dalam
Kegiatan
Program
Page 1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................................1
DAFTAR ISI..............................................................................................................................2
BAB I. DESKRIPSI KASUS
I. IDENTITAS................................................................................................................3
II. ANAMNESIS............................................................................................................3
III. PEMERIKSAAN.....................................................................................................5
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG/USULAN PEMERIKSAAN PENUNJANG.....6
V. RINGKASAN DAN DAFTAR MASALAH............................................................6
VI. DIAGNOSIS............................................................................................................7
VII. PENATALAKSANAAN........................................................................................7
VIII. PROGNOSIS.........................................................................................................7
Patogenesis.....................................................................................................................9
gambaran klinis............................................................................................................10
PEMERIKSAAN
status generalisata.........................................................................................................13
Pemeriksaan sensabilitas..............................................................................................15
Pemeriksaan fungsi motorik.........................................................................................16
PEMERIKSAAN PENUNGJANG
Pemeriksaan bakterioskopik.........................................................................................18
Pemeriksaan histopatologik..........................................................................................19
Pemeriksaan serologis..................................................................................................20
Pemeriksaan lepromin..................................................................................................20
DIAGNOSIS
Diagnosis kerja.............................................................................................................21
Diagnosis banding........................................................................................................22
PENATALAKSANAAN.........................................................................................................24
PROGNOSIS............................................................................................................................25
BAB IV. PENUTUP................................................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................27
Page 2
LAMPIRAN............................................................................................................................28
BAB I
DESKRIPSI KASUS
I.
II.
IDENTITAS
Nama
Umur
Jenis Kelamin
Status Perkawinan
Agama
: Tn. H
: 25 th
: laki-laki
: Menikah
: Islam
ANAMNESIS
Keluhan utama
Kaku-kaku pada jari tangan disertai bengkak sejak 1 minggu yang lalu
Riwayat perjalanan penyakit
Baal pada tungkai tangan bawah dan tungkai kaki bawah sejak 2 tahun
yang lalu, kemudian mengalami luka dari sundutan rokok di lengan bawah
kanan yang tidak di sadari karena tidak berasa dan penyembuhan lama
serta meninggalkan bekas. Keluhan juga disertai dengan munculnya lesi
anastesi
berupa
makula
dan
patch
yang
hipopigmentasi
dan
Page 3
lesi itu hilang maka kemungkinan lesi akan muncul di lain tempat tanpa
sewa dan beliau juga sudah cukup lama bekerja sebagai tukang cukur.
Kebiasaan sehari-hari
- Kurang bersih, dilihat dari kondisi rumah dan kondisi lingkungan
sekitar yang kurang dalam menjaga kebersihan lingkungan. Istri pasien
menuturkan untuk pembuangan sampah dilakukan setiap sore di
halaman sebelah rumah, untuk mandi satu keluarga ini mandi 2 kali
sehari meskipun kadang pasien mandinya di malam hari karena pulang
kerjanya malam sekitar jam 9.
III.
PEMERIKSAAN
Status Generalisata
- Keadaan umum
- Kesadaran
- Gizi
BB
Page 4
TB
IMT
Tanda vital
Nadi
Respirasi
TD
Keadaan spesifik
Kepala
: 165 cm
: BB / (TB (m))2 = 55 / (1,65)2 = 55 / 2,7225
= 20,2 ( Normal )
: 70 kali / menit
: 21 kali / menit
: 110 / 70 mmHg
: keadan kepala pasien baik, kondisi mata dalam
dengan hipopigmentasi.
Leher
: keadaan leher tampak adanya limfadenopati
dan pembesaran pembuluh darah pada segitiga servicalis.
pemeriksaan
pasien.
Ekstremitas
Page 5
Sardjito.
RINGKASAN DAN DAFTAR MASALAH
Berdasarkan beberapa hasil pemeriksaan termasuk hasil pemeriksaan
laboratorium dan berdasarkan penjelasan dokter kami mendapatkan diagnosis
pasien yaitu Lepra atau Kusta atau Morbus Hansen yang merupakan penyakit
kulit. Daftar masalah yang kami temukan dari kasus ini :
1. Bagaiman kondisi asal pasien apakah penyakit ini berasal dari lokasi yan
memang endemik Lepra atau memang dari diri apsien yang kurang menjaga
diri?
2. Bagaiman dengan istri dan anaknya jika pasien tetap dalam kondisi satu rumah
dan tidak menutup keminkinan akan tetap melakukan hubungan suami istri,
apakah istri akan tertular atau bagaimana?
3. Bagaimana keadaan orang tua pasien yang sebenarnya? Apakah ada salah satu
keluarga yang pernah terkena penyakit Lepra ini ?
VI.
DIAGNOSIS
Pasien terdiagnosis dengan diagnosis kerja yaitu Morbus Hansen berdasarkan
hasil pemeriksaan penunjang yang merupakan pemeriksaan Gold Standart.
VII.
PENATALAKSANAAN
Pasien telah diberikan obat yaitu MDT Combi Novartis yang diminum secara
oral 1 kali 1 hari.
VIII.
PROGNOSIS
Berdasarkan hasil diskusi dengan dokter puskesmas, prognosis pasien adalah
dubia ad malam, yaitu cenderung memburuk karena penyakit kusta ini merupakan
penyakit kulit yang cukup sulit dalam penyembuhannya meskipun telah dilakukan
pengobatan, apalagi tipe kusta yang multibasiler.
Page 6
BAB II
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia adalah negara nomer 3 dari banyaknya kasus penderita Lepra atau penyakit
Morbus Hansen ini, sudah ada banyak cara yan dilakukan untuk meminimalkan kasus ini
tetapi masih banyak jga orang yang belum mampu menjaga diri sendiri supaya terhindar
dari salah satu penyakit kulit yang mematikan ini.
Morbus hansen (Lepra atau Kusta) merupakan penyakit infeksi yang kronik, dan
penyebabnya ialah mycobacterium leprae yang bersifat intraseluler obligat. M. Leprae
berbentuk kuman dengan ukuran 3-8 m x 0,5 m, tahan asam dan alkohol serta positif
gram. Saraf perifer sebagai afinitas pertama, lalu kulit dan mukosa traktus respiratorius
bagian atas, kemudian dapat ke organ lain kecuali susunan saraf pusat.
Cara penularan belum diketahui pasti hanya berdasarkan anggapan klasik yaitu
melalui kontak langsung antar kulit yang lama dan erat. Anggapan kedua ialah secara
inhalasi, sebab M. Leprae masih dapat hidup beberapa hari dalam droplet. Masa tunasnya
bervariasi, antara 40 hari sampai 40 tahun, umumnya beberapa tahun, rata-rata 3-5 tahun.
Page 7
BAB III
PEMBAHASAN
I.
ANAMNESIS
Patogenesis
Masuknya M.Leprae
ke
dalam
tubuh
akan
ditangkap
oleh
APC
(AntigenPresenting Cell) dan melalui dua signal yaitu signal pertama dan signal
kedua. Signal pertama adalah tergantung pada TCR terkait antigen (TCR = T cell
receptor ) yang dipresentasikan oleh molekul MHC pada permukaan APC
sedangkan signal kedua adalah produksi sitokin dan ekspresinya pada permukaan
dari molekul kostimulator APC yang berinteraksi dengan ligan sel T melalui
CD28. Adanya kedua signal ini akanmengaktivasi To sehingga To akan
berdifferensiasi menjadi Th1 dan Th2. Adanya TNF dan IL 12 akan membantu
differensiasi To menjadi Th1.
Th1 akan menghasilkan IL2 dan IFN yang akan meningkatkan
fagositosismakrofag (fenolat glikolipid I yang merupakan lemak dari M.leprae
akan berikatan dengan C3 melalui reseptor CR1,CR3,CR4 pada permukaannya
lalu akan difagositosis)dan proliferasi sel B. Selain itu, IL 2 juga akan
mengaktifkan CTL lalu CD8+.Di dalamfagosit, fenolat glikolipid I akan
melindungi bakteri dari penghancuran oksidatif olehanion superoksida dan radikal
hidroksil yang dapat menghancurkan secara kimiawi.Karena gagal membunuh
antigen maka sitokin dan growth factors akan terus dihasilkandan akan merusak
jaringan akibatnya makrofag akan terus diaktifkan dan lama kelamaansitoplasma
dan organella dari makrofag akan membesar, sekarang makrofag sudahdisebut
dengan sel epiteloid dan penyatuan sel epitelioid ini akan membentuk granuloma.
Page 8
Page 9
LEPRAMATOSA
BORDERLINE
MID BORDERLINE
(LL)
LEPRAMATOSA
(BB)
(BL)
Lesi
-Bentuk
-Jumlah
Makula
Infiltrat difus
Papul
Nodul
Tidak
terhitung,
praktis
-Distribusi
-Permukaan
-Batas
-Anastesia
tidak
Makula
Plakat
Papul
Sukar
Plakat
Dome shaped (kubah)
Punched-out
dihitung, Dapat dihitung, kulit
kulit sehat
Simetris
Halus berkilat
Tidak jelas
sehat
Hampir simetris
Halus berkilat
Agak jelas
Asimetris
Agak kasar, agak kilat
Agak jelas
Page 10
Lebih jelas
Banyak
Biasanya negatif
Negatif
Agak banyak
Negatif
Biasanya negatif
TUBERKULOID
BORDERLINE
(TT)
TUBERKULOID
INTERMINATE
(I)
(BT)
Lesi
-Bentuk
-Jumlah
-Distribusi
-Permukaan
-Batas
-Anastesia
BTA
-Lesi kulit
Tes lepromin
dibatasi infiltrate
infiltrat;
infiltrat
saja
Beberapa
Asimetris
Kering bersisik
Jelas
satu
satelit
Masih simetris
Kering bersisik
Jelas
Jelas
Variasi
Halus, agak berkilat
Dapat jelas atau dapat
tidak jelas
Tidak ada
sampai
tidak jelas
Hampir
selalu
negatif
Positif kuat (3+)
Jelas
Biasanya negatif
Negati atau hanya Dapat positif lemah
1+
Positive lemah
atau negatif
MB
- > 5 lesi
saraf jelas
sensasi
kurang jelas
Page 11
(menyebabkan
hilangnya sensasi /
kelemahan
yang
oleh
otot
dipersarafi
saraf
yang
terkena
Kusta terkenal sebagai penyakit yang paling ditakuti karena dapat
terjadi ulserasi, mutilasi, dan deformitas atau cacat tubuh akibat kerusakan
saraf besar yang ireversibel di wajah dan ekstremitas, motorik dan sensorik,
serta dengan adanya kerusakan yang berulang-ulang pada daerah anastetik
disertai paralisis dan atrofi otot.Kelainan kulit pada penyakit kusta tanpa
komplikasi dapat hanya berbentuk makula saja, infiltrat saja, atau keduanya.
II.
PEMERIKSAAN
A. Status generalisata
Tanda vital
a. Tekanan darah
Klasifikasi Tekanan Darah Orang Dewasa Menurut JNC VII
Tekanan Darah
Sistol (mmHg)
Diastol (mmHg)
Normal
<120
<80
Prehipertensi
120-139
80-89
150-159
90-99
160
100
Hipertensi stage 1
Hipertensi stage 2
Tekanan darah 110/70 dalam hal ini pasien menunjukan tekanan darah
normal
b. Nadi
Nadi menunjukkan batas normal yaitu 70 kali/menit. Rentang normal 60100kali/menit
c. Freuensi pernapasan
menujukan dalam batas normal yaitu 16x/menit. Rentang normal 14-20
kali permenit
d. Suhu
Menunjukan batas normal yaitu 36,5o C
Page 12
Status gizi
Gizi ialah suatu proses organisme menggunakan makanan yang
dikonsumsi secara normal melalui beberapa proses meliputi proses digesti,
absorpsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat-zat
yang tidak diperlukan guna memepertahankan kehidupan, pertumbuhan,
fungsi normal dari organ-organ, serta menghasilkan energi. Sedangkan status
gizi ialah ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu
atau perwujudan dari nutriture dalam bentuk variabel tertentu.
Penilaian status gizi dapat dilakukan dengan menghitung Indeks Masa
Tubuh (IMT). IMT merupakan alat sederhana untuk memantau status gizi
orang dewasa. Penggunaan IMT hanya berlaku pada orang dewasa berumur
diatas 18 tahun.
Rumus perhitungan IMT adalah sebagai berikut :
Berat badan(kg)
IMT = Tinggi badan ( m ) x tinggi badan(m)
Berat badan (dalam kilogram) dibagi kuadrat tinggi badan (dalam
meter)
Kategori Ambang Batas IMT untuk Indonesia
Kategori
IMT
Kekurangan berat badan tingkat <17,0
Kurus
berat
Kekurangan berat badan tingkat 17,0-18,5
ringan
Normal
Kelebihan
Gemuk
IMT pasien :
berat
badan
>18,5-25,0
tingkat >25,0-27,0
ringan
Kelebihan berat badan tingkat berat >27,0
55
1,65 x 1,65
55
2,7225
= 20,2
B. Pemeriksaan fisik
Pada penyakit kusta perlu dilakukan pemeriksaan fungsi sensorik
untuk menilai adanya gangguan sensorik yang dapat menimbulkan perasaan
kesemutan atau baal (parestesia), kebas atau mati rasa.
Tutorial 5 Kel 5D Blok Masalah Pada Dewasa I
Page 13
menggoresnya mulai dari tengah lesi ke arah kulit normal. Bila ada gangguan,
goresan pada kulit normal akan lebih tebal bila dibandingkan dengan bagian
tengah lesi. Dapat pula diperhatikan adanya alopesia dedaerah lesi, yang
kadang-kadang dapat membantu tetapi bagi penderita yang memiliki rambut
sedikit, sangat sukar menentukannya.
Tutorial 5 Kel 5D Blok Masalah Pada Dewasa I
Page 14
N. Ulnaris:
- Anestesia pada ujung jari anterior kelingking dan jari manis
- Clawing kelingking dan jari manis
- atrofi hipotenar dan otot intraseus serta kedua otot lumbrikalis
medial
N. Medianus
- Anestesia pada ujung jari bagian anterior ibu jari, telunjuk, dan jari
tengah
- Tidak mampu aduksi ibu jari
- Clawing ibu jari, telunjuk dan jari tengah
- Ibu jari kontraktur
- Atrofi otot tenar dan kedua otot lumbrikalis lateral
N. Ulnaris
- Anestesia dorsum manus, serta ujung proksimal jari telunjuk
- Tangan gantung (wrist drop)
- Tak mampu ekstensi jari-jari atau pergelangan tangan
N. Poplitea lateralis
- Anastesia tungkai bawah, bagian lateral dan dorsum pedis
- Kakik gantung (foot drop)
- Kelemahan otot peroneus
N. Tibialis posterior
- Anestesia telapak kaki
Page 15
III.
- Claw toes
- Paralisis otot intrinsik kaki dan kolaps arkus pedis
N. Fasialis
- Cabang temporal dan zigomatik menyebabkan lagoftalmus
- Cabang bukal, mandibular dan servikal menyebabkan kehilangan
ekspresi wajah dan kegagalan mengatupkan bibir
N. Trigeminus
- Anastesia kulit wajah, kornea dan konjungtiva mata
- Atrofi otot tenar dan kedua otot lumbrikalis lateral
Page 16
Kepadatan BTA tanpa membedakan solid dan nonsolid pada sebuah sedian
dinyatakan dengan indeks bakteri (IB) dengan nilai dari 0 sampai 6+
berdasarkan jumlah basil rata-rata yang terlihat pada lapang pandang (LP)
menggunakan perbesaran lensa obyektif 100x dan minyak emersi menurut
Ridley : 0
tidak tampak BTA pada 100 LP
1+
1-10 BTA / 100 LP
2+
1-10 BTA / 10 LP
3+
1-10 BTA / LP
4+
10-100 BTA / LP
5+
100-1000 BTA / LP
6+
> 1000 BTA / LP
Indeks morfologi (IM) adalah presentase bentuk solid dibandingkan
dengan jumlah solid dan non solid.
Rumus :
Jumlah solid : (jumlah solid + non solid) x 100% =.....%
Syarat perhitungan:
- jumlah minimal kuman tiap lesi 100 BTA
- IB 1+ tidak perlu dibuat IM nya, karena untuk mendapat 100 BTA
-
2. Pemeriksaan histopatologik
Makrofag dalam jaringan yang berasal dari monosit didalam darah ada
yang mempunyai nama khusus, antara lain sel kuffer dari hati, sel alveolar dari
paru, sel glia dari otak, dan yang dari kulit disebut histiosit. Salah satu tugas
makrofag adalah melakukan fagositosis. Jika ada kuman m. leprae masuk,
akibatnya akan bergantung pada sistem imunitas seluler (SIS) orang itu.
Apabila SIS-nya tinggi makrofag akan mampu memfagositosis m. leprae.
Datangnya histosit ketempat kuman disebabkan karena proses imunologik
dengan adanya faktor kemotaktik. Jika datangnya berlebihan dan tidak adalagi
yang harus difagosit, makrofag akan berubah bentuk menjadi sel epiteloid
yang tidak dapat bergerak dan kemudian akan berubah menjadi sel detia
langerhans. Adanya massa epiteloid yang berlebihan dikelilingi oleh limfosit
yang disebut tuberkel akan menjadi penyebab utama kerusakan jaringan dan
cacat. Pada penderita dengan SIS rendah histiosit tidak dapat menghancurkan
m. leprae yang sudah ada didalamya, bahkan dijadikan tempat berkembang
biak dan disebut sel Virchow atau sel lepra atau sel busa dan sebagai alat
pengankut penyebarluasan.
Tutorial 5 Kel 5D Blok Masalah Pada Dewasa I
Page 17
IV.
+1
Papul berdiameter 4 6 mm
+2
Papul berdiameter 7 10 mm
+3
DIAGNOSIS
Page 18
A. Diagnosis kerja
Penyakit kusta disebut juga dengan the greatest immitator karena
memberikan gejala yang hampir mirip dengan penyakit lainnya. Diagnosis
penyakit kusta didasarkan pada penemuan tanda kardinal (cardinal sign),
yaitu:
1. Bercak kulit yang mati rasa
Pemeriksaan harus di seluruh tubuh untuk menemukan ditempat tubuh
yang lain, maka akan didapatkan bercak hipopigmentasi atau eritematus,
mendatar (makula) atau meninggi (plak). Mati rasa pada bercak bersifat
total atau sebagian saja terhadap rasa raba, rasa suhu, dan rasa nyeri.
2. Penebalan saraf tepi
Dapat disertai rasa nyeri dan dapat juga disertai dengan atau tanpa
gangguan fungsi saraf yang terkena, yaitu:
a. Gangguan fungsi sensoris: hipostesi atau anestesi
b. Gangguan fungsi motoris: paresis atau paralisis
c. Gangguan fungsi otonom: kulit kering, retak, edema, pertumbuhan
rambut yang terganggu.
3. Ditemukan kuman tahan asam
Bahan pemeriksaan adalah hapusan kulit, cuping telinga, dan lesi kulit
pada bagianyang aktif. Kadang-kadang bahan diperoleh dari biopsi kulit
atau saraf.
Untuk menegakkan diagnosis penyakit kusta, paling sedikit harus
ditemukan satutanda kardinal. Bila tidak atau belum dapat ditemukan,
maka kita hanya dapa tmengatakan tersangka kusta dan pasien perlu
diamati dan diperiksa ulang setelah 3-6 bulan sampai diagnosis kusta dapat
ditegakkan atau disingkirkan.
B. Diagnosis Banding
Pada lesi makula, differensial diagnosisnya adalah vitiligo, Ptiriasis
versikolor, Ptiriasis alba, Tinea korporis , dll. Pada lesi papul, Granuloma
annulare, lichen planus dll. Pada lesi plak, Tinea korporis, Ptiriasis rosea,
psoriasis dll. Pada lesi nodul, Acne vulgaris, neurofibromatosis dll. Pada lesi
saraf, Amyloidosis, diabetes, trachoma dll.
Vitiligo, makula putih berbatas tegas dan mengenai seluruh tubuh
yangmengandung sel melanosit. Vitiligo merupakan hipomelanosis idiopatik
yang ditandaidengan makula putih yang dapat meluas. Patogenesis vitiligo ada
beberapa
yaitu
hipotesisautoimun,
hipotesis
neurohumoral,
hipotesis
Page 19
katekol.
Kemungkinan
ada
produk
intermediate
dari
katekol
Page 20
denganmenggunakan
lampu
wood
akan
berwarna
kuning
muda,
papulovesikular dapat ada tetapi jarang, dan gatal ringan. Secara mikroskopik
akan kita peroleh hifa dan spora (spaghettiand meat ball ).
Tinea korporis, dermatiofitosis pada kulit tubuh tidak berambut
(glabrous skin).Gejala klinisnya adalah lesi bulat atau lonjong, eritema,
skuama, kadang papul danvesikel di pinggir, daerah lebih terang, terkadang
erosi dan krusta karena kerokan, lesi umumnya bercakbercak terpisah satu
dengan yang lain, dapat polisiklik, dan ada center healing.
Lichen Planus, ditandai dengan adanya papul papul yang mempunyai
warna dankonfigurasi yang khas. Papul papul berwarna merah, biru,
berskuama, dan berbentuk siku-siku. Lokasinya diekstremitas bagian fleksor,
selaput lendir, dan alat kelamin.Rasanya sangat gatal, umumnya membaik 1
2 tahun. Hipotesis mengatakan liken planus merupakan infeksi virus.
Psoriasis, penyebabnya autoimun bersifat kronik dan residitif.
Ditandaidengan adanya bercak bercak eritema berbatas tegas dengan skuama
kasar, berlapis lapis dan transparan disertai fenomena tetesan lilin, Auspitz,
Koebner. Gejala klinisnyaadalah tidak ada pengaru terhadap keadaan umum,
gatal ringan, kelainan pada kulitterdiri bercak bercak eritema yang meninggi
atau plak dengan skuama diatasnya,eritema sirkumskrip dan merata tapi pada
akhir di bagian tengah tidak merata. Kelainan bervariasi yaitu numuler, plakat,
lentikuler dan dapat konfluen.
Akne Vulgaris, penyakit peradangan menahun folikel pilosebaseayang
umumnya pada remaja dan dapat sembuh sendiri. Gejala klinisnya adalah
sering polimorf yangterdiri dari berbagai kelainan kulit, berupa komedo,
papul, pustul, nodus dan jaringan parut akibat aktif tersebut, baik jaringan
parut yang hipotropik maupun yang hipertopik.
Neuropatik pada diabetes, gejalanyatergantung pada jenis neuropatik
dan saraf yang terkena. Beberapa orang dengan kerusakan saraf tidak
menunjukkan gejala apapun.Gejala ringan muncul lebih awal dan kerusakan
saraf terjadi setelah beberapa tahun.Gejala kerusakan saraf dapat berupa kebas
atau nyeri pada kaki, tangan , pergelangantangan, dan jarijari tangan,
maldigestion, diare, konstipasi, masalah pada urinasi,lemas, disfungsi ereksi
dll.
Defisiensi vitamin B6,gejala klinis termasuk seboroik dermatitis,
cheilotis,glossitis, mual, muntah, dan lemah. Pemeriksaan neurologis
Page 21
menunjukka penurunan propiosepsi dan vibrasi dengan rasa sakit dan sensasi
temperatur, refleks achillesmenurun atau tidak ada.
Defisiensi folat, gejala klinisnya tidak dapat dipisahkan dengan
defisiensi kobalamin (vitamin B12) walaupun demensia lebih dominan. Pasien
mengalamisensori motor poly neuropathy dan demensia
V.
PENATALAKSANAAN
Dalam mengatasi kondisi Morbus Hansen untuk penanganan awal perlu
diberikan MDT demi mencegah beberapa reaksi sekunder yan bisa ditimbulkan, selain
itu juga digunakan untuk tidak memperparah kondisi pasien yang mengalami penyakit
kulit ini karena akan berhubungan dengan sistem saraf pada tubuh dan penurunan
imunologi yang diakibatkan oleh serangan dari Mycobacterium Leprae. Selanjutnya
untuk medikamentosa dalam pengobatan Morbus Hansen ini berdasarkan WHO perlu
diberikan kombinasi MDT 3 obat yaitu Rifampisin, Dapsone, dan Clofazimine selama
2 tahun untuk penderita Lepra Multibasiler dan kombinasi MDT (Rifampisin dan
Dapzone) selama 6 bulan untuk penderita Lepra Pausibasiler.
Cara pemberian MDT untuk multibasilar adalah rifamfisin 600 mg setiap
bulan, DDS (diaminodifenil sulfon) 100 mg setiap hari, klofazimin 300 mg setiap
bulan (dalam pengawasan) diteruskan 50 mg sehari atau 100 mg selang sehari atau 3 x
100 mg setiap minggu. Mula-mula kombinasi obat ini diberikan 24 dosis dalam 24
sampai 36 bulan dengan syarat bakterioskopik harus negatif. Apabila bakterioskopik
masih positif pengobatan harus dilanjutkan sampai bakterioskopik negatif. Selama
ppengobatan dilakukan pemeriksaan secara klinis setiap bulan dan secara
bakterioskopik minimal setiap 3 bulan. Jadi besar kemungkinan pengobatan kusta
multibasilar ini selama 2-3 tahun.
Cara pemberian MDT untuk pausibasilar adalah rifampisin 600 mg setiap
bulan (dengan pengawasan), DDS 100 mg setiap hari. Keduanya diberikan dalam 6
dosis selama 6 sampai 9 bulan. Sehingga release from treatmen (penghentian
pemberian obat tetapi tetap dalam pengamatan) setelah 6-9 bulan. Selama pengobatan
pemeriksaan secara klinis dilakukan setiap bulan dan secara bakterioskopik setelah 6
bulan pada akhir pengobatan. Pemeriksaan dilakukan minimal setiap tahun selama 2
tahun secara klinis dan bakterioskopik. Jika tidak ada keaktivan baru secara klinis dan
Page 22
bakterioskopik tetap negatif maka dinyatakan release from control (bebas dari
pengamatan)
Sedangkan untuk penatalaksaan non-medikamentosa adalah selalu menjaga
kebersihan dan menghindari panas, karena negara Indonesia adalah negara tropis yang
merupakan faktor resiko dalam penyakit Morbus Hansen ini, maka diperlukan untuk
mengompres badan dengan air dingin setiap harinya selama 20 menit dalam sekali
mengompres. Selain itu dianjurkan juga merawat kulit sehari-hari dengan memeriksa
ada tidaknya memar, luka atau ulkus. Kaki dan tangan direndam, disikat dan
diminyaki agar tidak kering dan pecah, Menghindari faktor pencetus lainnya seperti
kondisi badan yang berkeringat. Karena pasien bekerja dengan benda tajam
disarankan untuk menggunakan sarung tangan ketika bekerja.
VI.
PROGNOSIS
Prognosisnya adalah duba ad malam, tetapi tetelah program terapi obat
biasanya prognosis baik, yang paling sulit adalah manajemen dari gejala
neurologis, kontraktur dan perubahan pada tangan dan kaki. Ini membutuhkan
tenaga ahli seperti neurologis, ortopedik, ahli bedah, prodratis,oftalmologis,
physical medicine, dan rehabilitasi. Yang tidak umum adalah secondary
amyloidosis dengan gagal ginjal dapat mejadi komplikasi
BAB 4
PENUTUP
Page 23
4.1 Kesimpulan
Penyakit Lepra merupakan penyakit kulit yang paling terkenal mematikan dan
Indonesia merupakan nomer 3 sedunia pada kasus ini, karena kondisi iklim yang
tropis dan memudahkan serangan penyakit kulit ini yang diakibatkan oleh bakteri.
Serangan penyakit ini tidak disebabkan secara langsung melainkan harus
mengalami inhalasi yang cukup lama sebelum menimbulkan gejala gejala pada
pasiennya. Penyakit ini perlu pengobatan khusus karena sifat dari bakterinya yang
cukup kebal dan susah untuk dimatikan tanpa therapy yang benar. Harus
memperhatikan beberapa faktor resiko dalam memicu penyakit ini supaya
dihindari terutama faktor kebersihan tubuh maupun kebersihan lingkungan.
4.2 Saran
Untuk Fakultas Kedokteran UII
Perlu dilakukan surat izin khusus pada pasien yang akan diperiksa supaya
pasien lebih terbuka, jadi surat izin tidak hanya untuk puskesmas tetapi juga untuk
pasien
Untuk pasien
Untuk mahasiswa
Perlu rinci lagi dalam melakukan pemeriksaan supaya tidak ada pemeriksaan
yang tertinggal dan dalam membuat laporan perlu membaca lebih banyak lagi supaya
laporannya bisa menjadi lebih sempurna.
DAFTAR PUSTAKA
Adhi, Djuanda., et al. 201. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, Ed.6. Jakarta :
Fakultas Kedokteran Universitan Indonesia
Tutorial 5 Kel 5D Blok Masalah Pada Dewasa I
Page 24
Behrman, R.E., Kliegman, R.M., Arvin, Ann.M., 2000. Ilmu Kesehatan Anak
Nelson, Ed. 15, Vol. 2. Jakarta : EGC
Bhat, R.M., Prakash, C. 2012. Leprosy: An Overview of Pathophysiology. Hindawi
Publishing Cerporation. Vol : 2012 : pp : 1-7
Lucia, M., Samira., DE, Araci, M., et al. 2012. Primary results of Clinical Trial for
Uniform Multidrug Therapy for Leprosy Patients in Brazil (U-MDT/CT-BR): reactions
frequency in multibacillary patients. Lepr Rev. Vol : 83 ; pp : 308-319
Mitchell., Kumar., Abbas., Fausto. 2008. Buku Saku Dasar Patologis Penyakit
Robbins dan Cotran, Ed. 7. Alih Bahasa Andry Hartono ; editor Inggrid Tania et al. Jakarta :
EGC
Tiarasari, R. 2014. Rehabilitaion and Disability Limitation of Youth 22 Years Old
Morbus Hansen. J.Medula Unila. Vol: 3, No: 2 ; pp: 96-107
Tim Blok masalah pada remaja FK UII. 2012. Panduan Medik BLOK SISTEM
SARAF & MUSCULOSKELETAL 1.2. Yogyakarta:FKUII
Lampiran
Page 25
Page 26
Page 27
Kelompok Tutorial 5
Page 28