Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN

(Menometrorhagia)
Oleh: M. Syaiful Islam, S. Kep.

A; TINJAUAN TEORI
1; Pengertian
Menometroragia adalah perdarahan yang banyak, di luar siklus haid dan biasanya
terjadi dalam masa antara 2 haid, perdarahan itu tampak terpisah dan dapat dibedakan
dari haid atau 2 jenis perdarahan ini menjadi 1 yang pertama dinamakan metroragia yang
kedua menometroragia (Widjarnako, 2009). Menometroragia adalah perdarahan rahim
yang berlebihan dalam jumlah dan lamanya perdarahan, dapat terjadi dalam periode
menstruasi maupun di antara periode menstruasi (Rika, 2009).
Menometroragia adalah perdarahan yang terjadi antara masa 2 haid yang dapat
disebabkan oleh kelainan organik pada alat genital atau oleh kelainan fungsional
(Prawirohrdjo, 2007). Menometroragia adalah perdarahan saat menstruasi yang
berlangsung terus / panjang dan dengan jumlah darah yang lebih banyak (Manuaba,
2010).
Dari beberapa pengertian tersebut diatas maka dapat disimpulkan bahwa
menometroragia adalah suatu keadaan dimana terjadi perdarahan diluar haid yang
berlangsung lama serta dengan jumlah darah yang lebih banyak.
2; Penyebab (Etiologi)
Prawirohardjo (2007), etiologi dari menometroragia antara lain:
1. Sebab sebab Organik
Perdarahan dari uterus,tuba dan ovarium disebabkan oleh kelainan pada :
a; Servik uteri : Karsinoma partiom, perlukaan serviks, polip servik, erosi pada
portio, ulkus portio uteri.
b; Vagina : Varices pecah, metostase kario, karsinoma keganasan vagina,
karsinoma vagina.

c; Rahim : polip endometrium, karsinoma korpus uteri, submukosa mioma uteri.


d; Ovarium : radang ovarium, tumor ovarium, kista ovarium
e; Tuba fallopii, seperti kehamilan ektopik terganggu, radang tuba, tumor tuba.
2. Sebab sebab disfungsional
Perdarahan uterus yang tidak ada hubungannya dengan sebab organik.
Perdarahan disfungsional terbagi menjadi 3 bentuk :
Perdarahan uterus yang tidak ada hubungannya dengan sebab organik.
Perdarahan disfungsional terbagi menjadi 3 bentuk :
a.

Perdarahan disfungsional dengan ovulasi (ovulatoir disfunction

bleeding).

Jika sudah dipastikan bahwa perdarahan berasal dari endometrium tanpa ada
sebab - sebab organik, maka harus diperhatikan sebagai etiologi.
Korpus lutheum persistens dalam hal ini dijumpai perdarahan kadang-kadang
bersamaan dengan ovarium yang membesar korpus lutheum ini menyebabkan
pelepasan

endometrium

menimbulkan

tidak

perdarahan.

teratur

Insufisiensi

(irreguler
korpus

shedding)

lutheum

sehingga

menyebabkan

premenstrual spotting, menorhagia dan polimenorrea, dasarnya adalah


kurangnya produksi progesterone disebabkan oleh gangguan LH releasing
factor. Apapleksia uteri pada wanita dengan hipertensi dapat terjadi pecahnya
pembuluh darah dalam uterus. Kelainan darah seperti anemia, gangguan
pembekuan darah purpura trombosit openik.
b. Perdarahan disfungsional tanpa ovulasi (anovulatoir disfunctiond bleeding).
Stimulasi dengan estrogen menyebabkan tumbuhnya endometrium dengan
menurunnya kadar estrogen dibawah tingkat tertentu. Timbul perdarahan yang
kadang-kadang bersifat siklis, kadang-kadang tidak teratur sama sekali.
c. Stres psikologis dan komplikasi dari pemakaian alat kontrasepsi
3; Tanda dan gejala (Manifestasi Klinis)
1; Perdarahan ovulatoar
Perdarahan ini merupakan kurang lebih 10% dari perdarahan disfungsional
dengan siklus pendek (polimenorea) atau panjang

(oligomenorea). Untuk

mendiagnosis perdarahan ovulatoar perlu dilakukan kerokan pada masa mendekati

haid jika sudah di pastikan bahwa perdarahan berasal dari endometrium tipe sekresi
tanpa adanya sebab organik, maka harus dipikirkan sebagai etiologinya:
a; Korpus luteum persistens ; dalam hal ini dijumpai perdarahan kadang kadang
bersamaan dengan ovarium membesar. Sindrom ini harus dibedakan dari
kehamilan ektopik karena riwayat penyakit dan hasil pemeriksaan panggul sering
menunjukan banyak persamaan antara keduanya. Korpus luteum persisten dapat
pula menyebabkan pelepasan endometrium tidak teratur (irregular shedding).
Diagnosis irregular shedding dibuat dengan kerokan yang tepat pada waktunya,
yakni menurut Prawirohardjo (2007) pada hari ke-4 mulainya perdarahan. Pada
waktu ini dijumpai adanya endometrium dalam tipe sekresi disamping tipe non
sekresi.
b; Insufusiensi korpus luteum dapat menyebabkan premenstrual spotting, menoragia
atau polimenorea. Dasarnya adalah kurang produksi progesteron disebabkan oleh
gangguan LH (Luteiniozing hormon) releasing factor. Diagnosis dibuat apabila
hasil biopsi endometrial dalam fase luteal tidak cocok dengan gambaran
endometrium yang seharusnya didapat dari hari siklus yang bersangkutan.
c; Appoleksia uteri : pada wanita dengan hipertensi dapat terjadi pecahnya
pembuluh darah dalam uterus
d; Kelainan darah, seperti anemia, purpura trombositopenik dan gangguan dalam
mekanisme pembekuan darah.
2; Perdarahan anavulator
Stimulasi dengan estrogen menyebabkan tumbuhnya endometrium. Dengan
kadar estrogen dibawah tingkat tertentu, timbul perdarahan yang kadang-kadang
tidak teratur sama sekali. Fluktuasi kadar estrogen pada sangkut pautnya dengan
jumlah yang pada suatu waktu fungsional aktif. Folikel-folikel ini mengeluarkan
estrogen sebelum mengalami atresia, dan kemudian diganti dengan folikel-folikel
baru. Endometrium dibawah pengaruh estrogen tumbuh terus, dan dari endometrium
yang mula-mula proliferatif dapat terjadi endometrium bersifat hiperplasia kistik.
Jika gambaran itu dijumpai pada sedian yang diperoleh dengan kerokan, dapat
diambil kesimpulan bahwa perdarahan bersifat anavulatoar.
Walaupun perdarahan disfungsional dapat terjadi pada setiap waktu dalam

kehidupan menstrual seorang wanita, namun hal ini paling sering terdapat pada masa
pubertas dan masa pramenopause. Pada masa pubertas sesudah menarche ,
perdarahan tidak normal disebabkan oleh gangguan atau terlambatnya proses
maturasi pada hipotalamus, dengan akibat bahwa pembuatan realising factor dan
hormon gonadotropin tidak sempurna. Pada wanita dalam masa pramenopause
proses terhentinya fungsi ovarium tidak selalu berjalan lancar.
Bila masa pubertas kemungkinan keganasan kecil sekali ada harapan bahwa
lambat laun keadaan menjadi normal dan siklus haid menjadi avulatoar, pada seorang
wanita dewasa dan terutama dalam masa pramenopause dengan perdarahan tidak
teratur mutlak diperlukan kerokan untuk menentukan ada tidaknya tumor
ganas.perdarahan disfungsioanl dapat dijumpai pada penderit-penderita dengan
penyakit metabolik, penyakit endokrin, penyakit darah penyakit umum yang
menahun, tumor tumor ovarium, dan sebagainya.
Akan tetapi disamping itu, terdapat banyak wanita dengan perdarahan
disfungsional tanpa adanya penyakit-penyakit tersebut diatas. Dalam hal ini sters
yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari, baik didalam maupun diluar pekerjaan,
kejadian-kejadian yang mengganggu keseimbangan emosional seperti kecelakaan,
kematian dalam keluarga, pemberian obat penenang terlalu lama, dan lain-lain dapat
menyebabkan perdrahan anavulatoar (Prawirohardjo, 2007).
4; Patofisiologi
Menurut Prawirohardjo (2005), Schrder pada tahun 1915, setelah penelitian
pada uterus dan ovarium pada waktu yang sama, menarik kesimpulan bahwa gangguan
perdarahan yang dinamakan metroplatia hemoragika terjadi karena persistensi folikel
yang tidak pecah sehingga tidak terjadi ovulasi dan pembentukan korpus luteum.
Akibatnya, terjadilah hiperplasiaendometrium karena stimulasi estrogen yang berlebihan
dan terus-menerus.
Akan tetapi, penelitian menunjukkan pula bahwa perdarahan disfungsional dapat
ditemukan dengan berbagai jenis endometrium yaitu endometrium atrofik, hiperpastik,
proliferative, sekretorik, dan endometrium jenis nonsekresi merupkan bagian terbesar.
Pembagian endometrium dalam endometrium jenis nonsekresi dan endometrium sekresi

sangat penting. Karena dengan demikian dapat dibedakan perdarahan yang anovulatoar
dari yang ovulatoar. Klasifikasi ini mempunyai nilai klinik karena kedua jenis
perdarahan disfungsional ini mempunyai dasar etiologi yang berlainan dan memerlukan
penanganan yang berbeda. Pada perdarahan yang oulatoar gangguan dianggap berasal
dari faktor-faktor neuromuscular, asomotorik atau hematologic, yang mekanismenya
belum seberapa dimengerti, sedang perdarahan anovolatoarbiasanya dianggap sebagai
gangguan endokrin. (Prawirohardjo, 2007).
5; Komplikasi

Myoma uteri

Tumor lapisan otot rahim

Radang sekitar rahim

6; Pemeriksaan Penunjang
1; Pemeriksaan darah : Hemoglobin, uji fungsi thiroid , dan kadar HCG, FSH, LH,

Prolaktin dan androgen serum jika ada indikasi atau skrining gangguan perdarahan
jika ada tampilan yang mengarah kesana.
2; Deteksi patologi endometrium melalui (a) dilatasi dan kuretase dan (b) histeroskopi.
Wanita tua dengan gangguan menstruasi, wanita muda dengan perdarahan tidak
teratur atau wanita muda ( < 40 tahun ) yang gagal berespon terhadap pengobatan
harus menjalani sejumlah pemeriksaan endometrium. Penyakit organik traktus
genitalia mungkin terlewatkan bahkan saat kuretase. Maka penting untuk melakukan
kuretase ulang dan investigasi lain yang sesuai pada seluruh kasus perdarahan uterus
abnormal berulang atau berat. Pada wanita yang memerlukan investigasi,
histeroskopi lebih sensitif dibandingkan dilatasi dan kuretase dalam mendeteksi
abnormalitas endometrium.
3; Laparoskopi : Laparoskopi bermanfaat pada wanita yang tidak berhasil dalam uji
coba terapeutik

7; Penatalaksanaan
Setelah menegakkan diagnosa dan setelah menyingkirkan berbagai kemungkinan
kelainan organ, teryata tidak ditemukan penyakit lainnya, maka langkah selanjutnya
adalah melakukan prinsip-prinsip pengobatan sebagai berikut:2,4,6

1; Menghentikan perdarahan
2; Mengatur menstruasi agar kembali normal.
3; Transfusi jika kadar hemoglobin (Hb) kurang dari 8 gr%.

Menghentikan perdarahan
Langkah-langkah upaya menghentikan perdarahan adalah sebagai berikut:
Kuret (curettage). Hanya untuk wanita yang sudah menikah. Tidak bagi gadis dan
tidak bagi wanita menikah tapi belum sempat berhubungan intim.4,7,8
Obat medikamentosa :
1; Golongan estrogen.

Pada umumnya dipakai estrogen alamiah, misalnya: estradiol valerat (nama


generik) yang relatif menguntungkan karena tidak membebani kinerja liver dan tidak
menimbulkan gangguan pembekuan darah. Jenis lain, misalnya: etinil estradiol, tapi
obat ini dapat menimbulkan gangguan fungsi liver. Dosis dan cara pemberian:
Estrogen konyugasi (estradiol valerat): 2,5 mg diminum selama 7-10 hari.Benzoas
estradiol: 20 mg disuntikkan intramuskuler. (melalui bokong) Jika perdarahannya
banyak, dianjurkan nginap di RS (opname), dan diberikan Estrogen konyugasi
(estradiol valerat): 25 mg secara intravenus (suntikan lewat selang infus) perlahanlahan (10-15 menit), dapat diulang tiap 3-4 jam. Tidak boleh lebih 4 kali sehari.
Estrogen intravena dosis tinggi ( estrogen konjugasi 25 mg setiap 4 jam sampai
perdarahan berhenti ) akan mengontrol secara akut melalui perbaikan proliferatif
endometrium dan melalui efek langsung terhadap koagulasi, termasuk peningkatan
fibrinogen dan agregasi trombosit. Terapi estrogen bermanfaat menghentikan
perdarahan khususnya pada kasus endometerium atrofik . Estrogen juga
diindikasikan pada kasus DUB sekunder akibat depot progestogen ( Depo Provera ).
Keberatan terapi ini ialah bahwa setelah suntikan dihentikan,perdarahan timbul lagi.
2; Obat Kombinasi

Terapi siklik merupakan terapi yang paling banyak digunakan dan paling
efektif. Pengobatan medis ditujukan pada pasien dengan perdarahan yang banyak
atau perdarahan yang terjadi setelah beberapa bulan amenore. Cara terbaik adalah
memberikan kontrasepsi oral ; obat ini dapat dihentikan setelah 3 6 bulan dan
dilakukan observasi untuk melihat apakah telah timbul pola menstruasi yang normal.
Banyak pasien yang mengalami anovulasi kronik dan pengobatan berkelanjutan

diperlukan. Paparan estrogen kronik dapat menimbulkan endometrium yang


berdarahbanyak selama penarikan progestin . Speroff menganjurkan pengobatan
dengan menggunakan kombinasi kontrasepsi oral dengan regimen menurun secara
bertahap. Dua hingga empat pil diberikan setiap hari setiap enam hingga duabelas
jam , selama 5 sampai 7 hari untuk mengontrol perdarahan akut. Formula ini
biasanya mengontrol perdarahan akut dalam 24 hingga 48 jam penghentian obat akan
menimbulkan perdarahan berat. Pada hari ke 5 perdarahan ini, mulai diberikan
kontrasepsi oral siklik dosis rendah dan diulangi selama 3 siklus agar terjadi regresi
teratur endometrium yang berproliferasi berlebihan. Cara lain, dosis pil kombinasi
dapat diturunkan bertahap ( 4 kali sehari, kemudian 3 kali sehari, kemudian 2 kali
sehari ) selama 3 hingga 6 hari, dan kemudian dilanjutkan sekali setiap hari.
Kombinasi kontrasepsi oral menginduksi atrofi endometrium, karena paparan
estrogen progestin kronik akan menekan gonadotropin pituitari dan menghambat
steroidogenesis endogen. Kombinasi ini berguna untuk tatalaksana DUB jangka
panjang pada pasien tanpa kontraindikasi dengan manfaat tambahan yaitu mencegah
kehamilan. Khususnya untuk pasien perimenarche, perdarahan berat yang lama dapat
mengelupaskan endometrium basal, sehingga tidak responsif terhadap progestin.
Kuretase untuk mengontrol perdarahan dikontraindikasikan karena tingginya resiko
terjadinya sinekia intrauterin ( sindroma Asherman ) jika endometrium basal dikuret.
OC aman pada wanita hingga usia 40 dan diatasnya yang tidak obes, tidak merokok
dan tidak hipertensi.

3; Golongan progesterone

Pertimbangan di sini ialah bahwa sebagian besar perdarahan fungsional


bersifat anovulatoar, sehingga pemberian obat progesterone mengimbangi pengaruh
estrogen terhadap endometrium. Obat untuk jenis ini, antara lain: Medroksi
progesteron asetat (MPA): 10-20 mg per hari, diminum selama 7 10 hari.
Norethisteron: 31 tablet, diminum selama 7-10 hari. Kaproas hidroksi-progesteron
125 mg secara intramuscular
4; OAINS
Menorragia dapat dikurangi dengan obat anti inflamasi non steroid. Fraser
dan Shearman membuktikan bahwa OAINS paling efektif jika diberikan selama 7
hingga 10 hari sebelum onset menstruasi yang diharapkan pada pasien DUB
ovulatori, tetapi umumnya dimulai pada onset menstruasi dan dilanjutkan selama
espisode perdarahan dan berhasil baik. Obat ini mengurangi kehilangan darah selama
menstruasi ( mensturual blood loss / MBL ) dan manfaatnya paling besar pada DUB
ovulatori dimana jumlah pelepasan prostanoid paling tinggi.2Mengatur menstruasi
agar kembali normal Setelah perdarahan berhenti, langkah selanjutnya adalah
pengobatan untuk mengatur siklus menstruasi misal dengan pemberian golongan
progesteron 2x1 tablet diminum selama 10 hari. Minum obat di mulai hari ke 14-15

menstruasi. Tranfusi jika kadar hemoglobin kurang dari 8 gr% Terapi yang ini
diharuskan pasiennya untuk menginap di Rumah Sakit atau klinik. Sekantong darah
(250 cc) diperkirakan dapat menaikkan kadar hemoglobin (Hb) 0,75 gr%. Ini berarti,
jika kadar Hb ingin dinaikkan menjadi 10 gr% maka kira-kira perlu sekitar 4 kantong
darah.

Menurut Prawirohardjo (2005), kadang-kadang pengeluaran darah pada


perdarahan disfungsional sangat banyak, dalam hal ini penderita harus istirahat
baring dan diberi tranfusi darah. Setelah pemeriksaan ginekologik menunjukkan
bahwa perdarahan berasal dari uterus dan tidak ada abortus inkompletus, perdarahan
untuk sementara waktu dapat dipengaruhi dengan hormon steroid. Dapat diberikan
a; Estrogen dalam dosis tinggi, supaya kadarnya dalam darah meningkat
perdarahan berhenti. Dapat diberikan secara intramuskulus dipropionas estradiol
2,5 mg, atau benzoas estradiol 1,5 mg, atau valeras estradiol 120 mg. Keberatan
terapi ini ialah bahwa setelah suntikan dihentikan, perdarahan timbul lagi.
b; Progesteron: pertimbangan disini ialah bahwa sebagian besar perdarahan
fungsional bersifat anovulator, sehingga pemberian progesteron mengimbangi
pengaruh estrogen terhadap endometrium. Dapat diberikan kaproas hidroksiprogesteron 125mg, secara intramuskular, atau dapat diberikan per os sehari
norethindrone 15mg atau aseras medroksi-progester (Provera) 10 mg, yang dapat
dilindungi, terapi ini berguna pada wanita dalam masa pubertas.
Androgen mempunyai efek baik terhadap perdarahan disebabkan oleh
hiperplasia endometrium. Terapi ini tidak dapat diselenggarakan terlalu lama
mengingat bahaya virilisasi. Dapat diberikan proprionas testoteron 50 mg
intramuskulus yang dapat diulangi 6 jam kemudian. Pemberian metiltesteron per os
kurang cepat efeknya.
Kecuali pada wanita dalam masa pubertas, terapi yang paling baik ialah
dilatasi dan kerokan. Tindakan ini penting, baik untuk terapi maupun untuk
diagnosis. Dengan terapi ini banyak kasus perdarahan tidak terulang lagi. Apabila
ada penyakit metabolik, penyakit endokrin, penyakit darah, dan lain-lain yang
menjadi sebab perdarahan, tentulah penyakit itu harus ditangani.

Apabila setelah dilakukan kerokan perdarahan disfungsional timbul lagi


dapat diusahakan terapi hormonal. Pemberian estrogen saja kurang bermanfaat
karena sebagian besar perdarahan disfungsional disebabkan oleh hiperestrinisme.
Pemberian progesteron saja berguna apabila produksi estrogen secara endogen
cukup. Dalam hubungan dengan hal-hal tersebut diatas, pemberian estrogen dan
progesteron dalam kombinasi dapat dianjurkan untuk keperluan ini pil-pil
kontrasepsi dapat digunakan. Terapi ini dapat dilakukan mulai hari ke-5 perdarahan
terus ntuk 21 hari. Dapat pula diberikan progesteron utuk 7 hari, mulai hari ke-21
siklus haid.
Androgen dapat berguna pula dalam terapi terhadap perdarahan disfungsional
yang berulang. Terapi per os umumnya lebih dianjurkan daripada terapi suntikan.
Dapat diberikan metiltestosteron 5 mg, sehari dalil dalam terapi dengan androgen
ialah pemberian dosis yang sekecil-kecilnya dan sependek mungkin.
Terapi dengan klomfien, yang bertujuan untuk menimbulkan ovulasi pada perdarahan
anovulator, umumnya tidak seberapa banyak digunakan. Terapi ini lebih tepat pada
intertilitas dengan siklus anovulator sebagai sebab. Sebagai tindakan yang terakhir pada
wanita dengan perdarahan disfungsional terus-menerus (walaupun sudah dilakukan kerokan
beberapa kali, dan yang sudah mempunyai anak cukup) ialah histerektomi.
8; Prognosis
Hasil pengobatan bergantung kepada proses perjalanan penyakit, penegakan
diagnosis yang tepat dan regulasi hormonal secara dini dapat memberikan angka
kesembuhan hingga 90% pada wanita muda yang sebagian besar terjadi dalam siklus
anovulasi dapat di obati dengan hasil bailk

Penyebab Perdarahan Abnormal Uterus


Perdarahan Uterus Abnormal
Sebab-sebab :
Kelainan hormonal
Gangguan hemostatik
Kelainan anatomi genetalia
Keganasan genetalia

Kelainan anatomi genetalia


Tumor jinak
Pemakaian IUCD

Kelainan Hormonal:
Anoulasi/ovulasi
Gangguan korpus luteum
KB hormonal

Kontak berdarah: asal


Endometrium
Portio uteri
Vagina
Labia

Dasar Diagnosis
Anamnesa
Pemeriksaan fisik
Dalam / Inspekulo
Pemeriksaan Khusus
KB Hormonal
PAP smear/ biopsy
Konisasi
Kolposkopi
Histerektomi
Faal hemostatik

Pengobatan :
Umum
Promotif suportif - preentif
Khusus
Disesuaikan dengan diagnosis hasil PA dan sitologi

Gangguan perdarahan uterus d

Ovulatoar
Korpus luteum persisten
Korpus luteun insufisien

Anovulatoar:
Folikel degraaf tanpa ovulasi

Diagnosis:
Anamnese
Periksa Fisik
DC PA
Laparotomi
Histeroskopi

Pengobatan Umum
Infus Transfusi
Suportif Vitamin
Sediaan Fe

Belum Kawin :
Rectal Toucher
Spekulum Hidung

Hormonal :
Estrogen dan Progesteron
Pil Oral
Testosteron
GnRh Agonis

Berhasil :
Pil oral 3-6 bl

Gagal

Laparoskopi/ laparot
Poliklinik Ovari
Wedge reseksi

B; ASUHAN KEPERAWATAN
1; Pengkajian
a; Data Subyektif
1; Biodata
Nama suami

: untuk menghindari kekeliruan

Umur

: untuk mengetahui apakah ibu resiko tinggi

Agama

: untuk mengetahui kepercayaan yang dianut ibu Pendidikan

untuk memudahkan dalam pemberian KIE


Pekerjaan

: mengetahui tingkat sosial dan kepercayaan yang mungkin


mengganggu dalam proses persalinan

Alamat

: memudahkan komunikasi dan kunjungan rumah

2; Keluhan utama saat dikaji


Keluhan yang dikatakan ibu pertama kali datang
3; Riwayat haid

Amenorea : untuk menentukan usia, kehamilan

Siklus haid : untuk mengetahui keteraturan haid

Riwayat haid : untuk mengetahui penyakit yang dialami

Banyaknya

Konsistensi

4; Riwayat kesehatan yang lalu


Yang dikatakan ibu pernah menderita penyakit yang lalu
5; Riwayat kesehatan sekarang
Yang dikatakan ibu dan keluhan yang dirasakan sekarang
6; Riwayat kesehatan keluarga
Apakah didalam keluarga ibu ada yang menderita penyakit menular.
7; Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu dan sekarang
No

Hamil Persalinan Ditolong Hidup/Mati Sex BB Nifas KB Ket

8; Pola kebiasaan sehari-hari


a; Pola nutrisi
Untuk mengetahui tingkat kesehatan
b; Pola Eliminasi
Untuk mengetahui banyaknya, konsistensinya
c; Pola istirahat
Untuk mengetahui kondisi ibu
d; Pola aktivitas
Ibu melakukan apa saja dalam rumahnya sebagai ibu rumah tangga
e; Pola personal hygiene
Untuk mengetahui kebersihan diri
f; Pola kebiasaan
Untuk mengetahui kondisi kesehatan ibu .
g; Pola seksual
Untuk mengetahui berapa sering melakukan hubungan seksual
9; Keadaan Psikososial

Psikososial

Sosial dan budaya

Keadaan spiritual

b; Data Obyektif
Data yang diperoleh berdasarkan pasien yang sebenarnya dengan melakukan
pemeriksaan pada pasien yang bertujuan untuk mengumpulkan data apakah masalah
pada ibu hamil ini ada hubungannya dengan pemeriksaan fisik.
2;

Diagnosa keperawatan
1; Resiko pendarahan b.d gangguan menstruasi (perdarahan yang banyak dan lama)
2; Intoleransi aktifitas b.d ketidak seimbangan suplai dan kebutuhan oksigen
3; Nyeri akut b.d agen cidera biologi
4; Ansietas b.d perubahan dalam status kessehatan
3; Intervensi keperawatan dan Implementasi
No
1

Diagnosa keperawatan

Tujuan dan kriteria hasil

Intervensi

Resiko perdarahan b.d gangguan


NOC :
PENGURANGAN PERDARAHAN
menstruasi (perdarahan yang banyak dan
Aktifitas:
lama)
; Status Sirkulasi
; Identifikasi etiologi perdarahan
; Status Koagulasi
; Monitor pasien secara ketat akan
; Definisi : beresiko mengalami
perdarahan
penurunan volume darah yang dapat Criteria Hasil :
; Monitor jumlah dan karakter
mengganggu kesehatan
; TTV dalam batas normal
(nature) kehilangan darah pasien
; FAKTOR RESIKO :
; Tidak ada edema ferifer
; Aneurisma
; Tidak ada distensi vena leher Catat kadar Hb/Ht sebelum dan setelah
kehilanga darah sebagai indikasi
; Sirkumsisi
; Tidak ada kelemahan yang
;
Monitor status/keadaan cairan
; Kurang pengetahuan
berat
; Koagulopati intravascular
termasuk intake dan output
; Riwayat jatuh
; Kaji koagulasi, termasuk
; Gangguan gastrointestinal
prothrombin time (PT), partial
(contoh: penyakit gastric ulcer,
thomboplastin time (PTT),
polip, varises)
fibrinogen, degradasi fibrin/split
; Gangguan fungsi hati (contoh:
products, dan jumlah platelet jika
sirosis dan depatitis)
diperlukan.
; Koagulopati yang melekat (contoh:
; Kaji kecendrungan transport
trombositopenia)
oksigen di tingkat jaringan misalnya
; Komplikasi postpartum (contoh:
melalui (PaO2, SaO2, dan tingkat
atoni postpartum, plasenta yang
Hb dan cardiac output)
tertahan)
; Instruksikan pasien dan/atau
; Komplikasi kehamilan (contoh:
kaluaga terhadap tanda-tanda
plasenta previa, kehamilan,
perdarahan dan tindakan pertama
kehamilan molar, robeknya
yang dibutuhkan segera selama
plasenta)
terjadi perdarahan (misalnya
; Trauma
mencari perawat)
; Efek samping pengobatan
; Instruksikan pasien pada aktivitas
(pembedahan, pengobatan,
yang dibatasi jika diperlukan
pemberian platelet karena
; Instruksikan pasien dan keluarga
kekurangan produksi darah,
kemoterapi)
terhadap keparahan kehilangan
darah dan tindakan yang tepat
untuk dilakukan
; Berikan tambahan darah (misalnya
berupa platelet, dan plasma darah)
yang sesuai

PENGONTROLAN PERDARAHAN
Definisi : mengurangi atau
menghilangkan kehilangan darah yang
cepat dan berlebihan
Aktivitas :
; memakai balutan sesuai indikasi.
; monitor jumlah dan sifat darah yang
hilang.
; catat nilai hemoglobin / hematokrit
sebelum dan sesudah kehilangan
darah sesuai indikasi.
; evaluasi respon psikologi pasien
terhadap perdarahan dan persepsi
terhadap peristiwa yang terjadi.
; periksa membran mukosa, luka
memar karena trauma, pengeluaran
darah dari tempat tusukan / bocor,
ptekie.
; monitor tanda dan gejala
perdarahan persisten.
; monitor fungsi neurologi
2

Intoleransi aktivitas b/d ketidak

NOC :
seimbangan suplai dan kebutuhan ; Energy conservation

oksigen

; Self Care : ADLs

Kriteria Hasil :
Definisi : Ketidakcukupan energu
secara fisiologis maupun psikologis ; Berpartisipasi dalam
aktivitas fisik tanpa
untuk meneruskan atau
disertai peningkatan
menyelesaikan aktifitas yang diminta
tekanan darah, nadi
atau aktifitas sehari hari.

NIC :
Energy Management

dan RR

Batasan karakteristik :

a; melaporkan secara verbal


adanya kelelahan atau
kelemahan.

b; Respon abnormal dari tekanan

; Mampu melakukan
aktivitas sehari hari
(ADLs) secara mandiri

;
;
;

darah atau nadi terhadap


aktifitas

c; Perubahan EKG yang


menunjukkan aritmia atau
iskemia

d; Adanya dyspneu atau


ketidaknyamanan saat
beraktivitas.
Faktor factor yang berhubungan :

;
;

Observasi adanya pembatasan


klien dalam melakukan
aktivitas
Dorong klien untuk
mengungkapkan perasaan
terhadap keterbatasan
Kaji adanya factor yang
menyebabkan kelelahan
Monitor nutrisi dan sumber
energi yang adekuat
Monitor pasien akan adanya
kelelahan fisik dan emosi
secara berlebihan
Monitor respon kardivaskuler
terhadap aktivitas
Monitor pola tidur dan
lamanya tidur/istirahat pasien

Activity Therapy
; Kolaborasikan dengan Tenaga
Rehabilitasi Medik dalam

Tirah Baring atau imobilisasi

Gaya hidup yang


dipertahankan.

Kelemahan menyeluruh

Ketidakseimbangan antara
suplei oksigen dengan
kebutuhan

;
;
;

;
;

;
3

Nyeri akut b.d agen cidera biologi

NOC :
; Pain Level,

; Pain control,
Definisi :
; Comfort level
Sensori yang tidak menyenangkan dan

Kriteria Hasil :
pengalaman emosional yang muncul
secara aktual atau potensial kerusakan ; Mampu mengontrol nyeri (tahu
penyebab nyeri, mampu
jaringan atau menggambarkan adanya
menggunakan tehnik
kerusakan (Asosiasi Studi Nyeri
nonfarmakologi untuk
Internasional): serangan mendadak atau
mengurangi nyeri, mencari
pelan intensitasnya dari ringan sampai
bantuan)
berat yang dapat diantisipasi dengan
akhir yang dapat diprediksi dan dengan ; Melaporkan bahwa nyeri
durasi kurang dari 6 bulan.
berkurang dengan

merencanakan progran terapi


yang tepat.
Bantu klien untuk
mengidentifikasi aktivitas yang
mampu dilakukan
Bantu untuk memilih aktivitas
konsisten yangsesuai dengan
kemampuan fisik, psikologi
dan social
Bantu untuk mengidentifikasi
dan mendapatkan sumber
yang diperlukan untuk aktivitas
yang diinginkan
Bantu untuk mendpatkan alat
bantuan aktivitas seperti kursi
roda, krek
Bantu untu mengidentifikasi
aktivitas yang disukai
Bantu klien untuk membuat
jadwal latihan diwaktu luang
Bantu pasien/keluarga untuk
mengidentifikasi kekurangan
dalam beraktivitas
Sediakan penguatan positif
bagi yang aktif beraktivitas
Bantu pasien untuk
mengembangkan motivasi diri
dan penguatan
Monitor respon fisik, emoi,
social dan spiritual

NIC :

Pain Management

;
;

Lakukan pengkajian nyeri secara


komprehensif termasuk lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi,
kualitas dan faktor presipitasi
Observasi reaksi nonverbal dari
ketidaknyamanan
Gunakan teknik komunikasi
terapeutik untuk mengetahui
pengalaman nyeri pasien
Kaji kultur yang mempengaruhi

Batasan karakteristik :
; Laporan secara verbal atau non
verbal
; Fakta dari observasi

;
;
;
;
;

;
;

Posisi antalgic untuk menghindari


nyeri
Gerakan melindungi
Tingkah laku berhati-hati
Muka topeng
Gangguan tidur (mata sayu, tampak
capek, sulit atau gerakan kacau,
menyeringai)
Terfokus pada diri sendiri
Fokus menyempit (penurunan
persepsi waktu, kerusakan proses
berpikir, penurunan interaksi
dengan orang dan lingkungan)
Tingkah laku distraksi, contoh :
jalan-jalan, menemui orang lain
dan/atau aktivitas, aktivitas
berulang-ulang)
Respon autonom (seperti
diaphoresis, perubahan tekanan
darah, perubahan nafas, nadi dan
dilatasi pupil)
Perubahan autonomic dalam tonus
otot (mungkin dalam rentang dari
lemah ke kaku)
Tingkah laku ekspresif (contoh :
gelisah, merintih, menangis,
waspada, iritabel, nafas
panjang/berkeluh kesah)
Perubahan dalam nafsu makan dan
minum

Faktor yang berhubungan :


;
Agen injuri (biologi, kimia, fisik,
psikologis)

;
;

menggunakan manajemen
nyeri
Mampu mengenali nyeri (skala,
intensitas, frekuensi dan tanda
nyeri)
Menyatakan rasa nyaman
setelah nyeri berkurang
Tanda vital dalam rentang
normal

;
;

;
;

;
;
;
;
;
;

respon nyeri
Evaluasi pengalaman nyeri masa
lampau
Evaluasi bersama pasien dan tim
kesehatan lain tentang
ketidakefektifan kontrol nyeri
masa lampau
Bantu pasien dan keluarga untuk
mencari dan menemukan
dukungan
Kontrol lingkungan yang dapat
mempengaruhi nyeri seperti suhu
ruangan, pencahayaan dan
kebisingan
Kurangi faktor presipitasi nyeri
Pilih dan lakukan penanganan
nyeri (farmakologi, non
farmakologi dan inter personal)
Kaji tipe dan sumber nyeri untuk
menentukan intervensi
Ajarkan tentang teknik non
farmakologi
Berikan analgetik untuk
mengurangi nyeri
Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
Tingkatkan istirahat
Kolaborasikan dengan dokter jika
ada keluhan dan tindakan nyeri
tidak berhasil
Monitor penerimaan pasien
tentang manajemen nyeri

Analgesic Administration
; Tentukan lokasi, karakteristik,
kualitas, dan derajat nyeri
sebelum pemberian obat
; Cek instruksi dokter tentang jenis
obat, dosis, dan frekuensi
; Cek riwayat alergi

Pilih analgesik yang diperlukan


atau kombinasi dari analgesik
ketika pemberian lebih dari satu
Tentukan pilihan analgesik
tergantung tipe dan beratnya

;
;

;
;
4

Anxietas b.d perubahan dalam status NOC :


; Anxiety control
kesehatan
Definisi :
Perasaan gelisah yang tak jelas dari
ketidaknyamanan atau ketakutan
yang disertai respon autonom
(sumner tidak spesifik atau tidak
diketahui oleh individu); perasaan
keprihatinan disebabkan dari
antisipasi terhadap bahaya. Sinyal ini
merupakan peringatan adanya
ancaman yang akan datang dan
memungkinkan individu untuk
mengambil langkah untuk menyetujui
terhadap tindakan
Ditandai dengan

Gelisah
Insomnia
Resah
Ketakutan
Sedih
Fokus pada diri
Kekhawatiran

; Coping
; Impulse control
Kriteria Hasil :
; Klien mampu mengidentifikasi
dan mengungkapkan gejala
cemas
; Mengidentifikasi,
mengungkapkan dan
menunjukkan tehnik untuk
mengontol cemas
; Vital sign dalam batas normal

; Postur tubuh, ekspresi wajah,


bahasa tubuh dan tingkat
aktivitas menunjukkan
berkurangnya kecemasan

nyeri
Tentukan analgesik pilihan, rute
pemberian, dan dosis optimal
Pilih rute pemberian secara IV, IM
untuk pengobatan nyeri secara
teratur
Monitor vital sign sebelum dan
sesudah pemberian analgesik
pertama kali
Berikan analgesik tepat waktu
terutama saat nyeri hebat
Evaluasi efektivitas analgesik,
tanda dan gejala (efek samping)

NIC :
Anxiety Reduction (penurunan
kecemasan)
; Gunakan pendekatan yang
menenangkan
; Nyatakan dengan jelas harapan
terhadap pelaku pasien
; Jelaskan semua prosedur dan
apa yang dirasakan selama
prosedur
; Pahami prespektif pasien terhdap
situasi stres
; Temani pasien untuk memberikan
keamanan dan mengurangi takut
; Berikan informasi faktual
mengenai diagnosis, tindakan
prognosis
; Dorong keluarga untuk menemani
anak
; Lakukan back / neck rub

;
;
;
;

Cemas

;
;

Dengarkan dengan penuh


perhatian
Identifikasi tingkat kecemasan
Bantu pasien mengenal situasi
yang menimbulkan kecemasan
Dorong pasien untuk
mengungkapkan perasaan,
ketakutan, persepsi
Instruksikan pasien menggunakan
teknik relaksasi
Barikan obat untuk mengurangi

kecemasan

DAFTAR PUSTAKA
Mansjoer, A dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid Kedua. Jakarta: Media Aesculapius FKUI
Muttaqin, Arif (2008). Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Persyarafan. salemba medika:
jakarta.
Sudoyo, Aru W. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Interna Publishing
Smeltzer, Suzanne.(1996). Keperawatan Medikal Bedah.(2002) alih bahasa Monica Ester. Jakarta : EGC
Wilkinson, J.M., & Ahern N.R.,(2013). Buku Saku Diagnosis Keperawatan Diagnosa NANDA Intervensi
NIC Kriteria Hasil NOC Edisi Revis Jilid 2.

Anda mungkin juga menyukai