Anda di halaman 1dari 13

ABSTRAK

Percobaan isolasi kafein dari teh ini bertujuan untuk menetukan kadar kafein dalam
teh, dimana teh yang di gunakan adalah bubuk teh sari wangi. Percobaan ini di
lalukan dengan mendidihkan air dan bubuk teh sari wangi hingga mendidih kemudian
di saring, lalu ditambahkan larutan Pb(NO3)2 zat zat yang tidak penting

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.

Judul Praktikum

: Isolasi Kafein dari Teh

1.2.

Tanggal Praktikum

: 24 Mei 2015

1.3.

Tujuan Praktikum

: Menetuan kadar kafein dalam the

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.

Isolasi Kafei dari Teh


Alkaloid adalah senyawa organic mirip alkali yang mengandung atom

hidrogen yang bersifat basa dan heterosiklik, Karena bersifat basa tumbuhan yang
mengandung mengandung alkaloid biasanya terasa pahit. Keberadaan alkaloid pada
tumbuhan sendiri tidaklah merupakan zat metabolisme, namum lebih merupakan
senyawa metabolit sekunder memiliki lebih banyak fungsi eologis dari pada fumgsi
metabolisme itu sendiri. Beberapa ahli menyatakan bahwa alkaloid berfungsi sebagai
pelindung tumbuhan dari serangan hama dan penyakit, atau sebaai basa mineral untuk
mempertahankan keseimbangan ionik.
Dari segi biogenik, alkaloid diketahui berasal dari sejumlah kecil asam amino
yaitu ornilin dan lisinyang menurut alkaloid disiklik. Fenilanin dan hirasin yang
mengandung alkaloid, yang menurut alkaloid jenis iso kuinolin dan triftopan. Reaksi
utama yang mendasari biosinesis senyawa alkaloid adalah reaksi mannich antara
suatu aldehida dengan suatu amina primer dan skunder. Dan suatu senyawa enol atau
fenol atau senyawa metilasi. Tipe alkaloid yang digunakan pada praktikum ini adalah
Kafein.
Kafein adalah senyawa alkaloid yang termasuk golongan metylxanthine
(1,3,7-trimethyxanthine). Efek psikologis yang dihasilkan dapat beragam dapat
menyebabkan ketergantungan. Kafein cukup banyak terkandung dalam the (30-75
mg/cangkir). Selain itu the juga mengandung tannin dan sejumlah kecil klorofil.
Struktur kafein terbangun dari sistem cincin putih, Yang secara biologis penting dan
diantaranya banyak di tempatkan dalam asam nukleat.
Ekstaksi adalah metode pemisahan senyawa yang melibatkan proses pemindahan satu
atau lebih banyak senyawa dari fase padat ke fase cair. Serta di dasarkan pada prinsip
kelarutan. Ekstraksi terdiri dari tiga jenis. Ekstraksi cair menjadi cair memiliki prinsip

bahwa senyawa kuning larut dalam pelarut yang satu dan sangat larut dalam pelarut
lainnya (prinsip beda kelarutan). Ekstraksi padat menjadi cair bias mengekstrakkan
zat padat dan cair. Ekstraksi asam basa merupakan jenis ekstraksi yang didasarkan
pada sifat asam basa senyawa oraganik (misal: ekstraksi alkaloid).
Kromatografi adalah suatu metoda yang digunakan untuk memisahkan
senyawa dengan di analisis dan di pelajari. Dengan menganalisi senyawa kita dapat
mengetahui apa saja unsur-unsur yang membentuknya. Karena kromatografi juga
merupakan metode yang baik untuk digunakan sebagai metode analisa suatu
campuran dan pelarutnya.
Metode kromatografi memusnahkan dua atau lebih senyawa ion berdasarkan
pada perbedaan migrasi dan distribusi senyawa ion tersebut dalam dua fase diam.Hal
ini menjadi sebab keberadaan fase gerak dan fase diam dalam semua jenis
kromatografi, Pada posisi yang berbeda-beda. Senyawa atau ion ini akan bertahan
dan terabsorpsi pada fase diam dan kemudian satu persatu akan terbawa kembali oleh
fase gerak yang melaluinya (Murray, 2003).
2.2.

Ekstraksi Padat-Cair
Ekstraksi padat cair yang dilakukan merupakan proses pemisahan kafein padat

dari larutan. Pada tahap awal daun teh di seduh dengan air mendidih. Hal ini di
maksudkan agar kelarutan kafein dalam air mengikat. Dalam hal ini penambahan
suhu kalor yang meningkatkan energy kinetic campuran sehingga lebih mudah terjadi
pelarutan, dengan ini di harapkan kafein yang di ekstrak dapat mencapai jumlah
optimum.
Keberadaan tannin menyebabkan natrium karbonat di ubah menjadi garam
yang larut dalam air tidak larut dalam diklorometana. Mekanismenya adala sebagai
berikut:
Tannin merupakan senyawa fenolik yang memiliki gugus OH pada cincin
dimana titiknya dan bersifat cukup asam. Tannin larut dalam air dan juga pada
diklorometana, karena menginginkan kafein yang murni,tannin di hilangkan dari fasa

organic larutan ini. Dalam hal ini harus membuat tannin larut dalam air dan juga pada
diklorometana. Karena ketika menginginkan ekstrak kefein yang murni. Maka jenis
tannin harus di hilangkan dari fasa organic larutan ini. Tannin harus larut dalam air
caranya dengan mengubah tannin yang asam menjadi garam (deprotonisasi OH)
sehingga berubah menjadi anion fenolik yang tidak larut yang tidak larut dalam
diklorometana nan larut dalam air. Namun pembentukan garam tannin untuk tujuan
ini menimbulkan efek samping.
Tannin berfungsi sebagai surfaktan anion yang menyebabkan pembentukan
emulsi dengan air. Pembentukan emulsi ini dapat di cegah dengan cara pengocokan
corong pisah yang tidak terlalu kuat (perlahan saja) karena reaksinya menghasilkan
gas agar corong tidak meledak, Maka semacam pengocokan tutuonya harus dibuka
sewaktu-waktu, Dan CO2 yang berasal dari Na2CO3 dapat keluar dan terbentuk
kesetimbangan tekanan didalam dan di luar corong.
Diklorometana digunakan untuk melarutkan kafein karena sebagai pelarut
senyawa organik, diklorometana melarutkan kafein lebih dari 140 mg/ml dari pada air
22 mg/ml. Selain itru tannin dalam bentuk garam juga tidak dapat larut dalam
diklorometana sehingga kafein yang hasilkan jauh lebih murni, setelah corong
pemisah di gunakan dan didiamkan, akan terbentuk dua fasa utama yaitu fasa
diklorometanaa dan tannin tidak larut didalamnya, maka fasa yang di ambil adalah
fasa diklorometana keberadaan emulsi seperti telah di sebutkan.
Tujuan penambahanCaCl2 anhidrat didalamnya untuk pengikatan fasa air yang
terikut pada pemisahan fasa diklorometana dan fasa air dengan menggunakan corong
pisah (penyaring). Fasa air biasanya ikut serta karena dua hal, pertama karena ketidak
sengajaan memasukkan fasa air atau emulsi, kedua adalah karena air sedikit larut
dalam pelarut senyawa organik seperti diklorometana.
Setelah larutan di sektrak benar-benar bebas air, baru dilakukan distilasi.
Kafein memiliki titik didih yang bwrbwda pada tahap akhir ditentukan dengan
menggunakan melting block (Underwood, 1986).

2.3.

Uji Alkaloid

Pengujian alkaloid menggunakan pereaksi meyer dan dragen draff, pada


dasarnya menggunakan sifat dasar alkaloid yang negatif terhaadap logam berat.
Dalam hal ini pereaksi meyer mengandung logam berat Pb (timbal)> Bukti
keberadaan alkaloid dalam sampel terutama dengan melihat keberadaan gumpalan
atau endapan setelah terjadi rekasi antara sampel dan pereaksi meyer atau dragen
draff.
Pada pereaksi meyer, jika terdapat alkaloid maka alkaloid akan dapat bereaksi
dengan bismuth sehingga menggumpal dan mengendap dalam endapan berwarna
kuning. Pada pereaksi dragen draff. Jika terdapat kaloid-kaloid akan bereaksi dengan
timbale sehingga menggumpal dan mengendap dalam endapan berwarna merah tua
(khopkar, 1990).
2.4.

Efek Samping Mengkonsumsi Kafein.


Kafein adalah suatu senyawa organic yang mempunyai nama lain yaitu
kafeintein atau 1.3.7-trimetilxantin. Kristal kafein dalam air berupa jarum-jarum
bercahaya. Kafein mudah larut dengan air panas dan kloroform, tetapi sedikit larut
dalam air dingin dan alkohol. Kafein besifat basa lemah dan hanya membentuk garam
dengan basa kuat, kaefin umumnya dikonsumsi oleh manusia dari biji kopi dan daun
teh(Abraham, 2010).
Kafein merupakan jenis alkaloid yang secara alamiah terdapat dalam biji kopi,
daun the, daun mete, biji kola, bijicoklat dan beberapa minuman penyegar. Kafein
memiliki berat molekul 194.19 dengan rumus kimia C 8H10N10O2 dan PH 6,9 (larutan
kafein 1% dalam air). Secara ilmiah, efek langsung dari kafein terhadap kesehatan
sebetulnya tidak ada. Tetapi yang ada adalah efek tak langsungnya seperti
menstimulasi pernafasan dan jantung. Serta menambahkan efek samping berupa rasa
gelisah, tidak dapat tidur, dan denyut jantung tak beraturan (Hermanto, 2007).

BAB II
METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1.

Alat dan Bahan

3.1.1. Alat
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.

Gelas kimia
Corong besar dan kecil
Corong pemisah
Erlenmeyer
Neraca digital
Hot plate
Spatula
Batang pengaduk
Kertas saring
termometer
Labu ukur

3.1.2. Bahan
1.
Bubuk the sari wangi
2.
Kloroform (CHCl3)
3.
Timbal nitrat (Pb(NO3)2)
4.
Larutan Natrium sulfat anhidrat
5.
Aquadest
3.2

Prosedur Kerja
Prosedur percobaan

1.

Dimasukkan 500 ml aquadest di tambahkan dengan 50 gram serbuk the sari


wangi ke dalam gelas kimia 1000 ml

2.

Campur aquadest dan serbuk the dididihkan hingga mendidih.

3.

Campuran disaring panas-panas dengan corong dan kertas saring, lalu filtrat di
hasilkan di tambah dengan 100 ml Pb(NO3)2 sambil di aduk dan disaring
kembali dengan kertas lakmus.

4.

Filtrat diuapkan hingga volume menjadi 100 ml, lalu didinginkan dan
ditambahkan 20 ml kloroform ke dalam corong pemisah, Lalu dikocok
kemudian didiamkan.

5.

Filtrat terdiri dari 3 lapisan-lapisan kloroform dan kafein dipisahkan lalu


ditambahkan natrium sulfat anhidrat dan diuapkan kembali sehingga
kloroform menguap.

6.

Ditimbang dan dicatat hasil dari endapan kafein.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.

N
O
1
2

4
5

4.2.

Hasil

Cara kerja
500 ml aquadest + 50 gr the sari
wangi diaduk dan d panaskan
Campuran disaring dan
ditambahkan 10 ml Pb(NO3)2 dan
di saring kembali

Hasil Pengamatan

Campuran berwarna coklat tua dan suhu


campuran 95C
Warna larutan menjafi lebih memudar
dan larutan sisa setelah disaring agak
kental dan filtratnya berwarna merah
kecoklatan
Campuran diuapkan sampai
Terbentuk dua lapisan setelah
volume 100ml, dibiarkan dingin
penambahan kloroform pada bagian
lalu dimasukkan ke dalam corong bawah keruh dan pada baguan atas
pemisah dan titambah 25 ml
berupa lapisan the dan lapisan bawah
kloroforom dan
berupa lapisan kloroform
dikocok/ekstraksi
Campuran dipisahkan dengan
Hasil yang didapat berupa larutan yg
corong pisah (bagian bawahnya) keruh
Campuran pada corong pemisah
Terbentuk dua lapisan dan lapisan bawah
ditambahkan 15 ml kloroform,
dipisah
dikocok dan dipisahkan lagi
Filtrat yang pertama ditambahkan Campuran tidak larut
dengan filtrate yang kedua dan
ditambahkan natrium sulfat
anhidrat
Campuran kemudian diuapkan
Menghasilkan kafein kering/
sampai campuran kering lalu di
Kafein yang dihasilkan sebanyak 2.33 gr
timbang hasilnya yang didapat
Kadar kafein yang didapat sebesar 4.66%

Pembahasan

Pada percobaan ini, digunakan metode ekstraksi yaitu mengekstrak teh untuk
menentukan kadar kafeinnya. Percobaan ini dilakukan dengan menambahkan 500 ml
aquadest dengan 50 gram teh sari wangi. Lalu dipanaskan hingga mendidih tujuan
dipanaskan agar kafein dalam teh tertarik dan dapat menyatu dengan air. Karena
kafein mempunyai sifat mudah larut dengan air panas.
Kemudian setelah mendidih, lalu di saring selagi panas dengan corong dan
kertas saring, agar filtrat dan ampas terpisah sehingga yang tersisa hanya filtrat yang
mengandung kafein.
Lalu ditambahkan Pb(NO3)2, dimana Pb(NO3)2 berfungsi mengendapkan
kotoran-kotoran yang terdapat pada filtrat berupa garam-garam dari kafein seperti
tannin, asam-asam dan lain sebagainya. Sehingga pada penambahan Pb(NO 3)2
menghasilkan warna coklat dan agak kental karena terdapat endapan lalu larutan
disaring kembali dengan corong dan kertas saring.
Filtrat yang telah di saring lalu diuapkan sampai menjadi 100 ml lalu
didinginkan. Masukkan ke dalam corong pemisah dan ditambahkan 25 ml kloroform,
kloroform berfungsi untuk melarutkan kafein dalam filtrat. Hal ini di tandakan
dengan terbentuknya 2 lapisan, diman lapisan atas merupakan fase air yang
mengandung sisa garam dan Pb dan lapisan bawah berupa kafein dan kloroform. Fase
ini terbentuk setelah terjadi pengocokan secara perlahan. Dua lapisan ini terbentuk
karena adanya perbedaan sifat kepolarannya. Pada filtrat teh bersifat polar dan
kloroform bersifat non polar.
Lapisan kloroform dan kafein yang telah dipanaskan dengan filtrate teh
dimasukkan dengan natrium sulfat anhidrat. Natrium sulfat anhidrat berfungsi untuk
mempercepat pengeringan (penguapan air). Kafein yang mengumpal karena telah di
campur dengan natrium sulfat anhidrat lalu di uapkan hingga terbentuk endapan
kering berupa kafein. Lalu di timbang dan menghasilkan 2.33 gram kafein dengan
kadar 4.66%.
Pada orang dewasa yang sehat batas aman penggunaan kafein perhari adalah
200-300 mg atau dengan kadar 0,6% setara dengan 3-4 cangkir kopi. Dengan hasil
yang telah didapat di ketahui kafein yang terdapat pada teh sari wangi sangat tinggi
kadarnya sehingga apabila dikonsumsi secara berlebihan maka akan tidak baik bagi
tubuh.

BAB V
KESIMPULAN
5.1.

Kesimpulan
Dari hasil percobaan yang telah di lakukan dapat di simpulkan sebagai

berikut:
1.
2.
3.
4.

Penambahan kloroform berfungsi sebagai pengikat kafein yang terdapat


didalam teh.
Natrium sulfat anhidrat dapat menggumpalkan kafein sehingga terpisah dari
kloroform.
Pada penambahan kloroform ke filtrate teh terjadi pemisahan abtara filtrate
dan klororform dan sedikit lapisan kafein
hasil kafein dari 50 gram the serbuk sari wangi adalah 2.32 gram dengan
kadar 4.66%

DAFTAR PUSTAKA

Abraham. 2010. Penuntun Praktikum Kimia Organik II. Kendari. UNHALU.


Hermanto, Sindhu. 2007. Kafein.
(http: //Chem-Is-Try-Org, Diakses 30 mei 2015).
Khopkar,S.M. 1980. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: UI.
Murray, K.Robbert. 2013. Biokimia Harpes. Jakarta.
Underwood,A.L. 1986. Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta: Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai