PENDAHULUAN
hanya sebesar 10 %. Sehingga perlu dilakukan suatu upaya yang lebih baik lagi untuk
menekan insidens TBC di Indonesia.
I.2. Epidemiologi
Pada tahun 1995, menurut hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT)
menunjukkan bahwa penyakit TBC merupakan penyebab kematian nomor 3 setelah
penyakit kardiovaskuler dan penyakit saluran pernafasan pada semua kelompok usia, dan
nomor 1 dari golongan penyakit infeksi.
Tahun 1999, WHO memperkirakan setiap tahun terjadi 583.000 kasus baru,
dengan angka kematian sekitar 140.000. Secara kasar diperkirakan setiap 100.000
penduduk Indonesia terdapat 130 penderita baru TBC paru BTA positif.
Penyakit TBC menyerang sebagian besar kelompok usia kerja. Program
penanggulangan TBC dengan strategi DOTS, pada tahun 1995 1998 cakupan penderita
TBC dengan strategi DOTS hanya mencapai 10 %.
Sedangkan di dunia, pada tahun 1995, diperkirakan setiap tahun terjadi sekitar 9
juta penderita baru TBC, dengan kematian sebesar 3 juta orang (WHO, Treatment of
Tuberculosis, Guidelines for National Programmes, 1997). Diperkirakan 95 % penderita
TBC berada di negara berkembang, dan 75 % penderita TBC adalah kelompok usia
produktif (15 50 tahun).
(2)
terinfeksi HIV. Faktor risiko lain yang juga mempengaruhi terjangkitnya TBC, yaitu
diabetes mellitus, gagal ginjal, keganasan, dan malnutrisi. (3)
1995
2000
2005
Kasus Baru*
7.5
8.8
10.2
11.9
Mortalitas*
2.5
3.0
3.5
Sumber : WHO
* dalam juta
Lebih dari 50 % kasus TBC didapatkan di sebagian besar negara Asia, yaitu India, Cina,
Indonesia, Bangladesh, Fillipina, dan Pakistan. (3)
1.3. Permasalahan
1. Sepertiga penduduk dunia telah terinfeksi TBC.
2. Meningkatnya HIV/AIDS di dunia, sehingga diperkirakan penderita TBC akan
meningkat.
3. Cakupan penderita TBC dengan strategi DOTS masih rendah.
4. Terdapat kenaikan 60 % kasus baru pada tahun 2005.
5. Angka kematian akibat TBC masih tinggi di Indonesia.
BAB II
3
PEMBAHASAN
2.1. Definisi
(5)
(6)
2.2. Etiologi
Penyebab Tuberkulosis adalah Mycobacterium tuberculosis, sejenis kuman yang
berbentuk batang, dengan panjang 1-4/Um dan tebal 0,3-0,6/Um. Sebagian besar kuman
terdiri dari asam lemak (lipid), yang membuat kuman lebih tahan terhadap gangguan
kimia dan fisisk. Kuman dapat bertahan hidup pada udara kering maupun dalam keadaan
dingin. Hal ini terjadi karena kuman berada dalam sifat dormant., yang dapat bangkit
kembali menjadi tuberkulosis.
Di dalam jaringan, kuman hidup sebagai parasit intraseluler yaitu dalam
sitoplasma makrofag. Makrofag yang semula memfagositasi justru akan dipergunakan
kuman untuk berkembang karena banyak mengandung lipid.
(7)
2.3. Patogenesis
Tempat masuk kuman M.tuberculosis adalah saluran pernafasan, saluran
pencernaan, dan luka terbuka pada kulit. Kebanyakan infeksi tuberkulosis terjadi melalui
udara, yaitu melalui inhalasi droplet yang mengandung kuman kuman basil tuberkel
yang berasal dari orang yang terinfeksi.
Basil tuberkel yang mencapai permukaan alveolus biasanya diinhalasi sebagai
suatu unit yang terdiri dari satu sampai tiga basil, gumpalan basil yang lebih besar
cenderung tertahan di saluran hidung dan cabang besar bronkus dan tidak menyebabkan
penyakit. Setelah berada di ruang alveolus, biasanya bagian bawah lobus atas paru atau
bagian atas lobus bawah, basil tuberkel ini menyebabkan reaksi peradangan. Leukosit
memfagosit bakteri namun tidak membunuh organisme tersebut. Kemudian leukosit
digantikan oleh makrofag.
(1)
kelenjar limfe regional, lalu mencapai aliran darah dan terjadi diseminata yang luas.
Kebanyakan lesi diseminata menyembuh, walaupun tetap ada fokus potensial untuk
reaktivasi berikutnya. Selama 2 8 minggu setelah infeksi primer, saat basil terus
berkembang biak di lingkungan intraselulernya, timbul hipersensitivitas pada pejamu
yang terinfeksi.
(6)
timbul gejala pneumonia akut. Pneumonia ini dapat sembuh dengan sendirinya, sehingga
tidak ada sisa yang tertinggal, atau proses dapat berjalan terus, dan bakteri terus difagosit
atau berkembang biak di dalam sel. Makrofag yang mengadakan infiltrasi menjadi lebih
panjang dan sebagian bersatu sehingga membentuk sel tuberkel epiteloid, yang dikelilingi
oleh limfosit. (1)
- Tuberkulosis minimal
7
Terdapat sebagian kecil infiltrat non kavitas pada satu paru maupun
kedua paru, tapi jumlahnya tidak melebihi satu lobus paru.
- Moderately advanced tuberculosis
Ada kavitas dengan diameter tidak lebih dari 4 cm. jumlah infiltrat
bayangan halus tidak lebih dari satu bagian paru. Bila bayangannya
kasar tidak lebih dari sepertiga bagian satu paru.
- Far advanced tuberculosis
Terdapat infiltrat dan kavitas yang melebihi keadaan pada moderately
advanced tuberculosis. (7)
Tuberkulosis paru
2.
3.
Bakteriologik negatif
3. Bekas TB paru
-
Gejala klinik -, atau ada gejala sisa akibat kelainan paru yang
ditinggalkan
(8)
Tahap asimtomatis
2.
3.
4.
(5)
10
(2)
darah yang pecah. Kebanyakan batuk darah pada tuberkulosis terjadi pada kavitas,
tapi dapat juga terjadi pada ulkus dinding bronkus.
(7)
dengan hematemesis.
(9)
HEMATEMESIS
Darah dimuntahkan
Biasanya berwarna merah gelap
Bersifat asam
11
Berbusa
Tidak berbusa
Didahului rasa yang menginduksi batuk
Didahului mual dan muntah muntah
Biasanya hemoptisis yang terjadi adalah masif, lebih dari 600 mL darah
diekspektorasikan dalam 24 jam. (9)
Namun ada yang menyebutkan bahwa hemoptisis yang terjadi adalah darah yang
sedikit pada sputum. (6)
3) Sesak nafas
Pada penyakit yang ringan belum dirasakan sesak nafas. Sesak nafas akan
ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut, yaitu bila infiltrasi sudah setengah
bagian paru paru.
4) Nyeri dada
Gejala ini agak jarang ditemukan. Nyeri dada timbul bila infiltrasi radang sudah
sampai ke pleura sehingga menimbulkan pleuritis.
5) Malaise
Penyakit tuberkulosis bersifat radang yang menahun. Gejala malaise sering
ditemukan berupa anoreksia, badan makin kurus karena berat badan turun, sakit
kepala, nyeri otot, keringat malam. Gejala malaise ini makin lama makin berat
dan terjadi hilang timbul secara tidak teratur. (7)
2.6. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik penderita sering tidak menunjukkan kelainan apapun terutama
pada kasus kasus yang dini atau yang sudah terinfeksi secara asimtomatik. Demikian
juga bila sarang penyakit terletak di dalam, akan sulit menemukan kelainan pada
pemeriksaan fisik, karena hantaran getaran yang lebih dari 4 cm ke dalam paru sulit
dinilai secara palpasi, perkusi, dan auskultasi.
12
Tempat kelainan yang paling dicurigai adalah bagian apeks paru. Bila ada infiltrat
yang agak luas, didapatkan perkusi yang redup dan auskultasi bronkial. Akan didapatkan
suara nafas tambahan yaitu ronki basah dan nyaring. Tetapi bila infiltrat ini diliputi oleh
penebalan pleura, suara nafas menjadi vesikuler melemah. Bila terdapat kavitas yang
cukup besar, perkusi akan memberikan suara hipersonor atau timpani, dan auskultasi
terdapat suara amforik.
Bila terdapat fibrosis ( pada TB paru lama ), akan terdapat atrofi dan retraksi otot
otot interkostal. Bila jaringan fibrotik sangat luas, yaitu setengah dari jumlah jaringan
paru, terjadi pengecilan aliran darah paru, sehingga meningkatkan tekanan arteri
pulmonalis, terjadi cor pulmonal dan akhirnya gagal jantung kanan. Didapatkan tanda
tanda : takipnea, takikardi, sianosis, gallop, murmur, JVP meningkat, hepatomegali,
asites, dan edema.
Bila mengenai pleura, akan terbentuk efusi pleura. Paru yang sakit terlihat agak
tertinggal dalam pernafasan. Perkusi akan pekak. Auskultasi akan terdengar suara nafas
yang lemah sampai tidak terdengar sama sekali. (7)
13
2 x positif (mikroskopik +)
3) Pemeriksaan Serologi
Pemeriksaan Polymerase Chain Reaction (PCR) merupakan teknologi canggih
yang dapat menentukan DNA, termasuk M.tuberculosis. Cara ini telah cukup
14
15
16
17
Reaksi tuberkulin dapat memberikan hasil reaksi negatif palsu, hal ini dapat
disebabkan oleh :
-
Penyakit limforetikuler
GRUP
18
5 mm
1. HIV positif
2. Kontak dengan penderita TBC aktif
3. Orang dengan gambaran fibrotik pada foto Rontgen, yang
dicurigai menderita TBC primer
4. Pasien dengan transplantasi organ, atau mengkonsumsi
prednison 15 mg/hari selama 1 bulan / lebih
10 mm
15 mm
19
diliputi jaringan ikat dan terlihat bayangan berupa bulatan dengan batas tegas,
disebut tuberkuloma.
Pada kavitas, terdapat bayangan seperti cincin yang awalnya dindingnya tipis
kemudian menebal. Gambaran fibrotik seperti garis garis. Sedangkan pada
kalsivikasi terdapat bayangan bercak bercak padat dengan densitas yang tinggi.
Gambaran tuberkulosis milier berupa bercak bercak halus, umumnya tersebar
merata pada seluruh lapang paru. Gambaran lain yaitu, penebalan pleura, massa
cairan di bagian bawah paru, bayangan hitam di pinggir paru / pleura. (7)
Pada pemeriksaan foto thoraks tuberkulosis dapat memberikan gambaran
bermacam macam bentuk (multiform).
1. Gambaran radiologik yang dicurigai sebagai lesi TB aktif, yaitu :
Kavitas, terutama lebih dari satu, dikelilingi bayangan opak berawan atau
nodular.
Kompleks Ranke
Penebalan pleura
20
Destroyed Lung :
-
gambaran
radiologik
yang
menunjukkan
Luas proses yang tampak pada foto thoraks dinyatakan sebagai berikut :
-
Lesi minimal
Bila proses mengenai sebagian dari satu atau dua paru, dengan luas tidak
lebih dari volume paru yang terletak di atas chondrosternal junction dari
iga kedua dan prosesus spinosus dari vertebra torakalis IV atau korpus
verterbra torakalisV (sela iga II) dan tidak dijumpai kavitas.
Lesi luas
Bila proses lebih luas dari lesi minimal. (8)
2.8. Diagnosis
21
1.
Diagnosis perkiraan
sputum, hemoptisis, demam, keringat malam, penurunan berat badan ). Dan uji
tuberkulin positif.
2.
Diagnosis pasti
dengan pewarnaan. Pada kasus yang dicurigai, bahan sputum yang diludahkan
harus dikirim ke laboratorium untuk pewarnaan tahan asam dan biakan pagi hari
yang terpisah sebanyak 3 5 kali.
3.
22
Hasil BTA
+--
Hasil BTA
+++
+--
Hasil BTA
---
Mendukun
g TBC
Beri Antibiotik
Spektrum Luas
Tidak
Mendukun
g
Tdk Ada
perbaikan
Ada
perbaikan
n
Hasil
BTA
+++
+++--
Hasil
BTA
---
2.9. Komplikasi
POSITIF
NEGATIF
TBC BTA - ; Ro +
Bukan TBC
1. Batuk darah
23
Terjadi bila batuk terus menerus, mulai dari batuk kering sampai menjadi batuk
produktif. Kemudian terjadi batuk darah karena terdapat pembuluh darah yang pecah.
Kebanyakan terjadi pada kavitas, tapi dapat juga terjadi pada ulkus dinding bronkus.
Biasanya darah yang terdapat pada sputum sedikit. (6,7,8)
2. Pneumothoraks
Biasanya terdapat pada TB milier. (7)
3. Empiema
Menunjukkan proses kronik, dan infeksi aktif pada paru. Pada pemeriksaan mikroskopik
terdapat BTA positif. Biasanya terdapat penebalan cairan pleura, dan terlihat purulen. (3)
4. Bronkiektasis
Disebabkan oleh penyakit paru primer, yaitu TBC paru. Terjadi pelebaran bronkus,
karena kerusakan komponen elastis dan muskular dinding bronkus yang menetap. (5)
Limfadenitis tuberkulosis
24
Tanda tanda PGL : diameter KGB > 1 cm ; 2 KGB ekstra inguinal dalam
waktu 3 bulan atau lebih.
Jika pembesaran KGB dipastikan bukan PGL, maka dilakukan biopsi jarum halus.
Jika hasil biopsi jarum halus positif TB, maka diobati OAT dan jika hasil tidak
ditemukan kelainan, maka dilakukan biopsi kelenjar.
2.
TB milier
-
Pemeriksaan Fisik :
a. Keadaan umum buruk, suhu meningkat, takipnoe.
b. Gejala lain yang berhubungan dengan organ yang terkena, yaitu
pembesaran hati, limpa, kaku kuduk.
Pemeriksaan penunjang :
a. Radiologi : bercak bercak milier ( bercak kecil dengan ukuran sama,
2 mm) tersebar pada kedua lapang paru.
b. BTA cairan tubuh ( sputum, LCS ) atau pada biopsi ditemukan perkijuan.
3.
Efusi pleura TB
-
25
Pemeriksaan Fisik :
a. Inspeksi
pergerakan berkurang
b. Perkusi
c. Auskultasi
Radiologis : bayangan homogen pada sisi yang sakit, dengan batas cairan jelas.
Bila cairan sedikit akan tampak sebagai penumpukan sudut kostofrenikus. Cairan
dalam jumlah yang banyak akan memberikan gambaran pendorongan
mediastinum.
4.
Meningitis TB
-
Pemeriksaan fisik : tanda perangsangan selaput otak, kaku kuduk (+), tanda
Kernig (+). Jika terjadi obstruksi pada sisterna basalis akan terjadi hidrosefalus,
dan kelainan saraf otak.
Pungsi lumbal : jernih atau santokrom, tekanan dan jumlah leukosit meninggi
5000 / mm3 terutama limfosit, protein meningkat, glukosa menurun, sediaan
langsung BTA positif jarang ditemukan.
Pungsi lumbal berbahaya dilakukan, jika penderita gangguan fokus neurologik
atau pada pemeriksaan funduskopi terlihat edema papil. Pada keadaan ini CT scan
otak sangat membantu. Lebih aman diberikan OAT dahulu, daripada pungsi
lumbal.
5.
Perikardial Efusi TB
26
Anamnesis : lemah dan pusing, nyeri dada, nafas pendek, batuk, kaki
bengkak, nyeri hipokondrial kanan.
6.
27
thoraks menunjukkan kelainan yang luas. Tes tuberkulin biasanya juga memberi
hasil negatif.
Pada penderita AIDS terjadi gangguan pada sel limfosit T, yang akan
mempengaruhi produksi limphokine dan selanjutnya merusak fungsi makrofag.
Kerusakan makrofag akan berpengaruh pada pertahanan tubuh terhadap
tuberkulosis. Kerusakan sistem imunologi pada AIDS juga akan menyebabkan
tidak aktifnya proses imunitas seluler pada TB.
Sedikitnya ada tiga mekanisme yang menyebabkan terjadinya TB pada penderita
HIV, yaitu reaktivasi, adanya infeksi baru yang progresif serta terinfeksi. (8)
7.
Genitourinary Tuberculosis
TB sering bermetastase ke organ diluar paru, salah satunya yang paling umum
adalah ginjal. Setelah cukup lama bakteri dalam keadaan dormant, sebagian kecil
akan meluas dan merusak sebagian besar dari parenkim ginjal.
Diagnosis dapat ditegakkan dengan kultur urine, namun pada wanita biasanya
dibutuhkan laparotomi, namun biasanya dapat ditegakkan dengan laparoskopi. (11)
8.
Peritonitis Tuberkulosis
TB dapat menyebar ke peritoneum dari kelenjar getah bening, biasanya terjadi
pada pasien dengan sirosis atau alkoholik. Gejala mulai dari yang ringan yaitu
kelelahan, nyeri perut. Prosedur diagnosis yang dapat dipercaya dengan cara
biopsi jarum peritoneal.
9.
Tuberkulosis Gastrointestinal
28
Tuberkulosis Hati
Tuberkel dapat terjadi di hati dengan TB paru yang sudah lanjut, TB milier, atau
penyebaran diseminata. Biasanya hati dapat sembuh sendiri, setelah lesi primer
diobati. Pasien yang sakit berat dan demam pada TB paru memiliki tes fungsi hati
yang abnormal. Pada pasien ini, penggunaan beberapa obat hanya boleh
mengandung satu obat yang hepatotoksik. Biasanya diberikan INH, streptomisin,
dan etambutol, sehingga pada saat fungsi hati menurun, dapat segera diketahui
bahwa penyebabnya INH, dan segera dihentikan. (11)
2.11. Penatalaksanaan
29
: 2 RHZE / 4 R3H3
2 RHZE / 6 HE
Bila ada fasilitas biakan dan uji resistensi, pengobatan disesuaikan hasil
uji resistensi. Panduan ini dianjurkan untuk :
a. TB paru BTA +, kasus baru
b. TB paru BTA
klasifikasi ATS
c. TB di luar paru
-
Pengobatan fase lanjutan, bila diperlukan dapat diberikan selama 7 bulan, dengan
panduan : 2 RHZE / 7 RH, dengan alternatif 2 RHZE / 7 R3H3, pada keadaan :
a. TB dengan lesi luas
b. Disertai penyakit (DM, pemakaian kortikosteroid)
c. TB kasus berat (milier)
Catatan :
sebelumnya atau bila pernah mendapat pengobatan tidak lebih dari satu bulan.
2. TB paru BTA negatif dengan lesi tidak luas
-
30
Pada TB kasus kambuh, bila ada pola resistensi dapat diberikan obat
1. sesuai hasil uji resistensi, dengan minimal menggunakan 4 macam OAT
pada fase intensif selama 3 bulan. Lama pengobatan fase lanjutan 6 bulan
atau lebih lama dari pengobatan sebelumnya.
2. sehingga panduan obat yang diberikan 3 RHZE / 6 RH
Bila tidak ada / tidak dilakukan uji resistensi, maka alternatif diberikan panduan
obat : 2 RHZES / 1 RHZE / 5 R3H3E3
Definisi : TB paru dengan sputum BTA yang tidak mengalami konversi setelah
pengobatan 5 6 bulan, atau positif kembali pada bulan 5 / 6 pengobatan.
31
Bila tidak ada / tidak dilakukan uji resistensi, maka alternatif diberikan panduan
obat : 2 RHZES / 1 RHZE / 5 R3H3E3
6. TB paru kronik
32
Pengobatan : jika belum ada hasil uji resistensi, berikan RHZES. Jika telah ada
hasil uji resistensi berikan minimal 2 OAT yang sensitif ditambah dengan obat
lain seperti kuinolon, makrolid.
Tb paru dengan menunjukkan resisten terhadap rifampisin dan INH dengan atau
tanpa OAT lainnya.
Pengobatan : hinga saat ini belum ada panduan pengobatan yang standarisasi
untuk penderita . Sejauh ini pengobatan yang dianjurkan adalah sesuai uji
resistensi dengan menggunakan minimal 2 3 OAT yang sensitif ditambah obat
baru.
2.
(8)
Dosis Obat
1. Rifampisin
: 600 mg
33
2. INH
BB 40 60 kg
: 450 mg
BB < 40 kg
: 300 mg
Dosis intermiten
: 600 mg / kali
3. Pirazinamid
: 600 mg / kali
4. Etambutol
BB > 60 kg
: 1500 mg
BB 40 60 kg
: 1000 mg
BB < 40 kg
: 750 mg
: 1500 mg
BB 40 60 kg
: 1000 mg
BB < 40 kg
: 750 mg
: 1000 mg
BB 40 60 kg
: 750 mg
34
BB < 40 kg
: sesuai BB (8)
35
5. TB paru dengan DM
-
DM tetap terkontrol.
oral
anti
diabetes
(sulfonilurea),
sehingga
dosisnya
perlu
ditingkatkan.
-
6. TB milier
-
Rawat
36
7. Efusi pleura TB
-
8. TB diluar paru
-
meningitis pada bayi dan anak lama pengobatan 12 bulan. Pada TB di luar
paru lebih sering dilakukan tindakan bedah. Tindakan bedah dilakukan
untuk :
1. mendapatkan bahan / spesimen untuk pemeriksaan ( diagnosis ).
2. pengobatan
-
37
Sedapat mungkin dosis disesuaikan dengan fal ginjal ( CCT, Ureum, dan
Kreatinin ).
Pada penderita hepatitis akut atau klinis ikterik, sebaiknya OAT ditunda
sampai hepatitis akutnya mengalami penyembuhan. Pada keadaan sangat
diperlukan dapat diberikan S dan E maksimal 3 bulan sampai hepatitisnya
menyembuh dan dilanjutkan denagn 6 RH.
Pada penderita hepatitis kronik, lakukan pemeriksaan faal hati. Bila SGOT
dan SGPT meningkat sampai lebih 3 kali lipat, pemberian OAT harus
38
Untuk TB paru :
Penderita batuk darah berat yang tidak dapat diatasi dengan cara
konservatif. Penderita dengan fistula bronkopleura dan empiema yang
tidak dapat diatasi secara konservatif.
Indikasi mutlak
1. Semua penderita yang telah mendapat OAT adekuat tetapi sputum
tetap positif.
2. Penderita batuk darah yang masif yang tidak dapat diatasi secara
konservatif.
3. Penderiat fistula bronkopleura dan empiema.
Indikasi relatif
1. Penderita dengan sputum negatif dengan batuk darah berulang.
2. Kerusakan satu paru atau lobus dengan keluhan.
3. Sisa kavitas yang menetap.
39
1. Izoniasid
-
Jarang
hepatitis,
hipersensitivitas
pada
kulit,
peripheral
Sangat jarang :
hemolitik, ginekomastoid.
2. Rifampisin
-
Jarang
3. Streptomisin
-
Sering
Jarang
4. Etambutol
-
Jarang
Penyebab
Rifampisin
Penanganan
Obat
diminum
malam
sebelum tidur
Pirazinamid
Beri aspirin
40
INH
kaki
Vitamin
B6
(pyridoxine)
100 mg / hari
Warna
kemerahan
pada
Rifampisin
urine
Beri
penjelasan
pada
penderita
Lihat penjelasan *
kulit
Tuli
Streptomisin
Ganti etambutol
Gangguan keseimbangan
Streptomisin
Ganti etambutol
Hentikan
OAT
sampai
ikterus menghilang
Bingung dan muntah
Gangguan penglihatan
Etambutol
Hentikan Etambutol
Rifampisin
Hentikan Rifampisin
* bila gatal, beri anti histamin. Bila timbul kemerahan, hentikan OAT, tunggu sampai
kemerahan hilang. Bila obat penyebab kemerahan belum diketahui lakukan drug
challenging untuk menentukan obat mana penyebabnya. Bila sudah diketahui obat
tersebut dapat diganti obat lain. (2)
Kriteria Sembuh
1. BTA mikroskopik negatif 3 bulan berturut turut sebelum akhir pengobatan, dan
telah mendapatkan pengobatan yang adekuat.
2. Bila ada fasilitas biakan, maka kriteri ditambah biakan (-).
Evaluasi Pengobatan
1. Evaluasi Klinik
41
2. Evaluasi Bakteriologik
-
3. Evaluasi Radiologik
-
2.12. Prognosis
Tanpa pengobatan, setelah lima tahun, 50 % penderita TBC akan meninggal.
25 % akan sembuh sendiri dengan daya tahan tubuh yang tinggi, dan 25 % sebagai kasus
kronik yang tetap menular ( WHO, 1996 ). (2)
Hampir semua penderita TBC dapat disembuhkan dengan pengobatan. Kurang
dari 5 % kasus kambuh / relaps. Penyebab utama gagalnya pengobatan, yaitu
ketidakpatuhan penderita terhadap pengobatan. (10)
42
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Tuberkulosis merupakan penyakit yang menular, dengan insidens dan mortalitas
yang cukup tinggi di dunia. Penyebabnya adalah Mycobacterium tuberculosis. Cara
penularan penyakit ini melalui saluran pernafasan, pencernaan, dan luka terbuka di kulit.
43
Yang paling sering melalui droplet, masuk ke alveolus dan menyebabkan reaksi
peradangan. Infeksi dapat terjadi secara primer maupun post primer.
Tuberkulosis memiliki banyak klasifikasi, namun yang dipakai di Indonesia, yaitu
TB paru BTA positif, TB paru BTAnegatif, dan bekas TB paru. Pembagian sesuai dengan
gejala klinis, pemeriksaan fisik, bakteriologik, dan radiologik.
Gejala klinis yang ditimbulkan yaitu, batuk lebih dari 3 minggu sampai dapat
terjadi batuk darah, demam, sesak nafas, nyeri dada, dan malaise. Pada pemeriksaan fisik
didapatkan perkusi redup, auskultasi bronkial, dan terdapat ronkhi basah dan nyaring.
Pemeriksaan penunjang dapat dilakukan dengan pemeriksaan darah, yaitu LED yang
meningkat disertai leukositosis. Pemeriksaan sputum untuk menemukan BTA, dilakukan
pemeriksaan sputum SPS. Pemeriksaan yang lain yaitu, tes serologi, tes tuberkulin, reaksi
cepat BCG, serta pemeriksaan radiologi.
Diagnosis ditegakkan dengan menggabungkan antara gejala klinis yang ada
dengan pemeriksaan penunjang lainnya. Komplikasi yang ditimbulkan yaitu batuk darah,
pneumothoraks, empiema, dan bronkiektasis.
Selain TB paru, terdapat TB ekstra paru, diantaranya TB milier, limadenitis Tb,
meningitis TB, dll. Beberapa penyakit juga turut menimbulkan TB, yaitu penyakit dengan
penurunan daya tahan tubuh, seperti DM, ginjal, dan HIV / AIDS. Penatalaksanaan
disesuaikan dengan kategori TB. Selama pasien menjalani pengobatan perlu dilakukan
evaluasi, sampai pasien sembuh. OAT menimbulkan efek samping sehingga diperlukan
pengawasan terhadap penggunaannya. Prognosis penyakit tuberkulosis yaitu, hampir
semua penderita TB dapat disembuhkan dengan pengobatan yang baik serta kepatuhan
penderita minum obat.
44
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan
anugerahNya, sehingga kami dapat menyelesaikan referat dengan judul Tuberkulosis
Paru.
45
Kami mengucapkan terima kasih kepada dr. Agoes Kooshartoro, SpPD sebagai
pembimbing selama menjalankan kepaniteraan Ilmu Penyakit Dalam di RS Bhakti Yudha
atas bimbingan serta ilmu yang diberikan kepada kami. Kami juga mengucapkan terima
kasih kepada semua dokter, rekan rekan koas Ilmu Penyakit Dalam serta tenaga
kesehatan lain di RS. Bhakti Yudha, Depok, untuk bantuan yang telah diberikan.
Dalam pembuatan referat ini, kami menyadari sepenuhnya masih banyak terdapat
kekurangan. Oleh karena itu segala kritik dan saran yang disampaikan akan kami terima
dengan lapang hati. Besar harapan kami, referat ini dapat berguna bagi para pembaca.
Akhir kata, apabila ada kesalahan dalam pembuatan referat ini, kami mohon maaf.
PENULIS
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar Isi
Bab I. Pendahuluan1
1.1. Latar Belakang1
46
1.2. Epidemiologi...2
1.3. Permasalahan...3
Bab II. Pembahasan4
2.1. Definisi4
2.2. Etiologi4
2.3. Patogenesis..5
2.4. Klasifikasi Tuberkulosis..7
2.5. Manifestasi Klinis..10
2.6. Pemeriksaan Fisik..13
2.7. Pemeriksaan Penunjang.14
2.8. Diagnosis................................22
2.9. Komplikasi.24
2.10. Tuberkulosis di Luar Paru & Penyakit Lainnya...25
2.11. Penatalaksanaan....30
2.12. Prognosis...43
Bab III. Penutup.....44
3.1. Kesimpulan.....44
Daftar Pustaka
Lampiran
TUBERKULOSIS PARU
47
OLEH :
YUIKO SATYA PAVETTA
11 2003 - 062
PEMBIMBING :
dr. AGOES KOOSHARTORO, SpPD
DAFTAR PUSTAKA
1. Price SA. Patofisiologi Konsep Klinis Proses Proses Penyakit.In: Price SA,
Wilson LM, editors. Tuberkulosis Paru Paru. ed 4. Jakarta: EGC; 1995.
48
2. Suku
Dinas
Kesehatan
Kotamadya
Jakarta
Barat.
Pedoman
Nasional
CONTOH KASUS
A. Identitas pasien
Nama
No. MR
Tgl lahir
Usia
Agama
Pekerjaan
: Ny. S
: 16.30.63
: 20 November 1982
: 22 tahun
: Islam
: Ibu Rumah Tangga
49
Alamat
: Kampung sengon Rt 8 / 10 Pancoran Mas
Pendidikan terakhir : SMEA jurusan sekretaris
Stat. perkawinan
: Kawin
Suku bangsa
: Betawi
Tanggal masuk
: 30 September 2005
B. Anamnesa
Autoanamnesa dan alloanamnesa (ibu pasien) tgl 30 September 2005 pk. 19.00
Di ruang isolasi RS. Bhakti Yudha, Depok.
Keluhan Utama
: Batuk darah 3 hr SMRS
Keluhan Tambahan : Demam, sakit ulu hati, mual, lemas, pandangan gelap
RPS
: Menurut pasien, sejak 3 hari yang lalu, pasien batuk dan
setiap batuk mengeluarkan darah bewarna merah tua. > 5 kali / hari, tidak ada
makanan, dan terdapat busa. Setiap kali batuk darah yang keluar 1 sendok teh.
Terkadang darah berupa gumpalan gumpalan kecil.
Dua hari yang lalu, pasien mengeluh demam naik turun terutama siang
sampai malam, demam turun bila pasien minum obat. Demam kadang disertai
menggigil.
Pasien juga mengeluh nyeri di ulu hati, mual setiap kali setelah makan namun
pasien tidak pernah muntah.
Menurut pasien, nafsu makannya berkurang dan badan selalu terasa lemas, bila
bangun setelah tiduran pasien merasa pandangannya gelap.
Mulai tgl 30 September 2005, pasien mengeluh BAB cair 3 x, namun tidak
diperhatikan apakah ada darah dan lendir. BAK tidak ada keluhan.
Pasien mengaku dalam 3 bulan terakhir berat badannya turun 8 kg.
Sesak, keringat malam disangkal.
Riwayat kontak dengan penderita TBC paru (+), yaitu kakek pasien.
RPD
:
- Pasien pernah batuk selama 3 bulan ( 9 bulan yang lalu)
- Saat SMP, pasien terkena penyakit paru, namun menurut pasien setelah 2
minggu tidak diberi obat oleh dokter yang merawat. Pengobatan jangka
panjang disangkal.
- Asma, namun tidak pernah kambuh lagi.
RPK
:
- Nenek menderita asma
- Kakek menderita TBC
C. Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum
Kesadaran
TTV
Kepala
50
Radiologi
Cor
: Besar bentuk dalam batas normal
Pulmo
: Hila tidak melebar
Tampak kesuraman di apeks kanan
Corakan bronkovaskuler tidak meningkat
Pleura tidak tampak kelainan
Diafragma dan sinus : Tidak tampak kelainan
Tulang tulang tidak tampak kelainan.
51
KESAN :
Cor
: tidak tampak cardiomegali
Pulmo : Sesuai gambaran proses spesifik akut
Usul : foto thorax 3 bulan lagi.
E. Pengkajian
D / Tuberkulosis Paru
Dasar : Hemoptisis 3 hr
Demam naik turun
Penurunan BB
Riwayat Kontak (+)
Anorexia, malaise
Pembesaran KGB pada sub mandibula sinistra
LED meningkat
Gambaran foto thoraks : proses spesifik akut
DD / TB paru sekunder
Dasar : Riwayat penyakit paru saat anak anak (+)
Malnutrisi
DD / Bronkiektasis
Dasar : Hemoptisis
Demam berulang
Saran Pemeriksaan Penunjang : Pemeriksaan sputum
Tes tuberkulin
Penatalaksanaan : Dx : Tirah baring
Pemeriksaan fungsi hati berkala
Tx : Transfusi sampai Hb 10 g / dl
PRC = Hb x BB x 4
= 2 x 37 x 4 = 296 cc
IVFD : RL 4 jam / kolf
Injeksi Transamin 2 x 500 mg IV pelan
OAT : 2 RHES / 6 RH
Dosis : R : 300 mg
H : 300 mg
E : 750 mg
S : 600 mg
F. Follow Up
Tgl 01 Oktober 2005
S : Batuk (+), darah (+) berkurang, lemas (+), demam (-), nafsu makan (-)
Bak (+) biasa.
O : KU : tampak sakit sedang
Kes : CM
TTV : TD : 110 / 70 mmHg
N : 84 x / menit
52
S : 36 C
RR : 20 x / menit
Mata : CA + / + ; SI - / C / P : dbn
Abd : supel, NT (+), BU (+) N
Ekstremitas : akral hangat, oedem (-)
A : TB paru
P : dari dokter yang merawat
IVFD :Asering + adona 1 amp 28 tt / mnt
Bisolvon syr 3 x 1
Rif 450 mg 1 x 1 ; INH 300 mg 1 x 1
PZA 500 mg 1 x ; E 500 mg 1 x 1
Kalnex 3 x 1 ; Adona 3 x 1
Vit.C 3 x
KETERANGAN : TGL 02 Oktober 2005, pasien APS
53