2. ETIOLOGI
Seringnya, dispepsia disebabkan oleh ulkus lambung atau penyakit acid
reflux.. Hal ini menyebabkan nyeri di dada. Beberapa perubahan yang terjadi
pada saluran cerna atas akibat proses penuaan, terutama pada ketahanan
mukosa lambung (Wibawa, 2006). Kadar lambung lansia biasanya mengalami
penurunan
hingga
85%.
Beberapa
obat-obatan,
seperti
obat
anti-
2.
3.
4.
5.
6.
7.
susu
dan
produknya)
8. Kelainan gerakan usus
9. Stress psikologis, kecemasan, atau depresi
10. Infeksi Helicobacter pylory
Penyebab dyspepsia dapat dibedakan menjadi 2 yaitu :
1. Dyspepsia organik, bila telah diketahui adanya kelainan organik
sebagai
penyebabnya
(misalnya
tukak
peptic,
gastritis,
2. Dispepsia
dengan
gejala
seperti
dismotilitas
(dysmotility-
like
6. KOMPLIKASI
Penderita sindroma dispepsia selama bertahun-tahun dapat memicu
adanya komplikasi yang tidak ringan. Adapun komplikasi dari dispepsia
antara lain:
a. Perdarahan
b. Kangker lambung
c. Muntah darah
d. Ulkus peptikum
7. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan dyspepsia dibagi atas dua yaitu non farmakologi dan
farmakologi : (Monsjoer Arif, 2001)
1. Penatalaksanaan non farmokologi
a. Menghindari makanan yang dapat meningkatkan asam lambung
b. Menghindarai faktor resiko seperti alkohol,maka makanan yang
pedas,obat-obatan yang berlebihan,nikotin, rokok, dan stress.
c. Atur pola makan
2. Penatalaksanaan farmakologi
Sampai sekarang belum regimen pengobatan yang memuaskan
terutama dalam mengantisipasi kekambuhan. Hal ini dapat di mengerti
karena froses fatofisiologi pun belum jelas
pengeluaran
asam
lambung),dan
c. prognetik (mencegah terjadinya muntah)
8. PENCEGAHAN
Pola makan yang normal dan teratur, pilih makanan yang seimbang
dengan kebutuhan dan jadwal makan yang teratur, sebaiknya tidak
mengkomsumsi makanan yang berkadar asam tinggi, cabai, alkohol, dan
pantang rokok, bila harus makan obat karena sesuatu penyakit, misalnya sakit
kepala, gunakan obat secara wajar dan tidak mengganggu fungsi lambung.
Identitas
a. Identitas pasien: nama, umur, jenis kelamin, suku/ bangsa, agama,
pekerjaan, pendidikan, alamat.
b. Identitas penanggung jawab: nama, umur, jenis kelamin, agama,
pekerjaan, hubungan dengan pasien, alamat.
Pengkajian
Alasan utama datang ke rumah sakit
Keluhan utama (saat pengkajian)
Riwayat kesehatan sekarang
Riwayat kesehatan dahulu
Riwayat kesehatan keluarga
Riwayat pengobatan dan alergi
Pengkajian Fisik
a. Keadaan umum: sakit/nyeri, status gizi, sikap, personal hygiene dan
lain-lain.
b. Data sistemik
1) Sistem
persepsi
sensori:
pendengaran,
penglihatan,
2. PENYIMPANGAN KDM
Faktor resiko
Perubahan pola makan, stress
Lambung kosong lama
Makanan masuk
Peregangan di perut
Merangsang syaraf lambung
di kirim ke hipotalamus
Nausea
Regurgitasi HCL
Ggn pemenuhan kebutuhan nutrisi
merusak flora
infeksi bakteri E.Coli
bakteri sisa masuk ke usus
Faktor pemicu
Aspirin (OAINS), biometosin
Memblok prostaglandin
Sekresi mukus
Permeabilitas dinding lambung
HCL
Mengikis dinding lambung
HCL mengiritasi dinding esofagus (esofagitis)
Disfagia, anorexia
pengeluaran B,P,H
Merangsang reseptor nyeri
Diare
Medulla spinalis
Kurang cairan
Thalamus
Korteks serebri
anorexia
respon nyeri
anorexia dalam waktu lama (hipermatabolik)
Nyeri
3. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Nyeri ulu hati berhubungan dengan iritasi dan inflamasi pada lapisan
mukosa, submukosa, dan lapisan otot lambung
b. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan disfagia,
esofagitis dan anorexia.
c. Ketidakseimbangan cairan berhubungan dengan gastroenteritis
d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik
4. INTERVENSI KEPERAWATAN
kefektifan
RASIONAL
dalam
pengawasan
obat,
kemajuan
penyembuhan
semifowler
2. Dengan posisi semi-fowler dapat
3. Anjurkan klien untuk menghindari
menghilangkan tegangan abdomen
makanan yang dapat meningkatkan
yang bertambah dengan posisi
kerja asam lambung.
telentang
4. Anjurkan klien untuk tetap
3. dapat menghilangkan nyeri akut/hebat
mengatur waktu makannya.
dan menurunkan aktivitas peristaltik
8
5. Observasi TTV
4. mencegah terjadinya perih pada ulu
6. Diskusikan dan ajarkan teknik
hati/epigastrium
relaksasi
5. sebagai indikator untuk melanjutkan
7. Kolaborasi dengan pemberian obat
intervensi berikutnya
analgesik
6. Mengurangi rasa nyeri atau dapat
terkontrol
7.
Menghilangkan
rasa
mempermudah
kerjasama
nyeri
dan
dengan
RASIONAL
mengidentifikasi
indikasi/
anoreksia,
mual,
dengan
dalam
kefektifan
obat,
penyembuhan.
5. Membantu intervensi
pengawasan
kemajuan
kebutuhan
cairan.
konsistensi Buang Air Besar (BAB). 7. Dapat menentukan jenis diet dan
mengidentifikasi pemecahan masalah
perubahan
ukur
haluaran
dengan akurat.
3. Diskusikan
strategi
menghentikan
muntah
urine
yang
berdampak
pada
untuk
keseimbangan elektrolit.
dan 3. Membantu klien menerima perasaan
penggunaan laksatif/diuretik.
4. Identifikasi
rencana
untuk
bahwa
akibat
muntah
dan
atau
meningkatkan/mempertahankan
keseimbangan
cairan
memperbaiki
keseimbangan
untuk
berhasil.
5. Tindakan daruat untuk memperbaiki
ketidak seimbangan cairan elektroli
selanjutnya
Untuk mengetahui
kondisi
10
3.
klien
Menjaga keamanan klien, dan
menghemat energi klien
11
DAFTAR PUSTAKA
1. Brunner & Suddart. 2002. Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8 Vol. 2:
Jakarta. EGC.
2. Doenges, E. Marilynn dan MF. Moorhouse, 2001, Rencana Asuhan
Keperawatan, (Edisi III), EGC, Jakarta.
3. Inayah Iin. 2004. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan
Sistem Pencernaan, Edisi Pertama: Jakarta. Salemba Medika.
4. Manjoer, A, et al. 2000. Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3: Jakarta.
Medika aeusculapeus.
5. Suryono Slamet, et al. 2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid 2,
Edisi : Jakarta. FKUI.
6. Price & Wilson. 1994. Patofisiologi, Edisi 4: Jakarta. EGC.
7. Warpadji Sarwono, et al. 1996. Ilmu Penyakit Dalam: Jakarta. FKUI.
8. http://www.farmamedia.net/2012/07/dispepsia.html.
9. http://fiedz-619.blogspot.com/2011/07/askep-dispepsia.html.
12