Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Komunikasi pada anak merupakan suatu proses penyampaian dan transfer informasi
yang melibatkan anak, baik sebagai pengirim pesan maupun penerima pesan. Dalam proses
ini melibatkan usaha-usaha untuk mengelompokkan, memilih dan mengirimkan lambanglambang sedemikian rupa yang dapat membantu seorang pendengar atau penerima berita
mengamati dan menyusun kembali dalam pikirannya arti dan makna yang terkandung dalam
pikiran komunikator.
Pada anak, komunikasi yang terjadi mempunyai perbedaan bila dibandingkan dengan
yang terjadi pada usia bayi, balita, remaja, maupun orang dewasa. Hal ini disebabkan oleh
karakteristik khusus yang dimiliki anak tersebut sesuai dengan usia dan perkembangannya.
Komunikasi pada anak sangat penting karena pada proses tersebut mereka dapat saling
mengekspresikan perasaan dan pikiran, sehingga dapat diketahui oleh orang lain. Disamping
itu dengan berkomunikasi anak - anak dapat bersosialisasi dengan lingkungannya .
Pada anak -anak yang dirawat dirumah sakit karena banyaknya permasalahan yang
dialaminya baik yang berhubungan dengan sakitnya maupun karena ketakutan dan
kecemasannya terhadap situasi maupun prosedur tindakan, sering komunikasi menjadi
terganggu. Anak menjadi lebih pendiam ataupun tidak berkomunikasi. Keadaan ini apabila
dibiarkan akan dapat memberikan efek yang kurang baik bagi pertumbuhan dan
perkembangan disamping proses penyembuhan penyakitnya.
Perawat yang mempunyai banyak waktu dengan pasien , diharapkan dapat memulai
menciptakan komunikasi yang efektif. Keterlibatan perawat dalam berkomunikasi sangat
penting karena dengan demikian perawat mendapat informasi dan dapat membina rasa
percaya anak pada perawat serta membantu anak agar dapat mengekspresikan perasaannya
sehingga dapat dicari solusinya. Sehubungan dengan itu perawat dituntut untuk memiliki
kemampuan komunikasi dalam memberikan askep pada anak, menguasai teknik-teknik
komunikasi yang cocok bagi anak sesuai dengan perkembangannya.

1.2 Rumusan Masalah


Dari latar belakang diatas, penulis dapat merumuskan masalah sebgai berikut :
1. Apakah pengertian komunikasi terapeutik pada anak?

2.
3.
4.
5.

Apakah tujuan komunikasi terapeutik pada anak?


Apakah prinsip dasar komunikasi terapeutik pada anak?
Bagaimanakah teknik komunikasi terapeutik pada anak?
Bagaimanakah teknik yang kurang tepat dilakukan dalam komunikasi terapeutik pada

anak?
6. Bagaimana komunikasi terapeutik pada kelompok khusus (bayi dan toddler)?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan yang penulisan makalah ini, antara lain :
1.
2.
3.
4.
5.

Mahasiswa dapat mengetahui pengertian komunikasi terapeutik pada anak.


Mahasiswa dapat mengetahui tujuan komunikasi terapeutik pada anak.
Mahasiswa dapat mengetahui prinsip dasar komunikasi terapeutik pada anak.
Mahasiswa dapat menerapkan teknik komunikasi terapeutik pada anak.
Mahasiswa dapat mengetahui dan menghindari teknik yang kurang tepat dilakukan dalam

komunikasi terapeutik pada anak.


6. Mahasiswa dapat mengetahui cara komunikasi terapeutik pada kelompok khusus (bayi
dan toddler)

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Komunikasi Terapeutik pada Anak

Komunikasi terapeutik merupakan hubungan interpersonal antara perawat dank lien,


dalam hal ini perawat dan klien memperoleh pengalaman belajar bersama dalam rangka
memperbaiki pengalaman emosional klien.(Stuart, 1998)
Komunikasi terapeutik pada anak adalah komunikasi yang dilakukan antara perawat
dan klien (anak), yang direncanakan secara sadar , bertujuan dan kegiatannya dipusatkan
untuk kesembuhan anak.(Mundakir, 2006)
Secara umum pengertian komunikasi terapeutik pada anak merupakan proses
pertukaran informasi yang disampaikan oleh anak kepada orang lain dengan harapan
orang yang diajak dalam bertukar informasi tersebut mampu memenuhi kebutuhannya.
2 .2 Tujuan Komunikasi Terapeutik pada Anak
Adapun tujuan yang diharapkan dalam melakukan komunikasi terapeutik pada anak
adalah :
1. Membantu anak untuk memperjelas dan mengurangi beban perasaan dan pikiran
serta dapat mengambil tindakan untuk mengubah situasi yang ada bila klien percaya
pada hal- hal yang diperlukan.
2. Mengurangi keraguan, membantu dalam hal mengambil tindakan yang efektif dan
mempertahankan kekuatan egonya.
3. Mempengaruhi orang lain, lingkungan fisik dan dirinya sendiri.
2.3 Prinsip Dasar Komunikasi Terapeutik pada Anak
Dalam komunikasi pada anak membutuhkan pertimbangan khusus sehingga perawat
dapat mengembangkan hubungan kerja yang baik dengan anak maupun dengan keluarga.
Perawat banyak menerima informasi dari orang tua, karena kontak antara orang tua
dengan anak umumnya akrab, informasi yang diberikan orang tua dapat diasumsikan dan
diandalkan dengan baik.
Perawat memberikan perhatian periodic kepada bayi dan anak ketika mereka bermain
untuk membuat mereka berpartisipasi. Anak yang lebih besar dapat secara aktif terlibat
dalam komunikasi. Anak-anak umumnya responsif terhadap pesan non verbal, gerakan
tiba-tiba atau mengancam akan membuat mereka takut. Perawat memasuki ruang dengan
senyum yang lebar dan gerakan tangan tertentu akan menghalangi terbentuknya
hubungan. Perawat harus tetap anggun, tenang, membiarkan anak terlebih dahulu
bertindak dalam hubungan interpersonal. Nada suara yang tenang, bersahabat dan yakin
adalah yang terbaik.

Anak tidak suka dipandangi,. Ketika berkomunikasi, perawat harus melakukan kontak
mata. Anak kecil sering kali merasa tidak dapat berbuat apa-apa terutama dalam situasi
yang meliputi interaksi dengan personal perawatan kesehatan.
Ketika diperlukan penjelasan atau petunjuk, perawat menggunakan bahasa langsung
dan sederhana, harus jujur, membohongi anak dengan mengatakan bahwa prosedur yang
meyakitkan tidak menyakitkan hanya akan membuat mereka marah. Untuk
meminimalkan ketakutan dan kecemasan perawat harus selalku dengan segera
mengatakan pada mereka apa yang akan terjadi. Menggambar dan bermain adalah cara
yang efektif untuk berkomunikasi dengan anak. Hal ini memberikan kesempatan bagi
anak untuk berkomunikasi secara non verbal (membuat gambar) dan secara verbal
(menjelaskan gambar). Perawat dapat menggunakan gambar tersebut sebagai dasar untuk
memulai komunikasi.
Perawat dan anak saling berbagi pikiran, perasaan dan perilaku untuk membentuk
keintiman yang terapeutik dan berorientasi pada masa sekarang (here and now) serta
berfokus pada klien dalam hal memenuhi kebutuhan.
2.4 Perbedaan Komunikasi Pada Bayi dan Todller dengan Orang Dewasa
Dalam melakukan komunikasi dengan anak diperlukan pendekatan dengan teknik
khusus agar hubungan yang dijalankan dapat berlangsung dengan baik sesuai dengan
tumbuh kembang anak. Oleh karena itu anak disebut sebagai individu yang unik, bukan
miniatur orang dewasa.
1. Komunikasi pada anak bayi dan todller
Sebelum anak dapat aktif berbicara, komunikasi pada anak bersifat sementara.
Dimana pada anak dengan perkembangan normal komunikasi pra bicara akan
ditinggalkan apabila kegunaannya telah berakhir. Selama satu setengan tahun pertama,
sebelum anak mempelajari kata-kata sebagai bentuk dalam berkomunikasi mereka
menggunakan empat bentuk komunikasi pra bicara atau (prespeech) yakni berupa:
tangisan, celotehan, isyarat dan ekspresi emosional.
a.

Tangisan
Pada awal kehidupan pasca lahir, menangis merupakan salah satu cara pertama
yang dapat dilakukan bayi untuk berkomunikasi dengan dunia luar. Melalui
tangisan dia memberi tahu kebutuhan seperti lapar, dingin, panas lelah, dan
kebutuhan untuk diperhatikan. Frekwensi tangis menurun sejalan dengan

meningkatnya kemampuan bicara.


b. Ocehan dan celotehan

Bentuk komunikasi ocehan (Cooing) timbul karena bunyi ekplosif awal yang
disebabkan oleh perubahan gerakan mekanisme suara. Ocehan ini dimulai pada
awal kehidupam bayi seperti merengek, menjerit, menguap, bersin, menangis dan
mengeluh. Sebagian ocehan akan berkembang menjadi celoteh dan sebagian akan
hilang. Celoteh (Babbling) merupakan mekanisme pada otot syaraf bayi yang
berkembang. Celotehan ini dimulai dari awal bulan kedua pasca lahir, kemudian
meningkat cepat antara bulan ke-6 dan ke-8.
c. Isyarat
Yaitu gerakan badan tertentu yang berfungsi sebagai pengganti atau pelengkap
bicara. Isyarat umum antara lain: Tersenyum dan mengacungkan tangan artinya
ingin digendong, mendorong putting susu dari mulut artinya kenyang atau tidak
lapar, menggeliat, meronta, menangis selama berpakaian dan maandi artinya tidak
suka akan pembatasan gerak.
d. Ungkapan emosional
Adalah ungkapan emosional melalui perubahan tubuh dan romah muka, seperti
saat gembira akan mengendurkan badan, mengangkat tangan/kaki, tersenyum dan
ramah. Saat marah akan menegangkan badan, gerakan menghentakkan tangan
atau kaki, roman muka tegang dan menangis.
2. Komunikasi Pada Orang Dewasa
Sedangkan model komunikasi pada orang dewasa haruslah jelas dan tepat, ini
bertujuan agar komunikasi dapat tercapai dengan efektif. Komunikasi pada orang
dewasa dilihat dari segi psikologi memiliki sikap-sikap tertentu dimana komunikasi
merupakan hasil kerjasama antara manusia yang saling memberi dan menerima,
individu belajar banyak cara berkomunikasi karena adanya pertukaran pengalaman,
tanggapan dan pengungkapan mengenai suatu masalah. Menurut Erikson 1985 pada
orang dewasa terjadi tahap hidup intimasi versus isolasi, dimana pada tahap ini orang
dewasa mampu belajar berkomunikasi dalam membagi perasaan cinta, kasih sayang,
minat, serta masalah dengan orang lain.
2.5 Teknik-teknik Komunikasi Terapeutik pada Anak
Seperti yang sudah dijelaskan pasien anak merupakan individu yang unik, dalam
melakukan komunikasi terapeutik dengan pasien anak dibutuhkan teknik khusus agar
hubungan yang dijalankan dapat berlangsung dengan baik sesuai dengan tumbuh
kembang anak.
1) Teknik Verbal

Dimana komunikasi yang diucapkan dengan kata-kata atau disampaikan secara


tertulis.
a. Melalui orang lain atau pihak ketiga.
Cara berkomunikasi ini pertama dilakukan oleh anak dalam menumbuhkan
kepercayaan diri anak, dengan menghindari secara langsung berkomunikasi
dengan melibatkan orang tua secara langsung yang sedang berada di samping
anak. Selain itu dapat digunakan cara dengan memberikan komentar tentang
mainan, baju yang sedang dipakainya serta hal lainnya, dengan catatan tidak
langsung pada pokok pembicaraan.
b. Bercerita
Melalui cara ini pesan yang akan disampaikan kepada anak dapat mudah diterima,
mengingat anak sangat suka sekali dengan cerita, tetapi cerita yang disampaikan
hendaknya sesuai dengan pesan yang akan disampaikan, yang dapat diekspresikan
melalui tulisan maupun gambar.
c. Memfasilitasi
Memfasilitasi anak adalah bagian cara berkomunikasi, melalui ini ekspresi anak
atau respon anak terhadap pesan dapat diterima. Dalam memfasilitasi kita harus
mampu mengekspresikan perasaan dan tidak boleh dominan, tetapi anak harus
diberikan respons terhadap pesan yang disampaikan melalui mendengarkan
dengan penuh perhatian dan jangan merefleksikan ungkapan negatif yang
menunjukkan kesan yang jelek pada anak.
d. Biblioterapi
Melalui pemberian buku atau majalah dapat digunakan untuk mengekspresikan
perasaan, dengan menceritakan isi buku atau majalah yang sesuai dengan pesan
yang akan disampaikan kepada anak.
e. Meminta untuk menyebutkan keinginan
Ungkapan ini penting dalam berkomunikasi dengan anak, dengan meminta anak
untuk menyebutkan keinginan dapat diketahui berbagai keluhan yang dirasakan
anak dan keinginan tersebut dapat menunjukkan perasaan dan pikiran anak pada
saat itu.
f. Pilihan pro dan kontra
Penggunaan teknik komunikasi ini sangat penting dalam menentukan atau
mengetahui perasaan dan pikiran anak, dengan mengajukan pasa situasi yang
menunjukkan pilihan yang positif dan negatif sesuai dengan pendapat anak.

g. Penggunaan skala
Penggunaan skala atau peringkat ini digunakan dalam mengungkapkan perasaan
sakit pada anak seperti penggunaan perasaan nyeri, cemas, sedih dan lain-lain,
dengan menganjurkan anak untuk mengekspresikan perasaan sakitnya.
2) Teknik Non Verbal
Suatu pernyataan perasaan yang sebenarnya yang ditampilkan melalui body language
seperti ekspresi wajah, pandangan mata, cara berjalan, duduk, gerakan tubuh, penampilan, Pendekatan fisik antara lain jarak, sentuhan dan suara yaitu kecepatan berbicara, rendah tingginya nada, intonasi dan volume suara.
Teknik komunikasi non verbal dapat digunakan pada anak- anak seperti :
a) Menulis
Menulis adalah suatu alternatif pendekatan komunikasi bagi anak, remaja muda
dan pra remaja. Untuk memulai suatu percakapan perawat dapat memeriksa/
menyelidiki tentang tulisan dan mungkin juga meminta untuk membaca beberapa
bagian. Dengan menulis anak-anak lebih riil dan nyata.
b) Menggambar
Menggambar adalah salah satu bentuk komunikasi yang berharga melalui
pengamatan gambar. Dasar asumsi dalam menginterpretasi gambar adalah bahwa
anak- anak mengungkapakan tentang dirinya. Untuk mengevaluasi sebuah gambar
utamakan/fokuskan pada unsur-unsur sebagai berikut :
1. Ukuran dari bentuk badan individu, ini mengekspresikan orang penting
2. Urutan bentuk gambar, mengekspresikan prioritas kepentingan.
3. Posisi anak terhadap anggota keluarga lainnya, mengekspresikan perasaan
anak terhadap status dalam keluaraga atau ikatan keluarga
4. Bagian adanya hapusan, bayangan atau gambar silang, mengekspresikan
ambivalen/ pertentangan, keprihatinan atau kecemasan pada hal- hal tertentu.
c) Gerakan gambar keluarga
Menggambarkan suatu kelompok, berpengaruh pada perasaan anak-anak dan
respon emosi, dia akan menggambarkan pikirannya tentang dirinya dan anggota
keluarga yang lainnya. Gambar kelompok yang paling berharga bagi anak adalah
gambar keluarga.
d) Sosiogram
Menggambar tak perlu dibatasi bagi anak- anak, dan jenis gambar yang berguna
bagi anak- anak seusia 5 tahun adalah sosiogram (gambar ruang kehidupan) atau

lingkungan keluarga. Menggambar suatu lingkaran adalah untuk melambangkan


orang-orang yang hampir mirip dalam kehidupan anak, dan gambar bundaranbundaran didekat lingkaran menunjukkan keakraban/ kedekatan.
e) Menggambar bersama dalam keluarga
Salah satu teknik yang berguna dan dapat diterapkan pada anak- anak adalah
menggambar bersama dalam keluarga. Menggambar bersama dalam keluarga
merupakan satu alat yang berguna untuk mengungkapkan dinamika dan hubungan
keluarga.
f) Bermain
Bermain merupakan salah satu cara yang paling efektif untuk berhubungan
dengan anak. Dengan bermain dapat dikumpulkan petunjuk mengenai tumbuh
kembang fisik, intelektual dan sosial. Terapeutik play sering digunakan untuk
mengurangi trauma akibat sakit atau masuk rumah sakit atau untuk
mempersiapkan anak sebelum dilakukan prosedur medis/ perawatan.
Diatas telah dijelaskan beberapa teknik komunikasi terapeutik pada umumnya,
sedangkan cara yang perlu diterapkan saat melakukan komunikasi terapeutik dengan
pasien anak, antara lain : (Mundakir, 2005 : 153-154)
1. Nada suara, diharapkan perawat dapat berbicara dengan nada suara yang
rendah dan lambat. Agar pasien anak jauh lebih mengerti apa yang ditanyakan oleh
perawat.
2. Mengalihkan aktivitas, pasien anak yang terkadang hiperaktif lebih
menyukai aktivitas yang ia sukai, sehingga perawat perlu membuat jadwal yang
bergantian antara aktivitas yang pasien anak sukai dengan aktivitas terapi atau
medis.
3. Jarak interaksi, diharapkan perawat dapat mempertahankan jarak yang
aman saat berinteraksi dengan pasien anak.
4. Kontak mata, diharapkan perawat dapat mengurangi kontak mata saat
mendapat respon dari pasien anak yang kurang baik, dan kembali melakukan
kontak mata saat kira-kira pasien anak sudah dapat mengontrol perilakunya.
5. Sentuhan, jangan pernah menyentuh anak tanpa izin dari si anak.

2.6 Hal yang Perlu Diperhatikan dalam Berkomunikasi Terapeutik Pada Anak

Hal- hal yang kurang berkenan dilakukan sebaiknya dihindari dalam komunikasi
terapeutik pada anak, seperti :
A. Mengabaikan keterangan anak
Saat melakukan komunikasi pada anak perawat hendaknya selalu mendengarkan
segala keluh kesah yang disampaikan anak, hindari sikap acuh tak acuh. Dengan
demikian diharapkan seorang perawat mampu mengetahui permasalahan yang
sebenarnya dialami oleh anak.
B. Besikap emosional
Dalam melakukan komunikasi terapeutik pada anak bersikaplah tenang dan sabar
emosional karena seorang anak akan enggan untuk menyampaikan masalahnya.
C. Pembicaraan satu arah
Hindari pembicaraan satu arah saat melakukan komunikasi terapeutik pada anak
karena hal itu akan menyebabkan anak menjadi pendiam, mintalah umpan balik
atas apa yang dibicarakan. Dengan memberikan kesempatan pada anak untuk ikut
berbicara, itu akan membuat anak menjadi lebih terbuka kepada kita.
D. Hindari pertanyaan yang bertubi-tubi
Saat berkomunikasi pada anak hindarilah pertanyaan yang bertubi- tubi karena hal
itu akan membuat anak menjadi bosan dan enggan untuk diajak berkomunikasi
pada tahap selanjutnya. Bila anak tidak menjawab pertanyaan yang diajukan,
ulangilah dengan pertanyaan lain sehingga mendapatkan respon.
E. Menyudutkan anak
Hindarilah sikap yang dapat menyudutkan anak karena hal itu akan membuat anak
kurang mendapatkan kepercayaan. Terimalah kondisi anak apa adanya. Apapun
yang terjadi berusalah terus ada di pihak anak dengan selalu mendengarkan segala
keluh kesah anak sehingga ia menganggap kita sebagai temannya.
2.7 Komunikasi Terapeutik Sesuai Tingkat Perkembangan pada Bayi dan Toddler
Komunikasi merupakan salah satu bentuk kegiatan yang melibatkan banyak indra
tubuh, sehingga perkembangan indra tubuh merupakan hal yang pokok dalam kegiatan
komunikasi pada berbagai tingkat usia.
1. Komunikasi Terapeutik pada Bayi
Pada masa bayi, tingkat perkembangan indra dijelaskan sebagai berikut.
a. Penglihatan: pada waktu lahir, mata bayi belum berkembang sempurna sehingga
penglihatannya masih kabur. Dalam usia satu minggu, anak telah mampu

merespon cahaya. Pada usia ini, kemampuan koordinasi otot mata bayi mulai
tampak sehingga ia mampu menagkap gerak benda yang digerakan di sekitar
matanya dan mengedipkan matanya terhadap sinar yang terang dan suara. Pada
usia tiga bulan, kemampuan koordinasi otot mata bayi meningkat sehingga ia
mampu melihat objek dengan jelas dalam jarak relatif jauh. Pada usia empat
bulan, bayi telah mampu mengenali objek tertentu dan mengikuti gerakan obyek
tersebut. Pada usia enam bulan, bayi telah mampu mengidentifikasi warna.
Sebelumnya bayi hanya dapat melihat warna hitam putih dan terang gelap dan
visus penglihatannya kurang.
b. Pendengaran: Indra pendengaran merupakan fungsi dengan tingkat kematangan
paling rendah di antara fungsi indra bayi baru lahir. Pada saat lahir, bayi dapat
dikatakan masih tuli. Namun, mulai hari ketiga sampai ke tujuh bayi sudah
mampu bereaksi terhadap suara dan lingkunganya. Ini terlihat pada reflex kedip
bayi, yang terbentuk sebagai reaksi terhadap suara keras yang tiba-tiba. Refleks
ini disebut refleks Morro. Dalam beberapa hari, bayi telah mampu membedakan
berbagai suara. Pada sekitar usia lima bulan, bayi dapat menghentikan kegiatan
menyusunya hanya untuk mendengar suara ibunya. Pada usia Sembilan bulan,
bayi telah mampu melokalisasi suara, yang dimulai dengan membedakan katakata dan merespon perintah sederhana.
c. Penciuman dan Pengecap: Hidung dan lidah merupakan indra yang sudah cukup
peka pada masa bayi, sehingga adakalanya bayi menolak makanan karena merasa
makanan tersebut terlalu asam, pedas, dan sebagainya. Bayi lebih menyukai rasa
yang manis dan ia akan mengurangi respons mengisap terhadap rasa asin. Mereka
dapat menentukan bau susu ibunya dan berespon terhadap bau tersebut dengan
menoleh kea rah ibunya.
d. Perabaan: Kulit bayi cukup peka sehingga sangat sensitif terhadap segala
sentuhan, tekanan, dan suhu.
e. Wicara: Kemampuan bicara pada tahun pertama muncul dalam tiga bentuk, yang
lebih dikenal sebagai bentuk prawicara (prespeech forms), yaitu : menangis,
merengek, gerak-gerik. Tangisan merupakan bentuk komunikasi yang paling
banyak digunakan bayi, yang bertujuan menunjukan rasa lapar, rasa sakit (tidak
nyaman), kesendirian, atau kondisi sakit. Sebelum berusia tiga bulan, bayi telah
belajar dari pengalaman bahwa menangis merupakan cara paling berhasil untuk
menarik perhatian. Keterampilan komunikasi dengan menggunakan kata yang
tidak jelas dimulai pada usia dua hingga tiga bulan. Gerak-gerik merupakan

bentuk pengganti bahasa (nonverbal) untuk melengkapi ungkapan yang ingin


disampaikan bayi.
Komunikasi dengan bayi dilakukan dengan menggunakan teknik
komunikasi verbal dan non verbal seperti suara celotehan, menangis, sentuhan,
belaiam, ciuman (taktil) ataupun gerakan. Rangsang taktil sangat kuat maknanya
bagi bayi untuk meningkatkan rasa aman dan melindungi bayi serta untuk
kedekatan hubungan. Seiring peningkatan usia, kemampuan penerimaan rangsang
suara juga berkembang sehingga sejak usia tiga bulan, komunikasi dengan bayi
mulai dapat dilakukan dengan menggunakan bahasa. Penggunaan suara yang
didengarkan oleh bayi juga member rasa aman walaupun bayi belum mampu
mengartikan suara dari ucapan orang lain.
Komunikasi pada bayi yang umumnya dapat dilakukan adalah dengan
melalui gerakan-gerakan bayi, gerakan tersebut sebagai alat komunikasi yang
efektif, di samping itu komunikasi pada bayi dapat dilakukan secara non verbal.
Perkembangan komunikasi pada bayi dapat dimulai dengan kemampuan bayi
untuk melihat sesuatu yang menarik, ketika bayi digerakkan maka bayi akan
berespons untuk mengeluarkan suara-suara bayi. Perkembangan komunikasi pada
bayi tersebut dapat dimulai pada usia minggu ke delapan dimana bayi sudah
mampu untuk melihat objek atau cahaya, kemudian pada minggu kedua belas
sudah mulai melakukan tersenyum. Pada usia ke enam belas bayi sudah mulai
menolehkan kepala pada suara yang asing bagi dirinya. Pada pertengahan tahun
pertama bayi sudah mulai mengucapkan kata-kata awal seperti ba-ba, da-da, dan
lain-lain. Pada bulan ke sepuluh bayi sudah bereaksi terhadap panggilan terhadap
namanya, mampu melihat beberapa gambar yang terdapat dalam buku. Pada akhir
tahun pertama bayi sudah mampu mengucapkan kata-kata yang spesifik antara
dua atau tiga kata.
Selain melakukan komunikasi seperti di atas terdapat cara komunikasiyang
efektif pada bayi yakni dengan cara menggunakan komunikasi non verbal dengan
tehnik sentuhan seperti mengusap, menggendong, memangku, dan lain-lain.

2. Komunikasi Terapeutik pada Usia Toddler


Anak usia toddler adalah anak usia 12-36 bulan (1-3 tahun), pada periode ini
hampir semua anak egosentris, mereka melihat segala sesuatu hanya berhubungan

dengan dirinya sendiri dan hanya dari sudut pandang mereka sendiri. Anak tidak dapat
membedakan antara fantasia tau kenyataan serta cendrung berusaha mencari tahu
bagaimana sesuatu bekerja dan bagaimana mengontrol orang lain melalui kemarahan,
penolakan, dan tindakan keras kepala. Hal ini merupakan periode yang sangat penting
untuk mencapai pertumbuhan dan perkembangan intelektual secara optimal.
Perkembangan komunikasi pada usia ini dapat ditunjukkan dengan
perkembangan bahasa anak dengan kemampuan anak sudah mampu memahami
kurang lebih sepuluh kata, pada tahun ke dua sudah mampu 200-300 kata dan masih
terdengan kata-kata ulangan.
Pada anak usia ini khususnya usia 3 tahun anak sudah mampu menguasai
sembilan ratus kata dan banyak kata-kata yang digunakan seperti mengapa, apa, kapan
dan sebagainya. Komunikasi pada usia tersebut sifatnya sangat egosentris, rasa ingin
tahunya sangat tinggi, inisiatifnya tinggi, kemampuan bahasanya mulai meningkat,
mudah merasa kecewa dan rasa bersalah karena tuntutan tinggi, setiap komunikasi
harus berpusat pada dirinya, takut terhadap ketidaktahuan dan perlu diingat bahwa
pada usia ini anak masih belum fasih dalam berbicara (Behrman, 1996).
Pada usia ini cara berkomunikasi yang dapat dilakukan adalah dengan
memberi tahu apa yang terjadi pada dirinya, memberi kesempatan pada mereka untuk
menyentuh alat pemeriksaan yang akan digunakan, menggunakan nada suara, bicara
lambat, jika tidak dijawab harus diulang lebih jelas dengan pengarahan yang
sederhana, hindarkan sikap mendesak untuk dijawab seperti kata-kata jawab dong,
mengalihkan aktivitas saat komunikasi, memberikan mainan saat komunikasi dengan
maksud anak mudah diajak komunikasi dimana kita dalam berkomunikasi dengan
anak sebaiknya mengatur jarak, adanya kesadaran diri dimana kita harus menghindari
konfrontasi langsung, duduk yang terlalu dekat dan berhadapan. Secara non verbal
kita selalu memberi dorongan penerimaan dan persetujuan jika diperlukan, jangan
sentuh anak tanpa disetujui dari anak, bersalaman dengan anak merupakan cara untuk
menghilangkan perasaan cemas, menggambar, menulis atau bercerita dalam menggali
perasaan dan fikiran anak si saat melakukan komunikasi.
2.8 Tahapan dalam Berkomunikasi Dengan Anak
Dalam melakukan komunikasi dengan anak terdapat beberapa tahap yang harus
dilakukan sebelum mengadakan komunikasi secrara langsung, tahapan ini dapat meliputi

tahap awal (Pra Interaksi), tahap perkenalan atau orientesi, tahap kerja dan tahap terakhir
yaitu tahap terminasi.
1. Tahap Pra interaksi
Pada tahap ini yang harus kita lakukan adalah mengumpulkan data tentang klien
dengan mempelajari status atau bertanya keapda orang tua tentang masalah atau latar
belakang yang ada, mengeksplorasi perasaan, proses ini akan mengurangi kekurangan
dalam saat komunikasi dengan cara mengeksplorasikan perasaan aapa yang ada pada
dirinya, membuat rencana pertemuan dengan klien, proses ini ditunjukkan dengan
kapan komunikasi akan dilakukan, dimana dan rencana apa yang dikomunikasikan
serta target dan sasaran yang ada.
2. Tahap Perkenalan atau Orientasi
Tahap ini yang dapat kita lakukan adalah memberikan salam dan senyum kepada
klien, melakukan validasi (Kognitif, psikomotor, afektif), mencari kebenaran data
yang ada dengan wawancara, mengobservasi atau pemeriksaan yang lain,
memperkenalkan nama kita dengan tujuan agar selalu ada yang memperhatikan
terhadap kebutuhannya, menanyakan nama kesukaan panggilan klien karena akan
mempermudah dalam berkomunikasi dan lebih dekat, menjelaskan tanggung jawab
perawat dan klien, menjelaskan peran kita dan klien, menjelaskan kegiatan yang akan
dilakukan, menjelaskan tujuan, menjelaskan waktu yang dibutuhkan untuk kegiatan
dan menjelaskan kerahasiahan.
3. Tahap Kerja
Pada tahap ini kegiatan yang dapat kita lakukan adalah member kesempatan pada
klien untuk bertanya, karena akan memberitahu tentang hal-hal yang kurang
dimengerti dalam komunikasi, menanyakan keluhan utama, memulai kegiatan dengan
cara yang baik, dan melakukan kegiatan sesuai dengan rencana.
4. Tahap Terminasi
Pada tahap terminasi dalam komunikasi ini kegiatan yang dapat kita lakukan adalah
menyimpulkan hasil wawancara meliputi evaluasi proses dan hasil, memberikan
reinforcement yang positif, merencanakan tindak lanjut dengan klien, melakukan
kontrak (waktu,tempat dan topic) dan mengakhiri wawancara dengan cara yang baik.
2.9 Hambatan Dalam Berkomunikasi Dengan Anak Usia Bayi Dan Toddler
Dalam berkomunikasi dengan anak, perawat akan menemui beberapa hambatan dalam
proses komunikasi tersebut, hal ini meliputi :
a) keterbatasan dalam perkembangan bahasa, konsep dan pengalaman.
b) keterbatasan dalam memahami konsep abstrak.

c) kadangkala kurang atau tidak tanggap dalam diajak bicara.


d) ucapan kata tidak jelas
Hal ini terjadi karena tenaga kesehatan kurang tanggap terhadap 4 aspek
kemampuan dasar anak, yaitu gerak halus, bicara, bahasa, sosialisasi dan kemandirian.
Prinsip dasar yang perlu diperhatikan oleh tenaga kesehatan dalam berkomunikasi
dengan anak agar kepercayaan dirinya meningkat dan tidak mengalami hambatan adalah
sebagai berikut:
1. Stimulasi dilakukan dengan dilandasi rasa cinta dan kasih sayang
2. Selalu tunjukkan sikap dan prilaku yang baik karena anak akan meniru tingkah laku
orang-orang terdekat dengannya
3. Berikan stimulasi sesuai dengan kelompok umur anak
4. Lakukan stimulasi dengan cara mengajak anak bermain, bernyanyi, bervariasi,
menyenangkan, tanpa paksaan dan tidak ada hukuman
5. Anak selalu diberi pujian, bila perlu diberi hadiah atas keberhasilannya
6. Gunakan alat bantu/ permainan yang sederhana, aman da nada disekitar anak
7. Lakukan stimulasi secara bertahap dan berkelanjutan sesuai umur dan tumbuh
kembangnya
8. Beri kesempatan yang sama pada anak laki-laki dan perempuan
2.10 Dampak Komunikasi Terapeutik Pada Anak
Anak mampu mengungkapkan perasaan dan pikirannya, bersifat terbuka terhadap
tenaga kesehatan dalam semua hal karena sudah terjalin trust, mampu mempertahankan
kekuatan egonya, serta berkomunikasi dan merespon secara verbal maupun non-verbal,
sehingga komunikasi dapat berkembang sesuai tingkat usia.

Anda mungkin juga menyukai