Anda di halaman 1dari 29

PARAMETER PERENCANAAN

GEOMETRIK JALAN RAYA

Tujuan perencanaan geometrik :


a. Memberi keamanan dan kenyamanan (jarak pandang,
ruang yang cukup bagi manuver, koefisien gesek
permukaan).
b. Menjamin suatu perancangan yang ekonomis
c. Memberi suatu keseragaman geometrik jalan
sehubungan dengan jenis medan

Kriteria Perencanaan
Perencanaan jalan raya harus memperhitungkan karakteristik
komponen-komponen yang ada dalam sistem jalan.

Komponen tersebut adalah :


a. Karakteristik pengguna jalan (pengelihatan, waktu
reaksi, tinggi mata pengemudi, dll)
b. Karakteristik kendaraan
c. Klasifikasi jalan

Kendaraan Rencana
Kendaraan rencana adalah kendaraan yang mewakili satu kelompok
jenis kendaraan, digunakan untuk perencanaan jalan.

Karakteristik kendaraan untuk keperluan perencanaan jalan


dikelompokkan menjadi :
a. Karakteristik statis (dimensi, berat, kemampuan
manuver).
b. Karakteristik kinematis (kemampuan melakukan
percepatan dan perlambatan).
c. Karakteristik dinamis (tahan tanjakan, menikung, dll).

Ukuran kendaraan rencana untuk masing-masing


kelompok adalah ukuran terbesar yang mewakili
kelompoknya.
Kendaraan rencana mempengaruhi lebar lajur, jarak
pandang, radius tikungan, pelebaran pada tikungan dan
perencanaan landai jalan.

Kendaraan rencana mana yang akan dipilih sebagai


dasar perencanaan geometrik jalan ditentukan oleh
fungsi jalan dan jenis kendaraan dominan yang akan
memakai jalan tersebut.

Ukuran Kendaraan Rencana


(Standar Perencanaan Geometrik Untuk Jalan Perkotaan, Dirjen Bina Marga)

Jenis
kendaraan

Panjang
Total
(m)

Lebar
Total
(m)

Tinggi
Depan
Tergantung
(m)
(m)

Jarak
Gandar
(m)

Belakang
Tergantung
(m)

Radius
Putaran
Min.
(m)

Kendaraan
Penumpang

4,7

1,7

2,0

0,8

1,2

2,7

Truk/bus
Tanpa
Gandengan

12

2,5

4,5

1,5

6,5

4.0

12

Kombinasi

16,5

2,5

4,0

1,3

4,0 (depan)

2.2

12

9,0
(belakang)

Kecepatan
Kecepatan adalah besaran yang menunjukkan jarak yang ditempuh
dibagi waktu.
Kecepatan rencana adalah kecepatan yang dipilih untuk keperluan setiap
bagian jalan raya seperti tikungan, kemiringan jalan, jarak pandang, dll.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan rencana :


a. Keadaan medan (datar, bukit, gunung)
Medan dikatakan datar jika kecepatan kendaraan truk
sama atau mendekati mobil penumpang.
Medan dikatakan berbukit jika kecepatan kendaraan truk
berkurang sampai di bawah mobil penumpang, tetapi
belum merangkak.
Medan dikatakan pegunungan bila kecepatan kendaraan truk
merangkak melewati jalan tersebut dengan frekwensi yang sering.

Kemiringan melintang
CL

Jenis medan

Kemiringan melintang rata-rata

Datar
Perbukitan
Pegunungan

0 9,9 %
10 24,9 %
> 25 %

b. Sifat dan tingkat penggunaan daerah


Kecepatan rencana untuk daerah luar kota lebih besar dari
kecepatan rencana jalan dalam kota.

Volume Lalu Lintas


Volume lalu lintas adalah jumlah kendaraan yang melintasi suatu
titik pengamatan dalam satu satuan waktu (hari, jam, menit).
Satuan volume lalu lintas yang umum digunakan dalam
perencanaan jalan adalah :
a. Lalu lintas Harian Rata-rata (LHR)
b. Volume Jam Perencanaan (VJP)
c. Kapasitas

Lalu lintas Harian Rata-rata (LHR)


Lalu lintas harian rata-rata adalah volume lalu lintas rata-rata dalam satu
hari.
Dari cara memperoleh data, ada 2 macam LHR yaitu Lalu lintas Harian
Rata-rata Tahunan (LHRT) dan Lalu lintas Harian Rata-rata (LHR).

LHRT adalah jumlah lalu lintas kendaraan rata-rata yang melewati satu
jalur jalan selama 24 jam dan diperoleh dari data selama 1 tahun penuh.
jumlah lalu lintas dalam 1 tahun
LHRT =
365

LHRT dinyatakan dalam SMP/hari/2 arah atau kendaraan/hari/2


arah untuk jalan 2 lajur 2 arah, SMP/hari/1 arah atau
kendaraan/hari/1 arah untuk jalan berlajur banyak dengan median.
Lalu lintas Harian Rata-rata
Jumlah lalu lintas selama pengamatan
LHR =
Lamanya pengamatan
Data ini cukup teliti jika :
a. Pengamatan dilakukan pada interval waktu yang cukup
menggambarkan fluktuasi arus lalu lintas selama 1 tahun.
b. Hasil LHR yang dipergunakan adalah harga rata-rata dari
perhitungan LHR beberapa kali.

Volume Jam Perencanaan (VJP)


Besarnya arus lalu lintas yang melewati suatu jalan tidak konstan
tetapi berfluktuasi.
LHR dan LHRT tidak dapat memberikan gambaran mengenai
fluktuasi arus lalu lintas lebih pendek dari 24 jam.

Volume dalam 1 jam yang dipakai untuk perencanaan dinamakan


Volume Jam Perencanaan (VJP). Volume ini biasanya tidak sama
dengan volume terbesar yang melewatinya.
VJP = K. LHR
K = faktor VJP yang dipengaruhi oleh pemilihan jam sibuk keberapa,
dan jalan antar kota atau jalan dalam kota.

Kapasitas
Kapasitas adalah jumlah kendaraan maksimum yang dapat
melewati suatu penampang jalan pada jalur jalan selama 1 jam
dengan kondisi serta arus lalu lintas tertentu.
VJP menunjukkan jumlah arus lalu lintas yang direncanakan akan
melintasi suatu penampang jalan selama 1 jam.
Kapasitas menunjukkan jumlah arus lalu lintas yang maksimum
dapat melewati penampang tersebut dalam waktu 1 jam sesuai
dengan kondisi jalan (sesuai dengan lebar lajur, kebebasan samping,
kelandaian, dll)

Manual Kapasitas Jalan Indonesia tahun 1997


memberikan panduan untuk menentukan kapasitas jalan
antar kota :
C = Co . FCW . FCSP . FCSF
dimana :
C = kapasitas (SMP/jam)
Co = kapasitas dasar (SMP/jam)
FCW = faktor penyesuaian lebar jalan
FCSP = faktor penyesuaian distribusi arah
FCSF = faktor penyesuaian gangguan samping

Tingkat Pelayanan Jalan


Kenyamanan dari kondisi arus lalu lintas yang ada tidak cukup
hanya digambarkan dalam volume lalu lintas tanpa disertai data
kapasitas jalan dan kecepatan pada jalan tersebut.
Contoh 1 : jalan A dengan kapasitas 2000 kendaraan/jam
mempunyai volume 1000 kendaraan/jam.
Jalan B berkapasitas 1500 kendaraan/jam mempunyai volume yang
sama (1000 kendaraan/jam).
Pengemudi merasa lebih nyaman berkendaraan pada jalan A.
Pada jalan A V/C = 1000 / 2000 = 0,5
Pada jalan B V/ C = 1000 / 1500 = 0,67

Contoh 2 : Jalan A mempunyai kapasitas 2000 kendaraan/jam,


volume 1000 kendaraan/jam, kecepatan rata-rata 80 km/jam.
Jalan B mempunyai kapasitas dan volume yang sama, tetapi
kecepatan rata-rata hanya 40 km/jam.
Berarti tingkat pelayanan jalan A lebih baik dari jalan B.

Tingkat kenyamanan ditentukan oleh nilai V/C dan kecepatan lalu


lintas.
Highway Capacity Manual membagi tingkat pelayanan jalan menjadi
6 bagian :
Tingkat Pelayanan A :
. Arus lalu lintas bebas tanpa hambatan
. Volume dan kepadatan lalu lintas rendah
. Kecepatan kendaraan merupakan pilihan pengemudi

. Kecepatan perjalanan > 95 km/jam

. V/C 0,3
Tingkat Pelayanan B
. Arus lalu lintas stabil
. Kecepatan mulai dipengaruhi oleh keadaan lalu lintas, tetapi
tetap dapat dipilih sesuai dengan kemauan pengemudi.
. Kecepatan kendaraan 90 95 km/jam
. V/C 0,5

Tingkat Pelayanan C
. Arus lalu lintas masih stabil
. Kecepatan perjalanan dan kebebasan bergerak sudah
dipengaruhi oleh besarnya volume lalu lintas, pengemudi
tidak dapat lagi memilih kecepatan yang diinginkannya.
. Kecepatan kendaraan 70 - 90 km/jam
. V/C 0,75

Tingkat Pelayanan D
. Arus lalu lintas sudah mulai tidak stabil
. Perubahan volume lalu lintas sangat mempengaruhi
besarnya kecepatan perjalanan.
. Kecepatan kendaraan 60 - 70 km/jam
. V/C 0,9
Tingkat Pelayanan E
. Arus lalu lintas sudah tidak stabil
. Volume kira-kira sama dengan kapasitas
. Sering terjadi kemacetan
. Kecepatan kendaraan 50 - 60 km/jam
Tingkat Pelayanan F
. Arus lalu lintas tertahan pada kecepatan rendah
. Sering terjadi kemacetan, arus lalu lintas rendah
. Kecepatan kendaraan 50 km/jam
. V/C 1,0

Jarak Pandangan
Jarak pandangan :
panjang jalan di depan kendaraan yang masih dapat dilihat dengan
jelas dari tempat duduk pengemudi.
Jarak pandangan berguna untuk :
1. Menghindari tabrakan yang dapat membahayakan.
2. Memberi kemungkinan untuk mendahului kendaraan lain.
3. Menambah efisiensi jalan tersebut, sehingga volume
pelayanan dapat dicapai semaksimal mungkin.
4. Sebagai pedoman bagi pengatur lalu lintas dalam
menempatkan rambu-rambu lalu lintas.

Jarak pandangan dibedakan :


1. Jarak pandangan henti
2. Jarak pandangan menyiap

Jarak Pandangan Henti


Jarak yang ditempuh pengemudi untuk dapat menghentikan
kendaraan bila ada suatu halangan di tengah jalan.
Jarak = kecepatan x waktu
d1 = V x t
d1 = jarak dari melihat rintangan sampai menginjak rem
V = kecepatan kendaraan (km/jam)
t = waktu reaksi (2,5 detik)
d1 = 0,278 V x t

d2 = jarak yang ditempuh kendaraan dari menginjak rem sampai


kendaraan berhenti.
G. v2
G. fm. d2 =

2g

v2
d2 =

2g . fm

d2 = jarak mengerem (m)


fm = koefisien gesekan antara ban dan muka jalan
v = kecepatan kendaraan (meter/detik)
g = 9,81 m/detik2

Jarak mengerem
V2
d2 =
254 fm
Rumusumum jarakpandangan henti :
V2
d = 0,278 V.t +
254 fm
V = kecepatan kendaraan (km/jam)

Nilai fm dipengaruhi oleh tekanan ban, bentuk ban, bunga ban, permukaan
dan kondisi jalan dan kecepatan kendaraan.

Jarak Pandangan Henti Minimum (AASHTO 90)


Kecepatan Kecepatan
Rencana
Jalan
(km/jam) (km/jam)
30
40
50
60
70
80
100
120

27
36
45
54
63
72
90
108

fm

0,400
0,375
0,350
0,330
0,313
0,300
0,285
0,280

d
d
d desain
perhitung perhitung (m)
an untuk an untuk
Vr (m)
Vj (m)
29,71
44,60
62,87
84,65
110,28
139,59
207,64
285,87

25,94
38,63
54,05
72,32
93,71
118,07
174,44
239,06

25 30
40 45
55 65
75 85
95 110
120 140
175 210
240 - 285

Tinggi rintangan dan mata pengemudi untuk perhitungan jarak


pandangan henti minimum

Standar

Tinggi rintangan h1
(cm)

Tinggi mata h2
(cm)

15
10
10

106
120
100

AASHTO 90
Bina Marga (luar kota)
Bina Marga (urban)

Pengaruh landai jalan terhadap jarak pandangan henti minimum


G fm d2 G L d2 = G/g V2
V2
d = 0,278 V t +
254 ( f L)
L = besarnya landai jalan

Jarak Pandang Menyiap


Jarak yang dibutuhkan pengemudi sehingga dapat melakukan gerakan
menyiap dengan aman dan dapat melihat kendaraan dari arah depan
dengan bebas.
Jarak pandang menyiap hanya digunakan untuk perencanaan jalan 2 arah
tanpa median.
Asumsi yang diambil :
1. Kendaraan yang disiap mempunyai kecepatan tetap.
2. Pada daerah penyiapan, kecepatan kendaraan yang akan
menyiap = kendaraan yang disiap.
3. Kecepatan kendaraan yang menyiap mempunyai perbedaan
sekitar 15 km/jam dengan kendaraan yang disiap pada saat
melakukan penyiapan

4. Pada saat kembali ke lajur jalannya, masih


ada jarak dengan kendaraan dari arah
yang berlawanan.
5. Kendaraan yang bergerak dari arah yang
berlawanan mempunyai kecepatan yang
sama dengan kendaraan yang menyiap.

d1 = jarak yang ditempuh selama waktu reaksi dan membawa


kendaraannya membelok ke lajur kanan
d2 = jarak yang ditempuh selama berada pada lajur sebelah kanan
d3 = jarak bebas yang harus ada antara kendaraan yang menyiap
dengan kendaraan yang berlawanan arah setelah gerakan
menyiap dilakukan.
d4 = jarak yang ditempuh oleh kendaraan yang berlawanan arah
selama 2/3 dari waktu yang diperlukan oleh kendaraan yang
menyiap berada pada lajur sebelah kanan.
Jarak pandangan menyiap standar :
d = d1 + d2 + d3 + d4

Jarak pandangan henti dan jarak pandangan menyiap minimum


(Departemen PU, Ditjen Bina Marga, 1997).

Vr
(km/jam)

120

100

80

60

50

40

30

20

Jh min (m)

250

175

120

75

55

40

27

16

Jd min (m)

800

670

550

350

250

200

150

100

Jarak pandangan malam


adalah jarak pandangan henti yang terlihat di malam hari karena
diterangi lampu sorot mobil itu sendiri.

Anda mungkin juga menyukai