Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Menurut ICAO dan FAA, penentuan arah runway harus dibuat berdasarkan arah yang
memberikan wind coverage yang sedemikian rupa, sehingga pesawat dapat take off dan
landing minimal 95 % dari waktu dan cross wind.
Page 1
3-6
Knots
6-10
Knots
10-16
Knots
16-22
Knots
> 22
Knots
Jumlah
CALM
21000
21000
30
20
52
NE
10
16
1000
800
300
100
10
2210
SE
20
22
SW
1200
700
200
85
2186
NW
Jumlah
21000
2266
1528
504
185
11
25494
3-6
Knots
6-10
Knots
10-16
Knots
16-22
Knots
> 22
Knots
Jumlah
CALM
82,3723
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
82,3723
0,0000
0,1177
0,0784
0,0078
0,0000
0,0000
0,2040
NE
0,0000
0,0392
0,0196
0,0039
0,0000
0,0000
0,0628
0,0000
3,9225
3,1380
1,1767
0,3922
0,0392
8,6687
SE
0,0000
0,0784
0,0039
0,0039
0,0000
0,0000
0,0863
0,0000
0,0157
0,0039
0,0000
0,0000
0,0000
0,0196
SW
0,0000
0,0039
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0039
0,0000
4,7070
2,7457
0,7845
0,3334
0,0039
8,5746
NW
0,0000
0,0039
0,0039
0,0000
0,0000
0,0000
Jumlah
82,3723
8,8884
5,9936
1,9769
0,7257
0,0431
0,0078
100,000
0
Page 2
ARAH N - S (0 - 180)
N
o
CALM
NE
SE
SW
NW
82,3723
2
0,11767
5
0,03922
5
3,92249
2
0,07845
0,01569
0,00392
2
4,70699
0,00392
2
0,07845
0,01961
2
3,13799
3
0,00392
2
0,00392
2
2,74574
4
0,00392
2
0,00784
5
0,00392
2
1,17674
7
0,00392
2
0,78449
8
0,39224
9
0,33341
2
0,02792
3
0,00279
2
Total %
99,9875
7
CALM
NE
SE
SW
NW
82,37232
0,117675
0,039225
3,922492
0,07845
0,01569
0,003922
4,70699
0,003922
0,07845
0,019612
3,137993
0,003922
0,003922
2,745744
0,003922
0,007845
0,003922
1,176747
0,003922
0,784498
0,392249
0,333412
0,039225
0,003922
Total
100
Page 3
CALM
NE
SE
SW
NW
82,37232
0,117675
0,039225
3,922492
0,07845
0,01569
0,003922
4,70699
0,003922
0,07845
0,019612
3,137993
3,137993
0,003922
2,745744
0,003922
Total
103,1341
4
0,007845
0,003922
1,176747
0,003922
0,784498
0,392249
0,333412
0,039225
0,003922
CALM
NE
SE
SW
NW
82,37232
0,117675
0,039225 3,922492
0,07845
0,01569
0,00392
2
4,70699
0,07845
0,019612 3,137993
0,003922
2,745744
0,00784
5
0,003922 1,176747
0,784498
0,392249
0,333412
0,039225
0,003922
3,13799
3
0,00392
2
0,00392
2
0,00392
2
Total
103,1341
Data prosentase diatas kemudian digunakan dalam menentukan arah RunWay, dengan
memperhitungkan tipe pesawat yang akan menggunakan Airport dan menganggap bahwa
komponen Cross Wind bertiup dalam dua arah. Dari hasil perhitungan konfigurasi runway
diperoleh persentasi angin yang paling maksimum adalah angin arah :
ARAH N - S (0 - 180)= 99,98757%
Dengan demikian, Runway (R/W) dibuat pada arah tersebut.
Page 4
Pesawat DC 10 - 10
= 4D
ARFL
= 3200 m
Wingspan
= 12,6 m
= 47,4 m
component
Lebar jalur kontrol angin
= 40 knots
Pesawat DC 8 -62
= 4D
ARFL
= 3100
Wingspan
= 7,6 m
= 45,24 m
component
= 40 knots
Page 5
Pesawat DC 747 - B
= 4E
ARFL
= 3352 m
Wingspan
= 11 m
= 45,24 m
component
Lebar jalur kontrol angin
= 40 knots
= 4C
ARFL
= 2295 m
Wingspan
= 6,4 m
= 28,4 m
component
Lebar jalur kontrol angin
= 40 knots
Dari beberapa data pesawat rencana diatas, dipilih ARFL terbesar yang akan menjadi dasar
dari perencanaan RunWay. Maka dapat dipilih pesawat rencananya adalah Pesawat B 747 - B,
dengan ARFL = 3352 m.
1.
RUNWAY (R/W)
Panjang runway
Panjang runway (R/W) biasanya ditentukan berdasarkan pesawat rencana terbesar yang akan
beoperasi pada airport yang bersangkutan. Dalam tugas ini diambil pesawat rencana B - 747 B dengan kode 4E dan ARFL = 3352 m
Data :
Elevasi
= 80,00 m
Slope
= 1%
Temperature (T)
T1 = (28 ; 28 ; 27 ; 29 ; 30 ; 29) C
Page 6
T2 = (30 ; 33 ; 31 ; 33 ; 32 ; 30) C
Ketiga data diatas dipakai untuk mengkoreksi panjang runway :
E
)
300
L1=L0 (1+0,07
E
)
300
L1=3352 1+0,07
80
300
3387,06 m = 3387 m
Tahu
n
1
2
3
4
5
6
n=6
T1
= Tot T1 / n
T1(
C)
28
28
27
29
30
29
171
T2(
C)
30
33
31
33
32
30
189
T2 = Tot T2 / n
= 171/ 6
= 189 / 6
= 28,5 C
= 31,5 C
Page 7
= 29,5 C
Panjang runway harus dikoreksi terhadap termperatur sebesar 1 % untuk setiap kenaikan 1
C, sedangkan untuk setiap kenaikan 1000 m diatas permukaan laut, temperature turun 6,5
C .
= L2 ( 1 + 0,10 x S/1%)
S= Slope (1,5%)
Page 8
1.
Lebar total
= 60 m
2.
= 45 m
3.
4.
5.
= 7,5 m
= 1,5 %
= 2,5 %
Page 9
1.5 %
2.5 %
7.5 m
45.00 m
60.00 m
Page 10
yang berbatasan dengan ujung landasan. Area ini selalu menerima jet blast yang berulang.
Area ini bisa dengan perkerasan atau ditanami rumput. Pengalaman menunjukan bahwa
panjang blast pad untuk pesawat-pesawat transport sebaiknya 60 m. Kecuali untuk pesawat
berbadan lebar, panjang yang dibutukan oleh blast pad sebaiknya 120 m.
Perluasan area keamanan (Safety Area) dibuat apabila perlu. Ukurannya tidak
3. TAXIWAY (T/W)
Taxiway adalah bagian dari lapangan terbang yang telah diberi perkerasan dan
digunakan oleh pesawat yang telah selesai mendarat maupun yang akan take off.
Fungsi utama taxiway adalah sebagai jalan keluar masuk pesawat dari landas pacu ke
terminal dan sebaliknya atau dari landas pacu ke hangar pemeliharaan.
Taxiway diatur sedemikian hingga pesawat yang baru saja mendarat tidak mengganggu
pesawat lain yang siap menuju landasan pacu. Rutenya dipilih jarak terpendek dari bangunan
terminal menuju ujung landasan yang dipakai untuk areal lepas landas. Di banyak lapangan
terbang, taxiway membuat sudut siku-siku dengan landasan, maka pesawat yang akan
mendarat harus diperlambat sampai kecepatan yang sangat rendah sebelum belok ke taxiway.
Karena kecepatan pesawat saat di taxiway tidak sebesar saat di landasan pacu, maka
persyaratan mengenai kemiringan memanjang, kurva vertikal dan jarak pandang tidak seketat
pada landasan. Oleh sebab itu, lebar taxiway masih tetap bergantung dari ukuran lebar
pesawat.
a. Lebar Taxiway
ICAO telah menetapkan bahwa lebar taxiway dan lebar total taxiway (lebar perkerasan
dan bahu landasan). Dalam data tugas didapat pesawat rencana B - 747 B dengan kode
huruf E. Gunakan table 4-7 dan table 4-8 (dilampirkan).
Dari table 4-7, untuk kode huruf E diperoleh : jarak bebas minimum dari sisi terluar roda utama
dengan perkerasan taxiway = 4,5 m.
= 23 m
= 44 m
Page 11
= 1,5 %
= 1 % per 30 m
= 1,5 %
Kemiringan transversal maximum dari bagian yang diratakan pada strip taxiway :
Miring ke atas
= 2,5 %
Page 12
10.5 m
Miring ke bawah
= 5%
Page 13
atau
Dimana :
Dalam menghitung jari-jari taxiway diambil jenis pesawat rencana yaitu B - 747 - B dari table
1-1 diperoleh :
Lebar wheel track
= 11 m
= 25,6 m
= 23 m
s
= x 11 + 2,5
= 8m
d.
= 72,651 m 73 m
Exit Taxiway
Fungsi Exit Taxiway atau Turn Off, adalah menekan sekecil mungkin waktu penggunaan
landasan oleh pesawat yang mendarat. Exit taxiway dapat ditempatkan dengan membuat
sudut siku-siku terhadap landasan atau kalau terpaksa sudut yang lain yang juga bisa. Exit
taxiway yang mempunyai sudut 30 disebut Kecepatan Tinggi atau Cepat keluar sebagai
tanda bahwa taxiway tersebut direncanakan penggunaannya bagi pesawat yang harus cepat
keluar.
Penempatan Exit taxiway tergantung kepada pesawat campuran, kecepatan waktu
approach atau waktu menyentuh perkerasan, kecepatan keluar, tingkat pengereman yang
tergantung kepada kondisi permukaan perkerasan basah atau kering serta jumlah Exit taxiway
yang direncanakan dibuat.
Page 14
R/W
T/W
T/W
Page 15
Jari-jari kurva
landas
pesawat.
Sudut intersection
T/W
R/W
Dengan perkembangan kebutuhan ini banyak keuntungan diadakan Standard High Speed
Exit Taxiway yang berlaku untuk lapangan-lapangan terbang internasional. Pilot pesawat akan
mengenal lebih baik dengan konfigurasinya dan mengharapkan hasil yang sama ketika
mendarat di Pelabuhan Udara mana saja dengan fasilitas ini. Maka disarankan hanya satu
saja standard perencanaan.
Alasan mengapa memilih perencanaan ini untuk semua lapangan terbang adalah :
1. Kemudahannya bagi sebagian besar, konfigurasi roda pendaratan pesawat untuk membuat
belokan.
2. Sisa perkerasan yang lapang didapatkan antara sisi luar roda pendaratan dengan tepi
perkerasan taxiway.
3. Muara yang diperluas dari Exit taxiway memberikan kemungkinan beberapa variasi sumbu
belokan ke taxiway, bila pesawat tidak memulai belokannya dari titik yang ditandai pada
landasan.
4. Konfigurasinya memungkinkan pesawat belok walau dengan kecepatan tinggi 50 knots
(93 km/jam).
Page 16
S1
S2
a = Perlambatan (m/det 2)
Dalam tugas ini diketahui pesawat rencana : B - 747 - 200, sehingga didapat :
Design group
= D
= 32 km / jam = 9 m/det
= 450 m
Perlambatan (a)
= 1,5 m/s
Dari jarak Touch down yang sesuai, maka didapat jarak dari Threshold sampai ke titik awal
kurva Exit Taxiway (untuk design group C).
LO = Jarak Touch down dari R/W + D
Page 17
= 1698,1212 m
LO = Jarak Touch down dari R/W +D
= 450 + 1698,1212
= 2148,1212 m
Jarak ini dihitung berdasarkan kondisi Standard Sea Level. Tapi jarak yang didapatkan ini
harus ditambah 3 % per 300 m setiap kenaikan dari permukaan laut, dan sekitar 1 % setiap 5,6
C (10F ) dan diukur dari 15C = 59 F.
Koreksi terhadap elevasi
Setiap kenaikan 300 m dari muka laut jarak harus ditambah 3 %, maka :
L1
= LO [ 1 + (0.03 x
)]
= 2148,1212 [ 1+ 0,03 x
)]
= 2153,4915 m
Koreksi terhadap temperatur
Setiap kenaikan 5,6 C dari kondisi standar (15 C = 59 F) jarak bertambah 1 % maka :
L2 =
L1
= 2153,4915
=
2189,4702 m
Maka Distance To Exit Taxiway = 2189,4702 m = 2190 m
Page 18
5. Holding Bay
Pada lapangan terbang yang mempunyai lalu lintas padat perlu dibangun Holding Bay.
Dengan disediakannya Holding Bay maka pesawat dari apron dapat menuju ke landasan
dengan cepat dan memungkinkan sebuah pesawat lain untuk menyalip masuk ujung landasan
tanpa harus menunggu pesawat didepannya yang sedang menyelesaikan persiapan teknis.
Keuntungan-keuntungan Holding Bay antara lain :
1)Keberangkatan pesawat tertentu yang harus ditunda karena sesuatu hal, padahal pesawat
tersebut sudah masuk Taxiway menjelang sampai ujung landasan tidak menyebabkan
tertundanya pesawat lain yang ada dibelakangnya. Pesawat dibelakangnya bisa melewati
pesawat didepannya di Holding Bay. Penundaan pesawat depan misalnya untuk penambahan
payload yang sangat penting pada saat sebelum lepas landas, penggantian peralatan rusak
yang diketahui sesaat sebelum tinggal landas.
2)Pemeriksaan altimeter (alat pengukur tinggi) sebelum terbang dan memprogram alat bantu
navigasi udara apabila tidak bisa dilakukan apron.
3)Pemanasan mesin sesaat sebelum lepas landas.
Holding Bay bisa juga digunakan sebagai titik pemeriksaan Aerodrome untuk VOR (Very
Omny High), karena untuk pemeriksaan itu pesawat harus berhenti untuk menerima sinyal
dengan benar. Ukuran Holding Bay tergantung pada :
Jumlah dan posisi pesawat yang akan dilayani ditentukan oleh frekuensi pemakaiannya.
Tipe-tipe pesawat yang akan dilayani.
Cara-cara / perilaku pesawat masuk dan meninggalkan Holding Bay.
Page 19
Page 20
Perencanaan Apron
Apron merupakan bagian lapangan terbang yang disediakan untuk memuat, dan
menurunkan penumpang dan barang dari pesawat, pengisian bahan baker parkir pesawat dan
pengecekan alat mesin yang seperlunya untuk pengoperasian selanjutnya.
Dimensi apron dipengaruhi oleh :
Jumlah gate position
Konfigurasi parkir pesawat
Cara pesawat masuk dan keluar
Karakteristik pesawat terbang, termasuk pada saat naik (take off) dan turun (landing).
Gate Position
Dalam menentukan gate position yang diperlukan, dipengaruhi oleh :
=
Dimana :
= 60 menit
Pesawat kelas B
= 45 menit
Pesawat kelas C
= 30 menit
= 20 menit
Untuk kapasitas runway per jam (V) dibagi 2 per jumlah setiap jenis pesawat yang dilayani.
Sesuai data tugas ini, jenis pesawat yang dilayani adalah :
Pesawat DC 8 - 62
: 1 buah
Pesawat DC 10 10
: 1 buah
Pesawat B 747 - B
: 1 buah
: 1 buah
Page 21
a. Pesawat DC 8 - 62 (kelas D ) G1 =
= 0,20 1
b. Pesawat DC 10 10 (kelas D) G1 =
= 0,20 1
G1 =
= 0,20 1
= 0,31 1
Jumlah gate position untuk semua jenis pesawat yang akan dilayani adalah :
= G1 + G2 + G3 + G4
=1+1+1+1
= 1 buah
= 45,24 m
- wheel track
= 7,6 m
Maka :
Turning Radius (r)= x ( 45,24 + 7,6 ) + 3,048
Luas gate
29,468 m
x r2
x 29,4682
2728,042 m2
b.Pesawat DC 10 - 10
Dik :
- wingspan
= 47,35 m
- wheel track
= 10,67 m
Maka :
Page 22
32,058 m
x r2
x 32,0582
3228,663 m2
c.Pesawat B 747 - B
Dik :
- wingspan
= 59,66 m
- wheel track
= 11 m
Maka :
Turning Radius (r) =
Luas gate
38,378 m
x r2
x 31,204 2
3058,936 m2
= 28,4 m
- wheel track
= 6,4 m
Maka :
Turning Radius (r) =
Luas gate
20,448 m
x r2
x 20,4482
1313,564 m2
Luas Apron
Panjang apron :
Panjang apron dihitung dengan menggunakan rumus :
P = G . W + (G-1) c
+ 2Pb
Dimana
Panjang apron
= Gate position
= Wingspan
Pb
Page 23
Page 24
a.Pesawat DC 8 62 (Code D)
Dik :
G= 1
C = 7,5 m
W = 45,24 m
Maka :
Pb = 46,16 m
P1 = G.W +(G-1).C+2.Pb
= 1 x 45,24+ (1-1) x 7,5 + 2 x 46,16
= 137,56 m
G = 1
C = 7,5 m
W = 47,35 m
Pb = 55,55 m
G = 1
C = 4,5 m
W = 59,66 m
Pb = 69,85 m
G = 1
C = 7,5 m
W = 28,4 m
Pb = 30,48 m
Lebar Apron
Lebar apron dihitung dengan menggunakan rumus :
L = 2.Pb
+ 3.c
Lebar apron dihitung berdasarkan pesawat rencana yaitu B 747 - B
Dengan Pb = 69,85 dan C = 7,5 ; sehingga :
L = (2 x 69,85) + (3 x 7.5)
Page 25
Perencanaan Hangar
Hangar direncanakan untuk 2 pesawat. Dalam hal ini direncanakan berdasarkan ukuran
pesawat rencana yaitu B 747 - B. Luas hangar dihitung dengan rumus :
L = 2 x (wingspan x Panjang badan
pesawat)
L
= 2 x (59,66 x 69,85 )
= 8334,502 m2
L = 8335 m2
Ruang gerak dan peralatan reparasi diambil 300 m,
Sehingga total luas hangar adalah :
L total = 8335 + 300
= 8635 m2
Passenger Terminal
Luas passenger terminal diperhitungkan terhadap ruang gerak dan sirkulasi dari
penumpang, yaitu : untuk pesawat dengan jenis masing-masing dapat diperkirakan jumlah
penumpang per pesawat dalam 1 jam ( Tabel 1-1, Kolom Payload)
Pesawat DC 8 - 62
Dik :
Pesawat DC 10 -10
Dik :
Pesawat B 747 - B
Dik :
Page 26
Jika tiap penumpang membawa 3 orang pengantar dengan ruang gerak tiap
penumpang 4 m2
Maka, luas passenger terminal adalah :
L = [1149 + (3 x 1149)] x 4 m2 = 14937 m2
Parking area
Ada beberapa cara untuk menentukan luas parking area, walaupun kadang-kadang cara
tersebut tidak dapat dilakukan karena ada perbatasan.
Cara-cara tersebut antara lain :
1. Mendapatkan proyeksi harian penumpang yang masuk (datang) dan keluar (berangkat)
lapangan terbang. Jumlah ini dikonversikan kejumlah kendaraan untuk menentukan akumulasi
puncak dari jumlah kendaraan.
2. Menghubungkan akumulasi maksimum jumlah kendaraan dengan jam-jam sibuk jumlah
penumpang pada tahun yang diketahui. Koreksi ini dipergunakan untuk memproyeksikan
permintaan kendaraan pada jam-jam sibuk dimasa depan.
Batasan dari kedua cara ini adalah : karakteristik sifat kendaraan sulit untuk menentukan
tingkat estimasi kendaran dan lain-lain. Rata-rata luas ruang parkir untuk 1 mobil adalah lebar
2,6 m dan panjang 5,5 m
Dalam tugas ini telah dihitung :
Banyaknya penumpang pada jam sibuk
1149 orang
3447 orang
Total
4596 orang
Page 27
Kantor pos
Kantor kesehatan
c.
Restoran
Pertokoan
Ruang tunggu
Ruang VIP
Telepon umum
Bank / ATM
Asuransi
dll.
Untuk menjamin dan memberikan kenyamanan kepada penumpang serta kepada
penjemput dan pengantar, biasanya gedung terminal dibatasi oleh dua wilayah yaitu:
1. Wilayah utama adalah wilayah dimana para calon penumpang masih membaur dengan para
pengantar atau penjemput.
2. Wilayah steril adalah wilayah yang hanya dikhususkan bagi calon penumpang serta petugas
airline maupun keamanan.
Page 28
Tiket/check in
Pengambilan barang
1,0
2,0
2,5
Bea cukai
3,0
Imigrasi
1,0
Restoran
2,0
Operasi airline
5,0
25,0
30,0
Sumber : (R. Horonjeff, 1979. Planning and Design Airport, hal 258)
A.
Perencanaan Gudang
Gudang berfungsi sebagai tempat penampungan barang dan pos paket yang akan
dikirim maupun yang tiba. Untuk perencanaan gudang dipakai standar yang dikeluarkan IAIA
yaitu 0,09 m2/ton/tahun untuk pergerakan barang ekspor dan 0,1 m 2/ton/tahun untuk barang
impor. Untuk menghitung luas gudang diambil angka 0,1 m 2/ton/tahun dikali dengan pos paket +
barang.
B.
besarnya jumlah penumpang pada jam sibuk, dan diperkirakan untuk 2 penumpang
menggunakan satu kendaraan.
Rata-rata luas parkir untuk satu kendaraan adalah lebar 2,6 m dan panjang 5,5 m dimana
konfigurasi parkir dapat dilihat pada gambar berikut ini:
Page 29
Sumber: (Heru Basuki, 1984 Merancang dan Merencanakan Lapangan Terbang, hal 122)
Page 30
: B 747 - B
: 255830,4 kg
Roda Pendaratan
Annual Departure
:
Jenis Pesawat
DC 8 - 62
DC 10 - 10
B 747 - B
B 737 - 200
Annual Departure
25000
15000
25000
15000
: 30 %
Titik
CBR
1
4
2
6
3
5
4
5
5
4
6
7
Page 31
CBR (Xi)
4
(Xi X)2
1,21
0,81
0,01
0,01
1,21
3,61
Titik (n)
1
Jumlah
6,86
Simpangan Baku : Sd =
Nilai CBR batas bawah
X Sd
= 5,1 1,17
X + Sd = 5,1 + 1,17
= 3,93 %
= 6,27 %
Untuk confidence kumulatif 95% didapat nilai CBR Subgrade diantara 3,93 % dan 6,27 %.
Jadi CBR rencana diambil 5 % karena berada diantara batas bawah dan batas atas.
Perhitungan Tebal Perkerasan
Dik :
: 5%
: 30 %
Annual Departure
25000
15000
25000
15000
Page 32
MTOW
(lbs)
Tipe Roda
Annual
Tebal Total
Pendarata
Departur
Perkerasan
e
25000
15000
Sementara
20,39 Inch
20,46 inch
DC 8 - 62
DC 10 - 10
72077,04
88551,79
n
DWG
DWG
B 747 - B
1
159599,1
DTWG
25000
30,11 inch
B 737 - 200
6
20696,40
SWG
15000
15,10 inch
Page 33
Karena tebal total perkerasan sementara terbesar yang diperoleh adalah 49 In, maka yang
dipakai sebagai pesawat rencana untuk menentukan tebal perkerasan adalah pesawat
DC 10 10 (dengan tipe roda pendaratan DWG).
Ke
Dual Wheel
Factor Koreksi
0,8
Single Wheel
Dual Tandem
0,5
Dual Wheel
Dual Tandem
0,6
Dual Tandem
1,0
Single Wheel
2,0
Dual Tandem
Dual Wheel
1,7
Dual Tandem
Single Wheel
1,3
Dual Wheel
1,7
38
37
123
127
Page 34
W2 =
n
3. Hitung W1 (lbs)
W1 =
R1 = 10
Jumlah
Annual
MTOW
Roda
Departure
(lbs)
B 707 300
6000
Convair 880
DC 10 10
Pesawat
R2
W2
W1
R1
333292,95
10200
39578,54
102035,02
313,758
15000
193237,88
25500
22946,99
102035,02
122,945
6000
429621,14
6000
102035,02
102035,02
6000
= 6436,703
= 6437
Page 35
Jadi Equivalent Annual Departure yang akan digunakan dalam menghitung tebal perkerasan
adalah 6437
Page 36
: DC-10-10
- MTOW
: 429621,14 lbs
: DWG
: 6437
: 5 %
: 25 %
: 49
: 5%
Diperoleh tebal minimum base course = 14,9 ( 37,846cm). selisih base course = 14,9 9,5
= 5,4, tidak ditambahkan pada tebal total perkerasan, tetapi diambil dari tebal sub base.
Sehingga tebal sub base menjadi :
34,5 5,4 = 29,1 (73,914 cm =74 cm)
Page 37
Namun hal ini hanya berlaku pada base course saja. Karena sub base dilalui oleh drainase
melintang landasan lapangan terbang.
Lapisan
Kritis (A)
Inch
Cm
5
12,7
14,9
37,846
29,1
73,914
Course
Surface
Base
Sub Base
Non-Kritis (0,9A)
Inch
Cm
4,5
11,43
13,41
34,06
26,19
66,52
Pinggiran (0,7A)
Inch
Cm
3,5
8,88
10,43
26,49
20,37
51,73
Tebal Perkerasan
Tebal Perkerasan
Surface Course
Rencana
5 (12,7 cm)
Minimum
5 (12,7 cm)
Base Course
9,5 (24,13cm)
34,5 (87,629cm)
49 (124,46 cm)
Base coarse
12,7 cm
37,846 cm
Page 38
73,914 cm
Daerah Transisi/pinggir:
Surface
11,43 cm
Base coarse
34,06 cm
8,88 cm
surface
Base coarse
26,49 cm
51,73 cm
66,52 cm
Sub grade CBR 5 %
Ket : Untuk daerah non kritis ketebalan T direduksi 0,9T sedangkan untuk daerah transisi direduksi
0,7 T.
Gambar Penampang Kritis, Non Kritis dan daerah Transisi/Pinggir
Page 39
Z=YDimana :
Dari perhitungan sebelumnya telah diperoleh CBR Subgrade = 5%. Jika dilokasi yang lain
diperoleh CBR Subgrade yang sama, maka dengan menurunkan persamaan Z :
(Y Z) x t(Y x) = (Y + x)
YZ=
Pada keadaan diatas , x = Z (x dan Z diatas tanah B). maka :
t (Y x) = (Y - Z) (Y + Z)
t=Y+x
Langsung dapat dihitung dengan data-data yang sudah diketahui sebelumnya :
Y = Subbase Course (CBR 5 %) = 34,5
Apabila diambil
x = 0,5 . Y
x = 17,25
maka :
Dengan demikian jika tanah ini memiliki CBR dengan tanah rencana = 5%, maka tanah tersebut
harus dipadatkan setebal 51,75 (131,445 cm).
Page 40
Rumusnya : FK =
Untuk menentukan working stress dibutuhkan ramalan lalu lintas yang akan dating, yakni
menyangkut jenis pesawat, MTOW-nya dan roda-roda pendaratan yang sepadan.
Dalam tugas ini dianjurkan untuk menggunakan angka keamanan 2 (lihat buku
Merancang, Merencana Lapangan Terbang hal 363). Dalam menentukan perkerasan rigid,
dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :
Tentukan k Subgrade atau bila tersedia subbase, harga k subbase.
Hitung lalu lintas pesawat dimasa yang akan datangdan pembebanan nya sehingga bisa
dipilih angka keamanan yang sesuai.
Tentukan working stress bagi tiap-tiap jenis pesawat, yaitu membagi modulus of rapture
beton umur 90 hari dengan angka keamanan yang telah ditentukan.
Hitung tebal perkerasan dengan memasukkan harga-harga parameter diatas ke dalam
grafik-grafik (gbr 6-43, 6-44) yang sesuai dengan tipe roa pendaratan.
Ulangi langkah-langkah diatas untuk jenis-jenis pesawat yang berbeda. Pilih tebal
perkerasan untuk kondisi yang paling kritis
Page 41
= 23,9989 x 12 x 365
= 105.115 buah/tahun
= 288 buah/hari
Didapat dari pengolahan data bahwa bahan subgrade mempunyai nilai CBR 5 %, dapat
dikategorikan sebagai material lumayan baik. Harga k (Modulus of Subgrade Reaction) untuk
kategori baik adalah 200 250 Psi (table 6-11, dilampirkan).
Tabel 6-11 Nilai Modulus of Subgrade Reaction (k)
Harga k
Bahan sub grade
Sangat jelek
MN/m
< 40
Pci (lbs/in )
< 150
Lumayan baik
55 68
200 250
Sangat baik
> 82
> 300
Untuk lapisan subbase, harga k ditentukan dengan mengadakan Plate Bearing Test
pada lapisan subgrade. Harga k berkaitan dengan berbagai ketebalam dari bahan subbase
yang berbeda.
Untuk tebal subbase yang telah direncanakan 14,9 cm (5,86) dan dengan harga k yang
diambil 200 Psi, diplot pada grafik (Gbr 6-34) diperoleh haraga k yang disesuaikan yaitu 200 Psi.
Untuk mencari MR90 digunakan rumus:
MR90 = 110% x MR28
MR28 = k x (fc)
Direncanakan untuk apron menggunakan beton dengan mutu K-300 dimana untuk
K-300 = 300 kg/cm2 = 300 x 14,22 lb/in2 = 4266 Psi
Maka :
MR28 = 10 x 4266
= 653,146 Psi
MR90 = 110% x 653,146
= 718,4606 Psi
Page 42
= 360 Psi
= 360 Psi
= 200 Pci
- MTOW
= 333292,95 lbs
Dengan menggunakan gambar kurva perkerasan rigid untuk tipe roda Dual tandem
Wheel
Gear
(DTWG)
didapat
tebal
perkerasan
rigid
untuk
pesawat
rencana
= 360 Psi
-k
= 200 Pci
- MTOW
= 193237,88 lbs
Dengan menggunakan gambar kurva perkerasan rigid untuk tipe roda Dual tandem
Wheel
Gear
(DTWG)
didapat
tebal
perkerasan
rigid
untuk
pesawat
rencana
Pesawat DC-10-10
- Working Stress (WS)
= 360 Psi
-k
= 200 Psi
- MTOW
= 429621,14 lbs
Dengan menggunakan gambar kurva perkerasan rigid untuk tipe roda Dual Wheel Gear
(DWG)
didapat
tebal
perkerasan
rigid
untuk
pesawat
rencana
DC 10 10 = 15,5 inch
Dari hasil perhitungan tebal rigid perkerasan berdasarkan parameter-parameter diatas
didapat tebal perkerasan yang paling kritis yaitu 15,5 inch (Pesawat DC-10-10 ).
Dengan demikian untuk perkerasan rigid pada apron memiliki ketebalan rencana yaitu setebal
15,5 =39,37 cm.
Page 43
Slab Beton
39,37 cm
35,5 cm
Page 44
Daerah Transisi/pinggir:
27,5 cm
Base coarse
Base coarse
35,43 cm
24,8 cm
31,9 cm
Ket : Untuk daerah non kritis ketebalan T direduksi 0,9T sedangkan untuk daerah transisi direduksi
0,7 T.
As =
Dimana :
Dari data :
- mutu baja
: U 24
- fs
: 2400
-H
: 15,5 = 39,37 cm
Page 45
-L
= 18,70 cm2
Tulangan melintang : As =
1
2
10
4
= 78,5 mm2 = 0,785 cm2
Banyaknya tulangan : n =
Jarak tulangan : R =
= 20,83 cm 21 cm
Maka :
> AminOK
Jadi dengan tulangan baja 24 D10 mm dan tebal perkerasan rigid yang ada, mampu
menahan beban yang didapat dari perhitungan sebelumnya.
E. Joint (Sambungan)
Joint (Sambungan) dan susunannya
Joint/sambungan di buat pada perkerasan kaku, agar beton bisa mengembang dan
menyusut tanpa halangan, sehingga mengurangi tegangan bengkok (Flexural stress) akibat
gesekan, perubahan temperatur dan perubahan kelembaban serta untuk melengkapi konstruksi.
Joint dikategorikan menjadi 3 berdasarkan fungsinya:
1. Expansion Joint (Sambungan Muai)
Page 46
Tipe A - Dowel
2. Construction Joint (Sambungan Pelaksanaan)
Construction joint terbagi atas 2 yaitu memanjang dan melintang. Untuk arah memanjang
terdapat pada tepi setiap jalur pengecoran dengan berbentuk tepi kunci (lidah alur) atau
diberi tulangan dowel untuk memindahkan beban pada sambungan tersebut. Sedangkan
sambungan melintang diperlukan pada akhir pengecoran atau apabila pengecoran
diperhitungkan akan berhenti selama setengah jam atau lebih.
Tipe C - Kunci
o
pemberhentian ini harus dibuat Construction Joint melintang. Apabila pemberhentian ini
sudah dekat dengan Construction Joint melintang rencana, disarankan membuat joint
dengan Dowel. (gambar type D)
Page 47
Tipe D - Dowel
3. Contraction Joint (Sambungan Susut)
Beton dapat menyusut akibat terjadi perubahan temperatur. Pada slab beton yang tidak
dibuat contraction joint, akan terjadi retakan secara random pada seluruh permukaan
perkerasan. Sambungan konstruksi ini dapat juga dibuat dengan membentuk celah pada
bagian atas perkerasan. Sehingga bila beton terpaksa harus retak, retak terjadi pada
bidang yang telah dipersiapkan itu.
Tipe H - Dummy
o
Tipe F - Dowel
Page 48
Sumber: (Horonjeff. R/McKelvey. F.X Perecanaan Dan Perancangan Bandar Udara, hal
123)
Gambar Macam-Macam Joint
F. Jarak Antar Joint
Dalam sebuah perencanaan maupun dalam pengerjaaannya, lebih mudah kita
membuat slab beton bujur sangkar daripada empat persegi panjang lainnya bila tidak
Page 49
Melintang (m)
Memanjang (m)
4,6 m
3,8 m
9 12 feet (23 31
6,1 m
6,1 m
cm)
7,6 m
7,6 m
(inch)
< 9 feet (23 cm)
Lebar joint
1/4 inchi
Dalam joint
1/2 inchi minimum
25 feet
3/8 inchi
30 feet
3/8 inchi
40 feet
1/2 inchi
50 feet
5/8 inchi
5/8 inchi
60 feet
3/4 inchi
3/4 inchi
Sumber: (F. Jansen, 2007. Pelengkap Kuliah Lapangan Terbang, hal 82)
G.
Tulangan Sambungan
Penulangan dari
Diameter
in (20 mm)
Panjang
18 in (46 cm)
Jarak
12 in (31 cm)
8-12 in (21-31cm)
1 in (25 mm)
19 in (48 cm)
12 in (31 cm)
Page 50
1 in (30
20 in (51 cm)
15 in (38 cm)
41cm)
mm)
20 in (51 cm)
18 in (46 cm)
17-20 in (43-
1 in (40
24 in (61 cm)
18 in (46 cm)
51cm)
mm)
21-24 in (54-
2 in (50 mm)
61cm)
Sumber : (E.J Yoder, M.W Wiczack. Principles of Pavement Design, hal 582)
2. Tie bar
Merupakan besi ulir, penulangan ini dipasang sebagai penghubung pada contraction joint
memanjang dan sebagai pengunci construction joint untuk menjamin tepian slab beton
selalu dalam kontak satu sama lain. Tetapi tie bar tidak berfungsi sebagai alat Bantu
pemindah beban (load transfer). Dengan menjaga alur sambungan tetap rapat,
pemindahan beban tetap terjadi pada kunci-kunci beton atau terjadi pada agregat yang
saling mengunci dari retakan yang ada dibawah contraction joint. Tie bar direncanakan
untuk menambahi resistansi subgrade atau subbase terhadap gerakan horizontal slab
beton, ketika pada perkerasan terjadi penyusutan. Ketahanan timbul pada jarak antara
joint yang diikat dengan tepi bebas yang terdekat. Rekomendasi FAA untuk ukuran tie bar
adalah sebagai berikut : diameter 5/8 inch (16 mm), panjang 30 inch (760 mm), jarak dari
as ke as 30 inch (760 mm). Tie bar harus memenuhi beberapa syarat sebagai berikut:
mempunyai ukuran lebih kecil, letaknya tegak lurus dengan sumbu jalan, dan harus
berupa besi ulir.
H.
Bahan penutup
Fungsi dari penutup sambungan adalah untuk mencegah masuknya benda-benda asing
yang berbentuk padat (pasir, kerikil, dll) yang akan mencegah kesempurnaan merapatnya
sambungan yang dapat menimbulkan tegangan tinggi pada plat.
1. Joint Sealant
Sealant dipakai dalam joint untuk mencegah merembesnya air dan benda-benda asing
ke dalam joint. Sealant dapat berbentuk bahan panas atau dingin dituang atau ditekan
masuk dalam joint untuk mengisinya. Idealnya sealant masuk ke dalam sambungan
dengan permukaan 3 mm di bawah permukaan slab beton. Di daerah yang peka
terhadap bensin, dipakai sealant yang tahan minyak.
2. Joint Filler
Bahan filler harus dapat dipress serta elastis, sehingga didapatkan ketebalan aslinya
kembali ketika proses press berhenti yaitu saat sambungan membuka. Filler juga harus
awet dan tahan terhadap pembusukan. Bahan yang memenuhi persyaratan diatas : selselnya tertutup, bisa juga bahan aspal campuran serat-serat kayu (dihasilkan oleh pabrik-
Page 51
Lebar Joint
3/4 inchi
Lebar Seal
9/16 inchi
30 feet
3/8 inchi
13/16 inchi
50 feet
1/2 inchi
1 inchi
70 feet
3/4 inchi
1 inchi
Sumber: (F. Jansen, 2007. Pelengkap Kuliah Lapangan Terbang, hal 82
Page 52
Page 53
Ukuran dan Bentuk Angka, Serta Luas Tiap Angka untuk Nomor Landasan
SISTEM PERLAMPUAN
Dalam sistem perlampuan lapangan terbang, dikenal 3 hal :
1.
Page 54
3.
Perlampuan Landasan
Intensitas cahaya
Konfigurasi A dipaki di Amerika untuk penerbangan sipil dan Militer sebagai Standard
Nasional
Page 55
Pada sistem Calvert (dikemukakan oleh E.S Calvert dari Inggris) ada 6 banjar lampu dan
lebar banjar berbeda-beda dengan jarak tiap banjar 500 feet.
Pada sistem Amerika hanya ada satu banjar lampu melintang sumbu landasan yaitu
sejauh 1.000 feet dari Threshold.
Pada sistem Calvert, pesawat mendapatkan pedoman untuk mendarat dari lampu-lampu
yang berbanjar melintang landasan.
Tetapi pada sistem Amerika pedoman pendaratan didapatkan dari barisan lampu panjang
14 feet, ditempatkan 100 feet dari threshold pada perpanjang sumbu landasan dan
crossbar tunggal ditempatkan 1.000 feet dari threshold sebagai petunjuk jaraknya dari
threshoid.
3. Perlampuan landasan
Pada awal mula pendaratan malam dilakukan, seluruh area landasan disinari
seluruhnya (Flood Light). Lama kelamaan dirasakan tidak perlu seluruh lapangan pendaratan
disinari, cukup bagian-bagian utama saja, kemudian dipakai lampu khusus untuk pendaratan.
Perlampuan menyinari seluruh permukaan landasan akhirnya diganti dengan lampu yang
menunjukkan arah sumbu landasan serta ditambahkan lampu tepi landasan dipasang
sepanjang tepi landasan. Pada visibility jelek lapangan terbang dilengkapi dengan lampu touch
down zone.
Page 56
memanjang dari lampu ke lampu tidak boleh lebih dari 60m. Apabila threshold landasan digeser,
tetapi daerah yang digeser tadi masih dipakai untuk lepas landas dan taxi, lampu tepi landasan
pada displaced area yang menghadap pilot berwarna merah. Sedangkan berwana putih, lampu
yang mneghadap arah kedatangan pesawat, dan berwarna kuning untuk mengingatkan pilot
bahwa landasan hampir habis tinggal 600m.
-
serta memberi pedoman pada kondisi Visibility jelek, dipasanglah lampu sumbu landasan dan
lampu Touch Down Zone.
FUNGSI ALS
1.untuk memungkinkan pilot untuk bisa secara cepat dan positif mengindentifikasi jarak
visibilitas dalam kondisi instrumen meteorologi.
Page 57
Setiap
Setiap bar terdiri atas 5 buah lampu berwarna putih (clear) yang besarnya antara 100 - 300
watt (tergantung jenis konfigurasinya). Beberapa jenis konfigurasi bahkan dilengkapi dengan
Flasher (lampu yang berkedip).
Flasher atau SQFL (Sequence flashing Light ) menyala berurutan mulai dari ujung bar 1 sampai
dengan awal landasan pacu, seolah-olah menunjukan kepada penerbang tentang arah
pendaratan. Pada tiap bar terdapat 1 buah SQFL,
SQFL, yang terletak ditengah-tengah setiap bar. Tipe
lampu SQFL yang digunakan adalah PAR 56.
56.
Page 58
3.ALSF
(APPROACH
(APPROACH
LIGHTING
SYSTEM
WITH
SEQUENCE
FLASHING
LIGHTS)
LIGHTS)
CATEGORY I
Page 59
ALS digunakan saat cuaca buruk, malam hari atau atas permintaan dari penerbang.
Dalam
Dalam instalasi powernya, ALS di bagi menjadi 2 (dua) circuit atau lebih. Hal ini merupakan
tindakan preventive seandainya salahsatu circuit mengalami kegagalan maka diharapkan circuit
yang lain dapat tetap melayani penerbangan.
DAN MILITER)
Page 60
DARI
THRESHOLD RW
LEBAR
SUMBU
RW
DAN
SISTEM CALVERT
SISTEM AMERIKA
KE
MENERUS
TEPI
TETAPI
LANDASAN
Page 61
JARAK
TEPI
RW
AKHIR
TEPI
PADA DAERAH THRESHOLD YANG DIGESER DAN MASIH DIPAKAI LEPAS LANDAS,
WARNA LAMPU TEPI LANDASAN ADALAH MERAH
PANDANGAN
JELEK
MAKA
PADA THRESHOLD YANG DIGESER, LAMPU SUMBU RW DAN TOUCH DOWN ZONE
DIPADAMKAN DI LIHAT DARI ARAH PENDARATAN
UNTUK MEMANDU GERAKAN TAXI PESAWAT DI MALAM HARI ATAU SIANG HARI
KONDISI JARAK PANDANG YANG BURUK
Page 62
Page 63