Anda di halaman 1dari 11

Struktur dan fungsi mata sangat rumit dan mengagumkan.

Secara konstan mata


menyesuaikan jumlah cahaya yang masuk, memusatkan perhatian pada objek yang dekat
dan jauh serta menghasilkan gambaran yang kontinu yang dengan segera dihantarkan ke
otak.
Bola mata berdiameter 2,5 cm dimana 5/6 bagiannya terbenam dalam rongga mata, dan
hanya 1/6 bagiannya saja yang tampak pada bagian luar.
Sklera : Melindungi bola mata dari kerusakan mekanis dan menjadi tempat melekatnya
bola mata
Otot-otot : Otot-otot yang melekat pada mata :
a. muskulus rektus superior : menggerakan mata ke atas.
b. muskulus rektus inferior : mengerakan mata ke bawah
Kornea : memungkinkan lewatnya cahaya dan merefraksikan cahaya
Badan Siliaris : Menyokong lensa dan mengandung otot yang memungkinkan lensa untuk
beroakomodasi, kemudian berfungsijuga untuk mengsekreskan aqueus humor
Iris : Mengendalikan cahaya yang masuk ke mata melalui pupil, mengandung pigmen.
Lensa : Memfokuskan pandangan dengan mengubah bentuk lensa
Retina : lapisan jaringan peka cahaya yang terletak di bagian belakang bola mata;
berfungsi mengirimkan pesan visuil melalui saraf optikus ke otak.
Bintik kuning (Fovea) : Bagian retina yang mengandung sel kerucut
Bintik buta : Daerah syaraf optic meninggalkan bagian dalam bola mata
Vitreous humor : Menyokong lensa dan menjaga bentuk bola mata
Aquous humor : Menjaga bentuk kantong bola mata
Bola mata dibagi menjadi 3 lapisan, dari luar ke dalam yaitu tunica fibrosa, tunica
vasculosa, dan tunica nervosa.
1) Tunica Vibrosa.
Tunica vibrosa terdiri dari sklera, sklera merupakan lapisan luar yang sangat kuat. Sklera
berwarna putih putih, kecuali di depan. Pada lapisan ini terdapatkornea, yaitu lapisan
yang berwarna bening dan berfungsi untuk menerima cahaya masuk kemudian
memfokuskannya. Untuk melindungi kornea ini, maka disekresikan air mata sehingga
keadaannya selalu basah dan dapat membersihkan dari debu. Pada batas cornea dan sclera
terdapat canalis schlemm yaitu suatu sinus venosus yang menyerap kembali cairan
aquaus humor bola mata.

2) Tunica Vasculosa.
Tunica vasculosa merupakan bagian tengah bola mata, urutan dari depan ke belakang
terdiri dari iris, corpus ciliaris dan koroid. Koroid merupakan lapisan tengah yang kaya
akan pembuluh darah, lapisan ini juga kaya akan pigmen warna. Daerah ini disebut Iris.
Coba Anda perhatikan mata orang Indonesia dengan orang-orang dari Negara barat!
Apakah perbedaannya? Tentunya pada warna. Orang Indonesia biasanya bermata hitam
atau coklat, adapun orang barat biasanya berwarna biru atau hijau. Nah, di bagian irislah
terdapatnya perbedaan ini karena di tempat ini memiliki pigmen warna.
Bagian depan dari lapisan iris ini disebut Pupil yang terletak di belakang kornea tengah.
Pengaruh kerja ototnya yaitu melebar dan menyempitnya bagian ini. Coba Anda masuk
ke dalam suatu kamar yang gelap gulita, maka Anda akan berusaha melihat dengan
melebarkan mata agar cahaya yang masuk cukup. Pada kondisi ini disebut dengan
dilatasi, demikian sebaliknya jika Anda berada pada ruangan yang terlalu terang maka
Anda akan berusaha untuk menyempitkan mata karena silau untuk mengurangi cahaya
yang masuk yang disebut dengan konstriksi. Pada sebuah kamera, pupil ini diibaratkan
seperti diafragma yang dapat mengatur jumlah cahaya yang masuk.
Di sebelah dalam pupil terdapat lensa yang berbentuk cakram otot yang disebutMusculus
Siliaris. Otot ini sangat kuat dalam mendukung fungsi lensa mata, yang selalu bekerja
untuk memfokuskan penglihatan. Seseorang yang melihat benda dengan jarak yang jauh
tidak mengakibatkan otot lensa mata bekerja, tetapi apabila seseorang melihat benda
dengan jarak yang dekat maka akan memaksa otot lensa bekerja lebih berat karena otot
lensa harus menegang untuk membuat lensa mata lebih tebal sehingga dapat
memfokuskan penglihatan pada benda-benda tersebut.
Pada bagian depan dan belakang lensa ini terdapat rongga yang berisi caira bening yang
masing-masing disebut Aqueous Humor dan Vitreous Humor. Adanya cairan ini dapat
memperkokoh kedudukan bola mata.
3) Tunica Nervosa.
Tunica nervosa (retina) merupakan reseptor pada mata yang terletak pada bagian
belakang koroid. Bagian ini merupakan bagian terdalam dari mata. Lapisan ini lunak,
namun tipis, hampir menyerupai lapisan pada kulit bawang. Retina tersusun dari sekitar
103 juta sel-sel yang berfungsi untuk menerima cahaya. Di antara sel-sel tersebut sekitar
100 juta sel merupakan sel-sel batang yang berbentuk seperti tongkat pendek dan 3 juta
lainnya adalah sel konus (kerucut). Sel-sel ini berfungsi untuk penglihatan hitam dan
putih, dan sangat peka pada sedikit cahaya.
Sel Batang tidak dapat membedakan warna, tetapi lebih sensitif terhadap cahaya
sehingga sel ini lebih berfungsi pada saat melihat ditempat gelap. Sel batang ini

mengandung suatu pigmen yang fotosensitif disebut rhodopsin. Cahaya lemah seperti
cahaya bulan pun dapat mengenai rhodopsin. Sehingga sel batang ini diperlukan
untuk penglihatan pada cahaya remang-remang.
Sel Kerucut atau cone cell mengandung jenis pigmen yang berbeda, yaituiodopsin
yang terdiri dari retinen. Terdapat 3 jenis iodopsin yang masing-masing sensitif
terhadap cahaya merah, hijau dan biru. Masing-masing disebut iodopsin merah, hijau
dan biru. Segala warna yang ada di dunia ini dapat dibentuk dengan mencamputkan
ketiga warna tersebut. Sel kerucut diperlukan untuk penglihatan ketika cahaya terang.
Signal listrik dari sel batang dan sel kerucut ini akan di teruskan melalui sinap ke
neuron bipolar, kemudian ke neuron ganglion yang akan membentuk satu bundel
syaraf yaitu syaraf otak ke II yang menembus coroid dan sclera menuju otak. Bagian
yang menembus ini disebut dengan discus opticus, dimana discus opticus ini tidak
mengandung sel batang dan sel kerucut, maka cahaya yang jatuh ke discus opticus
tidak akan terlihat apa-apa sehingga disebut dengan bintik buta.
Beberapa otot bekerja sama menggerakkan mata. Setiap otot dirangsang oleh saraf
kranial tertentu. Tulang orbita yang melindungi mata juga mengandung berbagai saraf
lainnya.
Saraf optikus membawa gelombang saraf yang dihasilkan di dalam retina ke otak.
Saraf lakrimalis merangsang pembentukan air mata oleh kelenjar air mata.
Saraf lainnya menghantarkan sensasi ke bagian mata yang lain dan merangsang otot
pada tulang orbita.
Arteri oftalmika dan arteri retinalis menyalurkan darah ke mata kiri dan mata kanan,
sedangkan darah dari mata dibawa oleh vena oftalmika dan vena retinalis. Pembuluh
darah ini masuk dan keluar melalui mata bagian belakang.
Alat-alat Tambahan Mata
Alat-alat tambahan mata terdiri dari alis mata, kelopak mata, bulu mata dan aparatus
lakrimalis.
Alis : terdiri dari rambut kasar yang terletak melintang di atas mata, fungsinya untuk
melindungi mata dari cahaya dan keringat juga untuk kecantikan.
Kelopak mata : ada 2, yaitu atas dan bawah. Kelopak mata atas lebih banyak
bergerak dari kelopak yang bawah dan mengandung musculus levator pepebrae
untuk menarik kelopak mata ke atas (membuka mata). Untuk menutup mata
dilakukan oleh otot otot yang lain yang melingkari kelopak mata atas dan bawah
yaitu musculus orbicularis oculi. Ruang antara ke-2 kelopak disebut celah mata
(fissura pelpebrae), celah ini menentukan melotot atau sipit nya seseorang.
Pada sudut dalam mata terdapat tonjolan disebut caruncula lakrimalis yang
mengandung kelenjar sebacea (minyak) dan sudorifera (keringat).

Bulu mata : ialah barisan bulu-bulu terletak di sebelah anterior dari kelenjar Meibow.
Kelenjar sroacea yang terletak pada akar bulu-bulu mata disebut kelenjar Zeis.
Infeksi kelenjar ini disebut Lordholum (bintit).
Apparatus lacrimalis : terdiri dari kelenjar lacrimal, ductus lacrimalis, canalis
lacrimalis, dan ductus nassolacrimalis.
Fisiologi Sistem Penglihatan
Cahaya merupakan salah satu dari suatu spektrum gelombang elektromagnetik. Panjang
gelombang cahaya adalah 400-700nm yang dapat merangsang sel batang (rod cell) dan
kerucut (cone cell) sehingga dapat terlihat oleh kita. Gelombang cahaya antara 400700nm ini akan terlihat sebagai suatu spectrum.
Apabila ada rangsang cahaya masuk ke mata maka rangsang tersebut akan diteruskan
mulai dari kornea, aqueous humor, pupil, lensa, vitreous humor dan terakhir retina.
Kemudian akan diteruskan ke bagian saraf penglihat atau saraf optik yang berlanjut
dengan lobus osipital sebagai pusat penglihatan pada otak besar. Bagian lobus osipital
kanan akan menerima rangsang dari mata kiri dan sebaliknya lobus osipital kiri akan
menerima rangsang mata kanan. Di dalam lobus osipital ini rangsang akan diolah
kemudian diinterpretasikan. Sehingga apabila seseorang mengalami kecelakaan dan
mengalami kerusakan lobus osipital ini maka dia akan mengalami buta permanen,
walaupun bola matanya sehat.
Pembiasan cahaya dari suatu benda akan membentuk bayangan benda jika cahaya
tersebut jatuh di bagian bintik kuning pada retina, karena cahaya yang jatuh pada bagian
ini akan mengenai sel-sel batang dan kerucut yang meneruskannya ke saraf optik dan
saraf optik meneruskannya ke otak sehingga terjadi kesan melihat. Sebaliknya, bayangan
suatu benda akan tidak nampak, jika pembiasan cahaya dari suatu benda tersebut jatuh di
bagian bintik buta pada retina
Anatomi Sistem Pendengaran
Telinga merupakan organ pendengaran sekaligus juga organ keseimbangan. Telinga
terdiri atas tiga bagian yaitu telinga luar, tengah dan dalam .Gelombang suara yang
diterima oleh telinga luar di ubah menjadi getaran mekanis oleh membran timpani.
Getaran ini kemudian di perkuat oleh tulang-tulang padat di ruang telinga tengah
(tympanic cavity) dan diteruskan ke telinga dalam. Telinga dalam merupakan ruangan
labirin tulang yang diisi oleh cairan perilimf yang berakhir pada rumah siput / koklea
(cochlea). Di dalam labirin tulang terdapat labirin membran tempat terjadinya mekanisme

vestibular yang bertanggung jawab untuk pendengaran dan pemeliharaan keseimbangan.


Rangsang sensorik yang masuk ke dalam seluruh alat-alat vestibular diteruskan ke dalam
otak oleh saraf akustik (N.VIII).
Secara umum telingan terbagi menjadi tiga bagian, yaitu telinga bagian luar, telinga
bagian tengah dan telinga bagian dalam.
1. Telinga Bagian Luar
Telinga luar terdiri atas daun telinga (auricle/pinna), liang telinga luar (meatus accus-ticus
externus) dan gendang telinga (membran timpani).
Daun telinga /aurikula disusun oleh tulang rawan elastin yang ditutupi oleh kulit tipis
yang melekat erat pada tulang rawan. Dalam lapisan subkutis terdapat beberapa
lembar otot lurik yang pada manusia rudimenter (sisa perkembangan), akan tetapi
pada binatang yang lebih rendah yang mampu menggerakan daun telinganya, otot
lurik ini lebih menonjol.
Liang telinga luar merupakan suatu saluran yang terbentang dari daun telinga
melintasi tulang timpani hingga permukaan luar membran timpani. Bagian
permukaannya mengandung tulang rawan elastin dan ditutupi oleh kulit yang
mengandung folikel rambut, kelenjar sebasea dan modifikasi kelenjar keringat yang
dikenal sebagai kelenjar serumen. Sekret kelenjar sebacea bersama sekret kelenjar
serumen merupakan komponen penyusun serumen. Serumen merupakan materi
bewarna coklat seperti lilin dengan rasa pahit dan berfungsi sebagai pelindung.
2. Telinga Bagian Tengah
Membran timpani menutup ujung dalam meatus akustiskus eksterna. Permukaan luarnya
ditutupi oleh lapisan tipis epidermis yang berasal dari ectoderm, sedangkan lapisan
sebelah dalam disusun oleh epitel selapis gepeng atau kuboid rendah turunan dari
endoderm. Di antara keduanya terdapat serat-serat kolagen, elastis dan fibroblas.
Gendang telinga menerima gelombang suara yang di sampaikan lewat udara lewat liang
telinga luar. Gelombang suara ini akan menggetarkan membran timpani. Gelombang
suara lalu diubah menjadi energi mekanik yang diteruskan ke tulang-tulang pendengaran
di telinga tengah.
Telinga tengah atau rongga telinga adalah suatu ruang yang terisi udara yang terletak di
bagian petrosum tulang pendengaran. Ruang ini berbatasan di sebelah posterior dengan
ruang-ruang udara mastoid dan disebelah anterior dengan faring melalui saluran (tuba
auditiva) Eustachius.
Epitel yang melapisi rongga timpani dan setiap bangunan di dalamnya merupakan epitel
selapis gepeng atau kuboid rendah, tetapi di bagian anterior pada pada celah tuba auditiva

(tuba Eustachius) epitelnya selapis silindris bersilia. Lamina propria tipis dan menyatu
dengan periosteum.
Di bagian dalam rongga ini terdapat 3 jenis tulang pendengaran yaitu tulang maleus,
inkus dan stapes. Ketiga tulang ini merupakan tulang kompak tanpa rongga sumsum
tulang. Tulang maleus melekat pada membran timpani. Tulang maleus dan inkus
tergantung pada ligamen tipis di atap ruang timpani. Lempeng dasar stapes melekat pada
tingkap celah oval (fenestra ovalis) pada dinding dalam. Ada dua otot kecil yang
berhubungan dengan ketiga tulang pendengaran. Otot tensor timpani terletak dalam
saluran di atas tuba auditiva, tendonya berjalan mula-mula ke arah posterior kemudian
mengait sekeliling sebuah tonjol tulang kecil untuk melintasi rongga timpani dari dinding
medial ke lateral untuk berinsersi ke dalam gagang maleus. Tendo otot stapedius berjalan
dari tonjolan tulang berbentuk piramid dalam dinding posterior dan berjalan anterior
untuk berinsersi ke dalam leher stapes. Otot-otot ini berfungsi protektif dengan cara
meredam getaran-getaran berfrekuensi tinggi.
Tingkap oval pada dinding medial ditutupi oleh lempeng dasar stapes, memisahkan
rongga timpani dari perilimf dalam skal vestibuli koklea. Oleh karenanya getaran-getaran
membrana timpani diteruskan oleh rangkaian tulang-tulang pendengaran ke perilimf
telinga dalam. Untuk menjaga keseimbangan tekanan di rongga-rongga perilimf terdapat
suatu katup pengaman yang terletak dalam dinding medial rongga timpani di bawah dan
belakang tingkap oval dan diliputi oleh suatu membran elastis yang dikenal sebagai
tingkap bulat (fenestra rotundum). Membran ini memisahkan rongga timpani dari
perilimf dalam skala timpani koklea.
Tuba auditiva (Eustachius) menghubungkan rongga timpani dengan nasofarings
lumennya gepeng, dengan dinding medial dan lateral bagian tulang rawan biasanya saling
berhadapan menutup lumen. Epitelnya bervariasi dari epitel bertingkat, selapis silindris
bersilia dengan sel goblet dekat farings. Dengan menelan dinding tuba saling terpisah
sehingga lumen terbuka dan udara dapat masuk ke rongga telinga tengah. Dengan
demikian tekanan udara pada kedua sisi membran timpani menjadi seimbang.
3.

Telinga Bagian Dalam


Telinga dalam adalah suatu sistem saluran dan rongga di dalam pars petrosum
tulang temporalis. Telinga tengah di bentuk oleh labirin tulang (labirin oseosa) yang di
da-lamnya terdapat labirin membranasea. Labirin tulang berisi cairan perilimf sedangkan
labirin membranasea berisi cairan endolimf.
Labirin Tulang
Labirin tulang terdiri atas tiga komponen yaitu kanalis semisirkularis, vestibulum, dan
koklea tulang. Labirin tulang ini di sebelah luar berbatasan dengan endosteum, sedangkan

di bagian dalam dipisahkan dari labirin membranasea yang terdapat di dalam labirin
tulang oleh ruang perilimf yang berisi cairan endolimf.
Vestibulum merupakan bagian tengah labirin tulang, yang berhubungan dengan rongga
timpani melalui suatu membran yang dikenal sebagai tingkap oval (fenestra ovale). Ke
dalam vestibulum bermuara 3 buah kanalis semisirkularis yaitu kanalis semisirkularis
anterior, posterior dan lateral yang masing-masing saling tegak lurus. Setiap saluran
semisirkularis mempunyai pelebaran atau ampula. Walaupun ada 3 saluran tetapi
muaranya hanya lima dan bukan enam, karena ujung posterior saluran posterior yang
tidak berampula menyatu dengan ujung medial saluran anterior yang tidak bermapula dan
bermuara ke dalam bagian medial vestibulum oleh krus kommune. Ke arah anterior
rongga vestibulum berhubungan dengan koklea tulang dan tingkap bulat (fenestra
rotundum).
Koklea merupakan tabung berpilin mirip rumah siput. Bentuk keseluruhannya mirip
kerucut dengan dua tiga-perempat putaran. Sumbu koklea tulang di sebut mediolus.
Tonjolan tulang yang terjulur dari modiolus membentuk rabung spiral dengan suatu
tumpukan tulang yang disebut lamina spiralis. Lamina spiralis ini terdapat pembuluh
darah dan ganglion spiralis, yang merupakan bagian koklear nervus akustikus.
Labirin Membranasea.
Labirin membransea terletak di dalam labirin tulang, merupakan suatu sistem saluran
yang saling berhubungan dilapisi epitel dan mengandung endolimf. Labirin ini dipisahkan
dari labirin tulang oleh ruang perilimf yang berisi cairan perilimf. Pada beberapa tempat
terdapat lembaran-lembaran jaringan ikat yang mengandung pembuluh darah melintasi
ruang perilimf untuk menggantung labirin membranasea.
Labirin membranasea terdiri atas:
a. Kanalis semisirkularis membranasea
b. Ultrikulus
c. Sakulus
d. Duktus endolimfatikus merupakan gabungan duktus ultrikularis dan duktus sakularis.
e. Sakus endolimfatikus merupakan ujung buntu duktus endolimfatikus.
f. Duktus reuniens, saluran kecil penghubung antara sakulus dengan duktus koklearis.
g. Duktus koklearis mengandung organ Corti yang merupakan organ pendengaran.
Terdapat badan-badan akhir saraf sensorik dalam ampula saluran semisirkularis (krista
ampularis) dan dalam ultrikulus dan sakulus (makula sakuli dan ultrikuli) yang berfungsi
sebagai indera statik dan kinetik.
Sakulus dan Ultrikulus
Dinding sakulus dan ultrikulus dibentuk oleh lapisan jaringan ikat tebal yang

mengandung pembuluh darah, sedangkan lapisan dalamnya dilapisi epitel selapis gepeng
sampai selapis kuboid rendah. Pada sakulus dan ultrikulus terdapat reseptor sensorik yang
disebut makula sakuli dan makula ultrikuli. Makula sakuli terletak paling banyak pada
dinding sehingga berfungsi untuk mendeteksi percepatan vertikal lurus sementara makula
ultrikuli terletak kebanyakan di lantai /dasar sehingga berfungsi untuk mendeteksi
percepatan horizontal lurus.
Makula disusun oleh 2 jenis sel neuroepitel (disebut sel rambut) yaitu tipe I dan II serta
sel penyokong yang duduk di lamina basal.Serat-serat saraf dari bagian vestibular nervus
vestibulo-akustikus (N.VIII) akan mempersarafi sel-sel neuroepitel ini.
Sel rambut I berbentuk seperti kerucut dengan bagian dasar yang membulat berisi inti dan
leher yang pendek. Sel ini dikelilingi suatu jala terdiri atas badan akhir saraf dengan
beberapa serat saraf eferen, mungkin bersifat penghambat/ inhibitorik. Sel rambut tipe II
berbentuk silindris dengan badan akhir saraf aferen maupun eferen menempel pada
bagian bawahnya. Kedua sel ini mengandung stereosilia pada apikal, sedangkan pada
bagian tepi stereosilia terdapat kinosilia. Sel penyokong (sustentakular) merupakan sel
berbentuk silindris tinggi, terletak pada lamina basal dan mempunyai mikrovili pada
permukaan apikal dengan beberapa granul sekretoris.
Pada permukaan makula terdapat suatu lapisan gelatin dengan ketebalan 22 mikrometer
yang dikenal sebagai membran otolitik. Membran ini mengandung banyak badan-badan
kristal yang kecil yang disebut otokonia atau otolit yang mengandung kalsium karbonat
dan suatu protein. Mikrovili pada sel penyokong dan stereosilia serta kinosilia sel rambut
terbenam dalam membran otolitik. Perubahan posisi kepala mengakibatkan perubahan
dalam tekanan atau tegangan dalam membran otolitik dengan akibat terjadi rangsangan
pada sel rambut. Rangsangan ini diterima oleh badan akhir saraf yang terletak di antara
sel-sel rambut.
Kanalis Semilunaris
Kanalis semisirkularis membranasea mempunyai penampang yang oval. Pada permukaan
luarnya terdapat suatu ruang perilimf yang lebar dilalui oleh trabekula. Pada setiap
kanalis semisirkularis ditemukan sebuah krista ampularis, yaitu badan akhir saraf
sensorik yang terdapat di dalam ampula (bagian yang melebar) kanalis. Tiap krista
ampularis di bentuk oleh sel-sel penyokong dan dua tipe sel rambut yang serupa dengan
sel rambut pada makula. Mikrovili, stereosilia dan kinosilianya terbenam dalam suatu
massa gelatinosa yang disebut kupula serupa dengan membran otolitik tetapi tanpa
otokonia.
Dalam krista ampularis, sel-sel rambutnya di rangsang oleh gerakan endolimf akibat
percepatan sudut kepala. Gerakan endolimf ini mengakibatkan tergeraknya stereosilia dan
kinosilia. Dalam makula sel-sel rambut juga terangsang tetapi perubahan posisi kepala

dalam ruang mengakibatkan suatu peningkatan atau penurunan tekanan pada sel-sel
rambut oleh membran otolitik.
Koklea (Rumah Siput)
Koklea tulang berjalan spiral dengan 23/4 putaran sekiitar modiolus yang juga merupakan
tempat keluarnya lamina spiralis. Dari lamina spiralis menjulur ke dinding luar koklea
suatu membran basilaris. Pada tempat perlekatan membran basilaris ke dinding luar
koklea terdapat penebalan periosteum yang dikenal sebagai ligamentum spiralis. Di
samping itu juga terdapat membran vestibularis (Reissner) yang membentang sepanjang
koklea dari lamina spiralis ke dinding luar. Kedua membran ini akan membagi saluran
koklea tulang menjadi tiga bagian yaitu :
a. Ruangan atas (skala vestibuli)
b. Ruangan tengah (duktus koklearis)
c. Ruang bawah (skala timpani).
Antara skala vestibuli dengan duktus koklearis dipisahkan oleh membran vestibularis
(Reissner). Antara duktus koklearis dengan skala timpani dipisahkan oleh membran
basilaris. Skala vesibularis dan skala timpani mengandung perilimf dan di dindingnya
terdiri atas jaringan ikat yang dilapisi oleh selapis sel gepeng yaitu sel mesenkim, yang
menyatu dengan periosteum disebelah luarnya. Skala vestibularis berhubungan dengan
ruang perilimf vestibularis dan akan mencapai permukaan dalam fenestra ovalis. Skala
timpani menjulur ke lateral fenestra rotundum yang memisahkannya dengan ruang
timpani. Pada apeks koklea skala vestibuli dan timpani akan bertemu melalui suatu
saluran sempit yang disebut helikotrema. Duktus koklearis berhubungan dengan sakulus
melalui duktus reuniens tetapi berakhir buntu dekat helikotrema pada sekum kupulare.
Pada pertemuan antara lamina spiralis tulang dengan modiolus terdapat ganglion spiralis
yang sebagian diliputi tulang. Dari ganglion keluar berkas-berkas serat saraf yang
menembus tulang lamina spiralis untuk mencapai organ Corti. Periosteum di atas lamina
spiralis menebal dan menonjol ke dalam duktus koklearis sebagai limbus spiralis. Pada
bagian bawahnya menyatu dengan membran basilaris.
Membran basilaris yang merupakan landasan organ Corti dibentuk oleh serat-serat
kolagen. Permukaan bawah yang menghadap ke skala timpani diliputi oleh jaringan ikat
fibrosa yang mengandung pembuluh darah dan sel mesotel. Membran vestibularis
merupakan suatu lembaran jaringan ikat tipis yang diliputi oleh epitel selapis gepeng
pada bagian yang menghadap skala vestibuli.
Duktus Koklearis
Epitel yang melapisi duktus koklearis beragam jenisnya tergantung pada lokasinya, diatas
membran vestibularis epitelnya gepeng dan mungkin mengandung pigmen, di atas limbus
epitelnya lebih tinggi dan tak beraturan. Di lateral epitelnya selapis silindris rendah dan di

bawahnya mengandung jaringan ikat yang banyak mengandung kapiler. Daerah ini
disebut stria vaskularis dan diduga tempat sekresi endolimf.
Organ Corti
Organ Corti terdiri atas sel-sel penyokong dan sel-sel rambut. Sel-sel yang terdapat di
organ Corti adalah :
a. Sel tiang dalam merupakan sel berbentuk kerucut yang ramping dengan bagian basal
yang lebar mengandung inti, berdiri di atas membran basilaris serta bagian leher
yang sempit dan agak melebar di bagian apeks.
b. Sel tiang luar mempunyai bentuk yang serupa dengan sel tiang dalam hanya lebih
panjang. Di antara sel tiang dalam dan luar terdapat terowongan dalam.
c. Sel falangs luar merupakan sel berbentuk silindris yang melekat pada membrana
basilaris. Bagian puncaknya berbentuk mangkuk untuk menopang bagaian basal sel
rambut luar yang mengandung serat-serat saraf aferen dan eferen pada bagian
basalnya yang melintas di antara sel-sel falangs dalam untuk menuju ke sel-sel
rambut luar. Sel-sel falangs luar dan sel rambut luar terdapat dalam suatu ruang yaitu
terowongan Nuel. Ruang ini akan berhubungan dengan terowongan dalam.
d. Sel falangs dalam terletak berdampingan dengan sel tiang dalam. Seperti sel falangs
luar sel ini juga menyanggah sel rambut dalam.
e. Sel batas membatasi sisi dalam organ corti.
f. Sel Hansen membatasi sisi luar organ Corti. Sel ini berbentuk silindris terletak antara
sel falangs luar dengan sel-sel Claudius yang berbentuk kuboid. Sel-sel Claudius
terletak di atas sel-sel Boettcher yang berbentuk kuboid rendah.
Permukaan organ Corti diliputi oleh suatu membran yaitu membrana tektoria yang
merupakan suatu lembaran pita materi gelatinosa. Dalam keadaan hidup membran ini
menyandar di atas stereosilia sel-sel rambut.
Ganglion Spiralis
Ganglion spiralis merupakan neuron bipolar dengan akson yang bermielin dan berjalan
bersama membentuk nervus akustikus. Dendrit yang bermielin berjalan dalam saluransaluran dalam tulang yang mengitari ganglion, kehilangan mielinnya dan berakhir dengan
memasuki organ Corti untuk selanjutnya berada di antara sel rambut. Bagian vestibular N
VIII memberi persarafan bagian lain labirin. Ganglionnya terletak dalam meatus
akustikus internus tulang temporal dan aksonnya berjalan bersama dengan akson dari
yang berasal dari ganglion spiralis. Dendrit-dendritnya berjalan ke ketiga kanalikulus
semisirkularis dan ke makula sakuli dan ultrikuli.
Telinga luar menangkap gelombang bunyi yang akan diubah menjadi getaran-getaran
oleh membran timpani. Getaran-getaran ini kemudian diteruskan oleh rangkaian tulang
tulang pendengaran dalam telinga tengah ke perilimf dalam vestibulum, menimbulkan

gelombang tekanan dalam perilimf dengan pergerakan cairan dalam skala vestibuli dan
skala timpani. Membran timpani kedua pada tingkap bundar (fenestra rotundum)
bergerak bebas sebagai katup pengaman dalam pergerakan cairan ini, yang juga agak
menggerakan duktus koklearis dengan membran basilarisnya. Pergerakan ini kemudian
menyebabkan tenaga penggunting terjadi antara stereosilia sel-sel rambut dengan
membran tektoria, sehingga terjadi stimulasi sel-sel rambut. Tampaknya membran
basilaris pada basis koklea peka terhadap bunyi berfrekuensi tinggi , sedangkan bunyi
berfrekuensi rendah lebih diterima pada bagian lain duktus koklearis.
Fisiologi Sistem Pendengaran
Getaran suara ditangkap oleh daun telinga yang diteruskan ke liang telinga dan mengenai
membran timpani sehingga membran timpani bergetar. Getaran ini diteruskan ke tulangtulang pendengaran yang berhubungan satu sama lain. Selanjutnya stapes menggerakkan
foramen ovale yang juga menggerakkan perilimfe dalam skala vestibuli. Getaran
diteruskan melalui membran Reissner yang mendorong endolimfe dan membran basalis
ke arah bawah dan perilimfe dalam skala timpani akan bergerak sehingga foramen
rotundum terdorong ke arah luar.
Pada waktu istirahat, ujung sel rambut Corti berkelok, dan dengan terdorongnya
membran basal, ujung sel rambut itu menjadi lurus. Rangsangan fisik ini berubah
menjadi rangsangan listrik akibat adanya perbedaan ion Natrium dan Kalium yang
diteruskan ke cabang-cabang N. VIII, kemudian meneruskan rangsangan itu ke pusat
sensorik pendengaran di otak melalui saraf pusat yang ada di lobus temporalis.

Anda mungkin juga menyukai