Disusun Oleh :
Kelompok 2
Clara Novia (1306370985)
Claudia Maya Indraputri (1306412180)
Itamar Pascana Siahaan (1306371016)
Kamila Luthfia Putri (1306412193)
Tery Muhammad Octaryno (1306370770)
TEKNOLOGI BIOPROSES
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
UNIVERSITAS INDONESIA
Depok, 2015
Kata Pengantar
Selain itu,
Penyusun
Daftar Isi
Halaman Judul..................................................................................................1
2
Kata Pengantar..................................................................................................2
Daftar Isi...........................................................................................................3
Daftar Gambar..................................................................................................4
Daftar Tabel......................................................................................................4
Bab 1 : Pendahuluan
1.1 Latar Belakang......................................................................................5
1.2 Tujuan...................................................................................................5
Bab 2 : Teori Dasar
2.1 Perpindahan Kalor Konveksi pada Plat Miring....................................6
2.2 Perpindahan Kalor Konveksi pada Plat Vertikal...................................6
2.3 Perpindahan Kalor Konveksi pada Bidang dan Silinder Vertikal.........7
2.4 Perpindahan Kalor Konveksi pada Bola dan Dalam Ruang
Tertutup.................................................................................................8
2.5 Metode LMTD......................................................................................9
2.6 Metode NTU-Efektivitas......................................................................9
2.7 Faktor Pengotor....................................................................................10
Bab 3 : Pembahasan
3.1 Contoh Kasus: Angin Darat dan Angin Laut........................................12
3.2 Perhitungan...........................................................................................14
Bab 4 : Kesimpulan..........................................................................................29
Daftar Pustaka...................................................................................................30
Daftar Tabel
Tabel 1. Parameter nilai Nu untuk Kalor Tetap ...............................................7
Tabel 2. Hubungan Empiris Konveksi Bebas pada Ruang Tertutup.................8
Daftar Gambar
Gbr 1. Ilustrasi Permukaan Miring...................................................................6
Gbr 2. Aliran Konveksi pada Plat Vertikal.......................................................6
Gbr 3. Konveksi pada Bola...............................................................................8
Gbr 4. Angin Laut.............................................................................................12
Gbr 5. Angin Darat...........................................................................................13
Gbr 6. Ilustrasi Soal No 1.................................................................................14
Gbr 7. Ilustrasi Soal No 2.................................................................................16
Gbr 8. Ilustrasi Soal No 3.................................................................................18
Gbr 9. Ilustrasi Soal No 4a...............................................................................19
Gbr 10. Ilustrasi Soal No 4b.............................................................................21
Gbr 11. Ilustrasi Soal No 5...............................................................................22
Gbr 12. Ilustrasi Soal No 6...............................................................................23
Gbr 13. Alat Penukar Kalor Aliran Silang........................................................24
Gbr 14. Grafik Aliran dalam Alat Penukar Kalor.............................................24
Gbr 15. Efektivitas Alat Penukar Kalor Menyilang dengan Kedua Fluida Tidak
Tercampur...........................................................................................25
Gbr 16. Ilustrasi Soal No 7 ..............................................................................26
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari, tentunya sering kita temui kegiatakegiatan yang berhubungan dengan perpindahan panas, baik konveksi
maupun konduksi. Salah satu kegiatan yang umum kita temui adalah proses
4
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Perpindahan Kalor Konveksi pada Plat dengan Permukaan miring
Pada permukaan miring, di daerah turbulen, dengan udara, didapat kolerasi
empiris berikut:
Nu x 0.17 Gr * x Pr
1/ 4
10
15
untuk 10 Gr * x Pr 10
(1)
Dimana Gr*x untuk permukaan panas menghadap ke atas, dan (Gr*x cos )
untuk permukaan panas menghadap ke bawah.Untuk silinder
miring,perpindahan kalor laminar pada kondisi fluks kalor-tetap dapat dihitung
5
dengan persamaan:
(2)
untuk GrL Pr < 2 x 108 dengan = sudut silinder dengan garis vertikal.
Pada ruang tertutup, bentuk umum konveksi pada ruang tertutup adalah
ke
L
C (Gr Pr) n
k
(3)
(4)
p
= x g
x
u
x =
=
1 V
V T
u
v
2 v
+v
=g ( x ) + 2
x
y
y
(5)
dari persamaan
( )
=
p
Distribusi suhu
x
(T T )
2
T T
y
=(1 )
T w T
8
(6)
(7)
=3,93 Pr 2 (0,952+ Pr ) 4 Gr 4
x
Nu x =
hx 2 x
=
k
(8)
1
(9)
L
Gr L 4
Dari percobaan Churcill dan Chu, diperoleh
Nu=
1
2
0,68+ 0,67 Ra
1
4
jika
9 4
16 9
[ ( )]
Nu =
0,492
1+
Pr
0,825+ 0,387 Ra
(10)
1
6
9 8
16 27
[ ( )]
0,492
1+
Pr
Nu f =0,10(Gr f Pr f )3
(12)
Kalor Tetap
Jika ingin menggunakan Nu umum, maka
Nu x =C (Gr x Pr )m menjadi
Untuk aliran Laminar,
Untuk aliran Turbulen,
1
(1+m )
m
(1+m)
Nu x =C
(Gr x Pr )
m
1
1
= (m= )
m+1 5
4
m
1
1
= ( m= )
m+1 4
3
(13)
Nu f =2+ 0,50
b. Berdasarkan percobaan yang dilakukan Yuge, berlaku persamaan
1
hd
5
Nu f = =2+0,392 Gr f 4 , 1<Gr f <10 (15)
kf
jika Pr dimasukkan, persamaan menjadi
Gr f Pr f
(16)
Nu f =2+ 0,43
B. Pada Ruang Tertutup
a. Bentuk umum konveksi ruang tertutup
Gr Pr
(17)
ke
=c
k
(18)
Keterangan:
U = koefisien perpindahan kalor menyeluruh
A = Luas permukaan perpindahan kalor yang sesuai dengan definisi U
Tm = Beda suhu rata-rata yang tepat untuk digunakan dalam penukar
kalor
Beda suhu antara fluida panas dan fluida dingin pada waktu masuk dan
pada waktu keluar tidaklah sama, sehingga perlu ditentukan nilai rata-rata
untuk digunakan dalam rumus menghitung perpindahan kalor. Untuk kalor
yang dipindahkan melalui unsur luas dA dapat ditulis:
dq = -mh ch dTh = mc cc dTc (19)
dimana subskrip h dan c masing-masing menandai fluida panas dan fluida
dingin. Perpindahan kalor dapat juga dinyatakan sebagai:
dq = U
(Th-Tc) dA (20)
9
Setelah digabung antar tiap rumusnya, maka didapati rumus beda suhu ratarata:
T m=
( T h 2T c 2 ) ( T h 1T c 1 )
ln
(21)
(T h 2T c2 )
(T h 1T c1 )
Untuk penukar kalor aliran searah, persamaan ini dapat diturunkan menjadi:
1exp
=
C min
C maks
[( )(
)]
C
UA
1 min
C min
C maks
)]
UA
C min
1+
(22)
Cmin
1+
C maks
[ ( )(
C
C
UA
1 min exp [
1 min ]
C maks
C min
C maks
( ) ( )(
(23)
10
(24)
U kotor U bersih
11
BAB 3
PEMBAHASAN
3.1Contoh Kasus
Dapatkah anda menggambarkan dan menjelaskan mekanisme
perpindahan kalor yang terjadi pada peristiwa angin laut dan angin
darat, serta persamaan-persamaan konveksi yang terlibat dalam
penjelasan mekanisme tersebut?
Jawab :
Perpindahan kalor konveksi adalah perpindahan kalor melalui suatu
medium (fluida) yang disertai dengan perpindahan medium tersebut.
Peristiwa angin laut dan angin darat adalah salah satu contoh konveksi jenis
alamiah. Konveksi alamiah (natural convection), atau konveksi bebas (free
convection), terjadi karena fluida yang, karena proses pemanasan, berubah
12
Kalor jenis daratan (zat padat) lebih kecil daripada kalor jenis air laut (zat
cair). Akibatnya ketika dipanaskan oleh cahaya matahari pada siang hari,
kenaikan suhu daratan lebih besar daripada kenaikan suhu air laut. Pada siang
hari daratan lebih cepat menyerap kalor daripada lautan sehingga daratan akan
lebih panas dari pada laut. Hal ini mengakibatkan udara panas di daratan akan
naik dan tempat tersebut diisi oleh udara dingin dari permukaan laut, sehingga
terjadi gerakan udara dari laut menuju ke darat yang biasa disebut angin laut.
Angin Darat
Pada malam hari daratan lebih cepat dingin daripada lautan sehingga
daratan akan lebih dingin dari pada laut. Hal ini mengakibatkan udara panas di
permukaan air laut akan naik dan tempat tersebut diisi oleh udara dingin dari
daratan, sehingga terjadi gerakan udara dari darat menuju ke laut yang biasa
disebut angin darat. Angin darat terjadi pada malam hari, biasa digunakan oleh
nelayan tradisional untuk melaut mencari ikan.
Menurut Newton, pada perpindahan kalor konveksi konveksi berlaku:
13
QC = hC AC t
Dengan: QC = kecepatan perpindahan kalor (Btu/J, W)
AC = luas media (ft2, m2)
t = beda suhu permukaan benda (Tw) dengan suhu fluida yang
mengalir (T~)
hC = Koefisien perpindahan kalor konveksi
Karena perpindahan kalor secara konveksi terjadi pada fluida, maka nilai
dari hc ditentukan oleh berbagai variabel:
- Bentuk benda
- Letak benda
- gravitasi (g)
- Densitas ( )
- koefisien muai volum ( )
3.2Perhitungan
1. Sebuah kolektor sinar matahari, berbentuk plat rata berukuran 1 m2,
terletak miring dengan sudut 20 terhadap horizontal. Permukaan
panas berada pada suhu 160C dan tekanan 0.1 atm. Sejajar di atas
permukaan panas tersebut, dipasang jendela transparan yang
berfungsi melewatkan energi radiasi dari matahari. Jarak antara
jendela transparan dengan permukaan panas adalah 8 cm. Suhu
jendela transparan dipertahankan pada suhu 40oC. Hitunglah
perpindahan kalor konveksi alami yang terjadi di antara permukaan
panas dengan jendela transparan!
Jawab :
Diketahui:
A = 1m2
= 8 cm
= 20
14
Tw = 160C
T = 40C
P = 1 atm
Asumsi:
1. Fluida di antara plat adalah udara
Sifat udara dievaluasi pada suhu rata-rata antara kedua plat sehingga
didapatkan:
Pr = 0.697
k =0,0314
kg
m. s
W
m.
( Ra L cos ) 3
18
hl
1708
=1+1,44 1
k
RaL cos
sin1,8
1,6
( RaL cos 20 ) 3
18
hl
1708
=1+1,44 1
k
2,492. 106 cos 20
15
hl
=1+1,44 [ 0,999 ] ( 0.999 ) +6,314=8,75
k
sehingga k e =8,75.0,0314=0,275
W
m.
k e A (T 1 T 2) 0,275.1.120
=
=412,5 W
0,08
16
Jawab :
a. Proses perpindahan kalor konveksi adalah perpindahan kalor yang
diikuti oleh perpindahan partikel partikel zat perantaranya. Pada
mekanisme perpindahan kalor diatas adalah perpindahan kalor
konveksi dari permukaan bola menuju ke fluida wadahnya. Pada
peristiwa ini, termasuk dalam peristiwa perpindahan panas konveksi
dua dimensi yaitu, perpindahan panas konveksi antara dua bidang yang
berlainan dalam perantara fluida. Perpindahan panas menganut asas
black, yaitu kalor yang dilepas akan sama dengan dengan kalor yang
diterima. Jadi kalor yang akan dilepas oleh bola akan sama dengan
kalor yang diterima oleh fluida yang ada dan wadahnya. Ukuran dari
wadahnya akan mempengaruhi suhu setimbang dari sistem yang ada
pada soal, ketika suhu bola sama, volume fluida sebanding dengan
besar wadah, maka jika wadah fluida kecil suhu setimbang akan
menjadi lebih besar dibanding dengan suhu setimbang pada wadah
yang lebih besar.
b. Asumsi:
Perpindahan kalor dari bola ke air
Semua sifat di evaluasi pada suhu film
Diketahui:
D= 2,5 cm= 0,025 m
Tw=38C
T=15C
Tf =
Tw +T
2
Tf =
38+15
=26,5 C
2
Gambar 3. Ilustrasi
10
g Cp
10
=1,9 x 3 . C
k
m
2
GrPr=
soal 2
3
g Cp ( TwT ) d
3
10
6
=1,9 x 10 (3815 ) ( 0,025 ) =6,83 x 10
k
17
Dengan menggunakan rumus dibawah untuk nilai 3x 105 < GrPr < 8x
108
Nu=2+0,05(GrPr )1 / 4=2+0,05( 6,83 x 106 )1/ 4=27,56
h=
Nu . k
=676,87 W /m2 C
d
q=h x A x T
q=676,879 ( 4 ) ( 0,0125 )2 x ( 3815 ) =30,55W
c. Pada intinya persamaan yang digunakan tetap persamaan perpindahan
kalor konveksi, namun nilai h dipengaruhi oleh bilangan Nu nya, dan
penulis harus mencari nilai bilangan Rayleigh terlebih dahulu, bilangan
Rayleigh adalah hasil perkalian antara bilangan Grashof (Gr) dan bilangan
Prandtl (Pr). Setelah diperoleh nilai bilangan Rayleigh yaitu sebesar
6,83106. Penulis dapat menentukan rumus dari bilangan Nu nya dari
rentang nilai Ra 3x 105 < GrPr < 8x 108, dan pada rentang itulah rumus
Nu yang digunakan adalah
3.
Nu=2+0,05(GrPr )1 / 4
Sebuah silinder vertical dengan tinggi 1,8 m, diameter 7,5 cm, dan
1
q=10 x ( 0,075 ) ( 1,8 ) + ( 0,075 )2 x ( 9330 )=267,06 W
4
18
D
35
1/4
L Gr
g (Tw T ) d 3
Gr=
v2
( 9,8 ) (2,99 x 103 ) ( 9330 ) (0.075)3
Gr=
=2,115 x 10 6
6 2
(19,1883 x 10 )
D
35
5
=
=1,655 x 10
L 2,115 x 106
D=1,655 x 105 x 1,8=2.98 x 105 m
Diameter minimum silinder agar dapat diasumsikan sebagai plat rata
vertical adalah D=2.98 x 105 m
c. Jika silinder tidak dapat dianalogikan sebagai plat rata vertical, maka
silinder diselesaikan menggunakan penyelesian menggunakan silinder
vertical
Diketahui:
L/t = 1,8 m
D = 0,075 m
Tw = 93C
T = 30C
Asumsi:
- Suhu film adalah suhu yang digunakan untuk menentukan karakteristik
dari fluida
- Suhu lingkungan dan suhu silinder seragam dan tetap
Sifat Fluida:
Tw +T
Tf =
2
93+30
Tf =
2
Tf =61,5 C
=1/Tf
=1/61,5 C
6
v =19,1883 x 10
Pr=0,7004
k =0, 02886
-
Jawab:
Gr=
Gr=2,115 x 10 6
GrPr=2,115 x 106 x Pr=2,115 x 106 x 0.7004=1,48. 106
19
k Nu 0,02886(20,58)
=
=7,92W /m2 C
d
0.075
1
q=h x ( DL+ D2) x T
4
1
q=7,92 x ( 0,075 ) ( 1,8 ) + ( 0,075 )2 x ( 9330 )=213,712 W
4
Asumsi
1. Suhu dinding dibuat konstan
2. Perpindahan kalor yang terjadi hanya menuju udara sekeliling
Mencari Data yang dibutuhkan
Data diambil berdasarkan suhu film/suhu referensi yaitu :
T +T
530 + 70
T f= w =
=300
2
2
20
1
1
=
=3,33. 103
T f 300
g ( T w T ) L3
2
( 0,703 )=
( 3,063.10 )
( 0,703 ) =2,35.1011
0,492 /Pr 16
1+
27
0,492
0,703
1+
27
1
0,387 Ra 6
Nu 2 =0,825+
Nu=686,44
21
Tp=250F
Asumsi
i. Perpindahan kalor seluruhnya hanya secara konduksi dan
konveksi
ii. Suhu dinding dibuat konstan
iii. Hambatan kontak termal antara penyekat dan dinding
diabaikan
Mencari data yang akan digunakan dalam perhitungan
kpenyekat = 0,121BTU/jam.ft.F
x= 2 inci = 0,1666 ft
TP = 250F
Menghitung kalor yang lepas secara konduksi
T T p
310
q= w
=
=5,649 BTU / jam
xP
0,166
A
40
kp
0,121
Menghitung kalor yang lepas secara konveksi bebas
T T
180
q= p
=
=15,3 BTU / jam
1
1
A
40
hudara
3,4
Jawab :
Asumsi:
W D
hd
=0,023 0,8 Pr 0,4
k
0,8
k
W D
h 1= 0,023(
) Pr0,4
d
W 0,5 D
D 2=
0,8
k
W 0,5 D
h 2=
0,023
Pr 0,4
0,5 d
h 1 A 1 T =h 2 A 2 T
h 1 DL=h 2 0,5 DL2
L2 h2
D
=
X
L h 1 0,5 D
k
W D 0,8 0,4
0,023(
) Pr
L2 1
d
=
X
0,8
L 0,5
k
W D
0,023 0,374(
) Pr 0,4
0,5 d
23
Jawab :
T=
T=
T=
200o C
Gambar 12. Ilustrasi Soal no 6
93o C
Asumsi sistem:
Dik :
c pg=1,09 kJ /kg
o
T c1=85 C
T c2=35 o C
24
T h1=200 C
T h2 =93o C
U=180 W /m2
m
w =2,5 kg / s
c pw =4,180 kJ /kg (dari Lampiran A, tabel A-9 hlm. 593 buku
Holman. Menggunakan suhu rata-rata
35 + 85
T =
=60 )
2
a. Pendekatan LMTD
T m=
( 20085 )( 9335 )
=83,3
115
ln
58
p=0,303
F=0,92
R=
20085
=2,14
9335
25
m
g c g T g= m
w cw T w
g c g ( 200o C93o C )=( 2,5 kg /s ) ( 4180 J /kg o C ) ( 85o C35 o C )
m
g cg =
m
( 200 C93 C )
=4883W / o C ( Cmin
w cw :
Perhitungan m
w c w =( 2,5 kg /s ) ( 4180 J /kg o C )=10450 W / o C ( Cmaks
m
Dari kalor spesifik kedua fluida, maka:
C
4883 W / o C
C= min =
=0,467
C max 10450 W / o C
Pada kasus ini, fluida minimumnya adalah gas, sehingga efektivitasnya:
T (fluida minimum) T h1 T h 2 20 0o C9 3o C
=
=
=
=0,649=64,9
T max
T h1 T c 2 20 0o C35 o C
Mencari nilai NTUmaks dengan menggunakan grafik Hubungan dan
Cmin/Cmax pada bagan di bawah ini
Gambar 15. Efektivitas Penukar Kalor Menyilang dengan Kedua Fluida Tidak Tercampur
Sumber: Holman, 2010
NT U maks=
UA
Cmin
A=NTU
26
a. Hitunglah luas penukar kalor, jika aliran air yang masuk sebesar 2,5
kg/detik dan air keluar pada suhu 1000C?
b. Jika setelah beroperasi selama beberapa waktu alat penukar kalor tersebut
mengalami factor pengotoran sebesar 0,0002 m2.C/W, berapakah suhu air
yang keluar pada kondisi tersebut?
Jawab :
Asumsi :
-
Steady State
Diketahui :
Gbr 16. Ilustrasi soal no 7
Sumber : Dokumen Pribadi
Menentukan perpindahan kalor total dari energi yang diserap oleh air :
kg
J
q=m
c c c T c = 2,5
4180
( 10030 C )=731.500 J
s
kg . C
Menentukan beda suhu rata-rata (LMTD) :
T h1
= 120oC
T h2
= 120oC
T c1
= 100oC
T c2
= 30oC
T m=
T m=
)(
( T h 2T c 2) ( T h 1T c1 )
ln [ ( T h 2T c2 ) / ( T h 1T c1 ) ]
( 12030 )( 120100 )
=46,54
ln [ ( 12030 ) / ( 120100 ) ]
27
U kotor U bersih
Sehingga :
1
1
0,0002=
U kotor 2000
1
1
=0,0002+
U kotor
2000
1
7
=
U kotor 10000
W
U kotor =1428,57 2 o
m C
Mencari Cmin :
C air =Cmin =m
c cc
o
28
T c =59,22
Menentukan suhu air yang keluar :
T c =59,22
T airkeluar =(30+59,22)o C=89,22o C
Jadi, suhu air yang keluar pada alat penukar kalor adalah sebesar
89,22oC.
BAB 4
KESIMPULAN
Dalam makalah ini, penulis dapat menyimpulkan beberapa hal mengenai
perpindahan kalor konveksi. Perpindahan kalor konveksi adalah suatu proses
perpindahan panas yang terjadi disertai dengan perpindahan partikel media
transfernya. Dalam perpindahan kalor konveksi, perpindahan dapat terjadi karena
adanya perbedaan suhu. Umumnya konveksi dapat terjadi pada objek dengan
berbagai geometri (plat, tabung, bola) dan dalam berbagai kondisi (suhu isotermal
dan fluks kalor tetap). Konveksi umumnya dibedakan menjadi konveksi alami dan
konveksi paksa. Perbedaan keduanya ada pada kondisi perpindahan dimana pada
29
konveksi paksa terdapat bantuan dari alat-alat seperti alat penukar kalor.
Sedangkan pada konveksi alamiah, faktor yang mempengaruhi perpindahan
panasnya hanya perbedaan suhu dan jenis fluidanya.
DAFTAR PUSTAKA
Cengel , Y. 2006. Heat Transfer 2nd Edition. USA : McGraw-Hill
Holman, J.P.1986. Heat Transfer 16th Edition. USA : McGraw-Hill
Holman, J.P.2010. Heat Transfer 10th Edition. USA : McGraw-Hill
30