Anda di halaman 1dari 19

I.

II.

III.

JUDUL
SISTEM KARDIOVASKULER
TUJUAN
Untuk mengetahui cara mengukur tekanan darah dan denyut nadi serta
faktor-faktor yang mempengaruhinya.
DASAR TEORI
Pada manusia dan mamalia lain, berbagai mekanisme yang mengatur
sistem kardiovaskular telah berkembang. Mekanisme ini meningkatkan
suplai darah ke jaringan aktif dan meningkatkan atau mengurangi
pengeluaran panas dari tubuh melalui redistribusi darah. Dalam menghadapi
masalah seperti pendarahan, mekanisme ini mempertahankan aliran darah
yang menuju jantung dan otak. Bila masalah yang terjadi berat, aliran ke
organ vital ini di pertahankan dengan mengurangi sirkulasi ke bagian tubuh
yang lain (Ganong, 2005:616).
Penyesuaian sirkulasi di pengaruhi dengan mengubah curah pompa
(jantung), mengunah diameter pembuluh tahanan (terutama arteriol), atau
mengubah jumlah darah yang berkumpul dalam pembuluh kapasitasi (Vena).
Kaliber arteriol sebagian disesuaikan oleh autoregulasi. Kaliber arteriol ini
juga di perbesar jaringan aktif oleh metabolit vasodilator yang dibentuk
setempat. Dipegaruhi oleh zat yang disekresikan oleh endotel, dan diatur
secara sistematis oleh zat vasoaktif dalam darah dan syaraf yang menginvesi
arteriol. Kaliber pembuluh kapasitansi juga di pengaruhi oleh zat vasoaktif
dalam arah dan oleh saraf vasomotor. Mekanisme regulasi sistemik
bersinergi dengan mekanisme lokal dan menyesuaikan respons vaskular
(Ganong, 2005:616)
Sistem peredaran terdiri atas jantung, pembuluh darah dan saluran limfe.
Jantung merupakan organ pemompa yang besar yang memelihara peredaran
melalui seluruh tubuh. Arteri membawa darah dari jantung. Vena membawa
darah ke jantung. Kapiler menggabungkan arteri dan vena, terentang
diantaranya dan merupakan jalan lalu lintas makanan dan bahan buangan.
Disini juga terjadi pertukaran gas dalam cairan ekstraseluler atau intertisiil.
Saluran limfe mengumpulkan, menyaring, dan menyalurkan kembali
kedalam darah limfenya yang dikeluarkan melalui dinding kapiler halus
untuk membersihkan jaringan. Saluran limfe ini juga dapat dianggap
menjadi bagian sistem peredaran (Pearce, 2002:121).

Jantung merupakan organ berupa otot, berbentuk kerucut, berongga dan


dengan basisnya diatas dan puncaknya dibawah. Apex-nya (puncak) miring
kesebelah kiri. Berat jantung kira-kira 300 gram. Jantung adalah sebuah
pompa dan kejadian-kejadin yang terjadi dalam jantung selama peredaran
darah disebut siklus jantung. Gerakan jantung berasal dari nodus sinus atrial,
kemudian kedua atrium berkontraksi. Gelombang kontraksi bergerak melalui
berkas his dan kemudian ventrikel berkontraksi. Gerakan jantung terdiri atas
dua jenis yaitu kontraksi atau sistol dan pengendoran atau diastol. Kontraksi
dari dua atrium terjadi serentak dan disebut sistol atrial. Seupa dengan itu
kontraksi dan pengenduran vetrikel disebut juga sistol atau diastol
ventrikuler (Pearce, 2002:125).
Denyut nadi adalah gelombang yang teraba pada arteri akibat dari
darah dipompa oleh jantung . Denyut nadi merupakan frekuensi perputaran
banyaknya peredaran darah ke jantung dan diukur untuk menentukan
frekuensi denyut jantung 2. Denyutnadi digunakan untuk parameter fungsi
tubuh manusia, yang berkisar antara 60-100 denyut permenit. Orang yang
mempunyai frekuensi denyut nadi di bawah 60 denyut permenit bagi orang
terlatih menunjukkan efektifitas dari jantung dalam memompa darah,
sedangkan denyut nadi istirahat melebihi 100 denyut permenit adalah
kemampuan

jantung

memompa

darahlemah

yang

menggambarkan

terganggunya kondisi fisik seseorang 2. Semakin tinggi denyut nadi


seseorang, menunjukkan semakin berat kerja jantung. Jika ini terjadi terus
menerus, maka dipastikan bahwa produktivitas kerja akan menurun. Juga
dijelaskan bahwa denyut nadi dipengaruhi oleh aktivitas fisik. Aktivitas fisik
meningkat, aliran darah yang melalui paru meningkat empat sampai tujuh
kali lipat. Efektivitas pompa jantung tiap denyut jantung 40 sampai 50
persen lebih besar pada orang yang terlatih daripada orang yang tidak terlatih
(Sandi, I Nengah, 2013).
Tekanan Darah adalah jumlah tenaga darah yang ditekan terhadap
dinding Arteri (pembuluh nadi) saat Jantung memompakan darah ke seluruh
tubuh manusia. Tekanan darah merupakan salah satu pengukuran yang
penting dalam menjaga kesehatan tubuh, karena Tekanan darah yang tinggi

atau Hipertensi dalam jangka panjang akan menyebabkan perenggangan


dinding arteri dan mengakibatkan pecahnya pembuluh darah. Pecahnya
pembuluh darah inilah yang menyebabkan terjadinya Stroke. Terdapat 2
(dua) pengukuran penting dalam Tekanan darah, yaitu Tekanan Sistolik dan
Tekanan Diastolik. Tekanan Sistolik (Systolic Pressure) adalah Tekanan
Darah saat Jantung berdetak dan memompakan darah.Tekanan Diastolik
(Diastolic) adalah Tekanan darah saat Jantung beristirahat di antara detakan
(Prameswari, 2013).
Terkait keberadaan alat pemantau tekanan darah, sekarang ini, sudah
dijumpai beragam metode pengukuran tekanan darah, baik secara non invasif
(alat di luar organ) maupun invasif (alat di dalam organ). Metode pemantauan
tekanan darah secara non invasif yang paling populer saat ini adalah
Sphygmomanometer, dan dikembangkan secara elektronik pada ibujari pasien
[2,3,4]. Metode ini praktis, namun memberikan ralat besar (orde 10%) sehingga
hanya baik untuk pemantau tekanan darah bagi orang sehat. Metode invasif
dilakukan dengan memasukkan sensor tekanan pada pembuluh darah pasien.
Metode ini tidak praktis, tetapi lebih presisi dan cocok untuk diterapkan pada
pasien yang sakit keras. Selanjutnya, perlu diperkenalkan metode pemantau
tekanan darah yang lain, bersifat non invasif, dalam keadaan darah mengalir,
walau demikian yang dikerjakan penulis masih dalam bentuk modelnya (Jati,
et.al . 2013)

IV.

METODE PENELITIAN
IV.1
Alat dan Bahan
IV.1.1 Alat:
- Tensimeter (sphygmomanometer)
-Stetoskop
-Stopwatch
-Meja dan Bangku

IV.1.2 Bahan:

-Praktikan

IV.2
Cara Kerja
a) Mengukur Tekanan darah
Memasang manset udara pada lengan probandus

Menempatkan stetoskop di telinga


Memastikan stetoskop dalam kondisi On
Mencari Arteri Brankhialis di bagian siku probandus
Meletakkan stetoskop pada arteri brankhialis probandus
Memastikan kantung tekanan pada posisi tertutup

Memompa kantung tekanan hingga 160 mmHg


Mendengarkan dan menandai bunyi pertama (Sistole) dan
kedua (Diastole) yang terdengar
Membuka kantung tekanan secara perlahan

Membuka kantung tekanan hingga menunjukkan angka nol

Mengulangi semua langkah dan dilakukan saat probandus


selesai berlari selama 5 menit
b) Menghitung denyut Nadi
Menempatkan jari telunjuk dan jari tengah pada pergelangan
tangan
Merasakan denyut nadi serta menghitungnya selama 60 detik

Melakukan pertihungan kembali setelah probandus berlari


selama 5 menit

V.

HASIL PENGAMATAN

VI.

PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini membahas tentang sistem kardiovaskuler, dengan
tujuan mengetahui cara mengukur tekanan darah dan denyut nadi serta
faktor-faktor yang mempengaruhinya. Alat yang digunakan adalah
tensimeter yaitu fungsinya sebagai alat pengukur tekanan darah, meliputi
tensimeter air raksa, tensimeter digital, dan tensimeter clock. Selain itu juga
digunakan stopwatch sebagai pengukur waktu saat pengukuran denyut nadi.
Pengukuran tekanan darah dilakukan dengan cara auskultasi yaitu
mendengarkan suara yang di produksi oleh tubuh melalui stetoskop,
semetara pengukuran denyut nadi dilakukan dengan cara palpasi

yaitu

menyentuk, merasakan serta meraba struktur dengan ujung-ujung jari. Bahan


yang digunakan adalah probandus sebagai objek pengukuran tekanan darah
dan denyut nadi.
Kardiovaskuler terdiri dari dua suku kata yaitu cardiac dan vaskuler.
Cardiac yang berarti jantung dan vaskuler yang berarti pembuluh darah.
Dalam hal ini mencakup sistem sirkulasi darah yang terdiri dari jantung ,
komponen darah dan pembuluh darah. Pusat peredaran darah atau sirkulasi
darah ini berawal dijantung, yaitu sebuah pompa berotot yang berdenyut
secara ritmis dan berulang 60-100x/menit. Setiap denyut menyebabkan darah
mengalir dari jantung, ke seluruh tubuh dalam suatu jaringan tertutup yang
terdiri atas arteri, arteriol, dan kapiler kemudian kembali ke jantung melalui
venula dan vena.
Denyut nadi adalah denyutan arteri dari gelombang darah yang mengalir
melalui pembuluh darah sebagai akibat dari denyutan jantung. Denyut nadi
sering diambil di pergelangan tangan untuk memperkirakan denyut jantung.
Denyut nadi dapat dengan mudah diperiksa dengan jari tangan atau dengan
cara palpasi, disamping itu dapat pula ditentukan dengan menggunakan
peralatan elektronik yang sederhana maupun yang modern.Pemeriksaan
denyut nadi dan pengukuran tekanan darah merupakan faktor yang dapat
dipakai sebagai indicator untuk meilai system kardiovaskuler.
Detak jantung atau juga dikenal dengan denyut nadi adalah tanda penting
dalam bidang medis yang bermanfaat untuk mengevaluasi dengan cepat
kesehatan atau mengetahui kebugaran seseorang secara umum. Mengukur
denyut nadi di pergelangan tangan Cara mengukur denyut nadi di

pergelangan tangan sangatlah mudah. Tempatkan telunjuk dan jari tengah di


bawah pergelangan tangan secara berlawanan lalu tekan datar dengan jari
sampai Anda merasakan denyut nadi. Sementara itu untuk Mengukur denyut
nadi di leher Caranya adalah dengan menempatkan telunjuk dan jari tengah
di sisi jakun dengan lembut. Jangan menekannya terlalu kuat karena akan
menyebabkan pasien kesulitan dalam bernafas. Cukup tekan hingga Anda
menemukan bagian rongga dan tekan perlahan hingga Anda merasakan
denyut nadi.Hal yang perlu diperhatiikan adalah jangan menekan denyut
nadi di kedua sisi leher karena hal tersebut akan membuat aliran darah ke
otak menjadi terhambat dan menyebabkan pusing dan pingsan.
Denyut nadi normal pada bayi bayi usia 0 - 1 bulan = 70 - 190 denyut per
menit.
Denyut nadi normal pada bayi usia 1 - 11 bulan = 80 - 160 denyut per menit.
Denyut nadi normal pada anak anak usia 1 - 2 tahun = 80 - 130 denyut per
menit. Denyut nadi normal pada anak anak usia 3 - 4 tahun = 80 - 120
denyut per menit. Denyut nadi normal pada anak anak usia 5 - 6 tahun = 75 115 denyut per menit. Denyut nadi normal pada anak anak usia 7 - 9 tahun =
70 - 110 denyut per menit. Denyut nadi pada remaja, orang tua dan manula:
60 - 100 denyut per menit.Denyut nadi atlet = 40 - 60 denyut per menit.
Tekanan darah adalah daya dorong ke semua arah pada seluruh
permukaan yang tertutup pada dinding bagian dalam jantung dan pembuluh
darah. Aksi pemompaan jantung memberikan tekanan yang mendorong
darah melewati pembuluh-pembuluh. Darah mengalir melalui system
pembuluh tertutup karena ada perbedaan tekanan atau gradien tekanan antara
ventrikel kiri dan atrium kanan.
Sistole dan diastole merupakan dua periode yang menyusun satu siklus
jantung. Diastole adalah kondisi relaksasi, yakni saat jantung terisi oleh darah
yang kemudian diikuti oleh periode kontraksi atau sistole. Satu siklus jantung
tersusun atas empat fase yaitu,
1. Pengisian ventrikel (ventricular filling)
Adalah fase diastolik, saat ventrikel mengembang dan tekanannya turun
dibandingkan dengan atrium. Pada fase ini, ventrikel terisi oleh darah dalam tiga
tahapan, yakni pengisian ventrikel secara cepat, diikuti dengan pengisian yang

lebih lambat (diastasis), hingga kemudian proses diakhiri dengan sistole atrial.
Hasil akhir diperoleh EDV (End Diastolic Volume), yang merupakan volume
darah total yang mengisi tiap ventrikel, besarnya kurang lebih 130 mL.
2. Kontraksi isovolumetrik (isovolumetric contraction)
Mulai fase ini, atria repolarisasi, dan berada dalam kondisi diastole
selama sisa siklus. Sebaliknya, ventrikel mengalami depolarisasi dan mulai
berkontraksi. Tekanan dalam ventrikel meningkat tajam, namun darah masih
belum dapat keluar dari jantung dikarenakan tekanan pada aorta (80 mmHg) dan
pulmonary trunk (10 mmHg) masih lebih tinggi dibandingkan tekanan ventrikel,
serta masih menutupnya keempat katup jantung. Dalam fase ini, volume darah
dalam ventrikel adalah tetap, sehingga dinamakan isovolumetrik.
3. Pompa ventrikuler (ventricular ejection)
Pompa darah keluar jantung dimulai ketika tekanan dalam ventrikel
melampaui tekanan arterial, sehingga katup semilunaris terbuka. Harga tekanan
puncak adalah 120 mmHg pada ventrikel kiri dan 25 mmHg pada ventrikel
kanan. Darah yang keluar jantung saat pompa ventrikuler dinamakan Stroke
Volume (SV), yang besarnya sekitar 54% dari EDV. Sisa darah yang tertinggal
disebut End Systolic Volume (ESV); dengan demikian SV = EDV ESV.
4. Relaksasi isovolumetrik (isovolumetric relaxation)
Awal dari diastole ventrikuler, yakni saat mulai terjadinya repolarisasi. Fase
ini juga disebut sebagai fase isovolumetrik, karena katup AV belum terbuka dan
ventrikel belum menerima darah dari atria. Maka yang dimaksud dengan tekanan
sistole adalah tekanan puncak yang ditimbulkan di arteri sewaktu darah dipompa
ke dalam pembuluh tersebut selama kontraksi ventrikel, sedangkan tekanan
diastole adalah tekanan terendah yang terjadi di arteri sewaktu darah mengalir ke
pembuluh hilir sewaktu relaksasi ventrikel. Selisih antara tekanan sistole dan
diastole, ini yang disebut dengan blood pressure amplitude atau pulse pressure .
Dalam mengukur tekanan darah, terdapat 3 jenis tensimeter yang digunakan,
yaitu tensimeter air raksa, tensmeter digital dan tensimeter clock. Tensimeter raksa
adalah alat pengukur tekanan darah yang berbahan dasar raksa sebagai indikator
pengukuran. Tensimeter jenis ini memiliki keunggulan pada tingkat akurasi yang sangat
bagus. Paling bagus dibandingkan tensimeter jenis lainnya. Pada umumnya tingkat

keakuratan alat kesehatan manual jauh lebih tinggi dari pada yang digital. Demikian
juga dengan tensimeter. Mungin itulah sebabnya kenapa tensimeter manual lebih
disukai oleh para tenaga medis.Namun, menggunakan tensimeter ini harus sangat
berhati-hati. Jika salah dalam menggunakan bisa berbahaya untuk kesehatan, bahkan
menyebabkan kematian akibat keracunan logam berat merkuri.Radiasi logam berat alat
ini kemungkinan bisa timbul akibat kebocoran pada tabung raksa. Air raksa keluar dan
terhirup oleh manusia. Kebocoran ini bisa terjadi akibat kelalaian atau faktor lain yang
menyebabkan tabung penampung dan penguapan air raksa mengalami keretakan atau
pecah.
Tensimeter digital merupakan alat kesehatan yang berfungsi untuk mengukur
tekanan darah yang bekerja secara digital (otomatis). Tensimeter digital memiliki
beberapa keunggulan, yaitu:

Aman, karena tidak menggunakan air raksa yang berisiko radiasi logam berat.

Praktis, hasil pengukuran langsung ditampilkan pada layar digital.

Multifitur, alat ini biasanya dilengkapi juga dengan beragam fitur lain yang
bermanfaat. Seperti grafik tekanan darah (apakah darah normal atau tidak?) dan fitur
irreirreguler heart beat.

Tidak perlu pelatihan khusus untuk menggunakannya, karena cara penggunaan


tidak jauh beda dengan tensimeter air raksa.
Namun demikian, perlu kita ketahui juga bahwa tensimeter digital juga memiliki

kelemahan dimana tingkat akurasinya pengukuran lebih rendah dari pada tensimeter
raksa. Akurasi pengukuran pada tensimeter digital ini dipengaruhi oleh banyak faktor
diantaranya kondisi baterai (daya), usia pemakaian (semakin lama pemakaian semakin
menurun tingkat akurasi) dan teknologi produk. Oleh karena itu kalibrasi secara berkala
perlu dilakukan. Dan untuk proses kalibrasi digunakan tensimeter air raksa.
Tensimeter Aneroid atau biasa dikenal dengan nama Tensimeter Jarum atau clock
merupakan salah satu jenis alat pengukur tekanan darah secara manual. Tensimeter
Aneroid umumnya terdiri dari meteran pengukur tekanan, balon pompa, serta selang
yang tersambung ke manset. Hasil pengukuran dapat diketahui dari angka yang
ditunjukkan oleh jarum pada meteran yang berbentuk bulat.Kelebihan dari penggunaan

Tensimeter Aneroid adalah bentuknya yang ringkas, sehingga mudah untuk dibawa
bepergian, serta akurasi hasil pengukuran yang tinggi.
Dari ketiga jenis tensimeter yang digunakan, tensimeter yang paling
tinggi akurasinya adalah tensimeter air raksa, di susul tensimeter clock dan
tensimeter digital. Meskipun tergolong tensimeter paling konvensional namun
tensimeter air raksa tetap memiliki tingkat akurasi tertinggi. Meskipun diluar negeri
sudah dilarang penggunaanya namun tensimeter ini tetap menjadi favorit para pelaku
medis.
Sementara itu Pemeriksaan tekanan darah sebaiknya dilakukan dalam posisi
duduk dengan siku lengan menekuk di atas meja dengan posisi telapak tangan
menghadap ke atas dan posisi lengan sebaiknya setinggi jantung . Sebaiknya sebelum
dilakukan pemeriksaan pastikan kandung kemih anda kosong dan hindari konsumsi
kopi, alkohol dan rokok, karena semua hal tersebut akan meningkatkan tekanan
darah dari nilai sebenarnya. Sebaiknya istirahat duduk dengan tenang selama 5
menit sebelum pemeriksaan dan jangan berbicara saat pemeriksaan. Tenangkan
pikiran anda, karena pikiran yang tegang dan stress akan meningkatkan tekanan
darah. Langkah-langkah mengukur tekanan darah yang benar adalah sebagai berikut:
1. Pasanglah manset pada lengan atas , dengan batas bawah manset 2 3 cm dari lipat siku dan perhatikan posisi pipa manset yang akan
menekan tepat di atas denyutan arteri di lipat siku ( arteri brakialis)
2. Letakkan stetoskop tepat di atas arteri brakialis
3. Rabalah pulsasi arteri pada pergelangan tangan (arteri radialis)
4. Pompalah manset hingga tekanan manset mencapai 30 mmHg setelah
pulsasi arteri radialis menghilang.
5. Bukalah katup manset dan tekanan manset dibirkan menurun
perlahan dengan kecepatan 2-3 mmHg/detik
6. Bila bunyi pertama terdengar , ingatlah dan catatlah sebagai tekanan
sistolik.
7. Bunyi terakhir yang masih terdengar dicatat sebagai tekanan diastolik
8. Turunkan tekanan manset sampai 0 mmHg, kemudian lepaskan
manset.

Ketika manset diikatkan pada lengan, inflasi dari kantong karet memampatkan
jaringan bawah manset. Jika kantong karet membengkak untuk tekanan yang melebihi
nilai puncak gelombang nadi, arteri terus melemah dan tidak ada gelombang pulsa yang
bisa teraba di arteri perifer. Jika tekanan dalam spontan secara bertahap dikurangi, suatu
titik akan tercapai di mana terdapat gelombang pulsa sedikit melebihi tekanan pada
jaringan sekitarnya dan dalam kantong karet. Pada tingkat itu, denyut nadi menjadi
teraba dan tekanan yang ditunjukkan pada manometer air raksa adalah ukuran dari nadi
puncak atau tekanan sistolik.
Aliran

darah mengalir melalui arteri di bawah manset dengan cepat dan

mempercepat kolom darah di cabang arteri perifer, menghasilkan turbulensi dan suara
khas, yang dapat didengar melalui stetoskop. Sebagian tekanan dalam manset dikurangi
lebih lanjut. Perbedaan antara tekanan sistolik dan tekanan manset semakin melebar dan
arteri terbuka selama beberapa waktu. Secara umum, jumlah darah bergelombang di
bawah manset juga sama meningkatnya, dan suara jantung melalui stetoskop cenderung
mengeras. Ketika tekanan dalam manset turun di bawah tekanan minimal gelombang
nadi, arteri tetap terbuka terus menerus dan suara yang dipancarkan menjadi teredam
karena darah terus mengalir dan derajat percepatan darah oleh gelombang pulsa tibatiba dikurangi. Pada masih rendah manset tekanan, suara hilang sama sekali sebagai
aliran laminar dan aliran darah menjadi normal kembali . Adapun bunyi yang didengar
saat auskultasi pemeriksaan tekanan darah disebut dengan bunyi korotkoff, yakni bunyi
yang ditimbulkan karena turbulensi aliran darah yang ditimbulkan karena oklusi parsial
dari arteri brachialis.
Dari hasil pengukuran tekanan darah dan denyut nadi saat praktikum didapat
hasil sebagai berikut:
1. Muhammad efendi yang berjenis kelamin laki- laki serta usia 21 tahun, dari
hasil pengukuran tekanan darah menggunakan tensimeter digital didapat
hasil, sebelum berlari denyut nadinya 70/menit dan tekanan darahnya 92/58
mmHg. Setelah berlari denyut nadinya menjadi 79/menit dan tekanan
darahnya menjadi 135/121 mmHg.
2. Hany F.R yang berjenis kelamin perempuan serta usia 21 tahun, dari hasil
pengukuran tekanan darah menggunakan tensimeter clock didapat hasil,
sebelum berlari denyut nadinya 63 /menit dan tekanan darahnya 120/80

mmHg. Setelah berlari denyut nadinya menjadi 102/menit dan tekanan


darahnya menjadi 140/90 mmHg.
3. Ervan Prasetyo yang berjenis kelamin laki- laki serta usia 22 tahun, dari hasil
pengukuran tekanan darah menggunakan tensimeter digital didapat hasil,
sebelu mberlari denyut nadinya 91/menit dan tekanan darahnya 110/68
mmHg. Setelah berlari denyut nadinya menjadi 95/menit dan tekanan
darahnya menjadi 146/83 mmHg.
4. Cici Risky Y. yang berjenis kelamin perempuan serta usia 21 tahun, dari
hasil pengukuran tekanan darah menggunakan tensimeter air raksa didapat
hasil, sebelum berlari denyut nadinya 82 /menit dan tekanan darahnya 90/60
mmHg. Setelah berlari denyut nadinya menjadi 103/menit dan tekanan
darahnya menjadi 110/60 mmHg.
5. Elok Nur Faiqoh yang berjenis kelamin perempuan serta usia 21 tahun, dari
hasil pengukuran tekanan darah menggunakan tensimeter air raksa didapat
hasil, sebelum berlari denyut nadinya 100/menit dan tekanan darahnya
100/80 mmHg. Setelah berlari denyut nadinya menjadi 120/menit dan
tekanan darahnya menjadi 110/80 mmHg.
6. Sandi Pradipta yang berjenis kelamin laki- laki serta usia 21 tahun, dari hasil
pengukuran tekanan darah menggunakan tensimeter digital didapat hasil,
sebelu mberlari denyut nadinya 88/menit dan tekanan darahnya 123/82
mmHg. Setelah berlari denyut nadinya menjadi 116/menit dan tekanan
darahnya menjadi 130/72 mmHg.
7. Zakyah yang berjenis kelamin perempuan serta usia 20 tahun, dari hasil
pengukuran tekanan darah menggunakan tensimeter clock didapat hasil,
sebelum berlari denyut nadinya 74 /menit dan tekanan darahnya 100/80
mmHg. Setelah berlari denyut nadinya menjadi 124/menit dan tekanan
darahnya menjadi 100/70 mmHg.
8. Maya Umi H. yang berjenis kelamin perempuan serta usia 20 tahun, dari
hasil pengukuran tekanan darah menggunakan tensimeter air raksa didapat
hasil, sebelum berlari denyut nadinya 73/menit dan tekanan darahnya 118/74
mmHg. Setelah berlari denyut nadinya menjadi 88/menit dan tekanan
darahnya menjadi 130/90 mmHg.

Dari data diatas diketahui denyut nadi dan tekanan darah setiap orang berbeda.
Hal itu disebabkan adanya faktor-faktor yang mempengaruhi denyut nadi dan tekanan
darah. Faktor faktor tersebut adalah:
a. Pengaruh perubahan posisi tubuh
Seperti halnya benda yang dijatuhkan dari ketinggian tertentu,
aliran darah pun akan semakin cepat mengalir bila posisi seseorang
sedang berdiri, artinya tekanan darah tidak hanya berhubungan dengan
aliran dan resistansi, tapi juga gravitasi. Berbeda jika posisi seseorang
sedang berbaring, dimana gravitasi dapat diabaikan. Pada orang yang
berdiri, terjadi perbedaan tekanan kardiovaskular antara jantung dengan
bagian tubuh yang tidak selevel dengan jantung. Pada gambar B, semua
tekanan intravaskular di kaki meningkat sekitar 90 mmH (arteri dan
vena). Hal ini karena gravitasi itu memberikan efek yang sama terhadap
tekanan arteri dan vena pada satu level.
b. Pengaruh olahraga
Olahraga
mempengaruhi

fisik
sistem

merupakan

faktor

kardiovaskuler.

penting

Perubahan

yang

dapat

tersebut

juga

dipengaruhi tipe olahraga fisik (apakah dominan olahraga dinamikritmik-isotonik atau statik-isometrik), intensitas dan durasi olahraga,
umur individu, dan tingkat kebugaran individu. Keadaan sistem
kardiovaskular yang berubahan yang terjadi pada remaja normal yang
tidak terlatih dalam merespon olahraga dinamik seperti berlari dapat
dilihat pada gambar 3. Perhatikan bahwa denyut jantung dan curah
jantung sangat meningkat selama olahraga dan tekanan arteri rata-rata
serta tekanan darah juga meningkat secara signifikan. Perubahan ini
memperlihatkan kebutuhan metabolik otot rangka dengan meningkatkan
aliran darah ke otot rangka.Sebagai tambahan, otot yang berkontraksi
dapat mengkompresi pembuluh darah jika kontraksinya melebihi 10%
tegangan maksimum. Jika tegangan lebih dari 70%, maka aliran darah
akan terhenti sama sekali.Namun diantara kontraksi, aliran darah akan
sangat meningkat sehingga aliran darah per satuan waktu di suatu otot
yang berkontraksi secara ritmik meningkat hingga 30 kali lipat.3

c. Pengaruh Umur
Variabel usia juga mempengaruhi sistem kardiovaskular. Neonatus
normal memiliki denyut jantung istirahat (resting heart rate) yang tinggi
(rata- rata 140/menit) dan tekanan darah arteri yang rendah (rata- rata
60/35 mmHg). Perubahan yang cepat terjadi hingga tahun pertama, yaitu
denyut

jantung

120/menit

dan

tekanan

darah

arteri

100/65

mmHg. Perubahan juga terjadi pada pembuluh darah, diantaranya


berkurangnya densitas kapiler di beberapa jaringan dan meningkatnya
total resisten pembuluh darah perifer. Perubahan- perubahan ini
menyebabkan peningkatan tekanan darah arteri dan tekanan darah arteri
rata- rata. Perubahan tekanan darah yang diinduksi oleh baroreseptor
arterial akan berkurang fungsinya seiring bertambahnya usia. Hal ini
dikarenakan berkurangnya akitivitas aferen dari baroreseptor arterial
karena kekakuan arteri (arterial rigidity) yang meningkat. Selain itu,
jumlah norepinefrin yang bekerja di saraf simpatis juga akan berkurang
semakin bertambahnya umur.
d. Pengaruh Jenis Kelamin
Pengaruh perbedaan jenis kelamin terhadap sistem kardiovaskular
hanya sedikit didokumentasikan. Perempuan yang premenopause
memiliki masa ventrikel kiri yang lebih kecil dibandingkan dengan
laki-laki pada umur yang sama, yang berarti, merefleksikan cardiac
afterload yang lebih rendah. Hal ini terjadi akibat tekanan darah
arterial yang rendah, aortic compliance lebih besar, dan kemampuan
untuk

menginduksi

vasodilator

lebih

tinggi.

Perbedaan

ini

diperkirakan dihubungkan dengan efek protekif dari estrogen dan


dapat menurunkan risiko penyakit kardiovaskular pada perempuan
premenopause. Setelah menopause, perbedaan tersebut tidak berarti
lagi, karena kenyataannya pada perempuan tua dengan penyakit
jantung iskemi sering menunjukkan prognosis yang lebih buruk
dibandingkan laki-laki. Terdapat juga perbedaan yang dihubungkan
dengan jenis kelamin dalam hal elektrik kardia. Yaitu pada
perempuan memiliki denyut jantung intrinsik yang lebih rendah dan
interval QT yang lebih panjang dibanding laki-laki. Perempuan

seperti itu lebih memiliki risiko yang besar berkembang menjadi


sindrom QT panjang dan torsades de pointes. Selain itu, perempuan
juga memiliki risiko dua kali lebih besar dibanding laki-laki
dalam atrioventrikular nodal re-entry tachycardias.Akan tetapi, yang
perlu digaris bawahi adalah bahwa dalam proses fisiologik
kardiovaskular yang paling dasar, tidak terlalu dipengaruhi oleh
perbedaan jenis kelamin. Jadi, individu yang berbeda memiliki
respon dasar fisiologis yang sama.
e. Pengaruh Aktivitas Respirasi
Aktivitas fisik yang berhubungan dengan inspirasi dan ekspirasi
mempunyai efek yang besar pada aliran darah balik dan curah jantung
(cardiac output). Selama inspirasi normal, tekanan intratoraks berkisar 7
mmHg,

dimana

diafragma

berkontraksi

dan

rongga

dada

mengembang.1 Tekanan ini meningkat dengan jumlah yang sama selama


ekspirasi. Selama pernapasan berlangsung, tidak hanya pergerakan udara
keluar masuk paru yang terjadi, namun tekanan yang dihasilkan juga
ditransmisikan ke dinding- dinding vena besar di rongga dada dan
mempengaruhi aliran balik vena dari perifer ke jantung. Fenomena ini
disebut juga pompa respirasi (respiratory pump).Selama inspirasi,
tekanan intratoraks berkurang sehingga tekanan di vena sentral juga
berkurang. Hal ini menyebabkan aliran balik vena (vena return) dan
volume vena sentral meningkat sehingga pengisian jantung kanan
meningkat.

Sesuai

hukum

Starling,

keadaan

ini

juga

meningkatkan stroke volume dan cardiac output di jantung kiri. Hal ini
akan meningkatkan tekanan darah arteri dan merangsang baroreseptor
arterial. Proses inspirasi yang mengurangi tekanan intratoraks juga
merangsang baroreseptor di pembuluh darah dan dinding jantung.
Rangsangan

yang

mengaktivasimedullary

diterima

oleh

cardiovascular

kedua

reseptor

centers untuk

akan

menurunkan

tekanan darah yaitu dengan meningkatkan kerja parasimpatis dan


menurunkan kerja simpatis.
f. Pengaruh Akselerasi
Gaya yang bekerja pada tubuh sebagai akibat akselerasi sering
dinyatakan dalam satuan g, yaitu 1 g adalah gaya gravitasi pada

permukaan bumi. G positif adalah gaya akibat percepatan yang


bekerja pada sumbu tubuh longitudinal, dari kepala sampai kaki;
Sedangkan g negatif adalah gaya akibat akselerasi yang bekerja pada
arah yang berlawanan. Ketika terpajan oleh g posistif, darah
terlempar ke bagian bawah tubuh. Tekanan arteri di kepala
berkurang, begitu juga dengan tekanan intrakranial dan vena dan hal
ini menyebabkan penurunan aliran ke kepala. Curah jantung
dipertahankan untuk beberapa saat karena darah diambil dari
cadangan vena pulmonalis dan karena daya kontraksi jantung
menguat. Namun pada percepatan melebihi 5 g, pengelihatan akan
menjadi gelap dalam waktu sekitar 5 detik, sebelum kemudian
kehilangan kesadaran. Efek g positif dapat bekerja secara efektif jika
digunakan baju antigravitasi yang dapat memberikan gaya yang
setara dengan g posistif. Hal ini mengurangi pengumpulan darah di
vena. Besaran g negatif menyebabkan peningkatan curah jantung,
tekanan arteri serebrum, kongesti berat pada pembuluh kepala dan
leher, ekimosis di sekitar mata, nyeri berdenyut yang berat pada
kepala, dan akhirnya gangguan mental. Walaupun terjadi peningkatan
hebat pada tekanan arteri serebrum, pembuluh di otak tidak robek
karena biasanya terjadi peningkatan tekanan intrakranial sehingga
menujang dinding pembuluh. Toleransi terhadap gaya g yang
menembus tubuh jauh lebih besar dibandingkan terhadap g
longitudinal. Manusia dapat mentoleransi 11 g yang bekerja dengan
arah penggung ke dada selama 3 menit dan 17 g yang bekerja dengan
arah dada ke punggung selama 4 menit.
Selain faktor yang sudah disebutkan diatas, diketahui dari hasil praktikum bahwa
setelah melakukan aktivitas lari maka denyut nadi dan tekanan darah pada praktikan
mengalami kenaikan. Peningkatan denyut nadi yang signifikan ini merupakan hasil
dari respon kardiovaskular terhadap adanya kontraksi otot. Kerja ini juga berfungsi
untuk mengangkut O2 yang dibutuhkan oleh otot untuk melakukan kontraksi selama
latihan. Pada latihan fisik akan terjadi perubahan pada sistem cardiovaskular yaitu
peningkatan curah jantung dan redistribusi darah dari organ yang kurang aktif ke

organ yang aktif. Peningkatan curah jantung ini dilakukan dengan meningkatkan isi
sekuncup dan denyut jantung10. Disaat melakukan latihan fisik maka otot jantung
akan mengkonsumsi O2 yang ditentukan oleh faktor tekanan dalam jantung selama
kontraksi sistole. Ketika tekanan meningkat maka konsumsi O2 ikut naik pula.
Konsumsi O2 oleh otot jantung ini dapat dihitung dengan mengalikan denyut nadi
dan tekanan darah sistolik.
Pemeriksaan tekanan darah dan palpasi banyak dilakukan ditangan kiri karena
tangan kiri jarang di gunakan untuk aktivitas berat. Selain itu jantung juga berada di
rongga kiri tubuh, sehingga suara akan lebih mudah terdengar. Selain itu pada tangan
kiri jarang terdengar suara bising yang mengganggu pengukuran.
VII.

PENUTUP
VII.1
Kesimpulan
Pengukuran tekanan darah dilakukan dengan cara auskultasi yaitu
mendengarkan suara yang di produksi oleh tubuh melalui stetoskop dan
tensimeter, semetara pengukuran denyut nadi dilakukan dengan cara
palpasi

yaitu menyentuh, merasakan serta meraba struktur dengan

ujung-ujung jari. Faktor yang mempengaruhi denyut nadi dan tekanan


darah adalah, posisi tubuh, aktivitas tubuh, umur, jenis kelamin, respirasi
tubuh dan akselerasi.
VII.2
Saran
Sebaiknya jumlah tensimeter di laboratorium di tambah, supaya setiap
praktikan mendapat kesempatan melakukan pengukuran pada saat
praktikum sistem kardiovaskuler.

DAFTAR PUSTAKA
Ganong,W.F.2005. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 22. Jakarta: EGC
Jati, B.M.E., Kusminarto, SU Bambang A., Irawan, B. 2013. Sistem Monitor Tekanan
Darah Arteri Pada Lengan Dengan Metode Nmr (Dalam Bentuk Model). Jurnal
Fisika Indonesia. Vol. 17(51):2-4

Pearce, Evelin C. 2002. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama.
Prameswari, T.S., Khairun Nisa. 2013. Perbedaan Tekanan Darah Sistolik Dan Diastolik
Setelah Gilir Jaga Malam Pada Mahasiswa Kepaniteraan Klinik Di RSUD Dr. H.
Abdul Moeloek Bandar Lampung. Jurnal Medical. Vol. 2 (4): 1-8
Sandi, Nengah I. 2013. Hubungan Antara Tinggi Badan, Berat Badan, Indeks Massa
Tubuh, Dan Umur Terhadap Frekuensi Denyut Nadi Istirahat Siswa Smkn-5
Denpasar. Jurnal Olahraga dan Kebugaran. Vol.1 (1):38-44

LAPORAN PRAKTIKUM ANATOMI DAN FISIOLOGI MANUSIA


SISTEM KARDIOVASKULER

OLEH :
NAMA

: ADHA QIFTIYATUL M

NIM

: 120210103020

KELAS

:A

KELOMPOK

:1

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2015

Anda mungkin juga menyukai