Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Oleh:
Kelompok 8
Nuril Fajeriyati
(G1H012003)
Yukika Fatmalasari
(G1H012030)
(G1H012038)
(G1H012045)
BAB I
ASESSMENT
1. Anamnesis
a. Identitas pasien
Nama : Sdr. E
Umur : 18 tahun
Sex : Laki-laki
Pekerjaan : Pendidikan : SMP
Agama : Islam
No.RN : 787384
Ruang : Mawar 2
Tgl Masuk : 11 Desember 2012
Tgl Kasus : 12 Desember 2012
Alamat : Jatilawang
Diagnosis medis : CKD end stage, hematemesis melena
Aktivitas Fisik
Makanan
dan
khusus
Masalah Gastrointestinal
Penyakit Kronik
penciuman/pengecapan (tidak).
Jenis penyakit : HT
Modifikasi diet : -
Kesehatan mulut/menelan
Jenis dan lama pengobatan : Sulit menelan (ya), stomatitis (tidak), gigi lengkap
Pengobatan
(ya)
-
Fasilitas memasak
atas (Nettina, Sandra M. 2001). Hematemesis melena ini dapat disebabkan karena sampah
metabolik yang terbentuk akibat gagal ginjal mengganggu saluran pencernaan dan
mengakibatkan luka dan perdarahan.
Hipertensi yang dialami pasien dapat timbul karena konsumsi kopi yang tinggi.
Hipertensi merupakan penyakit yang dapat merupakan faktor penyebab sekaligus dampak
dari CKD. Hipertensi berperan mempercepat terjadinya kerusakan glomerural pada CKD,
selain itu tingginya tekanan sistolik dan diastolik berpengaruh terhadap keepatan penurunan
kerja ginjal. Oleh karena itu, hipertensi yang dialami pasien berhubungan dengan CKD yang
dialaminya.
Nyeri ulu hati dan mual yang dialami pasien disebabkan karena hematemesis. Selain itu
mual dapat terjadi karena CKD karena ammonia yang merupakan sampah metabolik. Pasien
mengalami anoreksia yang merupakan akibat dari CKD dan dapat berakibat pada terjadinya
malnutrisi pada pasien (Smeltzer dan Bare, 2001).
B. Antropometri
a. Data Antropometri
BB
51 kg
Ulna
25 cm
Kesimpulan :
BB Ideal
= 19,10 kg/m2
Nilai IMT pasien adalah 19,10 kg/m2. Bedasarkan perhitungan IMT pasien, status gizi
pasien adalah normal (18,5-22,9 kg/m2) (Sugondo, 2006).
C. Pemeriksaan Biokimia
Pemeriksaan
Satuan/
urin/darah
normal
(11
Hb*duplo
Leukosit
Hct
Eritrosit
Rombosit
14-18 g/gL
4800-10800 uL
42-52%
4,7-5,1x106/uL
150000-
2012)
7,3
8570
20
2,5
161000
MCV
MCH
MCHC
RDW
MPV
Basofil
Eosinofil
Batang
Segmen
Limfosit
Monosit
Bilirubin total
Bilirubin direk
Bilirubin indirek
SGOT
SGPT
Ureum darah
450000/Ul
79-99 Fl
27-31 pg
33-37%
11,5-14,5%
7,2-11,1%
0-1%
2-4%
2-5%
40-70%
25-40%
2-8%
0-1,1 mg/dL
0-0,3 mg/dL
0-1,1 mg/dL
15-37/ Ul
30-65/ Ul
14,98-38,5
80,8
29,2
36,1
13,5
9,3
0,1
0,8
0
81,4
14,8
2,9
0,35
0,14
0,21
18
29
261,1
Kretinin darah
GDS
Natrium
Kalium* duplo
Klorida
HbsAg
Ani HCV
mg/dL
0,8-1,3 mg/dL
200 mg/dL
136-145 mmol/L
2,5-5,1 mmol/L
95-107 mmol/L
Non reaktif
Non reaktif
20,2
83
134
7,1
104
Non reaktif
Non reaktif
137,8
11,46
3,7
Kesimpulan :
-
Rendah
Normal
Rendah
Rendah
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Rendah
Rendah
Tinggi
Rendah
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Rendah
Tinggi
Tinggi
Normal
Rendah
Normal
Normal
Normal
Normal
Ureum darah tinggi menyebabkan uremia yang terjadi karena gangguan renal yang
progresif dan ireversibel dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan
metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit
Kretinin darah tinggi karena ginjal yang tidak berfungsi sebagaimana mestinya
Pembahasan :
Anemia sering terjadi pada pasien-pasien dengan penyakit ginjal kronis. 80-90%
pasien penyakit ginjal kronik mengalami anemia. The National Kidney Foundations Kidney
Dialysis Outcomes Quality Initiative (K/DOQI) merekomendasikan anemia pada pasien
penyakit ginjal kronik jika kadar hemoglobin < 11,0 gr/dl (hematocrit < 33%) pada wanita
premonopause dan pasien prepubertas, dan <12,0 gr/dl (hematocrit < 37%) pada laki-laki
dewasa dan wanita postmeopause (National Kidney Foundation, 2002). pada pasien ini
memiliki kadar Hb duplo adalah 7,3 dan masuk kategori rendah Hb nya dan masuk kategori
anemia.
Penurunan Hct merupakan indikator anemia (karena berbagai sebab), reaksi
hemolitik, leukemia, sirosis, kehilangan banyak darah dan hipertiroid. Penurunan sebesar
30% menunjukkan pasien mengalami anemia sedang hingga parah.Hct akan menghambat
terjadinya penyerapan kembali natrium (Na) atau sodium di tubulus convuluted bagian distal.
Terganggunya transpor natrium masuk ke dalam tubuh kembali akan mengakibatkan
natriuresis atau pengeluaran natrium lewat urine. Dan inilah yang mengakibatkan volume
urine yang dikeluarkan akan meningkat dan kadar natruim menurun atau rendah.
Apabila kadar natrium tidak seimbang akan menyebabkan otot tidak bekerja sebagaimana
mestinya. Selain itu darah akan terlalu pekat atau terlalu encer karena mengandung terlalu
banyak natrium atau kekurangan air. Terlalu sedikitnya natrium akan menyebabkan pecahnya
sel darah merah, merasa lemah, keram otot, sakit kepala, dan muntah-muntah.
Ureum darah tinggi menyebabkan uremia. Uremia ini terjadi karena adanya gangguan
renal yang progresif dan ireversibel dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan
metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit (smeltzer, 2002). Protein diserap tubuh
melalui makanan seperti telur, ikan, dan daging, sisanya tidak diserap merupakan sampah
yang disebut ureum yang mengandung nitrogen. Apabila ginjal bekerja dengan baik, ureum
tersebut akan dibuang bersama urin, namun apabila ginjal tidak berfungsi dengan baik akan
ureum akan tinggal dalam darah atau kadar urreum dalam darah tinggi.
Sama dengan ureum, kreatinin akan menumpuk dalam darah apabila ginjal tidak berfungsi
sebagaimana mestinya untuk menyaring serta membuangnya bersama urin.
Eritrosit rendah menjadi penanda terjadinya anemia. Anemia ini terjadi karena tubuh telah
kehilangan banyak cairan akibat adanya kerusakan ginjal dan muntah yang disebabkan oleh
hematemesis ini.
D. Pemeriksaan Klinis
1. Kesan Umum : sedang, compos mentis
2. Vital Sign
Tensi
Respirasi
Nadi
Suhu
160/120
28x/menit
88x/menit
36C
- Tekanan darah pasien tinggi, hal tersebut berkaitan dengan hipertensi yang dialami
oleh pasien
-
Nadi normal
Respirasi tinggi (nafas cepat / takipnea) hal tersebut merupakan salah satu tanda
dari Chronic Kidney Desease (CKD)
(Wahyuningsih, 2013)
Pembahasan :
Pasien dalam keadaan compos mentis (sadar). Pemeriksaan fisik klinis Sdr. E
menunjukkan tekanan darah tinggi dan suhu normal. Tekanan darah pasien yaitu 160/120
mmHg dikatakan tinggi (hipertensi tingkat 2). Menurut JNC-VII 2003 dan WHO-ISH 1999,
tekanan darah sistolik > 160 mmHg atau diastolic > 100 mmHg termasuk kategori hipertensi
tingkat 2 (Sani, 2008). Menurut Wanhyuningsih (2013), menyatakan suhu normal adalah
37oC dan > 37o C termasuk kategori demam sehingga Sdr. E masuk kategori normal.
Sedangkan nadi pasien termasuk kedalam kategori normal yaitu 88x/menit dan resiprasi
termasuk kategori tinggi (nafas cepat) yaitu 28x/menit (Wahyuningsih, 2013).
Klasifikasi Derajat Hipertensi Berdasarkan JNC 7
Normal
Pre-Hipertensi
HIPERTENSI
Tingkat 1
Tingkat 2
Sistolik (mmHg)
120
120 -139
140 159
>160
dan
atau
Diastolik (mmHg)
80 mmHg
80 90
90 -99
>100
Tekanan darah tinggi dapat mempercepat perkembangan kerusakan ginjal. Oleh sebab
itu penting untuk mengontrol tekanan darah yang dapat dilakukan dengan mengubah gaya
hidup seperti mengurangi konsumsi garam dan mengurangi berat badan. Penurunan laju
filtrasi glomerulus (LFG) juga berpengaruh pada retensi cairan dan natrium. Retensi cairan
dan natrium tidak terkontol dikarenakan ginjal tidak mampu untuk mengonsentrasikan atau
mengencerkan urin secara normal pada penyakit ginjal tahap akhir, respon ginjal yang sesuai
terhadap perubahan masukan cairan dan elektrolit sehari hari tidak terjadi. Natrium dan
cairan sering tertahan dalam tubuh yang meningkatkan resiko terjadinya oedema, gagal
jantung kongesti, dan hipertensi. Hipertensi juga dapat terjadi akibat aktivasi aksis renin
angiotensin dan kerjasama keduanya meningkatkan sekresi aldosteron. Pasien lain
mempunyai kecenderungan untuk kehilangan garam, mencetuskan resiko hipotensi dan
hipovolemia. Episode muntah dan diare menyebabkan penipisan air dan natrium, yang
semakin memperburukstatus uremik.
Takipnea merupakan kondisi tingkat pernapasan lebih cepat dari biasanya dapat
dikaitkan dengan penyakit seperti flu atau pilek pada anak-anak. Beberapa penyebab lain
termasuk pneumonia dan asma yang dapat meningkatkan laju respirasi. Pada orang dewasa,
penyebab takipnea biasanya termasuk asma, infeksi paru-paru seperti pneumonia, Penyakit
Paru Obstruktif Kronik (PPOK), atau emboli paru. Dispnea sampai pada edema pulmonal,
dada berdebar-debar. Terdapat otot bantu napas, pergerakan dada tidak simetris, terdengar
suara tambahan pada paru (rongkhi basah), terdapat pembesaran jantung, terdapat suara
tambahan pada jantung. Dan takipnea atau nafas cepat merupakan salah satu tanda dari CKD.
(Alam & Hadibroto, 2008)
E. ASUPAN ZAT GIZI
Hasil recall 24 jam diet : Rumah Sakit
Energi (kal)
42,75
Protein (gr)
0,6
Lemak (gr)
0
KH (gr)
9,81
64
1919
5,56 %
0
34,3
1,75 %
0
53,31
0%
16
287,85
8,97 %
Berdasarkan hasil recall 24 jam diet di Rumah Sakit pada tanggal 12 Desember 2012
dengan jenis makanan lunak diet rendah protein (RP), tingkat konsumsi pasien dengan
membandingkan asupan zat gizi dengan kebutuhan pasien dikali 100 % didapatkan hasil
kriteria tingkat konsumsi pasien sangat kurang (defisit) yaitu % asupan < 70%.
Pembahasan :
Kriteria tingkat konsumsi menurut Studi Diet Total (SDT) 2014 :
Kelebihan
Cukup
Kurang
Sangat kurang
130%
100 % - < 130 %
70 % - < 100 %
< 70 %
Berdasarkan hasil recall 24 jam di rumah sakit, didapatkan % asupan kebutuhan energi,
protein, lemak, dan karbohidrat adalah < 70 % dimana pasien mengalami inadekuat asupan
oral. Kekurangan asupan oral ini disebabkan karna pasien mengalami gagal ginjal kronik
(CKD) end stage, hematemesis (muntah darah) dan melena (BAB berdarah). Hal ini juga
disebabkan karena pasien mengalami nyeri ulu hati, anoreksia dan mual muntah yang mana
pasien mengalami gangguan pada gastrointestinal dan terjadi penurunan nafsu makan yang
mengakibatkan penurunan asupan makanan pasien.
F. TERAPI MEDIS
Jenis obat/tindakan
Dextrosen 5% 10 tpm
Fungsi
Interaksi dengan zat gizi
Untuk resusitasi mmulihkan tubuh Mengkompensasi kehilangan
dan mencegah syok dan kehilangan atau kekurangan karbohidrat
Ceftriaxone
cairan.
dan cairan
Mempunyai indikasi : septicemia Masalah
(keracunan
darah
patogenik
dan
oleh
zat-zat
gastrointestinal
stomatitis
dan
dan
ginjal,
infeksi
pernapasan,
infeksi
gonokokal.
Sednagkan
kontra
indikasinya
adalah
hipersensitif
terhadap
Kalnex
untuk
membantu
dengan
pemecahan.
Mengandung
Adona
sulfonat
menghalangi
karbazokrom
indikasinya
mengatasi pendarahan
Na Kehilangan
untuk rasa
tidak
lambung,
nafsu
nyaman
dan
makan,
pada
reaksi
hipersensitivitas.
Kesimpulan :
Obat dextrosen dapat mengkompensasi kehilangan atau kekurangan karbohidrat dan
cairan, sedangkan obat ceftriaxone dan kalnex dapat membuat pasien terjadi gangguan
gastrointestinal, mual muntah. Dan pemberian obat adona dapat menyebabkan pasien menjadi
kehilangan nafsu makan dan rasa tidak nyaman pada lambung/perut.
BAB III
INTEGRITAS DATA DAN TEORI
Hipertensi
Kurang
Pengetahuan
Terkait Gizi dan
Pangan
Kurangnya
Konsumsi Air
Putih
Kelebihan
Asupan Protein
Mual, Muntah,
Anorexia, Nyeri
Ulu Hati
Penurunan Nafsu
Makan
Pembatasa
n Asupan
Cairan
CKD
Kadar Ureum
dan Kreatinin
Darah
Meningkat
Sesak
Tekanan
Darah Tinggi
Pembatasa
n Asupan
Protein
Melena
BAB
Hitam
Muntah
Darah
Inadekuat
Asupan Oral
(www.rsudbwi.banyuwangikab.go.id)
Pembatasa
n Asupan
Natrium
Pendarahan
Dan
Gangguan
Gastrointesti
Hemateme
sis
Lemah
Respirasi
Meningkat
Anemia
Penurunan
Kadar Hb, Hct,
Eritrosit Di
Dalam Darah
BAB III
DIAGNOSIS
1. Domain Intake
Problem (P)
Kurangnya asupan oral
Etiology (E)
Berkaitan dengan
perdarahan
Problem (P)
Etiology (E)
Penurunan kebutuhan gizi Berkaitan dengan
(protein)
disfungsi
ginjal/
darah tinggi,
2. Domain klinis
Problem (P)
Perubahan
Etiology (E)
nilai Berkaitan dengan
ureum
261,1
mg/dL,
gr/gL,
Hct
20%,
Problem (P)
Perubahan
Etiology (E)
Sign & Symptom (S)
fungsi Berkaitan dengan gangguan Ditandai dengan anoreksia,
gastrointestinal
3. Domain behavior
Problem (P)
Etiology (E)
Sign & Symptom (S)
Kurangnya pengetahuan Berkaitan dengan kebiasaan Ditandai dengan kurang
terkait gizi dan pangan
asupan
cairan,
konsumsi buah
kurang
BAB IV
INTERVENSI GIZI
A. Planning
1. Terapi diet
a. Jenis diet
b. Bentuk maknan
: Lunak
c. Frekuensi pemberian
d. Cara Pemberian
: Oral
2. Tujuan Intervensi
a. Mempertahankan status gizi optimal
b. Mencegah dan menurunkan kadar ureum darah yang tinggi
c. Mengendalikan kondisi terkait CKD seperti anemia dan hipertensi
d. Meningkatkan pengetahuan terkait pola makan yang baik, bergizi dan beragam
3. Prinsip dan syarat diet
a. Makanan yang diberikan adalah makanan mudah dicerna, tidak merangsang
saluran cerna, dan tidak memberatkan kerja ginjal
b. Kebutuhan kalori cukup yaitu 35 kkal/kg BB ideal/hari.
c. Kebutuhan protein rendah yaitu 0,75 g/Kg BB Ideal/hari.
d. Kebutuhan lemak cukup yaitu 25 % dari total kebutuhan energi.
e. Kebutuhan karbohidrat adalah sisa perhitungan protein dan lemak dari total
kebutuhan energi.
f. Natrium diberikan 600-800 mg/hari (1,5-2 gram atau sampai sdt per hari).
Bahan makanan yang dibatasi seperti bahan makanan yang tinggi natrium
seperti ikan asin, telur asin, ebi, jeroan, daging asap, makanan kaleng,
makanan yang diawetkan
Energi
526,653 kkal
210,66 kkal
526,653 kkal
210,66 kkal
421,32 kkal
210,66 kkal
Presentase
25 %
10 %
25 %
10 %
20 %
10%
Energi
1997,1 kkal
Protein
42,795 gr
Lemak
55,475 gr
Karbohidrat
331,7 gr
Natrium
800 mg
Rekomendasi Diet
% Asupan
2008,8 kkal
100,6 %
41,63 gr
97,3 %
70 gr
126,2 %
312 gr
94,1 %
726,3 mg
90,8 %
7. Konseling Gizi
Tema
Media
Sasaran
Tempat
Isi mateti
: -
B. Implementasi
1. Rekomendasi Diet
Waktu
Pagi
Menu
Nasi tim
Tumis jamur
Pepes ayam
Sayur buncis
wortel
Buah potong
Selingan
Jus buah
Agar-agar
biskuit
Bahan
Berat
URT
makanan
(gr)
Beras giling
20
Jamur kuping 15
Minyak
10
2/5 gelas
gelas
1 sendok
kelapa sawit
Ayam
25
makan
potong
Buncis
Wortel
15
15
sedang
gelas
1 buah
Semangka
100
sedang
1 potong
Jambu biji
Susu kental
50
15
sedang
buah
sachet
manis
agar-agar
Susu kental
10
50
1 bungkus
2 sachet
manis
Biskuit
20
3 keping
Siang
Nasi tim
Pepes ikan
Sop sayur
bihun
Ikan segar
Kol kembang
Buncis
Wortel
20
10
10
10
kecil
potong
gelas
1/5 gelas
1 buah
Bihun
Kentang
25
50
kecil
gelas
1 buah
Kacang
15
panjang
panjang
Jagung
10
1/5 gelas
kuning pipil
Minyak
10
1 sendok
100
makan
1 potong
50
75
besar
2 iris
5 sendok
30
makan
3 keping
Honey bread
Nasi tim
Gadon sapi
Kelapa Sawit
Pepaya
Roti putih
Madu
Biskuit
Beras giling
Daging sapi
25
25
gelas
1 potong
Santan
20
sedang
3 sendok
Lemak (gr) = 26
Labu siam
Minyak
25
10
makan
gelas
1 sendok
kelapa sawit
Tauge
Tahu
Minyak
20
10
10
makan
gelas
1/5 potong
1 sendok
Buah potong
kelapa sawit
Mangga
100
makan
buah
Puding
harum manis
Jagung
20
besar
gelas
Tumis labu
siam
Oseng tauge
Selingan
gelas
1 buah
Tumis kacang
Biskuit
Malam
25
10
besar
gelas
Buah potong
Selingan
Beras giling
Wortel
jagung
kuning pipil
Susu skim
25
5 sendok
Agar-agar
makan
1 bungkus
10
BAB V
MONITORING DAN EVALUASI
Antropmetri
Biokimia
Yang Diukur
Berat Badan
Hb,
HCT,
Pengukuran
3 hari sekali
eritrosit, 3 hari sekali
Evaluasi/Target
Mempertahankan
status
gizi optimal
Kadar Hb 14 18 g/dl,
kadar HCT 42 52 %,
dalam darah
respirasi,
mual,
hitam
Energi, protein, lemak Setiap hari
hilang.
Asupan mencapai optimal
Evaluasi konseling
dan karbohidrat
Pengetahuan pasien Setiap hari
Meningkatkan
dan
Fisik klinis
keluarga
keluarga
DAFTAR PUSTAKA
Alam & Hadibroto. (2008). Gagal Ginjal. Jakarta: PT Gramedia.
E.N. Kosasih & A.S. Kosasih, Tafsiran Hasil Pemeriksaan Laboratorium Klinik, Edisi 2,
Tangerang, 2008.
Frances K. Widmann, alih bahasa : S. Boedina Kresno, dkk.,Tinjauan Klinis Atas Hasil
Pemeriksaan Laboratorium, EGC, Jakarta, 1992.
Husni,
2012.
http://hawk-indo.blogspot.com/2012/08/membaca-hasil-lab-
National Kidney Foundation. K/DOQI Clinical Practice Guidelines for Chronic Kidney
Disease: Evaluation, classification and stratification. Am J Kidney Dis 39: suppl 1,
2002.
Nettina, Sandra M. 2001. Pedoman praktik keperawatan. Alih bahasa Setiawan, ddk. Jakarta.
Smeltzer C. Suzzane, Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajaran Keperawatan Bedah. EGC :
Jakarta.
Ronald A. Sacher & Richard A. McPherson, alih bahasa : Brahm U. Pendit & Dewi
Wulandari, Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan Laboratorium, Edisi 11, EGC, Jakarta,
2004.
Smeltzer C. Suzanne, Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.
EGC : Jakarta
Wahyuningsih, Retno. 2013. Penatalaksanaan Diet pada Paien. Graha Ilmu. Yogyakarta
LAMPIRAN
Waktu
Pagi
Menu
Bahan
nasi tim
Beras giling
tumis jamur
pepes ayam
sayur buncis
wortel
Ayam
Buncis
Wortel
buah potong
Semangka
Sub Total
Brt
ENERGI
Protein
(gr)
( gr
)
Kal
Hwn
20
15
10
25
15
15
100
LMK
HA
Fe
Vit. A
Vit.
B1
Nbt
(gr)
(gr)
(mg
)
(mg
)
(mg
)
(SI)
(mg)
72
1,36
0,1
16
1,2
28
0,16
0,024
2,25
0,57
0,1
0,1
0,45
14,1
90,2
10
0,26
0,015
6000
75,5
4,55
6,3
3,5
50
0,38
202,5
0,02
5,25
0,36
1,2
6,3
0,18
1,4
9,75
6,6
0,17
94,5
0,012
5,85
5,55
0,12
1800
28
0,5
0,2
0,009
6,9
12
0,2
590
279,5
4,55
2,97
17
0,05
25
27,8
116
1,28
8687
0,13
Snack
jus buah
Jambu biji
Susu kental manis
agar-agar biskuit
Agar-agar
Susu kental manis
Biscuit
50
15
10
50
20
Sub Total
Siang
nasi tim
Beras giling
Wortel
pepes ikan
Ikan segar
Kol kembang
Buncis
Wortel
Bihun
Kentang
tumis kacang
panjang
Kacang panjang
Jagung kuning pipil
baru
Minyak kelapa sawit
buah potong
Pepaya
25
10
20
10
10
10
25
50
honey bread
Roti putih
Madu
biskuit
Biscuit
nasi tim
Beras giling
gadon sapi
Daging sapi
Santan peras, dengan
air
Labu siam
Minyak kelapa sawit
Tahu
Tauge kacang ijo
Minyak kelapa sawit
buah potong
Mangga harumanis
0,45
0,2
6,1
14
0,55
12,5
0,01
1,23
1,5
8,3
41,3
31,4
0,03
76,5
0,008
40
12,5
0,5
168
4,1
28
138
105
0,1
255
0,025
91,6
1,38
2,9
15
12,4
17,4
0,54
0,018
334,5
5,33
1,83
9,6
57
238
180
1,72
344
0,061
90
1,7
0,2
20
1,5
35
0,2
0,03
0,12
0,9
3,9
3,7
0,08
1200
0,006
22,6
3,4
0,9
40
0,2
30
0,01
2,5
0,24
0,5
2,2
7,2
0,11
0,011
3,5
0,24
0,8
6,5
4,4
0,11
63
0,008
4,2
0,12
0,9
3,9
3,7
0,08
1200
0,006
90
1,18
21
0,4
8,75
0,45
41,5
0,1
9,6
5,5
28
0,35
0,055
15
6,6
0,41
1,2
7,35
52,1
0,11
50,25
0,02
10
10
100
30,7
0,79
0,3
6,4
0,9
14,8
0,21
44
0,033
90,2
10
6000
46
0,5
12
23
12
1,7
365
0,04
432
3,4
6,29
12
73
59,2
210
3,6
8961
0,219
0,05
50
75
30
Sub Total
Mlm
50,4
4,2
Sub Total
Snack
24,5
25
25
20
25
10
10
20
10
100
124
0,6
25
47,5
0,75
220,5
0,23
60
3,75
12
0,68
137,4
2,07
4,3
23
18,6
26,1
0,81
0,027
481,9
6,3
4,9
107
27,4
85,6
2,24
0,077
90
1,7
0,2
20
1,5
35
0,2
0,03
51,75
4,5
3,5
2,75
42,5
0,7
7,5
0,02
24,4
0,4
1,5
0,02
6,5
0,15
1,7
3,5
6,25
0,13
0,005
90,2
10
6000
6,8
0,78
0,5
0,2
12,4
6,3
0,08
0,006
4,6
0,58
0,8
5,8
13,8
0,16
0,014
90,2
10
6000
46
0,4
0,2
12
15
0,2
1200
0,08
Sub Total
Snack
puding jagung
Standar Kebutuhan
20
25
10
410,45
4,5
4,01
26
36
46
119
1,49
13215
0,155
61,4
1,58
0,7
13
1,8
29,6
0,42
88
0,066
0,88
1,3
30,8
24,3
0,03
0,01
40
12,5
0,5
70,4
0,88
1,58
0,7
14
72,6
66,4
0,95
88
0,076
70
312
471
776
11,3
31295
0,717
Lmk
KH
2008,8
Energi
41,63
Protein