Anda di halaman 1dari 25

MUTU PELAYANAN KESEHATAN PRIMER

DI PUSKESMAS
(Khususnya Pelayanan Ibu Hamil)

Oleh :
1. M. Rizkha Ridhani, S.Ked

(07.70.0116)

2. M. Teguh Arif Imansyah, S.Ked

(07.70.0248)

3. Putri Ariska Anggraini, S.Ked

(08.70.0097)

4. Dewa Ayu Cindy F., S.Ked

(08.70.0110)

5. Putu Ianta Parama S., S.Ked

(08.70.0234)

6. Diah Nofita, S.Ked

(08.70.0247)
Pembimbing :

Sugiharto, dr., M. Kes (MARS)

BAGIAN ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA
2014

KATA PENGANTAR

Ucapan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmatNya
makalah yang berjudul MUTU PELAYANAN KESEHATAN PRIMER DI
PUSKESMAS (Khususnya Pelayanan Ibu Hamil) ini dapat terselesaikan
dengan baik dan tepat waktu. Makalah ini penulis buat sebagai karya tulis yang
merupakan salah satu tugas di dalam Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu
Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma
Surabaya. Selain itu, sekaligus sebagai wacana serta tinjauan pustaka untuk
menambah wawasan bagi para pembaca sekalian untuk meningkatkan mutu
pelayanan kesehatan primer, khususnya pelayanan ibu hamil.
Penulis juga menyampaikan banyak terima kasih kepada Sugiharto, dr.,
M. Kes (MARS) selaku pembimbing yang telah memberikan banyak masukan
dan petunjuk guna terwujudnya penulisan makalah ini.
Penulis juga menyadari bahwa masih banyak kekurangan di dalam
penyusunan makalah ini. Untuk itu, penulis menerima dengan rendah hati segala
bentuk

kritik dan saran dari semua pihak demi perkembangan penyusunan

makalah ini kearah yang lebih baik.

Surabaya, 28 Agustus 2014

Penulis

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I.PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
1.2 RUMUSAN MASALAH
1.3 TUJUAN
BAB II. ANALISIS KASUS
1.1 ANALISIS SECARA EPIDEMIOLOGI
1.2 KAUSA DAN ALTERNATIF KAUSA
1.3 ALTERNATIF PENYELESAIAN MASALAH
BAB III. RENCANA PROGRAM
BAB IV. SARAN
DAFTAR PUSTAKA

SKENARIO

dr. Sukmawan baru tiga bulan ditugaskan sebagai dokter fungsional di


sebuah Puskesmas terpencil di Papua Barat. Satu bulan yang lalu, Kepala Dinas
Kesehatan kabupaten memberikan tanggung jawab struktural sebagai kepala
Puskesmas karena kelangkaan tenaga kerja profesional. data pencatatan dan
pelaporan di Puskesmas setahun kemarin menunjukkan kunjungan pemeriksaan
ibu hamil rendah sebesar 40%, dengan K4 45%.
Selain itu data AKI cukup tinggi sekitar 70/1000 kelahiran hidup. Sebagai
manajer Puskesmas, dr. Sukmawan menganalisis faktor internal maupun eksternal
manajemen Puskesmas mungkin mempengaruhi kinerja dan produktifitas petugas.
dr.

Sukmawan

menggunakan

diagram

tulang

ikan

(fishbone)

untuk

mengidentifikasi dan mengklasifikasi akar penyebab kualitas rendah khususnya


faktor internal.
Wawancara dengan staf puskesmas, diperoleh keterangan bahwa sebagian
petugas puskesmas memiliki motivasi rendah. untuk mencari penyebab rendahnya
motivasi staf Puskesmas, dr. Sukmawan menganalisis dengan menggunakan teori
motivasi dari Maslow dan Herzberg.

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG


Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk melihat
derajat kesehatan perempuan.

Gambar 1.1. Trend kematian Ibu, beberapa Negara ASEAN (Sumber: Unicef)

Gambar-gambar diatas menunjukkan trend AKI Indonesia secara Nasional


dari tahun 1994 sampai dengan tahun 2007, dimana menunjukkan penurunan yang
signifikan dari tahun ke tahun. Berdasarkan SDKI survei terakhir tahun 2007 AKI
Indonesia sebesar 228 per 100.000 kelahiran hidup, meskipun demikian angka
tersebut masih tertinggi di Asia.
Dalam makalah ini, akan dibahas secara khusus mengenai kondisi mutu
pelayanan kesehatan primer di puskesmas (khususnya pelayanan ibu hamil) di
Papua Barat. Data pencatatan dan pelaporan di Puskesmas Papua Barat pada tahun
2008 menunjukkan kunjungan pemeriksaan ibu hamil rendah sebesar 40%,
dengan K4 45% selain itu data AKI cukup tinggi sekitas 70/1000 kelahiran hidup.
Sedangkan dalam wawancara dengan staf Puskesmas diperoleh keterangan bahwa
petugas Puskesmas memiliki motivasi rendah, padahal dalam upaya percepatan
penurunan angka kematian ibu antara lain salah satunya melalui peningkatan
aksessibilitas serta kualitas pelayanan petugas Puskesmas (Kemenkes RI, 2008).

Dari data diatas dapat dilihat bahwa salah satu penyebab meningkatnya
Angka Kematian Ibu (AKI) di Papua Barat adalah karena kunjungan pemeriksaan
ibu hamil yang rendah. Capaian pada Millenium Development Goals (MDGs)
yaitu Angka Kematian Ibu (AKI) sebesar 102 per 100.000 kelahiran hidup (KH)
dan Angka Kematian Bayi (AKB) menjadi 23 per 1.000 KH pada tahun 2015,
perlu upaya percepatan yang lebih besar dan kerja keras karena kondisi saat ini,
AKI 307 per 100.000 KH dan AKB 34 per 1.000 KH.
Dalam rangka percepatan penurunan AKI guna mencapai target MDGs
tahun 2015, Direktorat Bina Kesehatan Ibu telah merumuskan skenario percepatan
penurunan AKI sebagai berikut:

Target MDGs 5 akan tercapai apabila 50% kematian ibu per provinsi dapat
dicegah/dikurangi.

Kunjungan antenatal pertama (K1) sedapat mungkin dilakukan pada


trimester pertama, guna mendorong peningkatan cakupan kunjungan
antenatal empat kali (K4).

Bidan Di Desa sedapat mungkin tinggal di desa, guna memberikan


kontribusi positif untuk pertolongan persalinan serta pencegahan dan
penanganan komplikasi maternal.

Persalinan harus ditolong staf Puskesmas dan sedapat mungkin dilakukan


di fasilitas kesehatan.

Pelayanan KB harus ditingkatkan guna mengurangi faktor resiko.

Pemberdayaan keluarga dan masyarakat dalam kesehatan reproduksi


responsif gender harus ditingkatkan untuk meningkatkan health care
seeking behaviour.

Untuk mencegah meningkatnya Angka Kematian Ibu (AKI) dapat dilakukan


berbagai macam cara salah satunya program K1-4 kehamilan. K1 Kehamilan
adalah kontak ibu hamil yang pertama kali dengan petugas kesehatan untuk

mendapatkan pemeriksaan kesehatan seorang ibu hamil sesuai standar pada


Trimester pertama kehamilan, dimana usia kehamilan 1 sampai 12 minggu dengan
jumlah kunjungan minimal satu kali.
Meliputi :
1.

Identitas/biodata

2.

Riwayat kehamilan

3.

Riwayat kebidanan

4.

Riwayat kesehatan

5.

Pemeriksaan kehamilan

6.

Pelayanan kesehatan

7.

Penyuluhan dan konsultasi

serta mendapatkan pelayanan 7T yaitu :


1.

Timbang berat badan dan ukur tinggi badan

2.

Ukur Tekanan Darah

3.

Screening status imunisasi Tetanus dan berikan Imunisasi Tetanus


Toxoid (TT) bila diperlukan

4.

Ukur tinggi fundus uteri

5.

Pemberian Tablet tambah darah minimal 90 tablet selama kehamilan

6.

Test Laboratorium (rutin dan Khusus)

7.

Temu wicara (konseling), termasuk Perencanaan Persalinan dan


Pencegahan Komplikasi (P4K) serta KB pasca persalinan atau yang
terbaru 10T yaitu dengan menambahkan 7T tadi dengan:

8.

Nilai status Gizi (ukur lingkar lengan atas)

9.

Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ)

10.

Tata laksana kasus. Cakupan K1 yang rendah berdampak pada


rendahnya

deteksi

dini

kehamilan

berisiko,

yang

kemudian

mempengaruhi tingginya AKB dan AKI.


Tujuan K1 :
- Menjalin hubungan saling percaya antara petugas kesehatan dan klien.

- Mendeteksi komplikasi-komplikasi/masalah yang dapat diobati sebelum


mengancam jiwa ibu.
-

Melakukan tindakan pencegahan seperti tetanus neonatorum, anemia


karena (-) Fe atau penggunaan praktek tradisional yang merugikan

Memulai mempersiapkan kelahiran dan memberikan pendidikan.


Asuhan itu penting untuk menjamin bahwa proses alamiah dari
kalahiran berjalan normal dan tetap demikian seterusnya.

Mendorong perilaku yang sehat (gizi, latihan dan kebersihan, istirahat


dan sebagainya) bertujuan untuk mendeteksi dan mewaspadai.

Memfasilitasi hasil yang sehat dan positif bagi ibu maupun bayinya
dengan jalan menegakkan hubungan kepercayaan dengan ibu

Mengidentifikasi faktor risiko dengan mendapatkan riwayat detail


kebidanan masa lalu dan sekarang, riwayat obstetrik, medis, dan pribadi
serta keluarga.

Memberi kesempatan pada ibu dan keluarganya mengekspresikan dan


mendiskusikan adanya kekhawatiran tentang kehamilan saat ini dan
kehilangan kehamilan yang lalu, persalinan, kelahiran atau puerperium.
K1 ini mempunyai peranan penting dalam program kesehatan ibu dan anak

yaitu sebagai indikator pemantauan yang dipergunakan untuk mengetahui


jangkauan pelayanan antenatal serta kemampuan program dalam menggerakkan
masyarakat (Depkes RI, 2001).
K2 adalah kunjungan ibu hamil yang memeriksakan kehamilannya pada
trimester II (usia kehamilan 12 28 minggu) dan mendapatkan pelayanan 7T atau
10T setelah melewati K1.
Tujuan k2 :
- Menjalin hubungan saling percaya antara petugas kesehatan dan klien
- Mendeteksi komplikasi-komplikasi yang dapat mengancam jiwa.
- Melakukan tindakan pencegahan seperti tetanus neonatorum, anemia
karena (-) Fe atau penggunaan praktek tradisional yang merugikan.

- Memulai mempersiapkan kelahiran dan memberikan pendidikan. Asuhan


itu penting untuk menjamin bahwa proses alamiah dari kalahiran berjalan
normal dan tetap demikian seterusnya.
- Mendorong perilaku yang sehat (gizi, latihan dan kebersihan, istirahat dan
sebagainya) bertujuan untuk mendeteksi dan mewaspadai.
- Kewaspadaan khusus mengenai PIH (Hipertensi dalam kehamilan),
tanyakan gejala, pantau TD (tekanan darah), kaji adanya edema dan
protein uria.
- Pengenalan koplikasi akibat kehamilan dan pengobatannya
- Penapisan pre-eklamsia, gameli, infeksi, alat rerproduksi dan saluran
perkemihan.
- Mengulang perencanaan persalinan.
K3 dan K4 adalah kunjungan ibu hamil yang memeriksakan kehamilannya
pada trimester III (28-36 minggu dan sesudah minggu ke-36) dua kali kunjungan
akhir dan mendapatkan pelayanan 7T setelah melewati K1 dan K2.
Tujuan K4:
- Sama dengan kunjungan I dan II
- Palpasi abdomen
- Mengenali adanya kelainan letak dan persentase yang memerlukan kehahiran RS.
- Memantapkan persalinan Mengenali tanda-tanda persalinan.
Menurut Muchtar (2005), jadwal pemeriksaan antenatal yang dianjurkan adalah :
a.

Pemeriksaan pertama kali yang ideal yaitu sedini mungkin ketika haid

b.
c.
d.
e.

terlambat satu bulan


Periksa ulang 1 kali sebulan sampai kehamilan 7 bulan
Periksa ulang 2 kali sebulan sampai kehamilan 9 bulan
Pemeriksaan ulang setiap minggu sesudah kehamilan 9 bulan
Periksa khusus bila ada keluhan atau masalah
Selain program K1-4, ada beberapa faktor internal yang menyebabkan

tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) yaitu rendahnya motivasi dari petugas
kesehatan. Adapun teori motivasi dikemukakan oleh Abraham Maslow dan
Herzberg.

Motivasi merupakan satu penggerak dari dalam hati seseorang untuk


melakukan atau mencapai sesuatu tujuan. Motivasi juga bisa dikatakan sebagai
rencana atau keinginan untuk menuju kesuksesan dan menghindari kegagalan
hidup. Dengan kata lain motivasi adalah sebuah proses untuk tercapainya suatu
tujuan. Seseorang yang mempunyai motivasi berarti ia telah mempunyai kekuatan
untuk memperoleh kesuksesan dalam kehidupan. Motivasi dapat berupa motivasi
intrinsik dan ekstrinsik. Motivasi yang bersifat intrinsik adalah manakala sifat
pekerjaan itu sendiri yang membuat seorang termotivasi, orang tersebut mendapat
kepuasan dengan melakukan pekerjaan tersebut bukan karena rangsangan lain
seperti status ataupun uang atau bisa juga dikatakan seorang melakukan
hobbynya. Sedangkan motivasi ekstrinsik adalah manakala elemen - elemen diluar
pekerjaan yang melekat di pekerjaan tersebut menjadi faktor utama yang membuat
seorang termotivasi seperti status ataupun kompensasi.
Abraham Maslow (1943;1970) mengemukakan bahwa pada dasarnya
semua manusia memiliki kebutuhan pokok. Ia menunjukkannya dalam 5 tingkatan
yang berbentuk piramid, orang memulai dorongan dari tingkatan terbawah. Lima
tingkat kebutuhan itu dikenal dengan sebutan Hirarki Kebutuhan Maslow, dimulai
dari kebutuhan biologis dasar sampai motif psikologis yang lebih kompleks, yang
hanya akan penting setelah kebutuhan dasar terpenuhi. Kebutuhan pada suatu
peringkat paling tidak harus terpenuhi sebagian sebelum kebutuhan pada
peringkat berikutnya menjadi penentu tindakan yang penting.

Jika dikaitkan dengan teori Maslow, kemungkinan penyebab rendahnya


motivasi petugas puskesmas pada kasus ini antara lain :

a.

Kebutuhan Fisiologis
Gaji yang diterima oleh pegawai kemungkinan tidak
sebanding dengan biaya hidup yang harus dikeluarkan di daerah
Papua Barat. Hal ini mengakibatkan kebutuhan fisiologis seperti
makan, minum, menjaga kesehatan, tempat tinggal tidak dapat
terpenuhi.

b.

Kebutuhan Rasa Aman


Disamping letak puskesmas di daerah Papua Barat yang
jauh dan terpencil serta akses jalan yang tidak mudah, biasanya
juga rawan akan gangguan keamanan yang dilakukan oleh
gerakan separatis tertentu. Hal inijuga sangat mempengaruhi
motivasi petugas dalam menjalankan tugas.
c. Kebutuhan akan rasa cinta dan rasa memiliki (bekerja sama dengan
orang lain, diterima,memiliki)
Suasana kerja yang kurang menyenangkan dan hubungan
antar sesama pegawai yang kurang terjalin dengan baik akan
menyebabkan rendahnya motivasi petugas.
d. Kebutuhan akan penghargaan (berprestasi, berkompetensi, dan
mendapatkan dukungan serta pengakuan)

e. Kebutuhan aktualisasi diri (kebutuhan kognitif: mengetahui,


memahami, dan menjelajahi; kebutuhan estetik: keserasian,
keteraturan,

dan

keindahan;

kebutuhan

aktualisasi

diri:

mendapatkan kepuasan diri dan menyadari potensinya)


Kebutuhan fisiologi dan rasa aman saja sulit diperoleh, pemenuhan
kebutuhan tersebut akan mendominasi tindakan seseorang dan motifmotif yang
lebih tinggi akan menjadi kurang signifikan. Orang hanya akan bersusah payah
mencari makan, perlindungan, dan rasa aman.
Selain teori motivasi dari Maslow juga terdapat Herzbergs Two Factors
Teory yaitu Teori Motivasi Dua Faktor atau Teori Motivasi Kesehatan atau Faktor
Higienis. Menurut teori ini motivasi yang ideal yang dapat merangsang usaha

adalah peluang untuk melaksanakan tugas yang lebih memerlukan keahlian dan
peluang untuk mengembangkan kemampuan.
Ada 3 hal penting berdasarkan penelitian Herzberg yang harus
diperhatikan dalam motivasi bawahan yaitu:
a. Hal-hal yang mendorong karyawan adalah pekerjaan yang mendatang
yang meliputi perasaan untuk berprestasi, bertanggung jawab, kemajuan
dapat menikmati pekerjaan itu sendiri dan adanya pengakuan atas
semuanya itu.
b. Hal-hal yang mengecewakan pekerja adalah terutama faktor yang bersifat
mudah saja pada pekerjaan, peraturan pekerjaan, penerangan, istirahat,
sebutan jabatan, hak, gaji, dan lain- lain.
c. Karyawan kecewa, jika peluang untuk berprestasi terbatas. Mereka akan
menjadi sensitif pada lingkungannya serta mulai mencari-cari kesalahan.
Herzberg menyatakan bahwa orang dalam melaksanakan pekerjaannya
dipengaruhi oleh dua faktor yang merupakan keperluan, yaitu :
a. Maintenance Factors
Adalah faktor faktor pemeliharaan yang berhubungan dengan
hakikat manusia yang ingin memperoleh ketentraman. Keperluan
kesehatan ini merupakan keperluan yang berlangsung terusmenerus,
karena keperluan ini akan kembali pada titik asal setelah dipenuhi.
b. Motivation Factors
Faktor motivator yang menyangkut keperluan psikologis seseorang
yaitu perasaan sempurna dalam melakukan pekerjaan.Faktor motivasi ini
berhubungan dengan penghargaan terhadap pribadi yang berkaitan
langsung dengan pekerjaan.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Apa penyebab rendahnya motivasi staf puskesmas?
2. Program apa saja yang dibuat untuk meningkatkan cakupan pelayanan
kesehatan Ibu (K4)?
3. Bagaimanakah mutu pelayanan kesehatan ibu sesuai dengan program yang
telah disusun atau direncanakan?

1.3 TUJUAN
a. Mampu menjelaskan dan mengidentifikasi penyebab rendahnya motivasi
kerja staf Puskesmas
b. Mampu membuat program kerja dalam upaya meningkatkan cakupan
pelayanan kesehatan ibu (K4)
c. Mampu menjelaskan mutu pelayanan kesehatan ibu sesuai dengan
program yang dibuat.

BAB II
ANALISIS KASUS

2.1 ANALISIS SECARA EPIDEMIOLOGI


Menurut Departemen Kesehatan RI. tahun 2007, jumlah sumber daya
manusia kesehatan belum memadai. Rasio staf Puskesmas dengan jumlah
penduduk masih rendah. Produksi dokter setiap tahun sekitar 2.500 dokter baru,
sedangkan rasio dokter terhadap jumlah penduduk 1: 5.000. Produksi perawat
setiap tahun sekitar 40.000 perawat baru dengan rasio terhadap jumlah penduduk
1 : 2850. Sedangkan produksi bidan setiap tahun sekitar 600 bidan baru dengan
rasio terhadap jumlah penduduk 1: 2.600. Namun daya serap staf Puskesmas oleh
jaringan pelayanan kesehatan masih terbatas (Anonim, 2004).

Gambar 2.1. Peta persebaran staf Puskesmas Indonesia (sumber: bpsdmk.depkes.go.id)

Gambar 2.2. Rekapitulasi SDM Kesehatan per Kabupaten Provinsi Papua Barat (sumber:
bpsdmk.depkes.go.id)

Motivasi kerja/karyawan terkait erat dengan ada tidaknya perhatian dan


komitmen para pengambil kebijakan dalam organisasi dalam memenuhi
kebutuhan-kebutuhan karyawan, baik yang sifatnya materil maupun non materil.
Dalam konteks pemikiran demikian, maka kepentingan organisasi haruslah searah
dengan kepentingan karyawan agar nantinya menciptakan prestasi kerja yaitu
produktivitas kerja yang maksimal (Robbins, 2001).
Mutu sumber daya kesehatan masih membutuhkan pembenahan. Hal ini
tercermin dari kepuasan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang belum
optimal. Menurut Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) Tahun 2004
ditemukan 23,2% masyarakat yang bertempat tinggal di Pulau Jawa dan Bali
menyatakan tidak atau kurang puas terhadap pelayanan rawat jalan yang
diselenggarakan oleh rumah sakit pemerintah di kedua pulau tersebut (Anonim,
2004).
Prestasi kerja suatu Puskesmas dapat diketahui dengan melihat output
yaitu pencapaian program-program kesehatan yang tidak sesuai target yang
ditentukan. Jumlah kehadiran juga dan kedisiplinan sangat penting, mengingat
kehadiran dan kedisiplinan kerja merupakan tanggung jawab masing-masing
petugas sebagai indikator dalam meningkatkan prestasi kerja untuk mencapai
tujuan organisasi. Hal pengamatan juga menunjukan, bahwa di Puskesmas pada

jam kerja ada sebagian petugas yang tidak berada diruangan kerjanya khususnya
perawat.

2.2. Kausa dan Alternatif Kausa


Diagram Fish Bone
SDM

Lingkun
gan
Keamanan
yang kurang
kondusif

Ketidakharmonisan
di tempat kerja
Kurangnya
apresiasi
dari atasan

Duku
n

Kurangnya jumlah staf


Puskesmas

Gaji

Sifat dan tenaga kerja


yang kurang baik

Kurangnya
motivasi
staf
puskesmas

Medan dan jarak


Alat dan
obatobatan
kurang

Manajemen
puskesmas yang
kurang baik

Transportasi
kurang

SaranaPrasaran
a

Sistem perekrutan
yang tidak profesional

Metode

Berdasarkan fishbone alternatif kausa diatas, tingginya angka kematian


ibu (AKI) di Papua Barat disebabkan oleh 4 faktor, diantaranya :
1. Sumber Daya Manusia
Gaji petugas kesehatan yang tidak sesuai dengan beban dan jam
kerja, sifat dan karakter staf Puskesmas yang kurang baik, kurangnya
jumlah staf Puskesmas.
2. Lingkungan
Keamanan staf Puskesmas yang kurang terjamin, lingkungan kerja
yang tidak harmonis dan kondusif, dan kurangnya apresiasi dari
atasan.
3. Sarana-Prasarana

Keterbatasan alat kesehatan dan obat-obatan yang kurang lengkap,


jarak dan medan yang sulit ditempuh, kurangnya sarana transportasi.
4. Metode
Sistem perekrutan staf Puskesmas yang kurang profesional dan
manajemen Puskesmas yang kurang baik.

2.3. Alternatif Penyelesaian Dan Prioritas Pemecahan Masalah


1. Sumber Daya Manusia
a. Gaji pegawai yang tidak sesuai dengan beban kerja
Rendahnya gaji dan penerimaan gaji yang tidak tepat waktu
oleh staf Puskesmas dapat menurunkan kualitas pelayanan yang
diberikan oleh staf Puskesmas. Hal ini dapat disebabkan karena
secara individu merasa pelayanan yang diberikan harus dibayar
sesuai dengan beban kerjanya. Dalam hal ini perlu diadakan
pendekatan secara individu kepada petugas yang bersangkutan dan
memberikan pengertian bahwa yang terpenting adalah memberikan
pelayanan sesuai dengan kewajiban sehingga uang bukan menjadi
patokan utama dalam memberikan pelayanan. Selain itu di lain
pihak diusahakan adanya peningkatan gaji sesuai beban kerja, yang
dapat

meningkatkan

kualitas

pelayanan

staf

Puskesmas,

pemerintah juga perlu memperbaiki sistem kinerja yang optimal


dan bisa meminimalisirkan keterlambatan dalam pembayaran jasa
kesehatan tersebut.
b. Kurangnya jumlah staf Puskesmas
Kurangnya jumlah staf Puskesmas akan menimbulkan
beban kerja yang semakin berat. Hal ini akan menyebabkan
menurunnya motivasi staf puskesmas untuk bekerja dengan
maksimal. Masalah ini bisa diatasi dengan menambah staf
Puskesmas berkompeten agar dapat bekerja maksimal.
2. Lingkungan
a. Keamanan yang kurang kondusif

Adanya gerakan separatis membuat petugas kesehatan


merasa tidak aman, terutama bila akan pergi ke tempat kerja. Hal
ini akan membuat motivasi kerja staf Puskesmas akan menurun.
Untuk menyelesaikan masalah ini, dapat bekerja sama dengan
pihak kepolisian serta adanya jaminan keselamatan bagi petugas
kesehatan.
b. Kurangnya apresiasi dari atasan
Kurangnya apresiasi dan penghargaan dari atasan, terutama
untuk petugas yang berprestasi, akan membuat petugas kesehatan
kurang termotivasi untuk bekerja dengan maksimal. Hal tersebut
bisa di atasi dengan di berikannya penghargaan untuk setiap
keberhasilan dari petugas kesehatan.
c. Ketidakharmonisan di antara rekan kerja
Adanya sifat dan karakteristik yang berbeda pada antara
staf Puskesmas menyebabkan

timbulnya masalah di tempat

kerja yang mengakibatkan kinerja petugas menurun dan motivasi


datang ke tempat kerja menurun. Ketidakharmonisan dapat terjaga
dengan adanya saling pengertian diantara petugas kesehatan. Dapat
diadakan rapat berkala setiap bulan untuk membahas adanya
masalah-masalah internal antara staf Puskesmas. Mengadakan
rekreasi bersama untuk menjalin silahturahmi antar petugas
kesehatan.
d. Banyaknya persalinan di dukun beranak
Daerah terpencil dan keberadaan dukun beranak yang lebih
mendominasi kunjungan ibu hamil daripada petugas kesehatan
mengakibatkan kurangnya motivasi petugas kesehatan. Petugas
merasa para ibu hamil lebih memilih melahirkan di dukun karena
selain lebih praktis, menurut kebudayaan masyarakat di Papua
Barat, dukun lebih di percaya. Solusinya yaitu mengadakan
kerjasama antara dukun beranak dengan petugas kesehatan.
Seperti membagi hasil dari pertolongan persalinan. Selain itu dapat

dilakukan penyuluhan mengenai faktor resiko dari ibu hamil agar


segera dirujuk ke puskesmas terdekat.
3. Sarana-Prasarana
a. Keterbatasan alat kesehatan dan obat-obatan yang kurang lengkap.
Jarak yang jauh dari perkotaan dan medan yang sulit
ditempuh

menyebabkan

peralatan

dan

obat-obatan

kurang

terdistribusi dengan baik, sehingga motivasi staf Puskesmas akan


menurun dalam melaksanakan tugasnya. Hal ini dapat diatasi
dengan cara mengadakan kerja sama dengan pihak terkait untuk
menambah alat dan obat-obatan serta menambah akses jalan raya
dari kota ke puskesmas.
b. Jarak dan medan yang sulit ditempuh.
Bila jarak terlalu jauh dan medan yang sulit ditempuh di
papua barat, seperti masih banyaknya jalan yang berupa tanah dan
batu akan mengakibatkan terhambatnya aktifitas masyarakat
termasuk dalam hal kesehatan mengakibatkan masyarakat sulit
untuk mencapai Puskesmas terdekat. Hal ini dapat diatasi dengan
kerjasama bersama pemerintah dalam membangun akses jalan dari
pemukiman penduduk ke puskesmas, menambah posyandu dan
menyediakan puskesmas keliling. Hal ini dapat diatasi dengan
mengadakan kerja sama dengan pihak-pihak terkait untuk
menambah akses jalan ke daerah-daerah terpencil dan jumlah
angkutan umum.
4. Metode
a.Sistem perekrutan yang tidak profesional
Sistem perekrutan yang tidak profesional yang dimaksud
berhubungan dengan sedikitnya staf Puskesmasyang ditugaskan di
Papua Barat sehingga mengakibatkan staf Puskesmasyang direkrut
kurang kompeten dan terampil sehingga kinerja dan fungsi
pelayanan kesehata pada puskesmas tersebut tidak berjalan
maksimal. Hal ini dapat diatasi dengan sistem seleksi perekrutan staf

Puskesmasyang ketat agar dapat menyaring staf Puskesmas yang


terampil dan kompeten.
b. Manajemen puskesmas kurang baik
Sistem manajemen puskesmas yang kurang baik dapat
mempengaruhi kunjungan pasien khususnya ibu hamil ke
puskesmas, yang dapat disebabkan oleh oleh faktor intrinsik yaitu
dari manajamen pelayanan terutama yang berhubungan dengan
waktu dan pelayanan petugas kesehatan, dan faktor ekstrinsik yang
berkaitan dengan kurangnya pengetahuan ibu hamil tentang
pentingnya melakukan kunjungan ke puskesmas. Hal ini dapat
diatasi dengan memperbaiki manajemen puskesmas dengan tetap
memperhatikan kebutuhan staf Puskesmas, sehingga tercipta
suasana kerja yang nyaman dan hasil kerja yang optimal.

BAB III
RENCANA PROGRAM

A. Rencana Program
1. Sumber Daya Manusia
a. Menambah jumlah tenaga kerja kesehatan melalui sistem
kerja staf Puskesmas kontrak perekrutan CPNS yang sesuai
dengan keahliannya.
b. Mengadakan secara rutin dan berkesinambungan kegiatan
pelatihan seminar dan lokakarya untuk meningkatkan
kemampuan

SDM

serta

motivasi

dalam

memberikan

pelayanan kesehatan
c. Memberikan gaji yang sesuai dengan beban kerja dan jam
kerja serta pembayaran gaji yang tepat waktu.
d. Memberikan reward/penghargaan kepada petugas yang
berprestasi dan menjadikan contoh untuk petugas lainnya.
e. Melakukan pendekatan kepada seluruh petugas puskesmas
dan memberikan edukasi bagaimana cara memperlakukan
pasien dengan baik.
2. Lingkungan
a. Mengadakan rekreasi, gotong royong, halal bihalal, kegiatan
keagamaan yang rutin dengan staf Puskesmas agar tercipta
suasana kerja yang menyenangkan dan harmonis dalam
lingkungan kerja.
b. Bekerja sama dengan pihak kepolisian serta adanya jaminan
keselamatan bagi petugas kesehatan.
c. Mengadakan kerjasama antara dukun beranak dengan petugas
kesehatan. Seperti membagi hasil dari pertolongan persalinan.
Selain itu dapat dilakukan penyuluhan mengenai faktor resiko
dari ibu hamil agar segera dirujuk ke puskesmas terdekat.
3. Sarana-Prasarana

a. Mengadakan kerja sama dengan produsen alat kesehatan untuk


pengadaan

alat

kesehatan

yang

lengkap,

mengadakan

kerjasama dengan pabrik farmasi untuk pengadaaan obat yang


lengkap
b. Mengadakan kerjasama di sektor transportasi agar ternaga
kesehatan

mudah

untuk

mengakses

tempat

pelayanan

kesehatan.

4. Metode
a. Mengadakan kerjasama dengan lembaga kesehatan yang
kompeten dibidang masing masing staf Puskesmas dalam
merekrut staf Puskesmas yang profesional.
b. Membuat suatu standar operasional pelayanan yang sesuai
dengan beban kerja dan jam kerja.
c. Memperbaiki sistem administrasi yang ada sehingga proses
administrasi dapat lebih cepat.
d. Bekerja sama dengan kepala desa dan dinas kesehatan untuk
mempermudah dalam pemberian jaminan kepada masyarakat
yang benar-benar membutuhkan.
5. Rencana Program Untuk Meningkatkan Cakupan Pelayanan
Kesehatan Ibu (K4)
a. Penyuluhan kepada Ibu hamil tentang pentingnya pemeriksaan
kehamilan
b. Lebih menggalakkan program Puskesmas Keliling (pusling)
c. Menambah kader-kader kesehatan di tiap desa, dan
memberikan penyuluhan berkala.
d. Menggalakkan program desa siaga.
e. Memberi reward kepada ibu hamil jika ibu memeriksakan
kandungannya sampai K4.
f. Memberikan kemudahan

untuk

mendapatkan

jaminan

kesehatan.
g. Mengadakan kerjasama antara dukun beranak dengan petugas
kesehatan.

BAB IV
REKOMENDASI/SARAN

Dengan pemecahan masalah yang tepat maka motivasi staf Puskesmas dapat
ditingkatkan dan Angka Kematian Ibu dapat diturunkan.
Adapun penyebab rendahnya motivasi staf Puskesmas diantaranya faktor
tenaga kerja, lingkungan, metode puskesmas, dan sarana prasarana puskesmas.
Dari program-program yang telah direncanakan untuk meningkatkan
motivasi staf Puskesmas, dapat dijalankan, diawasi, dan dievaluasi secara berkala
tingkat keberhasilannya, agar mutu pelayanan kesehatan ibu semakin baik,
sehingga angka kematian ibu berkurang.

DAFTAR PUSTAKA

Achsin, Anwir.dkk, 2003. Untukmu ibu tercinta. Prenada Media, Jakarta-timur


Bosman, Manie (2011). Start With Herzberg if Motivation Lacks at Work.
Tersedia di http://strategic leader.webnode.com/news/star-with-herzberg-ifmotivation-lacks-at-work/ diakses tanggal 27 Agustus 2014
Burns, A. 2000. Perbedayaan Wanita dalam Bidang Kesehatan. Editor Edisi
Indonesia. Tanuan Achmad. Yogyakarta : Yayasan Esentria. Medica
Depkes RI. 2005. Rencana Strategi Depkes 2005 2009. Jakarta : Depkes RI
Hamzal, Karam, Hubungan Motivasi Kerja dan Disiplin, tersedia di:
http://karamhamzal.blogspot.com/2012/02/hubungan-motivasi-kerja-dandisiplin.html diakses tanggal 2 September 2014
McLeod, S. A. (2007). Maslows Hierarchy of Needs Simply Psychology.
Tersedia di http://www.simplypsychology.org/maslow.html diakses tanggal 27
Agustus 2014
Pusdinakes, (2003). Asuhan Antenatal. Jakarta : Pusdinakes
Salmah, (2006). Asuhan Kebidanan Antenatal. Jakarta : EGC
Sholihah, 2009, persiapan persalinan dan kelahiran bayi, Jakarta
Unicef (2011). Multiple Indicator Cluster Survey 2011 di Kabupaten Terpilih di
Papua dan Papua barat. Tersedia di:
https://www.unicef.org/indonesia/MICS_in_selected_districts_of_Papua_and_We
st_Papua_Summary_-_English_final.pdf diakses tanggal 27 Agustus 2014
Unicef, (2012), Ringkasan Kajian Kesehatan Ibu & Anak. Tersedia di:
https://www.unicef.org/indonesia/A5_-B_Ringkasan_Kajian_Kesehatan_REV.pdf
diakses tanggal 27 Agustus 2014

Peta persebaran staf Puskesmas Indonesia, tersedia di:


www.bppsdmk.depkes.go.id diakses tanggal 2 September 2014
Wiknojosastro, H. (2005). Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiharjo

Anda mungkin juga menyukai