Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI SISTEM DAN ORGAN

DIURESIS
Tanggal Percobaan : 25 MEI 2015
Di susun oleh Kelompok 1:
-

Nur Azmi Agung p (0661 13 136)


M Rivan Rahardian (0661 13 145)

- Vina Ayu P
(0661 13 156)
- Shelby febriyani R ( 0661 13 164)

Dosen pembimbing :
Drh. Mien R.,M.c.,ph.D
E.mulyati Effendi,.MS
Yulianita,.S.Farm
Nisa Najwa,.S.Fam.,Apt
Asisten dosen :
muklis
Vina ramdhan

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PAKUAN
BOGOR
TAHUN
2015

LEMBAR PENGESAHAN
DIURESIS
KELOMPOK 1
25 MEI 2015

Dosen Pembimbing :
Drh. Mien R.,M.c.,ph.D
E.mulyati Effendi,.MS
Yulianita,.S.Farm
Nisa Najwa,.S.Fam.,Apt

Ketua

( M Rivan Rahardian)

Anggota 1

(Nur Azmi A.P)

Anggota 2

(Vina Ayu P)

Anggota 3

(Shelby F.R)

BAB I
PENDAHULUAN
I.1. tujuan percobaan

Dapat mengetahui cara kerja obat diuresis dan kegunaannya dalam mengatasi
penyakit

I.2. latar belakang


Diuretic adalah obat yang mempunyai titik tangkap kerja pada ginjal untuk
meningkatkan produksi urin.
Obat ini merupakan penghambat transpor ion yang menurunkan reabsorpsi Na+
pada bagian2 nefron yang berbeda. Akibatnya, Na + dan ion lain seperti Cl- memasuki
urin dalam jumlah lebih banyak dibandingkan bila keadaan normal bersama dengan air,
yang mengangkut secara pasif untuk mempertahankan keseimbangan osmotik.
Diuretic sangat berguna untuk mengatasi edema yang disebabkan penyakit jantung,
sirosis hati dan penyakit ginjal tertentu. Tetapi dibalik keuntungan pemberian diuretic,
harus diingat bahwa pengeluaran sejumlah besar cairan tubuh yang diikuti keluarnya
garam garam tubuh , dapat menimbulkan gangguan keseimbangan pH dan elektrolit.
Karena itu perlu diikuti dengan cermat jumlah minuman atau makanan yang masuk ,
jumlah air kemih, berat badan setiap hari, tekanan darah dan pemeriksaan laboratorium.

I.3. hipotesis

semakin besar nilai % semakin efektif digunakan sebagai diuresis


furesemid merupakan obat diuresis yang paling kuat

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Diuretik ialah obat yang dapat menambah kecepatan pembentukan urin. Istilah
diuresis mempunyai pengertian, pertama menunjukkan adanya penambahan volume urin
yang diproduksi, yang kedua menunjukkan jumlah pengeluaran (kehilangan) zat-zat
terlarut (komposisi ion) dan air dalam urine serta sering mengubah pH-nya. Obat ini
merupakan penghambat transpor ion yang menurunkan reabsorpsi Na+ pada bagian2
nefron yang berbeda. Akibatnya, Na+ dan ion lain seperti Cl- memasuki urin dalam jumlah
lebih banyak dibandingkan bila keadaan normal bersama dengan air, yang mengangkut
secara pasif untuk mempertahankan keseimbangan osmotik.
MEKANISME KERJA DIURETIK
Kebanyakan diuretika bekerja dengan mengurangi reabsorpsi natrium dan air
sehingga pengeluarannya lewat kemih diperbanyak. Obat-obat ini bekerja khusus di
tubuli, tetapi juga di tempat lain, yakni:
1. Tubuli proksimal
Ultrafiltrat yang mengandung sejumlah besar garam, disini direabsorpsi secara
aktif kurang lebih 70%, antara lain ion Na +, glukosa dan ureum. Karena reabsorpsi
berlangsungnya secara proporsional, maka susunan filtrat tidak berubah dan tetap isotonis
terhadap plasma. Diuretika osmosis (manitol, sorbitol) bekerja di sini dengan merintangi
reabsorpsi air dan natrium.
2. Lengkungan Henle
Di bagian menaik dari Henles loop ini k.l 25% dari semua ion Cl- yang telah
difiltrasi, direabsorpsi secara aktif , disusul dengan reabsorpsi pasif dari Na + dan K+ tanpa
air, hingga filtrat menjadi hipotonis. Diuretika lengkungan seperti furosemid, bumetanida
dan etakrinat, bekerja terutama disini dengan merintangi transpor Cl- dan rabsorpsi Na+.
Pengeluaran K+ dan air juga diperbanyak.

2. Tubuli Distal
Di bagian pertama segmen ini, Na + direabsorpsi secara aktif pula tanpa air
sehingga filtrat menjadi lebih cair dan lebih hipotonis. Senyawa thiazida dan klortalidon
bekerja di tempat ini dengan memperbanyak ekskresi Na+ dan Cl- sebesar 5 -10%.
Di bagian kedua segmen ini, ion Na+ ditukarkan dengan ion K+ atau NH4+. Proses
ini

dikendalikan

oleh

hormon

anak

ginjal

aldosteron. Antagonis

aldosteron

(spironolakton) dan zat-zat penghemat kalium (amilorida, triamteren) bertitik kerja disini
dengan mengakibatkan ekskresi Na+ (kurang dari 5%) dan retensi K+
4. Saluran Pengumpul
Hormon antidiuretik ADH (vasopresin) dari hipofisis bertitik kerja disini dengan
jalan mempengaruhi permeabilitas bagi air dari sel-sel saluran ini.
PENGGOLONGAN DIURETIK
Pada umumnya diuretika dibagi dalam beberapa kelompok:
1. Diuretika lengkungan : furosemida, bumetanida dan etakrinat
Disebut pula diuretik kuat karena khasiatnya kuat dan pesat tapi agak singkat (4-6
jam). Banyak digunakan pada keadaan akut, misalnya pada edema otak dan paru-paru.
Memperlihatkan kurva dosis-efek curam, artinya bila dosis dinaikkan efek diuresisnya
bertambah.
2. Derivat-Thiazida: hidroklorothiazida, klortalidon, mefrusida, indapamida dan
klopamida.
Efeknya lebih lemah dan lambat, tapi bertahan lebih lama (6-48 jam) dan
terutama digunakan pada terapi pemeliharaan hipertensi dan kelemahan jantung
(decompensatio cordis). Obat-obat ini memiliki kurva dosis.
3. Diuretika penghemat-Kalium: antagonisaldosteron (spironolakton, kanrenoat),
amilorida dan triamteren.

Efek obat-obat ini hanya lemah dan khusus digunakan berkombinasi dengan
diuretika lainnya guna menghemat ekskresi kalium. Aldosteron menstimulasi reabsorpsi
Na+ dan ekskresi K+; proses ini dihambat secara kompetitif (saingan) oleh obat-obat ini.
Amilorida dan triamteren dalam keadaan normal hanya lemah efek ekskresinya
mengenai Na+ dan K+. Tapi pada penggunaan diuretika-lengkungan dan thiazida terjadi
ekskresi kalium dengan kuat, maka pemberian bersama dari penghemat-kalium ini
menghambat ekskresi K+ dengan
4. Diuretika osmotis: manitol dan sorbitol
Obat-obat ini hanya diabsorpsi sedikit oleh tubuli, hingga reabsorpsi air juga
terbatas. Efeknya adalah diuresis osmotis dengan ekskresi air kuat dan relatif sedikit
ekskresi Na+. Terutama manitol, yang hanya jarang digunakan sebagai infus i.v untuk
mengeluarkan cairan dan menurunkan tekanan intraokuler (pada glaukom), juga untuk
menurunkan CCS (Cairan Cerebro Spinal) dan tekanan intra kranial (dalam tengkorak).
5. Perintang-karbonanhidrase: asetazolamida
Zat ini merintangi enzim karbonanhidrase di tubuli proksimal, sehingga
disamping karbonat, juga Na+ dan K+ diekskresikan lebih banyak bersamaan dengan air.
Khasiat diuretiknya hanya lemah, setelah beberapa hari terjadi tachyphylaxie. Maka perlu
digunakan secara selang-seling (intermittens).
PENGGUNAAN DIURETIK
Diuretika digunakan pada semua keadaan dimana dikehendaki peningkatan
pengeluaran air, khususnya pada hipertensi dan gagal jantung.
a. Hipertensi
Guna mengurangi volume darah seluruhnya hingga tekanan darah menurun.
Khususnya derivat thiazida digunakan untuk indikasi ini. Diuretika lengkungan pada
jangka panjang ternyata lebih ringan efek anti hipertensinya, maka hanya digunakan bila
ada kontraindikasi untuk tiazida, seperti pada infus insufisiensi ginjal.
b. Gagal jantung (decompensatio cordis)

Yang bercirikan peredaran tak sempurna lagi dan terdapat cairan berlebihan di
jaringan. Akibatnya air tertimbum dan terjadi udema, misalnya dalam paru-paru. Begitu
pula pada sindrom nefrotis, yang bercirikan udema tersebar akibat proteinuria hebat
karena permeabilitas membran glomeruli meningkat.
RESISTENSI DIURETIK
Adalah suatu keadaan saat penanganan dengan furosemida (oral sd 250 mg/hari)
dengan asupan garam terbatas tidak menghasilkan efek. Komplikasi dari gagal jantung ini
secara potensial dapat berlangsung fatal dan dapat diatasi dengan menambahkan suatu
tiazida pada furosemida.
PENYALAHGUNAAN
Tak jarang diuretika digunakan dalam pelangsingan tubuh untuk orang gemuk
dengan jalan mengeluarkan cairannya. Penyusutan berat badan yang diperoleh hanya
bersifat sementara!! Begitu pula pada udema kehamilan yang umumnya tidak dianjurkan
karena dapat membahayakan penyaluran darah ke janin.
EFEK SAMPING
Efek samping utama yang dapat disebabkan diuretika adalah:
1. Hipokaliemia
Yakni kekurangan kalium dalam darah. Semua diuretika dengan titik kerja di
bagian muka tubuli distal memperbesar eksresi ionK + dan - H+ karena ditukarkan
dengan ion Na+. Akibatnya adalah kadar kalium plasma dapat turun dibawah 3,5 mmol /
liter.
2. Hiperurikemia
Yaitu akibat retensi asam urat (uric acid) dapat terjadi pada semua diuretika,
kecuali amilorida. Menurut perkiraan hal ini disebabkan oleh adanya persaingan antara
diuretikum dengan asam urat mengenai tranpornya di tubuli. Terutama klortalidon
memberikan resiko lebih tinggi untuk retensi asam urat dan serangan encok pada pasien
yang peka.
b. hiperglikemia

Dapat terjadi pada pasien diabetes terutama pada dosis tinggi akibat dikuranginya
metabolisme glukosa berhubung sekresi insulin ditekan. Terutama tiazida terkenal
menyebabkan efek ini; efek antidiabetika oral diperlemah olehnya.
c. hiperlipidemia
Ringan dapat terjadi dengan peningkatan kadar kolesterol total (juga LDL dan
VLDL) dan trigliserida. Kadar kolesterol HDL yang dianggap sebagai faktor pelindung
oleh PJP justru diturunkan oleh terutama klortalidon. Pengecualian adalah indapamida
yang praktis tidak meningkatkan kadar lipida tsb. Arti klinis dr efek samping ini pada
penggunaan jangka panjang blm jelas.
d. hiponatriemia
Akibat diuresis yang terlalu pesat dan kuat oleh diuretika lengkungan, kadar Na
plasma dapat menurun drastis dengan akibat hiponetriemia. Gejalanya berupa gelisah,
kejang otot, haus letargi selalu mengantuk juga koleps. Terutama lansia peka untuk
dehidrasi, maka sebaiknya digunakan dosis permulaan rendah yang berangsur2 dinaikkan
atau pula obat diberikan secara berkala. Misalnya 3-4 kali seminggu. Terutama pada
furosemida dan etakrinat dapat terjadi alkalosis (berlebihan alkali dalam darah)
e. Lain-lain.
Gangguan lambung usus (mual, muntah, diare) rasa letih nyeri kepala, pusing
dan jarang reaksi alergis kulit. Ototoksisitas dapat terjadi pada penggunaan furesemida/
bumetamida dalam dosis tinggi. (Yulianita, 2011)

BAB III
METODE KERJA
III.1. alat dan bahan
Alat :
-

Jarum sonde
Kertas saring kosong
Timbangan analitik
Toples

Bahan :
-

Air
Kafein
Furosemide

III. 2. Cara kerja


1. Disediakan hewan coba (tikus), kemudian ditimbang berat badannya
2. Diberikan larutan yang akan digunakan (air) secara oral dengan menggunakan jarum
sonde
3. Dibiarkan tikus selama 1 jam kedalam toples yang telah diberi kertas saring yang
telah ditimbang terlebih dahulu
4. Diukur volume yang terbentuk

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN


IV.1. hasil pengamatan
Perlakuan
Air 5 mL
Kafein 5 mL
Furosemide

Kelompok

Volume urin

1
4
2
5
7
3
6
8

(gram)
1,7766
0,0193
1,268
1,5386
1,884
0,1868
0,4084
0,1139

Rata rata (gram)


0,8979
1,5635
0,8368

IV.2.pembahasan
Pada percobaan kali ini yaitu pengujan pembentukan urine dengan
menggunakan obat dieresis seperti kafein dan furosemid, yang diberikan kepada hewan
coba tikus secara peroral. Dimana obat dieresis tersebut sama-sama bekerja menambah
pembentukan urine, namun pada percobaan kali ini kita akan mengetahui obat mana yang
lebih banyak menghasilkan urin diantara keduanya. Dari hasil pengamatan diperoleh
bahwa tikus yang diberikan zat aktif furosemid ternyata menghasilkan urin lebih banyak
dibandingkan dengan kafein, dengan bobot urin pada kertas saring dihasilkan sebanyak
1,5635 gr. Hal ini disebabkan karena furosemid termasuk kedalam kelompok Loop
Diuretik atau biasa disebut diuretik kuat karena khasiatnya kuat dan pesat tapi agak
singkat (4-6 jam). Banyak digunakan pada keadaan akut, misalnya pada edema otak dan
paru-paru. Memperlihatkan kurva dosis-efek curam, artinya bila dosis dinaikkan efek
diuresisnya bertambah.. Diuretik kuat lebih mudah diserap melalui saluran cerna, terikat
pada protein plasma secara ekstensif, sehingga tidak difiltrasi di glomerulus tetapi cepat
sekali disekresi melalui sistem transport asam organik di tubuli proksimal, oleh karenanya
furosemid ini dapat mengeluarkan / merangsang keluarnya urin lebih banyak.
Pada tikus yang diberikan kafein diperoleh bobot urin pada kerta saring
sebanyak 0,8368 gr. Kafein bila dikonsumsi terlalu banyak justru malah menghambat
pembentukan urin, atau urin yang dihasilkan menjadi sedikit, selain itu fungsi utama

daripada kafein itu sendiri adalah mengusir kantuk dan rasa lelah, sehingga terlihat pada
saat pengamatan tikus tersebut masih terlihat aktif .
Tetapi untuk tikus yang diberikan air sebanyak 5 ml lebih banyak
menghasilkan urin dibandingkan dengan kafein, dengan bobot urin yaitu 0,89795 mg. Air
mengandung mineral-mineral yang dapat mengekskresikan urin dengan langsung dan air
juga bersifat polar yang dapat melarutkan berbagai zat-zat yang ada di dalam tubuh.

BAB V
KESIMPULAN

Pembentukan urin lebih banyak dihasilkan dari tikus yang diberikan furosemid
Kafein yang terlalu banyak justru menghambat pembentukan urin karna mekanisme

kerjanya hanya menghilangkan rasa kantuk dan lelah saja


Air mengandung mineral-mineral yang dapat mengekskresikan urin dengan langsung

DAFTAR PUSTAKA

Anonim I, 2008.Farmakologi-1.
Frandson, R.D. 1986. Anatomi dan Fisiologi Ternak Edisi II. Gadjah Mada University
Press: Yogyakarta.

Dukes. 1995. Physiology of Domestic Animal Comstock Publishing : New York

University Collage, Camel.


Frandson, R.D. 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak Edisi IV. Gadjah Mada

University Press: Yogyakarta.


Katzung, B.G., 1998. Farmakologi Dasar dan Klinik. Edisi VI. Jakarta: Penerbit Buku

Kedokteran EGC. Hal. 351.


Setiawati, A. dan F.D. Suyatna, 1995. Pengantar Farmakologi Dalam Farmakologi

dan Terapi. Edisi IV. Editor: Sulistia G.G. Jakarta: Gaya Baru. Hal. 3-5.
Sulaksono, M.E., 1992. Faktor Keturunan dan Lingkungan Menentukan Karakteristik

Hewan Percobaan dan Hasil Suatu Percobaan Biomedis. Jakarta.


Smith, J. J dan J. P Kamping. 1988. Sirkulatory physiology. 2nd edition. Baltimore,

wiliam and wilkins


Schmidt, K and Neilsen. 1997. Animal Physiology Fifth Edition. Cambidge
University Press: Australia.

Anda mungkin juga menyukai