberi petunjuk tentang ukuran
penukar-kalor.
Walaupun bagan-bagan NTU-efektivitas sangat bermanfaat dalam soal
merancang alat penukar kalor, ada pula penerapan lain yang memerlukan
ketelitian yang lebih tinggi dari yang biasa didapatkan dari grafik. Selain itu,
prosedur merancang mungkin banyak menggunakan komputer, yang
memerlukan adanya persamaan analitis untuk kurva-kurva itu. Dalam banyak
hal, tujuan analisis ialah untuk menentukan NTU dan untuk itu dapat dibuat
suatu persamaan eksplisit untuk NTU dengan menggunakan efektivitas dan
perbandingan kapasitas.
2.6 Faktor Pengotor/Fouling
Dalam ilmu perpindahan kalor fouling adalah pembentukan lapisan
deposit pada permukaan perpindahan panas dari bahan atau senyawa yang
tidak diinginkan. Bahan atau senyawa itu berupa kristal, sedimen, senyawa
biologi, produk reaksi kimia, ataupun korosi. Pembentukan lapisan deposit ini
akan terus berkembang selama alat penukar kalor dioperasikan. Akumulasi
deposit pada permukaan alat penukar kalor menimbulkan kenaikan pressure
drop dan menurunkan efisiensi perpindahan panas. Rumus Fouling :
1
1
RF=

(24)
U kotor U bersih

11

BAB 3
PEMBAHASAN

3.1Contoh Kasus
Dapatkah anda menggambarkan dan menjelaskan mekanisme
perpindahan kalor yang terjadi pada peristiwa angin laut dan angin
darat, serta persamaan-persamaan konveksi yang terlibat dalam
penjelasan mekanisme tersebut?
Jawab :
Perpindahan kalor konveksi adalah perpindahan kalor melalui suatu
medium (fluida) yang disertai dengan perpindahan medium tersebut.
Peristiwa angin laut dan angin darat adalah salah satu contoh konveksi jenis
alamiah. Konveksi alamiah (natural convection), atau konveksi bebas (free
convection), terjadi karena fluida yang, karena proses pemanasan, berubah

densitasnya (kerapatannya), dan bergerak naik.


Angin Laut

12

Gambar 4. Angin Laut


Sumber : www.eprints.uny.ac.id

Kalor jenis daratan (zat padat) lebih kecil daripada kalor jenis air laut (zat
cair). Akibatnya ketika dipanaskan oleh cahaya matahari pada siang hari,
kenaikan suhu daratan lebih besar daripada kenaikan suhu air laut. Pada siang
hari daratan lebih cepat menyerap kalor daripada lautan sehingga daratan akan
lebih panas dari pada laut. Hal ini mengakibatkan udara panas di daratan akan
naik dan tempat tersebut diisi oleh udara dingin dari permukaan laut, sehingga
terjadi gerakan udara dari laut menuju ke darat yang biasa disebut angin laut.

Angin Darat

Gambar 5. Angin Darat


Sumber : www.eprints.uny.ac.id

Pada malam hari daratan lebih cepat dingin daripada lautan sehingga
daratan akan lebih dingin dari pada laut. Hal ini mengakibatkan udara panas di
permukaan air laut akan naik dan tempat tersebut diisi oleh udara dingin dari
daratan, sehingga terjadi gerakan udara dari darat menuju ke laut yang biasa
disebut angin darat. Angin darat terjadi pada malam hari, biasa digunakan oleh
nelayan tradisional untuk melaut mencari ikan.
Menurut Newton, pada perpindahan kalor konveksi konveksi berlaku:
13

QC = hC AC t
Dengan: QC = kecepatan perpindahan kalor (Btu/J, W)
AC = luas media (ft2, m2)
t = beda suhu permukaan benda (Tw) dengan suhu fluida yang
mengalir (T~)
hC = Koefisien perpindahan kalor konveksi
Karena perpindahan kalor secara konveksi terjadi pada fluida, maka nilai
dari hc ditentukan oleh berbagai variabel:
- Bentuk benda

- Letak benda

- suhu permukaan (ts)

- Ukuran atau dimensi

- suhu fluida (ta)

- beda suhu (t)


- viskositas ( )

- gravitasi (g)
- Densitas ( )
- koefisien muai volum ( )

- kapasitas kalor (cp)


- keadaan permukaan benda

- konduktivitas termal (k)

3.2Perhitungan
1. Sebuah kolektor sinar matahari, berbentuk plat rata berukuran 1 m2,
terletak miring dengan sudut 20 terhadap horizontal. Permukaan
panas berada pada suhu 160C dan tekanan 0.1 atm. Sejajar di atas
permukaan panas tersebut, dipasang jendela transparan yang
berfungsi melewatkan energi radiasi dari matahari. Jarak antara
jendela transparan dengan permukaan panas adalah 8 cm. Suhu
jendela transparan dipertahankan pada suhu 40oC. Hitunglah
perpindahan kalor konveksi alami yang terjadi di antara permukaan
panas dengan jendela transparan!
Jawab :
Diketahui:
A = 1m2
= 8 cm
= 20

14

Tw = 160C
T = 40C
P = 1 atm

Gambar 6. Ilustrasi Soal no 1

(Sumber : Personal Resource)

Asumsi:
1. Fluida di antara plat adalah udara

Sifat udara dievaluasi pada suhu rata-rata antara kedua plat sehingga
didapatkan:

Dengan menginterpolasi, didapatkan :


=20,86

Pr = 0.697
k =0,0314

kg
m. s

W
m.

Menghitung Rayleigh Number

Menghitung konduktivitas Thermal


sin 1,8 1,6

1708( RaL cos )+

( Ra L cos ) 3
18

hl
1708
=1+1,44 1

k
RaL cos
sin1,8

1,6

1708( 2,492.10 6 cos 20 )+

( RaL cos 20 ) 3
18

hl
1708
=1+1,44 1

k
2,492. 106 cos 20

15

hl
=1+1,44 [ 0,999 ] ( 0.999 ) +6,314=8,75
k

Menghitung laju perpindahan kalor


ke
=8,75
k

sehingga k e =8,75.0,0314=0,275

W
m.

Nilai q yang didapatkan menjadi :


q=

k e A (T 1 T 2) 0,275.1.120
=
=412,5 W

0,08

Jadi perpindahan kalor konveksi yang terjadi antara permukaan panas


dengan jendela transparan adalah sebesar 412W
2. Sebuah bola berdiameter 2,5 cm berada pada suhu 38C, akan
dibenamkan ke dalam suatu wadah yang berisi air dengan suhunya
15C.
a. Bagaimana anda menjelaskan pengaruh dimensi dan ukuran
wadah tersebut terhadap mekanisme perpindahan kalor yang
terjadi pada system di atas?
b. Jika wadah yang digunakan adalah suatu bejana yang berukuran
8x7x6 cm3, bagaimana anda menentukan laju perpindahan
kalornya?
c. Apa yang menjadi pertimbangan anda dalam menentukan
persamaan empiris yang akan digunakan untuk menyelesaikan
problem diatas?

16

Jawab :
a. Proses perpindahan kalor konveksi adalah perpindahan kalor yang
diikuti oleh perpindahan partikel partikel zat perantaranya. Pada
mekanisme perpindahan kalor diatas adalah perpindahan kalor
konveksi dari permukaan bola menuju ke fluida wadahnya. Pada
peristiwa ini, termasuk dalam peristiwa perpindahan panas konveksi
dua dimensi yaitu, perpindahan panas konveksi antara dua bidang yang
berlainan dalam perantara fluida. Perpindahan panas menganut asas
black, yaitu kalor yang dilepas akan sama dengan dengan kalor yang
diterima. Jadi kalor yang akan dilepas oleh bola akan sama dengan
kalor yang diterima oleh fluida yang ada dan wadahnya. Ukuran dari
wadahnya akan mempengaruhi suhu setimbang dari sistem yang ada
pada soal, ketika suhu bola sama, volume fluida sebanding dengan
besar wadah, maka jika wadah fluida kecil suhu setimbang akan
menjadi lebih besar dibanding dengan suhu setimbang pada wadah
yang lebih besar.
b. Asumsi:
Perpindahan kalor dari bola ke air
Semua sifat di evaluasi pada suhu film
Diketahui:
D= 2,5 cm= 0,025 m
Tw=38C
T=15C

Gambar 7. Ilustrasi Soal no 2


Sumber : Dokumen Pribadi

Tf =

Tw +T
2

Tf =

38+15
=26,5 C
2

Sifat dari air ditinjau pada suhu film, maka diperoleh:


K = 0,614

Gambar 3. Ilustrasi

10

g Cp
10
=1,9 x 3 . C
k
m
2

GrPr=

soal 2
3

g Cp ( TwT ) d
3
10
6
=1,9 x 10 (3815 ) ( 0,025 ) =6,83 x 10
k

17

Dengan menggunakan rumus dibawah untuk nilai 3x 105 < GrPr < 8x
108
Nu=2+0,05(GrPr )1 / 4=2+0,05( 6,83 x 106 )1/ 4=27,56
h=

Nu . k
=676,87 W /m2 C
d

q=h x A x T
q=676,879 ( 4 ) ( 0,0125 )2 x ( 3815 ) =30,55W
c. Pada intinya persamaan yang digunakan tetap persamaan perpindahan
kalor konveksi, namun nilai h dipengaruhi oleh bilangan Nu nya, dan
penulis harus mencari nilai bilangan Rayleigh terlebih dahulu, bilangan
Rayleigh adalah hasil perkalian antara bilangan Grashof (Gr) dan bilangan
Prandtl (Pr). Setelah diperoleh nilai bilangan Rayleigh yaitu sebesar
6,83106. Penulis dapat menentukan rumus dari bilangan Nu nya dari

rentang nilai Ra 3x 105 < GrPr < 8x 108, dan pada rentang itulah rumus
Nu yang digunakan adalah
3.

Nu=2+0,05(GrPr )1 / 4

Sebuah silinder vertical dengan tinggi 1,8 m, diameter 7,5 cm, dan

suhu 93C, berada dalam lingkungan dengan suhu 30C.


a. Hitunglah kalor yang dilepas melalui konveksi alami dari silinder
ini!
b. Dapatkah silinder tersebut diperlakukan sebagai plat rata vertical?
Berapakah diameter minimum yang harus dimiliki oleh silinder
tersebut agar dapat diasumsikan sebagai plat rata vertical?
c. Jika silinder tidak dapat dianalogikan dengan plat rata vertical,
bagaimanakah cara anda menyelesaikan permasalahan diatas?
Jawab :
a. Asumsi:
- Soal adalah konveksi bebas, sehingga nilai h adalah 10 W/m2C
- Suhu lingkungan dan suhu silinder tetap dan seragam
1
q=h x DL + D2 x T
4

1
q=10 x ( 0,075 ) ( 1,8 ) + ( 0,075 )2 x ( 9330 )=267,06 W
4

Jadi, kalor yang dilepas dari silinder adalah 267,06 W


b. Sebuah silinder dapat diasumsikan sebagai plat rata vertical ketika:

18

D
35
1/4
L Gr
g (Tw T ) d 3
Gr=
v2
( 9,8 ) (2,99 x 103 ) ( 9330 ) (0.075)3
Gr=
=2,115 x 10 6
6 2
(19,1883 x 10 )
D
35
5
=
=1,655 x 10
L 2,115 x 106
D=1,655 x 105 x 1,8=2.98 x 105 m
Diameter minimum silinder agar dapat diasumsikan sebagai plat rata
vertical adalah D=2.98 x 105 m
c. Jika silinder tidak dapat dianalogikan sebagai plat rata vertical, maka
silinder diselesaikan menggunakan penyelesian menggunakan silinder
vertical
Diketahui:
L/t = 1,8 m
D = 0,075 m
Tw = 93C
T = 30C
Asumsi:
- Suhu film adalah suhu yang digunakan untuk menentukan karakteristik
dari fluida
- Suhu lingkungan dan suhu silinder seragam dan tetap
Sifat Fluida:
Tw +T
Tf =
2
93+30
Tf =
2
Tf =61,5 C
=1/Tf
=1/61,5 C
6
v =19,1883 x 10
Pr=0,7004
k =0, 02886
-

Gambar 8. Ilustrasi soal 3


Sumber : Dokumen Pribadi

Jawab:
Gr=

g (Tw T ) d 3 ( 9,8 ) (2,99 x 103 ) ( 9330 ) (0.075)3


=
v2
(19,1883 x 106 )2

Gr=2,115 x 10 6
GrPr=2,115 x 106 x Pr=2,115 x 106 x 0.7004=1,48. 106

19

Menggunakan daftar 7-1 untuk menentukan nilai C dan m, yang


digunakan untuk menyelesaikan soal.
1

Nu=C (GrPr)m=0,59 (1,48 x 106 )4=20,58


h=

k Nu 0,02886(20,58)
=
=7,92W /m2 C
d
0.075

1
q=h x ( DL+ D2) x T
4
1
q=7,92 x ( 0,075 ) ( 1,8 ) + ( 0,075 )2 x ( 9330 )=213,712 W
4

Jadi, kalor yang dilepas adalah 213,712W


4. Suhu pada suatu permukaan dinding vertikal 4 ft x 10 ft
dipertahankan konstan 530F sedangkan suhu udara sekeliling 70F
pada tekanan 1 atm.
a. Hitunglah kalor yang hilang dari permukaan dinding itu
secara konveksi bebas ke udara
b. Jika dinding itu disekat dengan bahan penyekat yang tebalnya
2 inci dan daya hantar panasnya (konduktivitas termal) = 0,121
BTU/jam.ft.F. Hitunglah kalor yang hilang secara konduksi
dan konveksi bebas bila dianggap suhu pada permukaan
penyekat 250F.
Diketahui : Tw = 530F
T = 70F
Dimensi = 4 ft x 10 ft
Ditanya :
a. Kalor yang hilang dari permukaan

Gbr 9. Ilustrasi Gambar dari Soal 4a


Sumber : Dokumen Pribadi

dinding secara konveksi bebas ke udara


Jawab :

Asumsi
1. Suhu dinding dibuat konstan
2. Perpindahan kalor yang terjadi hanya menuju udara sekeliling
Mencari Data yang dibutuhkan
Data diambil berdasarkan suhu film/suhu referensi yaitu :
T +T
530 + 70
T f= w =
=300
2
2

20

kudara= 0,01985 BTU/jam.ft


= 3,063.10-4 ft2 /s
= 4,358.10-4 ft2 /s
g = 32,174 ft2 /s

Menghitung bilangan tak berdimensi Nusselt untuk menentukan


persamaan yang digunakan untuk mencari h.
Bilangan Rayleigh :
3,063.104
Pr =
0,703
4,358.104
=
Ra=Gr . Pr=

1
1
=
=3,33. 103
T f 300

g ( T w T ) L3
2

( 0,703 )=

32,174.3,33. 103 .460.64


4 2

( 3,063.10 )

( 0,703 ) =2,35.1011

Berdasarkan nilai dari bilangan Rayleighnya yang berada pada rentang


diantara 10-1 < Ra <1012 , makan digunakan persamaan :
9

0,492 /Pr 16
1+

27

0,492
0,703
1+

27

1
0,387 Ra 6
Nu 2 =0,825+

Nu=686,44

Nu k = 686,44.0,01985 3,4 BTU


h=
L
4
jam . ft .

Menghitung nilai kalor yang terkonveksi secara bebas ke udara


BTU
q=h A ( T w T )=3,4.40 .460=62560
jam

21

Jadi banyak kalor yang terkonveksi secara bebas ke udara adalah


sebesar 62650 BTU/jam.
b. Kalor yang hilang secara konduksi dan konveksi bebas bila suhu
penyekat 250F
TW=530F

Tp=250F

Gbr 10. Ilustrasi Soal no 4b


Sumber : Dokumen Pribadi

Asumsi
i. Perpindahan kalor seluruhnya hanya secara konduksi dan
konveksi
ii. Suhu dinding dibuat konstan
iii. Hambatan kontak termal antara penyekat dan dinding

diabaikan
Mencari data yang akan digunakan dalam perhitungan
kpenyekat = 0,121BTU/jam.ft.F
x= 2 inci = 0,1666 ft
TP = 250F
Menghitung kalor yang lepas secara konduksi
T T p
310
q= w
=
=5,649 BTU / jam
xP
0,166
A
40
kp
0,121
Menghitung kalor yang lepas secara konveksi bebas
T T
180
q= p
=
=15,3 BTU / jam
1
1
A
40
hudara
3,4

Jadi perpindahan kalor dari dinding ke penyekat adalah sebesar 5,649


BTU/jam sedangkan perpindahan kalor konveksi bebas dari penyekat ke
udara adalah sebesar 15,3 BTU/jam.
5. Suatu alat pengukur panasdipakai untuk memanaskan sesuatu zat alir
dari suhu 500F dengan kecepatan W lb/jam yang menyebabkan aliran
turbulen. Alat pengukur panas tersebut terdiri atas n buah pipa dengan
diameter D ft dan panjang L ft. Jika kemudian dalam keadaan sama (W
sama) pipa-pipa pada alat pengukur panas tersebut diganti dengan pipapipa berdiameter 0,5 D sedang jumlahnya tetap n pipa, hitunglah berapa
% perubahan panjang pipa untuk mendapatkan pemanasan yang sama.
Dalam hal ini dianggap h=U serta sifat-sifat zat alir tetap.
22

Jawab :

Gbr 11. Ilustrasi soal no 5


Sumber : Dokumen Pribadi

Asumsi:

Sifat zat alir tetap ( ,,Pr,Cp,k)


h = U 0,023 Red0,8 Pr0,4

Menghitung nilai koefisien konveksi dari persamaan bilangan tak berdimensi


pada asumsi.
D 1=

W D

hd
=0,023 0,8 Pr 0,4
k
0,8
k
W D
h 1= 0,023(
) Pr0,4
d

W 0,5 D
D 2=

0,8
k
W 0,5 D
h 2=
0,023
Pr 0,4
0,5 d

Menghitung panjang pipa yang dibutuhkan menggunakan persamaan asas


Black
q 1=q 2

h 1 A 1 T =h 2 A 2 T
h 1 DL=h 2 0,5 DL2

L2 h2
D
=
X
L h 1 0,5 D
k
W D 0,8 0,4
0,023(
) Pr
L2 1
d

=
X
0,8
L 0,5
k
W D
0,023 0,374(
) Pr 0,4
0,5 d

23

Menghitung persen perubahan panjang yang diperlukan untuk sistem yang


baru yaitu :
L 2L
X 100 =74,11
L
Jadi perubahan panjang yang dibutuhkan untuk menyesuaikan pada sistem
yang baru yaitu sebesar 74,11% dari panjang awal
6. Dalam alat penukar kalor aliran silang, digunakan gas panas (
c p=1,09 kJ /kg ) untuk memanaskan 2,5 kg/detik air dari suhu 35
menjadi 85 . Gas masuk pada suhu 200 dan keluar
pada suhu 93 . Koefisien perpindahan kalor menyeluruh sebesar
2
180 W /m . Hitunglah luas penukar kalor dengan menggunakan:
a. Pendekatan LMTD
b. Metode NTU-efektivitas

Jawab :

T=

T=
T=

200o C
Gambar 12. Ilustrasi Soal no 6

93o C

Sumber: Holman, 2010

Asumsi sistem:

Penukar kalor yang digunakan adalah penukar kalor aliran


T= silang yang

kedua fluidanya tidak tercampur.


Penukar kalor beroperasi pada keadaan tunak.
Penukar kalor terinsulasi dengan baik dari lingkungan.
Perubahan energi kinetik dan potensial aliran fluida dapat diabaikan.
Sifat fluida (seperti kapasitas panas) tidak berubah oleh kenaikan suhu.
Tidak ada pengotor.

Dik :

c pg=1,09 kJ /kg
o

T c1=85 C
T c2=35 o C

24

T h1=200 C
T h2 =93o C
U=180 W /m2
m
w =2,5 kg / s
c pw =4,180 kJ /kg (dari Lampiran A, tabel A-9 hlm. 593 buku
Holman. Menggunakan suhu rata-rata

35 + 85
T =
=60 )
2

a. Pendekatan LMTD

Gambar 13. Alat penukar kalor aliran silang


(Sumber: artikel-teknologi.com)

T m=

( 20085 )( 9335 )
=83,3
115
ln
58

p=0,303
F=0,92
R=

20085
=2,14
9335

Gambar 14. Grafik Aliran dalam Alat Penukar Kalor


Sumber : Dokumen Pribadi

Q=2,5.4175 . ( 8535 )=180. A .0,92 .83,3=521,8 W


A = 37,8 m2
Jadi luas area penukar kalor yang dibutuhkan adalah sebesar 37,8 m2
b. Metode NTU-efektivitas
g c g dengan neraca energi:
Perhitungan m

25

m
g c g T g= m
w cw T w
g c g ( 200o C93o C )=( 2,5 kg /s ) ( 4180 J /kg o C ) ( 85o C35 o C )
m
g cg =
m

( 2,5 kg /s ) ( 4180 J /kg o C ) ( 85 o C35 o C )


o

( 200 C93 C )

=4883W / o C ( Cmin

w cw :
Perhitungan m
w c w =( 2,5 kg /s ) ( 4180 J /kg o C )=10450 W / o C ( Cmaks
m
Dari kalor spesifik kedua fluida, maka:
C
4883 W / o C
C= min =
=0,467
C max 10450 W / o C
Pada kasus ini, fluida minimumnya adalah gas, sehingga efektivitasnya:
T (fluida minimum) T h1 T h 2 20 0o C9 3o C
=
=
=
=0,649=64,9
T max
T h1 T c 2 20 0o C35 o C
Mencari nilai NTUmaks dengan menggunakan grafik Hubungan dan
Cmin/Cmax pada bagan di bawah ini

Gambar 15. Efektivitas Penukar Kalor Menyilang dengan Kedua Fluida Tidak Tercampur
Sumber: Holman, 2010

Didapatkan nilai NTUmax = 1,4. Sehingga:


o
C min
4883 W / C
=1,4
=37,98 m2
2 o
U
180W /m C
Jadi luas area yang dibutuhkan penukar kalor adalah 37,98 m2

NT U maks=

UA
Cmin

A=NTU

7. Sebuah sistem pemanas air menggunakan alat penukar kalor jenis


selongsong-tabung. Uap panas mengalir dalam satu lintasan selongsong pada
suhu 1200C, sedangkan air masuk pada suhu 300C dan melakukan empat
lintasan tabung dengan nilai U = 2000 W/m2.C.

26

a. Hitunglah luas penukar kalor, jika aliran air yang masuk sebesar 2,5
kg/detik dan air keluar pada suhu 1000C?
b. Jika setelah beroperasi selama beberapa waktu alat penukar kalor tersebut
mengalami factor pengotoran sebesar 0,0002 m2.C/W, berapakah suhu air
yang keluar pada kondisi tersebut?
Jawab :
Asumsi :
-

Jenis alat penukar kalor : Selongsong tabung (1

lintas selongsong dan 4 lintas tabung)


Cpair = Cpuap = 4,18 kJ/kg.oC
m
c = m
h = 2,5 kg/s
Menggunakan metode LMTD

Steady State

Diketahui :
Gbr 16. Ilustrasi soal no 7
Sumber : Dokumen Pribadi

Alat penukar kalor jenis selongsong-tabung


T h1
= T h2 = 120oC
T c1
= 100oC
T c2
= 30oC
m
c
= 2,5 kg/s
U
= 2000 W/m2.oC
Rf = 0,0002 m2.oC/W

a. Luas Alat Penukar Kalor


Menggunakan metode LMTD

Menentukan perpindahan kalor total dari energi yang diserap oleh air :
kg
J
q=m
c c c T c = 2,5
4180
( 10030 C )=731.500 J
s
kg . C
Menentukan beda suhu rata-rata (LMTD) :
T h1
= 120oC
T h2
= 120oC
T c1
= 100oC
T c2
= 30oC

T m=
T m=

)(

( T h 2T c 2) ( T h 1T c1 )
ln [ ( T h 2T c2 ) / ( T h 1T c1 ) ]

( 12030 )( 120100 )
=46,54
ln [ ( 12030 ) / ( 120100 ) ]

Tidak dapat mencari faktor koreksi menggunakan grafik yaitu


Gambar 10-4 pada buku Heat Transfer Holman, karena suhu uap saat
masuk dan keluar adalah sama, yaitu 120oC.

27

Mencari luas yang diperlukan alat penukar kalor


q=UA T m
q
731.500 J
A=
=
=7,859 m2
U Tm
W
( 46,54 )
2000 2
m .

Dengan demikian, berdasarkan perhitungan menggunakan metode


LMTD diperoleh luas alat penukar kalor sebesar 7,859 m2.
b. Suhu air keluar jika faktor pengotor 0,0002 m2.oC/W
Mencari U (Koefisien Perpindahan Kalor) :
Faktor pengotoran didefinisikan sebagai berikut:
1
1
Rf =

U kotor U bersih
Sehingga :
1
1
0,0002=

U kotor 2000
1
1
=0,0002+
U kotor
2000
1
7
=
U kotor 10000
W
U kotor =1428,57 2 o
m C
Mencari Cmin :
C air =Cmin =m
c cc
o

Cmin =2,5 kg /s x 4180 J / kg C


Cmin =10450 J / so C

Mencari nilai NTU :


NTU didefinisikan sebagai :
UA
NTU =
C min
W
(1428,57 2 o )(7,859m2 )
m C
NTU =
o
10450 J / s C
NTU =1,074
Mencari nilai efektivitas alat penukar kalor :
Persamaan efektivitas alat penukar kalor :
=1eNTU
=1e1,074
=0,658
Maka :
Tc
=
=0,658
(12030)o C

28

T c =59,22
Menentukan suhu air yang keluar :
T c =59,22
T airkeluar =(30+59,22)o C=89,22o C
Jadi, suhu air yang keluar pada alat penukar kalor adalah sebesar
89,22oC.

BAB 4
KESIMPULAN
Dalam makalah ini, penulis dapat menyimpulkan beberapa hal mengenai
perpindahan kalor konveksi. Perpindahan kalor konveksi adalah suatu proses
perpindahan panas yang terjadi disertai dengan perpindahan partikel media
transfernya. Dalam perpindahan kalor konveksi, perpindahan dapat terjadi karena
adanya perbedaan suhu. Umumnya konveksi dapat terjadi pada objek dengan
berbagai geometri (plat, tabung, bola) dan dalam berbagai kondisi (suhu isotermal
dan fluks kalor tetap). Konveksi umumnya dibedakan menjadi konveksi alami dan
konveksi paksa. Perbedaan keduanya ada pada kondisi perpindahan dimana pada

29

konveksi paksa terdapat bantuan dari alat-alat seperti alat penukar kalor.
Sedangkan pada konveksi alamiah, faktor yang mempengaruhi perpindahan
panasnya hanya perbedaan suhu dan jenis fluidanya.

DAFTAR PUSTAKA
Cengel , Y. 2006. Heat Transfer 2nd Edition. USA : McGraw-Hill
Holman, J.P.1986. Heat Transfer 16th Edition. USA : McGraw-Hill
Holman, J.P.2010. Heat Transfer 10th Edition. USA : McGraw-Hill

30

Anda mungkin juga menyukai