Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
MATAKULIAH:
Perumahan Pesisir
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang maha Esa, atas limpahan rahmat
dan hidayatNya sehingga buku ajar Perumahan Pesisir (236 D51 03) ini dapat kami selesaikan.
Pembuatan buku ajar Perumahan Pesisir (236 D51 03) ini merupakan hasil dari rangkuman
beberapa referensi buku-buku perumahan dan permukiman pesisir serta bahan ajar dari mata
kuliah tersebut. Buku ajar Perumahan Pesisir (236 D51 03) ini berisi tentang materi
pembelajaran dari minggu pertama sampai dengan minggu ke enam belas, yakni membahas
tentang definisi perumahan pesisir, sarana dan prasarana perumahan pesisir, persyaratan teknis
bangunan di wilayah pesisir, kajian sosekbud permukiman pesisir dan system struktur dan
utilitas perumahan pesisir.
Semoga segala kekurangan yang ada pada buku ajar ini dapat bermanfaat dan dimanfaatkan
secara khusus oleh mahasiswa Prodi Arsitektur Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas
Hasanuddin dalam mengambil mata kuliah pilihan dalam perkuliahan.
Makassar,
November 2014
Tim Penyusun
Perumahan Pesisir
DAFTAR ISI
Hal
HALAMAN SAMPUL
HALAMAN PENGESAHAN
ii
KATA PENGANTAR
iii
DAFTAR ISI
iv
DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vii
BAB I. PENDAHULUAN
A. Profil Lulusan Program Studi Arsitektur
E. Bentuk Tugas
F. Organisasi Materi
10
11
B. Manfaat Matakuliah
11
C. Deskripsi Matakuliah
12
D. Tujuan Pembelajaran
12
12
Materi
13
Materi
15
Materi
32
Materi
53
Materi
93
Perumahan Pesisir
Materi
Materi
Materi
97
117
126
Materi
127
140
142
B. Daftar Pustaka
142
146
Perumahan Pesisir
DAFTAR TABEL
Hal
Tabel
Tabel
Tabel
66
Tabel
81
Tabel
85
Tabel
Perumahan Pesisir
111
DAFTAR GAMBAR
Hal
Gambar
10
Gambar
2. Illustrasi permukiman
15
Gambar
3. Illustrasi perumahan
16
Gambar
22
Gambar
23
Gambar
23
Gambar
7. Permukiman Terpusat
24
Gambar
24
Gambar
9.
25
Gambar
10.
25
Gambar
11.
26
Gambar
12.
27
Gambar
13.
28
Gambar
14.
28
Gambar
15.
29
Gambar
16.
30
Gambar
17.
30
Gambar
18.
33
Gambar
19.
33
Gambar
20.
33
Gambar
21.
34
Gambar
22.
34
Gambar
23.
34
Gambar
24.
35
Gambar
25.
35
Gambar
26.
36
Gambar
27.
Perumahan Pesisir
sungai
37
Gambar
28.
37
Gambar
29.
37
Gambar
30.
39
Gambar
31.
40
Gambar
32.
43
Gambar
33.
44
Gambar
34.
44
Gambar
35.
45
Gambar
36.
45
Gambar
37.
46
Gambar
38.
46
Gambar
39.
47
Gambar
40.
47
Gambar
41.
48
Gambar
42.
48
Gambar
43.
49
Gambar
44.
49
Gambar
45.
50
Gambar
46.
50
Gambar
47.
51
Gambar
48.
55
Gambar
49.
56
Gambar
50.
56
Gambar
51.
57
Gambar
52.
57
Gambar
53.
Tambatan Perahu
68
Perumahan Pesisir
Gambar
54.
59
Gambar
55.
59
Gambar
56.
60
Gambar
57.
61
Gambar
58.
61
Gambar
59.
62
Gambar
60.
63
Gambar
61.
63
Gambar
62.
64
Gambar
63.
64
Gambar
64.
65
Gambar
65.
68
Gambar
66.
69
69
Gambar
67.
Gambar
68.
70
72
Gambar
69.
Gambar
70.
Gambar
71.
72
73
Gambar
72.
73
Gambar
73.
74
Gambar
74.
75
Gambar
75.
75
Gambar
76.
WC Apung.
76
Gambar
77.
76
Gambar
78.
77
Gambar
79.
78
Perumahan Pesisir
Gambar
80.
78
Gambar
81.
79
Gambar
82.
80
Gambar
83.
83
Gambar
84.
83
Gambar
85.
84
Gambar
86.
84
Gambar
87.
Gambar
88.
86
87
Gambar
89.
87
Gambar
90.
88
Gambar
91.
90
Gambar
92.
90
Gambar
93.
91
Gambar
94.
91
Gambar
95.
98
Gambar
96.
99
Gambar
97.
101
Gambar
98.
102
Gambar
99.
102
Gambar
100.
103
Gambar
101.
103
Gambar
102.
Masalah Banjir
104
Gambar
103.
104
Gambar
104.
105.
105
Gambar
Perumahan Pesisir
106
10
Gambar
106.
106
Gambar
107.
107
Gambar
108.
107
Gambar
109.
107
Gambar
110.
109
Gambar
111.
109
Gambar
112.
110
Gambar
113.
111
Gambar
114.
113
Gambar
115.
Contoh Penanaman Pada RTH Sumber Air Baku dan Mata Air
113
Gambar
116.
Gambar
117.
119
120
Gambar
118.
120
Gambar
119.
121
Gambar
120.
121
Gambar
121.
122
Gambar
122.
122
Gambar
123.
123
Gambar
124.
124
Gambar
125.
124
Gambar
126.
124
Gambar
127.
127
Gambar
128.
128
Gambar
129.
128
Perumahan Pesisir
11
Gambar
130.
129
Gambar
131.
Rumah Terapung
130
Gambar
132.
130
Gambar
133.
Struktur dan detail tiang bawah dengan alas kaki tipe telapak
131
Gambar
134.
132
Gambar
135.
132
Gambar
136.
133
Gambar
137.
133
Gambar
138.
134
Gambar
139.
134
Gambar
140.
Gambar
Gambar
141.
142.
Perumahan Pesisir
135
136
138
12
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam perkuliahan, mahasiswa arsitektur telah dibekali dengan berbagai macam ilmu
pengetahuan. Namun pada umumnya mahasiswa diharapkan dengan berbagai kesulitan dalam
mengkoordinasikan sarana ilmu pengetahuan tersebut ke dalam satu system yang sederhana.
Maka dari itu banyak mahasiswa yang tidak memiliki pedoman yang jelas tentang keberadaan
perumahan dan permukiman pesisir baik itu dari segi persyaratan, kondisi sosekbud, bentukbentuk perumahan dan permukiman pesisir. Buku ajar ini adalah salah satu pengantar dalam
membantu para mahasiswa di Prodi Arsitektur yang memerlukan penjelasan dalam perumahan
dan permukiman pesisir .
Sistem pedoman dalam perumahan/permukiman pesisir memerlukan susunan ataupun
tata cara untuk mengetahui dan memahami tentang perumahan/permukiman pesisir secara
mendalam dari segi bentuk, persyaratan perumahan, sarana dan prasarana perumahan pesisir
serta kondisi sosekbud perrumahan/permukiman pesisir. Dengan pemahaman tentang
perumahan/permukiman pesisir dapat mempermudah bagi mahasiswa untuk mendalami
permasalahan/problem yang terjadi di perumahan dan permukiman pesisir.
Mata kuliah Perumahan Pesisir merupakan salah satu mata kuliah pilihan dari Labo
Perumahan dan Lingkungan Permukiman di Prodi Arsitektur Jurusan Arsitektur di Fakultas
Teknik Universitas Hasanuddin, sehingga untuk mempermudah mahasiswa maka dianggap perlu
adanya pemahaman matakuliah Permukiman Pesisir yang di upload di jaringan LMS Universitas
Hasanuddin dapat mempermudah mahasiswa dalam merencanakan penyusunan tugas akhir
khusunya yang masuk dalam program penyelesaian tugas akhir di kelas riset dan disain.
Perumahan Pesisir
13
2. Secara khusus keluaran program studi Arsitektur mampu merencana dan merancang
bangunan sesuai dengan standar penggambaran.
3. Dalam mendesain bangunan juga diharapkan mampu dan memahami karakter dari mendesain
komponen-komponen, jenis dan bentuk, prinsip-prinsip, syarat-syarat, fungsi, struktur dan
konstruksi bangunan serta dapat menghitung dan menganalisis perhitungan mekanika
bangunan.
4. Lulusan Arsitektur juga dapat menjadi enterpreneur yang kreatif, dapat mengembangkan
usaha serta mampu bekerjasama dan berkoordinasi dengan tim yang ada di lapangan.
5. Lulusan Arsitektur diharapkan dapat menjadi leader dalam hal kepemimpinan, memiliki
inisiatif untuk menyelesaikan permasalahan di lokasi.
6. Lulusan Arsitektur diharapkan mampu berkomunikasi dengan benar secara nasional maupun
internasional.
: Permukiman Pesisir
SKS
: 3 (Tiga) SKS
SEMESTER
: Empat / Genap
Deskripsi Singkat
Mata Kuliah
Perumahan Pesisir
14
2.
3. Memberikan kemampuan untuk menemukan solusi atas permasalahn yang dihadapi pada
perumahan di kawasan pesisir perkotaan dan perdesaan.
4. Memberikan kemampuan dalam mengaplikasikan teori-teori dan konsep serta kaidahkaidah/norma-norma dalam membuat rumusan perumahan di kawasan pesisir perkotaan dan
perdesaan.
KELOMPO
K
KOMPETE
NS
RUMUSAN KOMPETENSI
U
1
U
2
UTAMA
U
3
U
4
U
5
U
Perumahan Pesisir
ELEMEN
KOMPETENSI
a b c d e
6
P1
P2
P3
PENUNJAN
G
P4
P5
L1
LAINNYA
L2
L3
ELEMEN KOMPETENSI:
a. Landasan kepribadian
b. Penguasaan ilmu dan keterampilan
c. Kemampuan berkarya
d. Sikap dan perilaku dalam berkarya menurut tingkat keahlian berdasarkan ilmu dan
keterampilan yang dikuasai
e. Pemahaman kaidah berkehidupan bermasyarakat sesuai dengan pilihan keahlian dalam
berkarya
: Permukiman Pesisir
Semester/ SKS
Perumahan Pesisir
16
KOMPETENSI SASARAN:
Kompetensi Utama
1. Mampu berolah daya pikir dan berolah rasa secara kreatif, imajinatif dan inovatif yang
berbasis pelestarian lingkungan.
2. Menguasai beragam teori, konsep dan kaidah-kaidah/norma-norma dalam disain perumahan
di kawasan pesisir dan mampu menerapkan teori-teori, kaidah-kaidah atau norma-norma
ilmiah/sains, teknologi dan estetika arsitektural dalam konteks kehidupan sosial, ekonomi
dan budaya masyarakat.pesisir.
3. Mampu menerapkan metode dan proses dalam menemukan solusi masalah perumahan di
kawasan pesisr perdesaan dan perkotaan, mencakup penelusuran masalah hingga perumusan
Kompetensi Pendukung
1.
2.
Menguasai wawasan filosofi kearifan local dalam prespektif global dan dalam konteks
kekinian
3.
Mampu menerapkan tata ruang serta berbagai peraturan bangunan perumahan dan
permukiman serta lingkungan dalam konteks perencanaan perumahan di kawasan pesisir.
4.
Kompetensi Lainnya
1.
Mampu bekerja mandiri maupun kelompok dalam koordinasi kemitraan secara multidisiplin.
2.
Memiliki nilai kompetitif dan rasa percaya diri pada kemampuan yang dimiliki dalam
komunitas professional dalam lingkup nasional dan internasional.
SASARAN BELAJAR:
1. Mahasiswa dapat berpikir kritis dalam menyikapi issu, fenomena, perkembangan dan
permasalahan yang berkaitan dengan perumahan di kawasan pesisir.
2. Mahasiswa dapat meningkatkan pengetahuan, keahlian dan berperan serta dalam menyikapi
masalah-masalah terkait dengan perumahan di kawasan pesisir.
3. Mahasiswa mampu merumuskan suatu konsep dan mampu mengaplikasinya dalam bentuk
fisik.
Perumahan Pesisir
17
Sasaran
Pembelajaran
(Kompetensi)
Materi
Pembelajaran
Strategi
Pembelajara
n
Kriteria Penilaian
(Indikator)
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
2-5
Kontrak
perkuliahan
Menjelaskan
Mampu
hak-hak dan
mengemukakan
kewajiban
materi dan
mahasiswa .
dapat
Menjelaskan
membentuk tim
secara umum
kerja dalam
dan ringkas
perkuliahan
tentang materi
perumahan
pesisir
Mampu
mengetahui &
memahami
teori-teori ,
konsep-konsep
serta standarstandar tentang
perumahan di
wilayah pesisir
Perumahan Pesisir
Teori-teori,
konsepkonsep dan
standarstandar
- Definisi
perumahan
di wilayah
pesisir.
- Bentukbentuk
perumahan
di wilayah
pesisir
perdesaan
&
perkotaan
- Perumahan
pesisir di
wilayah
sungai, laut
& danau
Ceramah
interaktif
Ceramah
interaktif
Kajian
pustaka
Kesesuaian
pustaka (critical
review/kognitif)
Kontribusi
keaktifan dlm
diskusi kelas
(softskills/physiko
motorik)
Kedisiplinan
(apektif)
Pemahaman materi
(critical
thinking/kognitif)
Kesesuaian
pustaka (critical
review/kognitif)
Ketelitian dan
kebenaran
perhitungan stndar
permukiman
Kedisiplinan
(apektif)
Bobo
t
Nilai
(%)
(6)
10
18
- Sarana &
prasarana
penunjang
perumahan
pesisir
- Persyaratan
teknis
bangunan di
wilayah
pesisir
68
10
Mampu
mengetahui &
memahami
teori-teori,
konsep-konsep
serta standarstandar tentang
lingkungan
alam pesisir dan
kondisi
sosekbud
masyarakat
pesisir
Mampu
mengetahui &
memahami
teori-teori,
konsep-konsep
serta standarstandar tentang
struktur &
utilitas
perumahan di
wilayah pesisir
perkotaan dan
perdesaan
Mampu
memahami &
meyimak
Perumahan Pesisir
Kajian
lingkungan
alam pesisir
Kajian social
budaya dan
ekonomi
masyarakat di
perumahan
pesisir
perdesaan dan
perkotaan.
Sistem struktur
dan utilitas
perumahan
pesisir
Kegiatan
lapangan
dengan
melihat,
mencatat,
Ceramah
interaktif
Kajian
pustaka
Ceramah
interaktif
Kajian
pustaka
Survey
kelompok
Diskusi
Pemahaman materi
(critical
thinking/kognitif)
Kesesuaian pustaka
(critical
review/kognitif)
Kedisiplinan mhs
(apektif)
10
Pemahaman materi
(critical
thinking/kognitif)
Kesesuaian pustaka
(critical
review/kognitif)
Kedisiplinan mhs
(apektif)
10
Pemahaman materi
(critical
thinking/kognitif)
Estetika (kebenaran,
kelengkapan,laporan)
10
19
11
12
permasalahn
perumahan
berlantai
banyak.
Mampu
mempresentasik
an
permasalahanpermasalahn
yang ada di
permukiman
pesisir
Mampu
menganalisis
problem solving
13 - 14 perumahan di
kawasan pesisir
15
Perumahan Pesisir
mengerti &
memahami
permasalahn
di perumahan
pesisir
Pembuatan
laporan
eksisting
condition
lapangan
(perumahan
pesisir)
Presentasi
kondisi
lapangan dan
permasalahan
perumahan
pesisir
Pembuatan
kelanjutan
laporan tentang
penyelesaian
problem dengan
berpedoman
pada teori-teori,
konsep-konsep
dan standar
yang ada
kelompok
(small
group)
Self
Directed
Learning
Presentasi
& diskusi
kelompok(
small
group)
Self
Directed
Learning
Diskusi
kelompok(
small
group)
Self
Directed
Learning
Kontribusi keaktifan
dlm diskusi
kelompok
(softskills/physikom
otorik)
Kedisiplinan mhs
(apektif)
Pemahaman materi
(critical
thinking/kognitif)
Estetika (kebenaran,
kelengkapan laporan)
Kontribusi keaktifan
dlm diskusi
kelompok
(softskills/physikom
otorik)
Kedisiplinan mhs
(apektif)
10
Pemahaman materi
(critical
thinking/kognitif)
Estetika (kebenaran,
kelengkapan, laporan)
10
Kontribusi keaktifan
dlm diskusi
kelompok
(softskills/physikom
otorik)
Kedisiplinan mhs
(apektif)
Pemahaman materi
(critical
10
20
Mampu
mempresentasik
an solusi
permasalahanpermasalahn
yang ada di
perumahan
pesisir di
perkotaan dan
perdesaan
Final Test
16
Presentasi hasil
problem solving
terhadap
permasalahn
perumahan
pesisir
Mendiskipsikan
secara ringkas
problem di
perumahan
pesisir dan
solusi
permasalahanny
a
Presentasi
& diskusi
kelompok(
small
group)
Self
Directed
Learning
Self
Directed
Learning
thinking/kognitif)
Estetika (kebenaran,
kelengkapan,laporan)
Kontribusi keaktifan
dlm diskusi
kelompok
(softskills/physikom
otorik)
Kedisiplinan mhs
(apektif)
Kedisiplinan mhs
(apektif)
25
E. BENTUK TUGAS
Mata Kuliah
SKS
: 3 (tiga) sks
Semester
: 4 (Empat)/Genap
1. Tujuan Tugas
2. Uraian Tugas
a. Obyek garapan
:
: Sistem perumahan dan permukiman di wilayah pesisir sungai, laut
dan danau.
21
3. KRITERIA PENILAIAN ;
Perumahan Pesisir
22
F. ORGANISASI MATERI
Permukiman
Kota
Wilayah Pesisir
Desa
Bentuk
Perumahan
Sungai
Infrastruktur :
Sarana
Prasarana
Laut
Bangunan :
Struktur
Utilitas
Danau
Sosekbud :
Lingkungan
Sosial Budaya
Ekonomi
Perumahan Pesisir
23
BAB II
PEMBELAJARAN
A. KOTRAK PEBELAJARAN
Nama Mata Kuliah
: Perumahan Pesisir
Kode MK
: 236 D51 03
Pembelajar
Semester
: IV (Empat)/Genap
Perumahan Pesisir
24
C. DESKRIPSI MATAKULIAH
Merupakan salah satu mata kuliah pilihan dari Labo Perumahan dan Lingkungan
Permukiman yang membahas tentang teori-teori, konsep-konsep, norma-norma, aturan dan
permasalahn yang ada di sekitar perumahan di kawasan pesisir, selain itu juga dapat menerapkan
hal-hal tersebut dalam membuat rumusan konsep yang baru sesuai dengan kondisi social,
budaya, ekonomi, lingkungan alam sekitar serta aturan-aturan peruangan yang berlaku.
D. TUJUAN PEMBELAJARAN
Tujuan dari pembelajaran Perumahan Pesisir, adalah :
1. Diharapkan mahasiswa mampu memahami definisi perumahan pesisir.
2. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan karakteristik wilayah pesisir .
3. Mahasiswa mampu mengetahui bentuk-bentuk perumahan pesisir.
4. Mahasiswa mampu mengetahui system infrastruktur wilayah perumahan pesisir.
5. Mahasiswa mengenal dan mengetahui social budaya masyarakat pesisir.
6. Mahasiswa mampu menetapkan bentuk system struktur prumahan pesisir.
Perumahan Pesisir
25
Perumahan Pesisir
26
MATERI 1
A. Teori Permukiman
Permukiman sebagai produk tata ruang mengandung arti tidak sekedar fisik saja tetapi
juga menyangkut hal-hal kehidupan. Permukiman pada dasarnya merupakan suatu bagian
wilayah tempat dimana penduduk/pemukim tinggal, berkiprah dalam kegiatan kerja dan kegiatan
usaha, berhubungan dengan sesama pemukim sebagai suatu masyarakat serta memenuhi
berbagai kegiatan kehidupan.
Menurut Doxiadis (1974), permukiman merupakan totalitas lingkungan yang terbentuk
oleh 5 (lima) unsur utama yaitu :
1. Alam (nature), lingkungan biotik maupun abiotik. Permukiman akan sangat ditentukan oleh
adanya alam baik sebagai lingkungan hidup maupun sebagai sumber daya seperti unsur fisik
dasar.
2. Manusia (antropos), Permukiman dipengaruhi oleh dinamika dan kinerja manusia.
3. Masyarakat (society), hakekatnya dibentuk karena adanya manusia sebagai kelompok
masyarakat. Aspek-aspek dalam masyarakat yang mempengaruhi permukiman antara lain :
kepadatan dan komposisi penduduk, stratifikasi sosial, struktur budaya, perkembangan
ekonomi, tingkat pendidikan, kesejahteraan, kesehatan dan hukum.
4. Ruang kehidupan (shell), ruang kehidupan menyangkut berbagai unsur dimana manusia baik
sebagai individu maupun sebagai kelompok masyarakat melaksanakan kiprah kehidupannya.
5. Jaringan (network), yang menunjang kehidupan (jaringan jalan, jaringan air bersih, jaringan
drainase, telekomunikasi, listrik dan sebagainya).
Menurut KuswartojoTjuk dan Suparti AS (1997), konsep permukiman adalah bagian dari
lingkungan hidup diluar kawasan lindung, dapat merupakan kawasan perkotaan dan perdesaan,
berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal/hunian dan tempat kegiatan yang mendukung
Perumahan Pesisir
27
B. Simpulan
Permukiman pada dasarnya merupakan suatu bagian wilayah tempat dimana
penduduk/pemukim tinggal, berkiprah dalam kegiatan kerja dan kegiatan usaha, berhubungan
dengan sesama pemukim sebagai suatu masyarakat serta memenuhi berbagai kegiatan
kehidupan. Secara totalitas permukiman ada 5 (lima) unsure yang sangat berpengaruh dalam
permukiman yaitu: alam, manusia, masyarakat, ruang kehidupan dan jaringan bersosialisasi.
Dalam bermukim juga diperhatikan system sarana lingkungan yang sangat berpengaruh dalam
kehidupan bermasyarakat.
Perumahan Pesisir
28
MATERI 2
Koestoer
(1995)
batasan
permukiman
adalah
terkait
erat
dengan
29
Hammond, 1979 dalam Ritohardoyo, 2000: 1). Dua aspek penting dari pernyataan tersebut
mempunyai makna: (1) permukiman mempunyai kedudukan penting dalam memenuhi salah
satu kebutuhan dasar manusia, disamping kebutuhan pangan, pakaian/sandang, dan kebutuhan
dasar lainnya; serta (2) dalam pemenuhan kebutuhan permukiman
Secara tersirat mengandung banyak permasalahan yang terkait dengan keragaman wilayah
maupun keragaman dinamika penghuninya.Permukiman adalah perumahan dengan segala isi dan
kegiatan yang ada didalamnya.Perumahan merupakan wadah fisik, sedang permukiman
merupakan paduan antara wadah dengan isinya, yaitu manusia yang hidup bermasyarakat dengan
unsur budaya dan lingkungannya.
Perumahan merupakan kelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan tempat
tinggal atau lingkungan hunian yang dilengkapi dengan infrastruktur dan sarana lingkungan.
Perumahan merupakan satuan ruang yang dibentuk oleh 3 elemen: lingkungan hidup/ alam
(nature), kelompok rumah (shells), dan prasarana, sarana dan utilitas lingkungan (network).
30
Dalam Pedoman RP4D, istilah Perumahan dan Permukiman dipergunakan dalam satu kesatuan
pengertian yang tidak terpisahkan.
1. Kawasan Pesisir
Penjelasan umum mengenai kawasan pesisir yang meliputi definisi dan karakteristik
wilayah merupakan hal yang sangat penting, hal ini bertujuan agar pemahaman mengenai
wilayah pesisir dapat dimengerti dan merupakan awal pemahaman dari studi ini. Pengertian
tentang pesisir sampai saat ini masih menjadi suatu pembicaraan, terutama penjelasan tentang
ruang lingkup wilayah pesisir yang secara batasan wilayah masih belum jelas.Berikut ini adalah
definisi dari beberapa sumber mengenai wilayah pesisir.
Kay dan Alder (1999) The band of dry land adjancent ocean space (water dan
submerged land) in wich terrestrial processes and land uses directly affect oceanic processes
and uses, and vice versa. Diartikan bahwa wilayah pesisir adalah wilayah yang merupakan
tanda atau batasan wilayah daratan dan wilayah perairan yang mana proses kegiatan atau
aktivitas bumi dan penggunaan lahan masih mempengaruhi proses dan fungsi kelautan.
Pengertian wilayah pesisir menurut kesepakatan terakhir internasional adalah merupakan
wilayah peralihan antara laut dan daratan, ke arah darat mencakup daerah yang masih terkena
pengaruh percikan air laut atau pasang surut, dan ke arah laut meliputi daerah paparan benua
(continental shelf) (Dahuri, dkk, 2001).
Menurut Suprihayono (2007) wilayah pesisir adalah wilayah pertemuan antara daratan
dan laut ke arah darat wilayah pesisir meliputi bagian daratan, baik kering, maupun terendam air,
yang masih dipengaruhi oleh sifat-sifat laut seperti pasang surut, angin laut, dan perembesan air
asin. Sedangkan ke arah laut wilayah pesisir mencakup bagian laut yang masih dipengaruhi oleh
proses alami yang terjadi di darat seperti sedimentasi dan aliran air tawar, maupun yang
disebabkan karena kegiatan manusia di darat seperti penggundulan hutan dan pencemaran.
Dari pengertian-pengertian di atas dapat di tarik suatu kesimpulan bahwa wilayah pesisir
merupakan wilayah yang unik karena merupakan tempat percampuran antara daratan dan lautan,
hal ini berpengaruh terhadap kondisi fisik dimana pada umumnya daerah yang berada di sekitar
laut memiliki kontur yang relatif datar.
Perumahan Pesisir
31
Adanya kondisi seperti ini sangat mendukung bagi wilayah pesisir dijadikan daerah yang
potensial dalam pengembangan wilayah keseluruhan.Hal ini menunjukan garis batas nyata
wilayah pesisir tidak ada.Batas wilayah pesisir hanyalah garis khayalan yang letaknya ditentukan
oleh kondisi dan situasi setempat.Di daerah pesisir yang landai dengan sungai besar, garis batas
ini dapat berada jauh dari garis pantai.
Sebaliknya di tempat yang berpantai curam dan langsung berbatasan dengan laut dalam,
wilayah pesisirnya akan sempit. Menurut UU No. 27 Tahun 2007 Tentang batasan wilayah
pesisir, kearah daratan mencakup wilayah administrasi daratan dan kearah perairan laut sejauh
12 (dua belas) mil laut diukur dari garis pantai ke arah laut lepas dan/atau kearah perairan
kepulauan.
Ekosistem wilayah pesisir dan lautan dipandang dari dimensi ekologis memiliki 4
fungsi/peran pokok bagi kehidupan umat manusia yaitu (1) sebagai penyedia sumberdaya alam
sebagaimana dinyatakan diatas, (2) penerima limbah,(3) penyedia jasa-jasa pendukung
kehidupan manusia (life support services),(4) penyedia jasa-jasa kenyamanan (amenity services)
(Bengen, 2001).
Karateristik pantai secara geomorfologi menurut Hantoro (2004) adalah Pantai curam
singkapan batuan, pantai landai atau dataran, pantai dataran endapan lumpur, pantai dengan bukit
atau paparan pasir, pantai lurus dan panjang dari pesisir datar, pantai dataran tebing karang,
pantai erosi, Pantai akresi. Karakteristik Ekosistem di perairan laut dangkal pada umumnya
seperti terumbu karang, padang lamun, dan hutan mangrove pada dasarnya dilindungi seperti
pada tertera di dalam UU No.32/2009 dan UU No. 5/1990.
32
dekat menimbulkan kesan yang ramai. Selain itu masih adanya atau tingginya semangat gotong
royong diantara mereka, sistem kekeluarga besar (big family) dan extended family tidak dapat
dihindarinya, akibatnya penghuni berjejal jejal dalam satu rumah serta ikatan kekeluragaan yang
erat membentuk pola tersendiri dalam cara bermukim.Koentjaraningrat (1983) bahwa dalam
struktur keluarga berpengaruh terhadap posisi/kedudukan rumah tinggal dalam satu lingkungan
serta dapat menciptakan suatu ruang bersama untuk kepentingan keluarga.
Karakteristik Permukiman Nelayan Menurut Suprijanto (2000 16),karakteristik ekonomi,
sosiat dan budaya dari kota tepi pantai, tempatberkembangnya permukiman nelayan adalah
Memiliki keunggutan lokasi yangdapat menjadi pusat pertumbuhan ekonomi, penduduk
mempunyai kegiatansosial-ekonomi yang berorientasi ke air dan darat, rata-rata penduduk
golonganekonomi lemah, dengan latar belakang pendidikan relatif terbatas Pengetahuanakan
lingkungan sehat cenderung masih kurang, terjadi kebiasaan tidak sadarlingkungan serta
cenderung kurang memperhatikan bahaya dan resiko, terdapatpeninggalan sejarah/budaya seperti
museum bahari, dsb, terdapat masyarakat yangsecara tradisi terbiasa hidup (bahkan tidak dapat
dipisahkan) di atas air, sepertimasyarakat Bajo. Terdapat pula budaya/tradisi pemanfaatan
perairan sebagaisarana transportasi utama, merupakan kawasan terbuka (akses langsung),
sehinggarawan terhadap keamanan, seperti penyelundupan, penyusupan (masalahpertahanan dan
keamanan) dsb. Sedangkan karakteristik perumahan danpermukiman di daerah tepi pantai
(permukiman nelayan) adalah sebagai berikut:Kawasan permukiman di atas air cenderung rapat
(kepadatan bangunan tinggi danjarak antar bangunan rapat) dan kumuh (tidak teratur, kotor, dll).
Dominasikawasan perumahan permukiman nelayan, yang umumnya kumuh dan belumtertata.
Daerah atas air pada umumnya cenderung memiliki pola cluster, yangtidak teratur dan organik.
Pada daerah-daerah yang telah ditata umumnyamenggunakan pola grid atau linear sejajar garis
badan perairan.Orientasibangunan semula umumnya menghadap perairan sesuai orientasi
kegiatanberbasis
perairan.Perkembangan
selanjutnya
orientasi
kegiatan
ke
darat
menurut
kaidah tradisional
33
Kelerengan : 0 25 %
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
Kawasan perumahan nelayan ini dilengkapi dengan prasarana dan sarana yang memadai
untuk kelangsungan hidup dan penghidupan para keluarga nelayan.Kawasan permukiman
nelayan merupakan merupakan bagian dari sistem permukiman perkotaan atau perdesaan yang
mempunyai akses terhadap kegiatan perkotaan/perdesaan lainnya yang dihubungkan dengan
jaringan transportasi.
Pendapat lain disampaikan oleh Departemen Pekerjaan Umum Bidang Cipta karya
tentang karakteristik permukiman nelayan adalah :
1.
2.
Berdekatan atau berbatasan langsung dengan perairan, dan memiliki akses yang
tinggi terhadap kawasan perairan.
Perumahan Pesisir
34
3.
60% dari jumlah penduduk merupakan nelayan, dan pekerjaan lainnya yang terkait
dengan pengolahan dan penjualan ikan.
4.
Memiliki
berbagai sarana
yang
mendukung
Abu vulkanik yang berasal dari gunung api dapat menyuburkan tanah sehingga sangat
cocok untuk lahan pertanian. Secara historis Pulau Jawa sering menjadi pusat
pemerintahan kerajaan-kerajaan di Indonesia yang menimbulkan daya tarik penduduk
untuk bertempat tinggal. Secara ekonomis, Pulau Jawa merupakan pusat perdagangan dan
industri dengan segala fasilitas yang menarik. Pada bidang pendidikan, terdapat sekolah
dan lembaga pendidikan yang memiliki sarana dan prasarana lebih lengkap. Berbagai
faktor tersebut menyebabkan pemusatan penduduk di Pulau Jawa.
Perumahan Pesisir
35
Dalam mencari dan memilih tempat tinggal manusia pasti akan memilih lokasi dan
kondisi lingkungan yang baik dan dianggapnya sesuai. Permukiman penduduk sangat
tergantung pada keadaan alamnya sehingga persebarannya di permukaan bumi berbedabeda.
Dilihat dari bentuknya, pola atau peta persebaran permukiman menurut Bintarto dapat
Perumahan Pesisir
36
Permukiman ini umumnya berada di pesisir laut. Penduduk di daerah ini sebagian besar
bermata pencaharian di sektor perikanan.
37
semua warga masyarakat di daerah itu adalah keluarga atau kerabat.Dusun-dusun yang
terdapat di desa yang bentuknya terpusat biasanya sedikit, yaitu sekitar 40 rumah.
dengan material dari kayu dan bamboo, sedang yang berada di diluar kawasan sempadan pantai
yang diantarai oleh jalan lingkungan adalah berbentuk campuran (rumah panggung dan rumah
batu/permanen). Berikut gambar-gambar perumahan di kawasan pesisir pedesaan
38
Di setiap daerah terdapat perbedaan, beberapa daerah di pulau sumatera, jawa, bali, dan
nusa tenggara umumnya rumah-rumah di pesisir pedesaan berbentuk rumah non panggung, ada
yang menggunakan struktur yang permanen, non permanen atau darurat, dan campuran antara
kedua bentuk struktur tersebut.
Gambar 9. Rumah semi permament, pada bagian bawah menggunakan konstruksi batu bata dan
bagian atas dengan material kayu.
Perumahan Pesisir
39
40
kelas menengah ke atas baik yang sifatnya horizontal maupun vertical (apartemen dan
kondominium). Pengadaan atau pembangunan rumah tersebut bertujuan untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat kelas menengah ke atas terhadap perumahan yang berkualitas dari segi
view,
Perumahan Pesisir
41
Gambar 13. Perumahan Susun Kalangan Nelayan di Kota Makassar (sumber: google.com)
Berikut gambar yang memperlihatkan perumahan yang dibuat oleh pihak swasta bagi kalngan
masyarakat menengah di kota Semarang yang letaknya berbatasan langsung dengan laut.
42
Berikut gambar-gambar yang memperlihatkan rumah yang dibangun di kawasan pesisir oleh
pengemban swasta.
Perumahan Pesisir
43
Gambar 16. Bentuk Rumah Mewah di Pantai Indah Kapok Jakarta (sumber : google .com)
Perumahan Pesisir
44
C. Simpulan
Permukiman merupakan satuan ruang yang dibentuk oleh 5 elemen: nature, shells,
network, dan melibatkan adanya jalinan ekonomi, sosial, politik dan budaya yang terkait dengan
perikehidupan dan penghidupan (man and society) di dalamnya. Perumahan merupakan satuan
ruang yang dibentuk oleh 3 elemen: lingkungan hidup/ alam (nature), kelompok rumah (shells),
dan prasarana, sarana dan utilitas lingkungan (network).
Bentuk-bentuk permukiman yaitu terpusat, memanjang mengikuti jalur sungai, danau dan
pantai. Bentuk perumahan di kawasan pesisir pedesaan dan perkotaan terdapat perbedaan. Di
kawasan pesisir pedesaan, perumahan umumnya bersifat sporadic, dibentuk oleh masyarakat
(housing by people) dan sifatnya freedom to build. Bentuk rumah yang ada bervariasi. Yang
berada di area
dengan material dari kayu dan bamboo, sedang yang berada di diluar kawasan sempadan pantai
yang diantarai oleh jalan lingkungan adalah berbentuk campuran (rumah panggung dan rumah
batu/permanen).
Wilayah pesisir adalah wilayah pertemuan antara daratan dan laut ke arah darat wilayah
pesisir meliputi bagian daratan, baik kering, maupun terendam air, yang masih dipengaruhi oleh
sifat-sifat laut seperti pasang surut, angin laut, dan perembesan air asin. Masyarakat yang
bermukim di wilayah pesisir dominan memiliki mata pencaharian sebagai nelayan sehingga
wilayah tersebut dapat pula dikatakan sebagai kawasan permukiman nelayan.
Perumahan Pesisir
45
MATERI 3
Bentuk tradisional atau panggung dengan material dari kayu dan bamboo. Rumah-rumah
jenis ini umumnya didirikan di atas lahan yang seharusnya adalah area sempadan pantai
atau pada lahan yang menjadi milik tuan tanah dan mereka hanya menumpang di atasnya.
Bentuk rumah modern atau non panggung dengan material dari batu bata. Bentuk rumah
yang demikian umumnya didirikan di seberang jalan lingkungan atau jalan desa dan
bukan merupakan area sempadan pantai.
Perumahan Pesisir
46
Gambar 18. Perumahan di Daerah Pantai (dibangun di atas daratan) Kab. Jeneponto
47
Gambar 21. Perumahan nelayan di Desa Bangkalan Madura, konstruksi bukan rumah panggung
( Bentuk Perumahan dan Rumah di Kawasan Pesisir Pantai dan di Segmen
Daratan)
Gambar 22. Perumahan yang dibangun di atas badan air di kawasan Pontap (Palopo)
(Bentuk Perumahan di Kawasan Pesisir Pantai dan berada di Segmen Perairan)
Perumahan Pesisir
48
Gambar 23. Perumahan yang dibangun di atas badan air sungai Tallo (Bentuk Perumahan di
Kawasan Pesisir Sungai dan Berada di Segmen Daratan)
Gambar 24. Perumahan yang dibangun di atas badan air danau Tempe Wajo/ Bentuk Perumahan
di Kawasan Pesisir Danau dan berada di Segmen Perairan (sumber Google)
Jenis perumahan yang dibangun di atas segmen air ada yang mengapung dan dapat
berpindah adapula yang tetap dengan tiang-tiang yang tertanam di dalam pasir/tanah. Rumah
apung yang dibangun di atas di atas danau memiliki polayang menyebar tidak teratur, sedang
perumahan apung yang dibangun
Perumahan Pesisir
49
Gambar 26. Pola perumahan resettlement Untia di Kota Makassar (sumber google.com)
Pola perumahan yang dibentuk oleh pemerintah lebih teratur dibanding pola tradisional
yang dibentuk oleh masyarakat.
Perumahan Pesisir
50
Baik pola tradisional maupun yang teratur Umumnya rumah-rumah menghadap ke jalan
desa atau gang-gang sempit, apabila terdapat rumah yang menghadap ke laut, maka bagian depan
rumah tersebut umumnya ditutup dengan terpal untuk mencegah rembesan air hujan dan angin
menerpa badan rumah.
Daerah pantai pada umumnya merupakan pemukiman penduduk yang bermata
pencaharian nelayan. Pada daerah ini pemukiman terbentuk memanjang mengikuti garis
pantai.Hal itu untuk memudahkan penduduk dalam melakukan kegiatan ekonomi yaitu mencari
ikan ke laut.
Berikut ini pola perumahan yang didirikan disekitar sungai dan danau.
Gambar 27. Pola perumahan disepanjang aliran sungai dan berada pada dua sisi sungai
Gambar 28. Perumahan yang hanya berada ada satu sisi sungai
Perumahan Pesisir
51
Sisi yang lainnya dibatasi oleh jalan inspeksi yang menghalangi perkembangan
permukiman. semua rumah-rumah menghadap ke jalan dan membelakangi air.
Gambar 29. Pola perumahan di area danau ( Pola Perumahan di Area Pesisir Pantai, Sungai dan
Danau)
Perumahan yang berada di danau terdiri atas dua macam, yaitu permukiman mengapung
dan yang tetap. Untuk permukiman mengapung, apabila air pasang maka rumah-rumah akan
berkumpul dipinggir-pinggir danau, dan sebaliknya apabila air surut maka permukiman akan
mendekati bagian tengah danau, seperti yang terjadi di perumahan nelayan danau tempe (Naidah
2011). Untuk permukiman yang menetap, maka rumah-rumah akan tersebar tidak merata.
ada
beberapa point penting yang digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam memilih lokasi
bermukim :
-
Jarak dari permukiman ke tempat kerja. Permukiman memiliki jarak yang dekat dari
lokasi penangkapan ikan, demikian pula jarak
ekonomi seperti TPI dan pasar (yang berada diluar lingkungan permukiman).
-
Tersedia fasilitas ekonomi dalam permukiman (TPI, dermaga) yang dapat memperlancar
pekerjaan nelayan.
Perumahan Pesisir
52
Konsep lokasi permukiman tradisional nelayan yang berbasis pekerjaan sesuai dengan
konsep yang diutarakan oleh Mulyadi (2007), bahwa nelayan menempatkan lokasi pemukiman
di pinggiran pantai sebuah lingkungan yang dekat dengan lokasi pekerjaan. Demikian pula
pemilihan lokasi permukiman dengan jarak ke tempat kerja dan fasilitas ekonomi, sesuai dengan
konsep yang diutarakan Budihardjo (1985) dan Depkimpraswil (2001), bahwa jarak dari lokasi
pekerjaan ke lokasi permukiman adalah penting. Sedang ketersediaan sarana ekonomi penunjang
pekerjaan nelayan dalam permukiman tradisional didukung oleh pernyataan Junaidi (2009),
bahwa masyarakat
untuk
disepanjang jalan dan berseberangan dengan unsur air (waterfront), (3) orientasi ke arah dalam
(inside-out). Orientasi ini memiliki domain privat-publik.Berikut gambar yang memperlihatkan
orientasi perumahan.
(3)
Orientasi
kearahdalam(i
nside-out).
Perumahan Pesisir
53
Bentuk orientasi permukiman yang dijelaskan di atas bila dikaitkan dengan pekerjaan
nelayan maka ada dua yang dapat digunakan, yaitu tipe ke dua dan ke tiga.
Orientasiwaterfront, yaitu orientasi permukiman yang terhubung langsung dengan jalan dan
unsur air akan sangat mendukung pekerjaan nelayan. Orientasi inside-out, yaitu orientasi ke
dalam dan keluar, orientasi iniakan sangatpendukungpekerjaanpengolah ikan dan rumput
laut karenacentral spaceyang menjadi orientasi kedalam dapat menjadi ruang pengolahan
ikan dan rumput laut. Selain sesuai dengan pekerjaan, orientasi tersebut juga sesuai dengan
falsafah permukiman yang menggunakan pola persegi empat
pinggir, atau pola memanjang pantai menghadap jalan dan membelakangi laut.
54
Tata ruang kawasan pesisir memperlihatkan bahwa coastal area dimulai dari kawasan
daratan hingga ke laut.Wilayah perencanaan tata ruang daratan dimulai dari air pasang tertinggi
hingga ke darat.
Dalam menghadapi perubahan yang luar biasa dalam bentuk dari peningkatan resiko
terdapa banjir dan erosi area coastal (pantai) akibat perubahan iklim. Maka solusi baru yang
juga akan dikembangkan dalam mengatasi dampak lingkungan dengan perbaikan landscape
pantai atau area coastal maka sangat penting untuk mempertimbangkan hal tersebut
Sementara itu berdasarkan menurut aturan-aturan yang ada di Indonesia, terdapat garisgaris sempadan pantai, sungai, dan danau yang merupakan area-area yang tidak dapat terbangun.
Berdasarkan kepres no 32 tahun 1990 tentang pengelolaan kawasan lindung telah ditetapkan
bahwa: kriteria sempadan pantai adalah daratan sepanjang tepian yang lebarnya proporsional
dengan bentuk dan kondisi fisik pantai minimal 100 m dari titik pasang tertinggi kearah darat
(pasal 14) dan Perlindungan terhadap sempadan pantai dilakukan untuk melindungi wilayah
pantai dari kegiatan yang mengganggu kelestarian fungsi pantai (pasal 13).
Untuk kawasan sungai dan danau berdasarkan peraturan pemerintah republic Indonesia
nomor 38 tahun 2011 tentang sungai adalah sbb:
Pasal 9.
Garis sempadan pada sungai tidak bertanggul di dalam kawasan perkotaan sebagaimana yang
dimaaksud dalam pasal 8 ayat (2) huruf a ditentukan :
a. Paling sedkit berjarak 10 m (sepuluh meter dari tepi kiri dan kanan palung sungai
sepanjang alur sungai, dalam hal kedalaman kurang atau sama dengan 3 m (tiga meter)
b. Paling sedikit berjarak 15 m (lima belas meter) dari tepi kiri dan kanan palung sungai,
dalam hal kedalaman sungai lebih dari 3 m (tiga meter)
c. Paling sedikit berjarak 30 m (tiga puluh meter) dari tepi kiri dan kanan palung sungai
sepanjang alur sungai, dalam hal kedalaman sungai lebih dari 20 m (dua puluh meter)
Perumahan Pesisir
55
Pasal 10.
Sungai tidak bertanggul di luar kawasan perkotaan sebagaimana yang dimaksud pada ayat 8
pasal (2) huruf (b) terdiri atas :
a. Sungai besar dengan luas DAS lebih besar dari 500 Km2 (lima ratus kilometer persegi)
dan
b. Sungai kecil dengan luas DAS kurang dari atau sama dengan 500 km2 (lima ratsu
kilometer persegi)
2. Garis sempadan sungai besar tidak bertanggul di luar kawasan perkotaan, sebagaimana
dimaksud pada ayait (1) huruf (a) ditentukan paling sedikit berjarak 100 m (seratus meter)
dari tepi kiri dan kanan palung sungai sepanjang alur sungai.
3. Garis sempadan sungai kecil tidak bertanggul di luar kawasan perkotaan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf (b) ditentukan paling sedikitnya 50 m dari kiri dan kanan
palung sungai sepanjang alur sungai.
Pasal 11
Garis sempadan sungai bertanggul di dalam kawasan perkotaan sebagaimana yang dimaksud
dalam ayat (8) pasal (2) hurugf c ditentukan paling sedikitnya 3 m (tiga meter) dari tepi kaki
luar tanggul sungai sepanjang alur sungai.
Pasal 12
Garis sempadan sungai bertanggul di luar kawasan perkotaan sebagaimana yang dimaksud dalam
padal 8 ayat (2) huruf d ditentukan paling sedikit berjarak 5 m (lima meter) dari tepi luar kaki
tanggul sepanjang alur sungai.
Pasal 13
Penentuan garis sempadan yang terpengaruh pasang surut air laut sebagaimana dimaksud dalam
pasal 8 ayat (2) huruf e, dilakukan dengan cara yang sama dengan penentuan garis sempadan
sesuai pasal 9, pasal 10, pasal 11, dan pasal 12 yang diukur dari tepi muka air pasang rata-rata
Perumahan Pesisir
56
Pasal 14.
Garis sempadan danau paparan banjir sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 ayat (2) hurif f
ditentukan mengelilingi danau paparan banjir paling sedikit berjarak 50 m (lima puluh meter)
dari tepi muka air tertinggi yang pernah terjadi
Pasal 15
Garis sempadan mata air sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 ayat (2) huruf g ditentukan
mengelilingi mata air paling sedikit berjarak 200 m (dua ratis meter) dari pusat mata air
Gambar berikut memperlihatkan batas-batas daerah penguasaan air sungai dan pengendalian
banjir dengan menggunakan tanggul.
Perumahan Pesisir
57
D.
Lingkungan
Perumahan
nelayan
desa
dan
Arahan
Pola dan tata letak suatu pemukiman nelayan terbentuk dari 2 hal yang sangat
mempengaruhi yaitu faktor manusia dan faktor alam. Faktor manusia mempengaruhi penataan
berkaitan erat dengan kebudayaan dan aktifitas sosial para penduduk, sedangkan faktor alam
yang sudah ada menjadi dasar penataan pemukiman yang sebisa mungkin memanfaatkan semua
potensi alam yang tersedia. Berikut pola dan tata letak pemukiman nelayan yang ada di
Indonesia berdasarkan DPU Cipta Karya:Pola-pola berikut ini memperlihatkan pola perumahan
nelayan yang berada di area darat (bukan dalam segmen perairan air).
a. Pola mengelompok
Tipe Cluster (Mengelompok)Pada tipe ini, rumah-rumah nelayan mengelilingi pusat kegiatan
nelayan seperti TPI (Tempat Pelelangan Ikan). Berikut ilustrasi pola cluster:
Dapat dilihat bahwa pola cluster ini mengelompokkan pemukiman nelayan pada satu zona.
Hal ini bisa menjadi pembeda zona antara pemukiman nelayan dan non nelayan sehingga
meminimalisir terjadinya gangguan aktifitas oleh penduduk yang berprofesi nelayan dan
bukan nelayan.
Pola perumahan mengelopmpok banyak terdapat Di pantai atau danau
Perumahan Pesisir
58
Gambar 34.. Perumahan Pola Mengelompok di Area Pesisir Pantai dan Danau
Perumahan
tersebut,
Arah Pengembangan:
Perumahan Pesisir
59
Gambar 35.. Arah Pengembangan Perumahan Pola Mengelompok di Area Pesisir Pantai
dan Danau
-
Usahakan ada jarak antara perumahan dengan tepi pantai, ditanami dengan pohon
agar kelestarian alam pantai dapat tetap terjaga dari sampah, lumpur dan erosi.
Perumahan Pesisir
60
Arah pengembangan
Perumahan Pesisir
61
Arah pengembangan
Disepanjang pantai/sungai
kelestarian pantai/sungai
-
Perumahan Pesisir
62
b. Pola Menyebar
Tipe menyebar merupakan tipe pemukiman nelayan yang tidak beraturan dan tidak
terkontrol, hal ini biasa disebabkan tidak adanya perancangan pemukiman nelayan sehingga
penataan pemukimannya tidak merata. Berikut ilustrasi pemukiman nelayan tipe menyebar:
Gambar 40. Pola menyebar pada Pemukiman Nelayan (Sumber: Setioko, 2011)
Pola ini dapat terjadi di pantai, sungai dan danau
Gambar 41. Perumahan Pola Menyebar di Area Pesisir Pantai, Sungai dan Danau
-
Arahan Pengembangan
Perumahan Pesisir
63
Gambar 42. Arah Pengembangan Perumahan Pola Menyebar di Area Pesisir Pantai,
Sungai dan Danau
-
c. Pola Memanjang
Pola linier merupakan pola pemukiman nelayan dimana rumah-rumah nelayan berada di
tepi-tepi jalan utama pada pemukiman tersebut, sehingga pola ini mengikuti garis jalan.
Berikut ilustrasi pola linier (menerus):
Gambar 43. Pola linierr pada Pemukiman Nelayan (Sumber: Setioko, 2011)
Pola pemukiman linier seperti ini memiliki akses yang baik di setiap rumah nelayannya,
karena mengikuti jalan lingkungan setempat, sehingga juga mempermudah kegiatan
nelayan.
Perumahan Pesisir
64
Arah Pengembangan
Gambar 45. Arah Pengembangan Perumahan Pola Menyebar di Area Pesisir Pantai
Perumahan Pesisir
65
Perumahan Pesisir
66
Pinggir sungai dilestarikan agar tidak longsor atau terjadi pendangkalan dengan
memberi jarak dari sungai ke bangunan paling tepi (1/2 lebar sungai + 5 m, diukur
dari tepi sungai yang terkena air) dan diberi penghijauan sebagai barrier
Untuk daerah aliran sungai (DAS) pada daerah kritis dihindari adanya bangunan
perumahan.
Gambaran tentang pengembangan arah permukiman seperti yang diuraikan di atas sesuai
dengan arahan yang terdapat Pedoman Teknik Pelaksanaan P3D Nelayan (1989), yaitu
menganjurkan perkembangan perumahan di tepi pantai di arahkan menuju ke darat dan ke
pelayanan fasilitas umum.
E. Simpulan
Bentuk perumahan di kawasan peisisr pedesaan dan perkotaan terdapat perbedaan. Di
kawasan pesisir, perumahan umumnya bersifat sporadic, dibentuk oleh masyarakat (housing by
people) dan sifatnya freedom to build. Bentuk rumah yang ada bervariasi.Yang berada di area
sekitar pantai (dalam kawasan sempadan pantai) adalah berbentuk panggung dengan material
dari kayu dan bamboo.
Pola perumahan yang didirikan disekitar sungai dan danau, yaitu: pola
perumahan
disepanjang aliran sungai dan berada pada dua sisi sungai, perumahan yang hanya berada ada
satu sisi sungai, perumahan yang berada di danau terdiri atas dua macam, yaitu permukiman
mengapung dan yang tetap. Untuk permukiman mengapung, apabila air pasang maka rumahrumah akan berkumpul dipinggir-pinggir danau, dan sebaliknya apabila air surut maka
permukiman akan mendekati bagian tengah danau, seperti yang terjadi di perumahan nelayan.
Tata ruang wilayah pesisir telah ditentukan dalam pasal 9, 10, 11, 12, 13, 14 dan 15 yang
telah menentukan sistem sempadan untuk wilayah sungai, danau dan pantai sehingga pola tata
ruang terbukanya dapat terbentuk untuk sistem penghijauan di area perairan. Dengan
terbentuknya sistem sempadan pantai maka pola pengelompokkan perumahan di area perairan
yaitu pola mengelompok, pola menyebar dan pola menyebar. Dengan pola perumahan tersebut
maka sistem pengembangan perumahan di wilayah pesisir dapat diketahui dengan jelas.
Perumahan Pesisir
67
MATERI 4
Perumahan Pesisir
berfungsinya
suatu
sistem
tatanan
kehidupan
sosial
ekonomi
68
masyarakat.Infrastruktur merupakan aset fisik yang dirancang dalam sistem, sehingga mampu
memberikan pelayanan prima kepada masyarakat.
Menurut Grigg sistem infrastruktur dapat didefiniskan sebagai fasilitas-fasilitas atau
struktur-struktur dasar, peralatan-peralatan, instalasi-instalasi yang dibangun dan dibutuhkan
untuk berfungsinya sistem sosial dan ekonomi masyarakat. Definisi teknik juga memberikan
spesifikasi apa yang dilakukan sistem infrastruktur dan menyatakan bahwa infrastruktur adalah
asset yang dirancang dalam sistem sehingga memberikan pelayanan publik yang penting.
Layaknya sebuah pemukiman, Pemukiman nelayan juga memiliki kebutuhan yang harus
dipenuhi agar mempermudah aktifitas penghuni di dalamnya. Dalam penelitian berjudul
Conceptual Spatial Model Of Coastal Settlement in Urbanizing Area dapat ditarik kesimpulan
bahwa sebuah pemukiman nelayan memerlukan fasilitas bersama seperti:
1. TPI ( tempat pelelangan ikan )
2. Tempat perapatan perahu (Dermaga)
3. Tempat Pengolahan ikan (menjemur, mengasap, dll)
4. Pusat Pendaratan ikan ( PPI )
5. Bengkel perahu
6. Tempat penjualan solar, dll.
Perumahan Pesisir
69
dengan air bersih kondisi saluran drainase di lokasi TPI harus baik agar air tidak tergenang
sehingga tidak menimbulkan bau yang menyengat.
Pangkalan Pendaratan Ikan ( PPI ) Pangkalan Pendaratan Ikan ( PPI ) yaitu pelabuhan
perikanan yang dibangun di atas lahan sekurang-kurangnya 2 hektar, jumlah kapal yang dilayani
lebih dari 20 unit/hari, atau jumlah keseluruhan sekurang-kurangnya 60 GT, dilengkapi dengan
fasilitas tambat labuh untuk kapal minimal 3 GT, panjang dermaga minimal 50 m dengan
kedalaman minus 2 m. TPI sebaiknya dilengkapi dengan fasilitas penunjang lainnya seperti
pabrik es, cool storage, Koperasi, tempat parkir. Letak TPI harus dekat dengan dermaga dan
tempat parkir perahu. Bahkan sebaiknya di area sekitar TPI dilengkapi dengan krif (Krip adalah
bangunan pengaman pantai yang mempunyai fungsi untuk mengendalikan pergerakan materialmaterial seperti pasir pantai yang bergerak secara alami yang disebabkan oleh arus yang
sejajar pantai ( Litoral Drift)) agar perahu dan kapal yang parkir di dermaga atau tempat parkir
perahu aman dari hempasan ombak.
Gambar 48. Berikut salah satu jenis perencanaan dan perancangan TPI Terpadu.
Perumahan Pesisir
70
Gambar desain perancangan TPI terpadu dari arah belakang yang dilengkapi dengan
dermaga dan break water (Break water tanjung adikarto ) yang berbentuk Krif pada ujung atau
pintu masuk dermaga
Perumahan Pesisir
71
Gambar 51. Pompa bensin apung yang diperuntukkan bagi nelayan (sumber google)
Gambar 52. Cool storage. Tempat penyimpanan dan pengawetan ikan (sumber google.com)
Perumahan Pesisir
72
2. Tambatan Perahu
Tempat penambatan perahu adalah tempat perahu-perahu bersandar / parkir sebelum dan
sesudah bongkar muat ikan.Biasanya berdekatan dengan TPI.Fungsi tambatan perahu sebagai
tempat untuk mengikat perahu saat berlabuh dan tempat penghubung antara dua tempat yang
dipisahkan oleh laut, sungai maupun danau. Terdapat dua tipe tambatan perahu terdiri dari:
1. Tambatan tepi, digunakan apabila dasar tepi sungai atau pantai cukup dalam, dibangun
searah tepi sungai atau pantai.
2. Tambatan dermaga, digunakan apabila dasar sungai atau pantai cukup landai, dibangun
menjalar ketengah.
Selain tambatan perahu, parkir perahu, perbaikan dan pemeliharaan perahu juga
merupakan hal yang penting dalam permukiman nelayan.Tambatan perahu hanya digunakan
sementara ketika menaikkan atau menurunkan muatan, namun parkir perahu sifatnya bukan
Perumahan Pesisir
73
sementara. Berikut memperlihatkan tenpat parkir atau tambatan perahu di area sungai dan pantai
yang masih alami.
Perumahan Pesisir
74
Perumahan Pesisir
75
Perumahan Pesisir
76
Tempat jemuran ikan terletak pada beberapa tempat, selain dekat TPI juga terkadang di
halaman rumah penduduk atau di sekitar pantai.
1.
Jaringan Jalan
Jaringan jalan di lingkungan perumahan pesisir pantai sama jaringan jalan dalam
lingkungan perumahan umumnya, terutama untuk perumahan yang berada di area daratan.
Berbeda halnya dengan perumahan yang berada di segmen perairan atau di atas air, karena
jaringan jalan dalam lingkungan oerumahan tersebut adalah berupa jembatan-jembatan dari kayu
atau beton. Berikut ini bentuk jalan di permukiman nelayan yang berada di area daratan
Gambar 59. Jalan utama perumahan dari material aspal, telah memiliki saluran pembuangaan
air kotor disisi kiri dan kanan jalan
Perumahan Pesisir
77
Gambar 60. Jalan utama perumahan nelayan dari material pengerasan, tidak memiliki saluran
pembuangan air kotor
Gambar 61. Gang-gang dalam perumahan dengan material dari tanah dan tidak memiliki saluran
pembuangan air kotor
Perumahan Pesisir
78
Gambar 62. Gang-gang dalam perumahan dengan material dari tanah dan tidak memiliki saluran
pembuangan air kotor
Gambar 63. Jalan yang juga berfungsi sebagai jembatan/titian di Perumahan segmen
perairan
Perumahan Pesisir
79
Gambar 64. Jalan di lingkungan perumahan nelayan pontap palopo yang berada
di atas air
Umumnya jalan-jalan yang ada dalam permukiman nelayan memiliki material yang
berbeda. Untuk jalan lingkungan perumahan dan jalan kolektor m,enggunakan material aspal
atau beton, sedang jalan jalan lainnya
rumah apung, jalan-jalan yang dalam permukiman adalah berfungsi sebagai jembatan yang
umumnya masih terbuat dari kayu.
Jalan
adalah
merupakan
aksesibilitas
yang
penting
dalam
sebuah
Perumahan Pesisir
80
prasarana perhubungan darat dalam bentuk apapun, meliputi segala bagian jalan termasuk
bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu-lintas kendaraan, orang
dan hewan
Menurut Adji Adisasmita (2010) prasarana jalan mempunyai peranan yang sangat besar
dalam kehidupan manusia, dalam perekonomian dan pembangunan.Hampir seluruh kegiatan
manusia dilakukan di luar rumah.Hampir seluruh kegiatan rumah tangga disuplai dari luar
rumah.Kegiatan dan kebutuhan manusia, semuanya menggunakan transportasi jalan dan jasa
pelayanan jalan, berarti prasarana jalan adalah sangat penting dan sangat besar.
Jaringan jalan di kawasan perumahan menurut fungsinya adalah jalan lokal dan jalan
lingkungan dalam sistem jaringan jalan sekunder.
Jalan Lokal. Jalan lokal merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan
setempat dengan ciri perjalanan jarak dekat, kecepatan rata-rata rendah, dan jumlah jalan
masuk tidak dibatasi.
Jalan Lingkungan. Jalan lingkungan merupakan jalan umum yang berfungsi melayani
angkutan lingkungan dengan ciri perjalanan jarak dekat, dan kecepatan rata-rata rendah.
Jalan Setapak. Jalan yang menghubungkan antar rumah didalam kelompok perumahan
nelayan secara konstruktif. Jalan ini tidak dapat dilalui oleh kendaraan beroda empat,
hanya dapat dilalui oleh kendaraan bermotor dengan becak.
Perumahan Pesisir
81
82
Sumber utama air limbah rumah tangga dari masyarakat adalah berasal dari perumahan dan
daerah perdagangan.Adapun sumber lainnya yang tidak kalah pentingnya adalah daerah
perkantoran/lembaga serta daerah fasilitas rekreasi.
Jumlah aliran air limbah yang berasal dari industri sangat bervariasi tergantung dari jenis dan
besar kecilnya industri, pengawasan pada proses industri, derajat penggunaan air, derajat
pengolahan air limbah yang ada untuk memperkirakan jumlah air limbah yang dihasilkan oleh
industri yang tidak menggunakan proses basah diperkirakan sekitar 50 m3/ha/hari.
83
yang sangat tidak sehat. Bahkan banyak rumah yang menanpung grey waternya pada
lobang-lubang di bawah area service, dan dibiarkan meluber ketika penuh atau disiram ke
jalan. Berikut
Gambar 65. Grey water yang langsung jatuh ke bawah kolong rumah dan tidak memiliki
akses ke saluran riol perumahan terdekat
Perumahan Pesisir
84
Gambar 66. Grey water dari area service yang dialirkan ke saluran riol perumahan
terdekat terlihat dibuat saagat sederhana dan terkesan sporadis
Gambar 67. Grey water yang mengalir menuju riol perumahan terdekat, tanpa saluran
riol dan terbentuk dengan sendirinya karena adanya cekungan tanah di sekitar rumah.
Perumahan Pesisir
85
Gambar 68. .Jaringan drainase lingkungan perumahan nelayan yang menuju ke pantai
86
(receiving waters).Disepanjang sistem sering dijumpai bangunan lainnya, seperti goronggorong, siphon, jembatan air, pelimpah pintu-pintu air, bangunan terjun, kolam tando,
dan stasiun pompa. Pada sistem yang lengkap, sebelum masuk ke badan air penerima, air
diolah dahulu di instalasi pengolahan limbah (IPAL), khususnya untuk sistem tercampur.
Hanya air yang telah memenuhi baku mutu tertentu yang dimasukkan ke badan air
penerima, sehingga tidak merusak lingkungan.
Secara umum drainase terbagi menjadi:
1. Drainase Primer adalah saluran utama yang menerima saluran drainase dari drinase
sekunder. Dimensi saluran relatif besar yang bermuara pada badan penerima yang
dapat berupa sungai, danau, laut, maupun kanal.
2. Drainase Sekunder adalah saluran terbuka atau tertutup yang menerima aliran air dari
drainase tersier / lingkungan, limpahan air permukaan sekitarnya dan meneruskan ke
saluran primer.
3. Drainase Tersier adalah saluran dari yang menerima air dari setiap persil-persil
rumah, fasilitas umum dan sarana kota lainnya.
4. Drainase Lingkungan adalah saluran yang menerima aliran air dari lingkungan dan
para warga.
yang sering
mengalami banjir. Sistem sabuk pantai atau ring dike berguna mencegah air laut masuk ke
daratan, menurunkan atau mempertahankan debit sungai melalui kegiatan konservasi,
mengarahkan air yang mengalir dari hulu tetap mengalir ke laut melalui BKB/BKT, kegiatan
konservasi melalui kegiatan pengembangan tampungan-tampungan air di daerah hulu, di daerah
rendah dikendalikan dengan system polder.Polder merupakan salah satu Sistem Tata Saluran
Pembuang di Rawa yang disebut Sistem Tertutup.
Perumahan Pesisir
87
Perumahan Pesisir
88
Gambar 70. Pengembangan Teknologi Bangunan Air Pengendalian Banjir Perkotaan (Sumber :
Laporan Akhir Pengembangan Teknologi Bangunan Air Pengendalian Banjir Perkotaan
Menuju Waterfront City)
Ring dike berupa tanggul yang mengelilingi perumahan. Dan pada beberapa tempat
terdapat pompa-pompa yang akan memompa air dari darianse ke sungai atau laut.
Berikut gambaran tentang letak pompa dan posisi ring dike.
Gambar 71. Pengembangan Teknologi Bangunan Air Pengendalian Banjir Perkotaan Belanda
(Sumber:http://kompetiblog2011.studidibelanda.com/news/2011/05/1/656/ 89 yste
m89_is_the_best_technology_in_water_management.html)
Salah satu perumahan yang menggunakan system sabuk pantai pada disain
perumahannya adalah Agung sedayu group.Saluran drainase ditempatkan pada sisi dalam dari
tanggul.Tanggul mengelilingi lahan perumahan. Pada bagian dalam perumahan terdapat kolamkolam (flood storage pond) yang menampung grey water dalam perumahan. Pada bagian-bagian
tertentu terdapat pompa-pompa yang akan memompa air dari flood storage pond ke laut.
Perumahan Pesisir
89
Sedang untuk grey water yang berasal dari unit-unit service ruma tinggal pada rumah
panggung sebaiknya di tampung pada sebuah wadah berbentuk corong, selanjutnya dilairkan
melalui pipa ke bak kontrol. Dari bak kontrol dibuat percabangan pipa, satu dengan pipa
berlubang (pipa peresapan) yang memudahkan air meresap ke dalam tanah atau pasir, dan
selebihnya dialirkan ke riol lingkungan melalui pipa yang tidak berlubang. Berikut gambaran
sistem pembuangan air limbah rumah tangga.
Perumahan Pesisir
90
Penampungan air
kotor dari dapur dan
sisa metabolisme.
Bak kontrol
Black water adalah adalah air buangan domestik yang berbentuk padat.Di permukiman
Pipa peresapan
nelayan bentuknya sangat sederhana, ada yang tunggal adapula yang memiliki beberapa
bilik.Berikut skema yang memperlihatkan kebiasaan BAB d daerah spsifik:
Menuju ke riol
kota/lingkungan
Perumahan Pesisir
91
Gambar 75 . WC Gantung dapat ditemukan di sekitar pantai, tepi sungai atau danau
Perumahan Pesisir
92
93
Sanitasi adalah alat pengumpulan dan pembuangan tinja serta air buangan masyarakat
secara higienis sehingga tidak membahayakan bagi kesehatan seseorang maupun masyarakat
secara keseluruhan (Depledge, 1997). Teknologi sanitasi yang telah diterapkan pada
Kementerian Pekerjaan Umum adalah sistem pengolahan limbah rumah tangga untuk daerah
muka air tanah tinggi menggunakan disinfektan dan media karbon, air buangan dapat langsung
disalurkan ke drainase umum, tidak memerlukan resapan dan ramah lingkungan. Pemilihan
teknologi sanitasi yang terjangkau dan berkelanjutan merupakan hal yang penting dengan
memperhatikan kebutuhan masyarakat terhadap sanitasi.
Sistem pengolahan limbah rumah tangga untuk daerah muka air tanah tinggi
menggunakan disinfektan dan media karbon
Perumahan Pesisir
94
95
Selain system sanitasi modern yang diperlihatkan di atas, juga terdapat system sanitasi
konvensional untuk daerah pasang surut. Pada umumnya daerah pasang surut menggunakan
WC bentuk panggung, sehingga tempat pembuangan kotorannya terletak di bawah lantai atau
terjun langsung ke air. Sistem perawatannya mudah. Adapun bentuk sanitasi tersebut adalah
sbb:
Perumahan Pesisir
96
Perumahan Pesisir
97
system
biofill
dapat
dipindah
atau
diganti,
lebih
mudah
dalam
pemeliharaannya.System yang lama memerlukan waktu untuk menunggu air surut baru dapat
mengeruk lumpur tinja yang mengendap di dasar 98ystem tan, 98ystem tank mudah mengalami
kerusakan karena hantaman ombak karena terbuat dari sement.sedang system tabung atau bio
fill 98ystem dan tabung tiddak perlu menunggu air surut untuk mengeruk endapan lumpur,
dengan bantuan air pasang
selanjutnya disedot lumpurnya oleh mobil tinja, atau mudah diganti jika penuh atau rusak.
Dengan material dari tabung-tabung fiber, maka septiktank akan lebih tahan terhadap air laut.
Perumahan Pesisir
98
Indikator
Standar Pelayanan
Kuantitas
Cakupan
Persentase - 50-70%
penduduk penduduk
terlayani
- 80-90%
penduduk
untukDaerah
dengan
kepadatan> 300
jiwa/ha
Kualitas
Tingkat Pelayanan
Tangki system dan
MCK
Disesuaikan oleh
masyarakat
- Mobil tinja 4 m3
digunakan untuk
pelayanan maks.
120.000 jiwa
- IPLT system kolam
dengan debit 50 m3/hari
- Pengosongan lumpur
tinja 5 tahun sekali
- Mobil tinja melayani 2
tangki system setiap hari
BOD < 30
mg/liter
- SS < 30
mg/liter
D. Jaringan Persampahan
Sampah adalah segala sesuatu yang tidak lagi dikehendaki oleh yang punya dan bersifat
padat.Sampah ini ada yang mudah membusuk dan ada pula yang tidak mudah membusuk.Yang
membususk terutama terdiri dari zat-zat organik seperti sisa makanan, sedangkan yang tidak
mudah membusuk dapat berupa plastik, kertas, karet, logam dan sebagainya.
Sampah adalah limbah atau buangan yang bersifat padat, setengah padat yang merupakan
hasil sampingan dari kegiatan perkotaan atau siklus kehidupan manusia, hewan maupun tumbuhtumbuhan. Sumber limbah padat (sampah) perkotaan berasal dari permukiman, pasar, kawasan
pertokoan dan perdagangan, kawasan perkantoran dan sarana umum lainnya. Adapun Jenis-jenis
sampah terbagi atas dua. Yaitu:
a. Sampah Organik
Perumahan Pesisir
99
Sampah Organik, yaitu sampah yang mudah membusuk. Sampah Organik terdiri dari bahanbahan penyusun tumbuhan dan hewan yang diambil dari alam atau dihasilkan dari kegiatan
pertanian, perikanan atau yang lain. Sampah ini dengan mudah diuraikan dalam proses alami dan
dapat diolah lebih lanjut menjadi kompos.
Sampah rumah tangga sebagian besar merupakan bahan organik.Termasuk sampah organik,
misalnya sampah dari dapur, sisa tepung, sayuran, kulit buah, dan daun-daun kering.
b. Sampah Anorganik
Sampah Anorganik, yaitu sampah yang tidak mudah dan bahkan tidak bisa membusuk. Sampah
Anorganik berasal dari sumber daya alam tidak dapat diperbaharui seperti mineral dan minyak
bumi, atau dari proses industri. Sebagian dari sampah anorganik secara keseluruhan tidak dapat
diuraikan oleh alam, sedang sebagian lainnya hanya dapat diuraikan dalam waktu yang sangat
lama. Sampah anorganik pada tingkat rumah tangga, misalnya berupa botol, botol plastik, tas
plastik, dan kaleng.
100
Berikut ini memperlihatkan berbagai alat angkutan sampah dalalam lingkungan perumahan yang
saat ini digunakan dalam masyarakat
101
Bidang
Pelayanan
Standar Pelayanan
Kuantitas
Cakupan
Persampahan Persentase 60-80% produksi
produksi
sampah (80- 90%
sampah
komersial dan 50-80%
terlayani
permukiman,
100% untuk
permukiman
Dengan kepadatan
100jiwa/ha) terlayani
Dengan asumsi
timbulan
sampah 2,5- 3,5
liter/orang/hari,75%
sampah
102ystem102102, 25%
sampah non domestic
Perumahan Pesisir
Indikator
Kualitas
Tingkat Pelayanan
Pewadahan :
Kantong
102ystem102 bekas
untuk setiap sumber
sampah
- Pengumpulan:
Gerobak sampah
1m3
per 1.000 penduduk,
dump truck 6 m3 per
10.000 penduduk
- Pemindahan :
Transfer depo 100150 m2 per 30.000
Penduduk terlayani
dengan radius 400600 meter
102
- Pengangkutan:
Dump truck 6 m3
per 10.000 penduduk
- Tempat
Pembuangan akhir
(TPA) :
Menggunakan
103ystem controlled
landfill pada
lokasi yang tidak
produktif bagi
pertanian, muka air
tanah cukup dalam,
dan jenis tanah
kedap air
Perumahan Pesisir
103
Gambar 87. Jaringan air bersih dari PAM disalurkan melalui pipa-pipa di bawah
jembatan menuju ke rumah-rumah
Gambar 88. Sumber air bersih dari PAM yang ditampung pada bak-bak penampungan
(ember)
Perumahan Pesisir
104
Gambar 89. Penampungan air bersih untuk kelompok masyarakat. Penempatannya pada
lokasi-lokasi strategis dan beberapa ditempatkan dekat dengan MCK umum.
Gambar 90. Sumber air bersih dari sumur dalam (deep well)
Perumahan Pesisir
105
Untuk memenuhi kebutuhan air bersih pada suatu kawasan permukiman maka adapun
kriterianya adalah sebagai berikut :
1. Pengambilan air baku diutamakan dari air permukaan;
2. Kebutuhan air rata rata 100 liter/orang/hari;
3. Kapasitas minimum sambungan rumah 60 liter/orang/hari dan sambungan kran umum 30
liter/orang/hari.
Berdasarkan
Keputusan
Menteri
Kesehatan
Republik
Indonesia
Nomor
Perumahan Pesisir
106
pelindung
tebing pantai atau revetments, dan Pemecah Gelombang Yang Putus-Putus (Detached Break
Water).
o Krip. Krip adalah bangunan pengaman pantai yang mempunyai fungsi untuk
mengendalikan pergerakan material-material seperti pasir pantai yang bergerak
secara alami yang disebabkan oleh arus yang sejajar pantai ( Litoral Drift).Bentuk
krib biasanya dibangun lurus, namun ada pula yang berbentuk zig-zag atau
berbentuk Y, T, atau L.
Perumahan Pesisir
107
o Tembok pantai atau tanggul pantai dibangun untuk melindungi daratan terhadap
erosi, gelombang laut, dan bahaya banjir yang disebabkan oleh limpasan
gelombang. Tembok pantai ada yang bersifat meredam energy gelombang dan ada
yang tidak. Adapun bahan yang digunakan ada yang dari beton atau pasangan batu
kosong ( rublemounts).
108
H. Simpulan
Infrastruktur adalah Fasilitas-fasilitas fisik yang dikembangkan atau dibutuhkan oleh
agen-agen publik untuk fungsi-fungsi pemerintahan dalam penyediaan air bersih, tenaga listrik,
pembuangan limbah, transportasi dan pelayanan similar untuk memfasilitasi tujuan-tujuan
ekonomi dan social Infrastruktur fisik dan sosial adalah dapat didefinisikan sebagai kebutuhan
dasar fisik pengorganisasian sistem struktur yang diperlukan untuk jaminan ekonomi sektor
publik dan sektor privat sebagai layanan dan fasilitas yang diperlukan agar perekonomian dapat
berfungsi dengan baik, misalnya sebuah pemukiman nelayan memerlukan infrastruktur berupa
fasilitas bersama seperti: TPI ( tempat pelelangan ikan ), Tempat perapatan perahu (Dermaga),
Tempat Pengolahan ikan (menjemur, mengasap, dll), Pusat Pendaratan ikan ( PPI ), Bengkel
perahu, Tempat penjualan solar, dll.
Sarana dan prasarana perumahan pesisir yang sangat diperlukan adalah jaringan drainase
untuk penyaluran air kotor, air hujan dan limbah rumah tangga, system sanitasi baik berupa
Perumahan Pesisir
109
sanitasi terapung maupun sanitasi yang permanen yang berada di area daratan, jaringan
persampahan, dan jaringan air bersih untuk perumahan yang berada di daerah pesisir sungai,
danau maupun pantai.
Perumahan Pesisir
110
MATERI 5
2. Kriteria kelayakan lingkungan yang tidak merusak kawasan hutan bakau dan kehidupan biota
laut.
Lokasi
o Lokasi yang dipilih untuk peruntukan perumahan nelayan harus sesuai dengan
rencana peruntukan yang telah ditetapkan dalam RURTK
o Kondisi yang dipilih hendaknya tidak membuat kondisi ekonomi nelayan semakin
buruk, tetapi justru membuka peluang untuk meningkatkan kesejahteraannya
o Lokasi perumahan nelayan harus terletak disekitar perairan tempat nelayana
mencari ikan, atau memiliki akses yang tinggi terhadap kawasan perairan
o Lokasi permukiman nelayan memiliki akses ke pusat sarana
lingkungan
111
Luas lahan
o Luas lahan untuk kawasan perumahan nelayan harus cukup mampu menampung
sekurang-kurangnya
minmal 1 ha, termasuk lahan untuk membangun prasarana dan sarana lingkungan,
serta untuk menampung aktifitas kegiatan nelayan seperti tempat pengolahan
ikan/menjemur ikan, menjual ikan, menisik jala, dan tempaat atau kanal untuk
tambatan perahu.
-
Luas persil
o luas persil ungtuk amsing-masing unit rumah nelayan ditentukan berdasarkan
ketentuan luas minimum persil untuk rumah sangat sederhana yaitu tida kurang
dari 60 m2 dan tidak lebih dari 200 m2.
o Untuk nelayan yang memiliki kegiatan mengolah ikan dan kegiatan persiapan
melaut di rumah, maka luas persil lahan adalah minimal 72 ,m2
Topografi
o Kemiringan lahan yang dianjurkan untuk pembangunan perumahan nelayan
adalah 0-15 %. Untuk kemirungan lahan lebih dari 15%, maka perlu penanganan
khusus.
Geologi
o Kondisi geologi yang diperbolehkan adalah
Kepadatan bangunan
o kepadatan lahan yang seimbang dengan luas lahan yang tersedia sangat
berpengaruh terhadap aspek kenyamanan, keamanan, dan kelestarian lingkungan
o Luas daerah terbangun untuk satu kawasan lingkungan perumahan nelayan yang
diperbolehkana maksimal adalah 60%
o Luas daerah untuk prasarana lingkungan maksimal 22,5%
o Luas daerah untuk sarana lingkungan minimal 17,6%
Kepadatan penduduk
o Kepadatan penduduk yang dianajurkan adalah tidak melebihi 200 jiwa/ha
Perumahan Pesisir
112
Bentuk/disain bangunan
o Bentuk/disain banguan disesuaikan dnegan kondidi daerah berbukit derah pantai
yang mempunyai karakter yang berbeda yang dipengaruhi oleh waktu pasang saat
permukaan air laut naik dan waktu surut saat permukaan air laut turun. Disarankan
daerah pantai rawah adalah menggunakan rumah panggung untuk menghindari
kelembaban.
o Bentuk bangunan/desain eumah nelayan untuk disarankan bukan rumah
panggung, untuk menghindari daya angkat dari angina.
Orientasi bangunan
o Letak bangunan dari rumah harus memperhatikan posisi matahari dan arah tiupan
angina untuk kesehatan dan kenyamanan ruangan
o Letak posisi bangunan terhadap matahari seoptimal mungkin
o Untuk bangunan di daerah berbukit, letak bangunan disesuaaikan dengan bentuk
topografi dengan seminimal mungkin melakukan pemotingan lereng bukit (cut
and f ill) dan mengikuti bentuk counter tanah.
C. Simpulan
Pada wilayah pesisir untuk pembangunan hunian maka perlu diperhatikan persyaratan
teknis secara wilayah pada lingkungan pesisir dan persyaratan bangunan yang layak berada di
Perumahan Pesisir
113
wilayah pesisir tersebut. Secara mendasar persyaratan lingkungan yang wajib di perhatikandi
wilayah pesisir
adalah lokasi, luas lahan, luas persil, geologi, kepadatan bangunan dan
Perumahan Pesisir
114
MATERI 6
Pesisir merupakan daerah pertemuan antara darat dan laut; ke arah darat meliputi bagian
daratan, baik kering maupun terendam air, yang masih dipengaruhi sifat-sifat laut seperti pasang
surut, angin laut, dan perembesan air asin; sedangkan ke arah laut meliputi bagian laut yang
masih dipengaruhi oleh proses-proses alami yang terjadi di darat seperti sedimentasi dan aliran
air tawar, maupun yang disebabkan oleh kegiatan manusia di darat seperti penggundulan hutan
dan pencemaran (Soegiarto, 1976; Dahuri et al, 2001).
Berdasarkan Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor: KEP.10/MEN/2002
tentang Pedoman Umum Perencanaan Pengelolaan Pesisir Terpadu, Wilayah Pesisir
didefinisikan sebagai wilayah peralihan antara ekosistem darat dan laut yang saling berinteraksi,
dimana ke arah laut 12 mil dari garis pantai untuk propinsi dan sepertiga dari wilayah laut itu
(kewenangan propinsi) untuk kabupaten/kota dan ke arah darat batas administrasi
kabupaten/kota.
Wilayah pesisir adalah suatu wilayah peralihan antara daratan dan lautan dimana
batasnya dapat didefinisikan baik dalam konteks struktur administrasi pemerintah maupun secara
ekologis. Batas ke arah darat dari wilayah pesisir mencakup batas administratif seluruh desa
(sesuai dengan ketentuan Direktorat Jenderal Pemerintahan Umum dan otonomi Daerah,
Depdagri) yang termasuk dalam wilayah pesisir menurut Program Evaluasi Sumber Daya
Kelautan (MERP). Sementara batas wilayah ke arah laut suatu wilayah pesisir untuk keperluan
praktis dalam proyek MERP adalah sesuai dengan batas laut yang terdapat dalam peta
Lingkungan Pantai Indonesia (LPI) dengan skala 1:50.000 yang diterbitkan oleh Badan
Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional (Bakosurtanal), (Dahuri dkk.,1996).
Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa wilayah pesisir adalah
daerah pertemuan antara darat dan laut; kearah darat wilayah pesisir meliputi bagian daratan
Perumahan Pesisir
115
baik kering maupun terendam air, yang masih dipengaruhi oleh sifat-sifat laut seperti pasang
surut, angin laut, dan perembesan air asin; sedangkan kearah laut mencakup bagian laut
yang masih dipengaruhi oleh proses-proses alami yang terjadi di darat seperti sedimentasi dan
aliran air tawar, maupun yang disebabkan oleh kegiatan manusia di darat seperti penggundulan
hutan dan pencemaran.
A. Potensi Wilayah Pesisir
Hal tersebut memberikan peluang untuk menghasilkan pendapatan bagi masyarakat
pesisir dan sangat berkaitan dengan pelayanan barang atau jasa di habitat/lingkungan pesisir itu
sendiri seperti:
Pemancingan komersial dan rekreasi
Pariwisata Pantai
Jasa Rekreasi
Pelabuhan
Petualangan Alam
Perumahan Pesisir
116
Gambar 96. Petualangan alam pantai dan pelabuhan rakyat (sumber google.com)
Daerah pesisir merupakan salah satu pusat kegiatan ekonomi nasional melalui kegiatan
masyarakat seperti perikanan laut, perdagangan, budidaya perikanan (aquakultur), transportasi,
pariwisata, pengeboran minyak dan sebagainya. Seperti diketahui bahwa secara biologis
wilayah pesisir merupakan lingkungan bahari yang paling produktif dengan sumber daya
maritim utamanya seperti hutan bakau (mangrove), terumbu karang (coral reefs), padang
lamun (sea grass beds), estuaria, daerah pasang surut dan laut lepas serta sumber daya yang tak
dapat diperbaharui lainnya seperti minyak bumi dan gas alam.
Manfaat ekosistem pantai sangat banyak, namun demikian tidak terlepas dari
permasalahan lingkungan, sebagai akibat dari pemanfaatan sumber daya alam di wilayah
pantai.Permasalahan lingkungan yang sering terjadi di wilayah perairan pantai, adalah
pencemaran, erosi pantai, banjir, inturusi air laut, penurunan biodiversitas pada ekosistem
mangrove dan rawa, serta permasalahan sosial ekonomi.
Perumahan Pesisir
117
Perumahan Pesisir
118
factor-faktor yang menjadi penyebab kerusakan alam di kawasan pesisir dilihat dari hulu ke
hilir.
Gambar 97. Skema Factor Pemicu dan Dampak Dari Kerusakan Lingkungan Alam Pesisir Serta
Cara Mengatasi. (Sumber : psda@jatengprov.go.id ataudispsda@yahoo.com
Perumahan Pesisir
119
Gambaran kerusakan kawasan pesisir dapat dilihat pada gambar-gambar berikut ini
Perumahan Pesisir
120
121
Gambar 103. Penimbunan sedimen di muara sungai menyebabkan pendangkalan sungai dan
mengurangi lebar badan sungai serta menyebabkan Rembesan air laut (infilltrasi
air laut) ke darat
Perumahan Pesisir
122
Gambar104.
(sumber :http://www.ristek.go.id/file/upload/lain_lain/bencana_aceh/mengurangi_resiko.htm)
Perumahan Pesisir
123
Selain pembagian zona-zona dan pembuatan jalur evaluasi seperti gambar di atas, juga
tercapat cara lain untuk mengamankan kawasan yang berada di area pesisir dari hal tersebut, baik
tsunami maupun peningkatan air laut dan pasang tinggi. Adapun bentuk tersebut adalah dengan
cara pembagian zona dan pembuatan bukit-bukit
Gambar 106. Model Bukit Penyelamatan (Escape Hill) Alami. Formasi Escape Hill bias
dimanfaatkan untuk Fasilitas Umum dan Fasilitas Sosial (taman kota, Mesjid,
lapangan olah raga, jogging track, restoran see-view, club house, gedung
pertemuan nelayan, dan lain-lain)
Perumahan Pesisir
124
Gambar 107. Ketinggian Bukit Penyelamatan (Escape Hill) Alami semakin jauh dari pantai
semakin rendah
Gambar 108. Morfologi Kawasan Minapolitan Pulau Baai Kota Bengkulu dengan Escape Hill
dan sabuk hijau (Green Belt) tanaman pohon yang berlapis-lapis pantai semakin
rendah (Mengatasi Bencana Tsunami Melalui Pembuatan Bukit-Bukit
danPenzoningan)
(sumber:http://dc445.4shared.com/doc/xAz9SmM7/preview.html)
Sedang untuk konstruksi rumah yang sebaiknya digunakan pada daerah rawan bencana
pada rumah yang berada di segmen perairan adalah menggunakan kombinasi system terapung
dan tiang. Berkut gambaran system struktur tersebut.
Gambar 109.Mengatasi Bencana Tsunami pada Rumah di Segmen Perairan Melalui Kombinasi
Struktur IPondasi Terapung dan Kolom sebagai Penyangga (sumber:
http://dc445.4shared.com/doc/xAz9SmM7/preview.html)
Perumahan Pesisir
125
wisata,
daerah
pertanian,
persawahan,
hutan
bakau,
(http://mynameaprie.blogspot.com/2011/10/ruang-terbuka-hijau-ruang-terbuka-dan.html)
dsbnya
.
Perumahan Pesisir
126
Perumahan Pesisir
127
Ruang Terbuka Hijau Binaan (RTHB) adalah ruang atau kawasan yang lebih luas,
baik dalam bentuk areal memanjang/jalur atau mengelompok, dimana penggunaannya lebih
bersifat terbuka/ umum, dengan permukaan tanah di dominasi oleh perkerasan buatan dan
sebagian kecil tanaman. Berikut ini bentuk ruang terbuka hijau binaan disepanjang kanal atau
sungai kecil, menempati bahu jalan sekaligus area bantaran kanal.
Perumahan Pesisir
128
Gambar 113. Ruang terbuka binaan di bantaran sungai/kanal dalam Kawasan Perumahan
(Source : google.com)
Berikut standar pelayanan minimal untuk sebuah ruang terbuka hijau binaan
Tabel 6. Standar Pelayanan Minimal untuk Permukiman Keputusan Menteri Permukiman
dan Prasarana Wilayah No. 534/KPTS/M/2001
Bidang
Indikator
Pelayanan
Sarana
Ruang
Terbuka
(taman,
pemakam
an
umum
dan
parkir)
Perumahan Pesisir
Standar Pelayanan
Kuantitas
Cakupan
Penduduk
Satuan
terlayani
Lingkungandenganj
- % ruangterbuka umlah
hijau dalam suatu penduduk <
kawasan
30.000 jiwa
-%
ruang terbuka
hijau yang
fungsional
Penyebaranruang
Terbukahijau
Kualitas
Tingkat Pelayanan
Tersedianya :
- Tamanlingkungan
untuk setiap250 jiwa
- 0,3 m2/penduduk
dari
luas kawasan(taman,
olahraga, bermain)
- 0,2 m2/penduduk
dari luas
kawasan(pemakamanu
mum)
- Parkirlingkungan
3% dari luaskawasan
dengan jumlah2.500
orang
Bersih,
mudah
dicapai,
terawat,
indah
dan
nyaman
129
Perumahan Pesisir
130
Perumahan Pesisir
131
Gambar 115. Contoh Penanaman Pada RTH Sumber Air Baku dan Mata Air
1. Kriteria Vegetasi untuk RTH Sempadan Sungai
Kriteria pemilihan vegetasi untuk RTH ini adalah sebagai berikut:
a) sistem perakaran yang kuat, sehingga mampu menahan pergeseran tanah;
b) tumbuh baik pada tanah padat;
c) sistem perakaran masuk kedalam tanah, tidak merusak konstruksi dan bangunan;
d) kecepatan tumbuh bervariasi;
e) tahan terhadap hama dan penyakit tanaman;
f) jarak tanam setengah rapat sampai rapat 90% dari luas area, harus dihijaukan;
g) tajuk cukup rindang dan kompak, tetapi tidak terlalu gelap;
h) berupa tanaman lokal dan tanaman budidaya;
i) dominasi tanaman tahunan;
j) sedapat mungkin merupakan tanaman yang mengundang burung.
Persyaratan pola tanam vegetasi pada RTH sempadan sungai adalah sebagai berikut:
a) jalur hijau tanaman meliputi sempadan sungai selebar 50 m pada kirikanan sungai besar
dan sungai kecil (anak sungai);
b) sampel jalur hijau sungai berupa petak-petak berukuran 20 m x 20 m diambil secara
sistematis dengan intensitas sampling 10% dari panjang sungai;
Perumahan Pesisir
132
c) sebelum di lapangan, penempatan petak sampel dilakukan secara awalan acak ( random
start) pada peta. sampel jalur hijau sungai berupa jalur memanjang dari garis sungai ke
arah darat dengan lebar 20 m sampai pohon terjauh;
d) sekurang-kurangnya 100 m dari kiri kanan sungai besar dan 50 m di kiri kanan anak
sungai yang berada di luar permukiman
e) untuk sungai di kawasan permukiman berupa sempadan sungai yang diperkirakan cukup
untuk dibangun jalan inspeksi antara 10-15 m;
f)
g) pengaturan perletakan (posisi) tanaman yang akan ditanam harus sesuai gambar rencana
atau sesuai petunjuk Direksi Pekerjaan.
2. Kriteria Vegetasi untuk RTH Sempadan Pantai
Kriteria pemilihan vegetasi untuk RTH ini adalah sebagai berikut:
a) merupakan tanaman lokal yang sudah teruji ketahanan dan kesesuaiannya tehadap kondisi
pantai tersebut;
b) sistem perakaran yang yang kuat sehingga mampu mencegah abrasi pantai, tiupan angin
dan hempasan gelombang air pasang;
c) batang dan sistem percabangan yang kuat;
d) toleransi terhadap kondisi air payau;
e) tahan terhadap hama dan penyakit tanaman;
f) bakau merupakan tanaman yang khas sebagai pelindung pantai.
Perumahan Pesisir
133
F. Simpulan
Wilayah pesisir adalah suatu wilayah peralihan antara daratan dan lautan dimana
batasnya dapat didefinisikan baik dalam konteks struktur administrasi pemerintah maupun secara
ekologis. Potensi wilayah pesisir adalah pemancingan komersial dan rekreasi, pariwisata pantai,
jasa rekreasi, pelabuhan, petualangan alam.
Lingkungan pantai merupakan daerah yang selalu mengalami perubahan, karena
merupakan daerah pertemuan kekuatan yang berasal darat dan laut . Banyaknya pemanfaatan dan
berbagai aktifitas yang terus berlangsung dampak negatif pun muncul. Dampak-dampak utama
saat ini berupa polusi, abrasi, erosi dan sedimentasi, kerusakan kawasan pantai seperti hilangnya
mangrove, degradasi daya dukung lingkungan dan kerusakan biota pantai/laut.
Untuk mengatasi kerusakan-kerusakan area pesisir yang diakibatkan oleh manusi yang
memberikan dampak kerusakan lingkungan maka diperlukan pembagian zona-zona , seperti
sempadan pantai, area penanaman mangrove, area ruang terbuka dan pembuatan bukit-bukit
sebagai bangunan break water.
Perumahan Pesisir
134
MATERI 7
KAJIAN SOCIAL BUDAYA DAN EKONOMI
MASYARAKAT DI PERUMAHAN PESISIR
PERDESAAN DAN PERKOTAAN
Berdasarkan hasil riset, Fachrudin dkk. (1976) mengelompokkan, desa-desa pesisir ke
dalam empat jenis, yaitu:
(1) desa pesisir tipe bahan makanan, yaitu desa-desa yang sebagian besar atau seluruh
penduduknya bermatapencaharian sebagai petani sawah;
(2) desa pesisir tipe tanaman social, yaitu desa-desa yang sebagian besar atau seluruh
penduduknya bermatapencaharian sebagai petani tanaman lokalc;
(3) desa pesisir tipe nelayan/empang, yaitu desa-desa yang sebagian besar atau seluruh
penduduknya bermatapencaharian sebagai nelayan, petambak, dan pembudidaya perairan;
dan
(4) desa pesisir tipe niaga dan transportasi, yaitu desa-desa yang sebagian besar atau seluruh
penduduknya bermatapencaharian sebagai pedagang antarpulau dan penyedia jasa
transportasi antarwilayah (laut) (Hasanuddin, 1985: 108).
135
social pembagian kerja ini adalah kaum perempuan mendominasi dalam urusan ekonomi rumah
tangga dan pengambilan keputusan penting di rumah tangganya (Kusnadi, 2001).
Dalam rumah tangga nelayan miskin, kaum perempuan, isteri nelayan, mengambil
peranan yang strategis untuk menjaga integrasi rumah tangganya. Modernisasi perikanan yang
berdampak serius terhadap proses pemiskinan telah menempatkan kaum perempuan sebagai
penanggung jawab utama kelangsungan hidup rumah tangga nelayan (Kusnadi, 2003:69-83).
Orang pesisir memiliki orientasi yang kuat untuk merebut dan meningkatkan kewibawaan
atau status social. Mereka sendiri mengakui bahwa mereka cepat marah, mudah tersinggung,
lekas menggunakan kekerasan, dan gampang cenderung balas-membalas sampai dengan
pembunuhan.Orang pesisir memiliki rasa harga diri yang amat tinggi dan sangat peka.Perasaan
itu bersumber pada kesadaran mereka bahwa pola hidup pesisir memang pantas mendapat
penghargaan yang tinggi.
Perumahan Pesisir
136
Beberapa hal yang telah membudaya dalam masyarakat nelayan adalah kecenderungan
hidup lebih dari satu keluarga dalam satu rumah atau mereka cenderung untuk menampung
keluarga serta kerabat mereka dalam waktu yang cukup lama, hal ini menyebabkan sering
dijumpai jumlah anggota keluarga dalam satu rumah melebihi kapasitas daya tampung, sehingga
ruang gerak menjadi sempit dan terbatas. Dan dampaknya itu pula, mereka cenderung untuk
memperluas rumah tanpa terencana.
Adapun adat kebiasaan yang turun temurun telah berlangsung pada masyarakat nelayan
adalah seringnya mengadakan pesta syukuran atau selamatan, misalnya pada waktu peluncuran
perahu baru ketika akan melakukan pemberangkatan, dan saat berakhirnya musim melaut agar
pada musim berikutnya mendapatkan hasil yang lebih banyak dan lain-lain.
Masyarakat nelayan pada umumnya mempunyai tingkat pendidikan yang rendah,
menyebabkan kurangnya pengetahuan mereka sehingga menghambat kemajuan nelayan sendiri,
antara lain sulitnya bagi pemerintah untuk memberi bantuan dalam bentuk penyuluhan maupun
modernisasi peralatan (Mubyarto;1985). Hal
yang
Gambar 116. Masyarakat nelayan di daerah Tolo Jeneponto bergotong royong mendirikan
panggung untuk lomba membaca Alquran di bulan puasa
Perumahan Pesisir
137
Gambar 117. Masyarakat nelayan bergoting royong mengangkut jala dari perahu ke rumah
138
Gambar 119. Bergotong Royong Memindah Rumah di atas air, menggunakan bantuan prahu dan
drum untuk mengapungkan rumah sehingga mudah di pindah di Kecamatan Tallo (sumber
FOTO ANTARA/Sahrul Manda Tikupadang/ed/nz/11goole.com)
Gambar 120. Ibu-ibu keluarga nelayan di Aeng Batu bergotong royong menyiapkan makanan
untuk acara berbuka puasa
Perumahan Pesisir
139
Perumahan Pesisir
140
Usaha perikanan banyak tergantung pada keadaan alam, sehingga pendapatan nelayan
tidak dapat ditentukan. Tingkat penghasilan nelayan umumnya dibagi atas dua:
1. Penghasilan bersih yang diperoleh selama melaut jika seorang sawi maka besar
pendapatannya sesuai dengan kesepakatan.
2. Penghasilan sampingan yaitu penghasilan yang diperoleh dari pekerjaan tambahan, baik
pekerjaan itu didapat ketika jadi buruh, bertani dan berdagang maupun pekerjaan atau
kerajinan dalam mengelola hasil laut lainnya.
Diamati kondisi ekonomi ketiga kelompok tersebut diatas, maka sepintas lalu dapat
dikemukakan bahwa umumnya taraf hidup kehidupan masyarakat nelayan terutama yang
menangkap ikan secara tradisional, termasuk paling rendah, sedangkan masyarakat pantai yang
bergerak dibidang petempaian/tambak menempati taraf hidup yang lebih baik. Sedangkan untuk
yang teratas diduduki oleh masyarakat/pedagang .Desa nelayan umumnya terletak dipesisir
pantai, maka penduduk desa tersebut sebagian besar mempunyai mata pencaharian sebagai
nelayan. Melihat bahwa mereka berada pada daerah pesisir sehingga akan bertambah secara
berkelompok-kelompok mengikuti pola lingkungan karena adanya faktor laut sebagai faktor
pendukung, sehingga penduduk setempat mempunyai tata cara kehidupan yang bersifat
tradisional dengan kehidupan yang spesifik pula.
141
Gambar 126. Wanita nelayan menjadi buruh pembuat atau perbaikan jala/jarring
Perumahan Pesisir
142
C. Simpulan
Dalam bermukim di wilayah pesisir lebih tepatnya di kawasan permukiman nelayan
dihubungkan dengan tingkat social dan ekonomi masyarakatnya. Hal ini terkait dengan system
pembagian kerja bagi masyarakatnya, diantaranya system pembagian pekerjaan, dimana pada
bagian laut merupakan pekerjaan bagian kaum lelaki sedangkan pada bagian darat
merupakan pekerjaan kaum wanita.
Hubungan sosial yang terjadi dalam lingkungan masyarakat nelayan adalah akibat
interaksi dengan lingkungannya. Adapun ciri sosial masyarakat nelayan yaitu sikap kekerabatan
atau kekeluargaan yang sangat erat, sikap gotong royong/paguyuban yang tinggi. Hal yang telah
membudaya dalam masyarakat nelayan adalah kecenderungan hidup lebih dari satu keluarga
dalam satu rumah atau mereka cenderung untuk menampung keluarga serta kerabat mereka
dalam waktu yang cukup lama, hal ini menyebabkan sering dijumpai jumlah anggota keluarga
dalam satu rumah melebihi kapasitas daya tampung, sehingga ruang gerak menjadi sempit dan
terbatas. Dan dampaknya itu pula, mereka cenderung untuk memperluas rumah tanpa terencana.
Diamati dari kondisi ekonomi, maka sepintas lalu dapat dikemukakan bahwa umumnya
taraf hidup kehidupan masyarakat nelayan terutama yang menangkap ikan secara tradisional,
termasuk
paling
rendah,
sedangkan
masyarakat
pantai
yang
bergerak
dibidang
petempaian/tambak menempati taraf hidup yang lebih baik. Sedangkan untuk yang teratas
diduduki oleh masyarakat/pedagang.
Perumahan Pesisir
143
MATERI 8
B. Topik Pembahasan
UTS (Ujian Tengah Semester)
C. Deskripsi Materi
Sesi ini mahasiswa mengkaji kembali bahan atau materi yang telah diberikan dari materi
pertama sampai dengan materi ke tujuh, dimana topic materi terdiri dari teori-teori
perumahan pesisir, definisi wilayah pesisir, bentuk-bentuk perumahan pesisir, sarana dan
prasarana (Infrastruktur) dari perumahan di wilyah pesisir, persyaratan teknis lingkungan
dan bangunan di wilayah pesisir, kajian lingkungan alam pesisir, kajian social budaya
masyarakat di wilayah pesisir.
Perumahan Pesisir
144
MATERI 9
struktur dan konstruksi bangunan tidak massif, namun ringan, mudah dibongkar dan dipindah.
Perumahan Pesisir
145
Berdasarkan hal tersebut, maka struktur dan konstruksi rumah tradisional adalah pilihan yang
tepat. Berikut gambar yang memperlihatkan bentuk rumah tradisional Sulawesi selatan yang
berbentuk panggung.
Perumahan Pesisir
146
Gambar 130. Bentuk struktur dan konstruksi rumah panggung yang didirikan di daratan
Berbeda halnya dengan rumah yang didirikan di atas badan air (segmen perairan), maka
struktur dan konstruksi rumah apung adalah merupakan pilihan yang tepat. Rumah terapung
merupakan solusi untuk kawasan hunian yang berada pada tepian sungai dan kawasan genangan
air dengan memanfaatkan sistem rakit berupa drum plastik untuk menopang beban bangunan.
Teknik ini pertama kali dicetuskan oleh Zukri Saad dengan membangun hunian terapung di
Danau Maninjau. Rumah terapung memberikan manfaat untuk mengatasi banjir yang sering
terjadi di perkotaan seperti Jakarta.
Perumahan Pesisir
147
Perumahan Pesisir
148
Gambar 133. Struktur dan detail tiang bawah dengan alas kaki tipe telapak
Perumahan Pesisir
149
Perumahan Pesisir
150
Gambar 137. Struktur rumah panggung didirikan di atas beton-beton bulat. Beton-beton bulat
berfungsi sebagai penggamti umpak (dudukan) dari tiang.
Perumahan Pesisir
151
Gambar139. Rumah panggung yang didirikan di atas badan air.Tiang-tiang atau kolom rumah
menerus hingga ke dasar air.
Perumahan Pesisir
152
Gambar 140. Floting house yang terdapat di Sanfranscisco (mission creek park) menggunakan
mega float.
Perumahan Pesisir
153
Gambar 141. .Bentuk dan Jenis Komponen Struktur terapung dengan Konstruksi Mega -Float
Sistem piles merupakan struktur terapung yang mempunyai keunggulan banguan akan
lebih stabil terhadap angin dan gelombang.
154
Kerugian :
1. Biayanya lebih mahal
2. Lebih tidak flexible, kurang cocok terhadap daerah yang berbatu - batu ataupun berpasir
Kerugian :
1. Lebih mudah gampang goyah jika ada pergerakan arus atau
2. Tingkat pergerakan lebih tinggi
Kerugian :
1. Bangunan akan mudah goyah bila ada pergerakan arus juga angin
2. Tingkat pergerakan lebih tinggi.
Perumahan Pesisir
155
156
D. Simpulan
Struktur bangunan adalah susunan atau,
menerima beban atau konstruksi utama, tanpa mempermasalahkan tampilan apakah konstruksi
tersebut terlihat sebagai struktur bangunan atau tidak. Untuk daerah pesisir dimana sering terjadi
banjir dan air pasang, maka sebaiknya struktur dan konstruksi bangunan tidak massif, namun
ringan, mudah dibongkar dan dipindahkan. Sistem struktur rumah di area pesisir biasanya
berbentuk panggung dimana pada bagian dasar tiang atau kolom rumah di tancapkan pada dasar
laut dan ada juga yang berbentuk terapung. Untuk bentuk terapung system penambatannya ada
tiga cara yaitu system piles, rantai dan skrup. Dalam system penambatan ini maka yang harus di
perhatikan adalah kondisi topografi wilayah pesisir tersebut.
Perumahan Pesisir
157
MATERI 10 s/d 16
1.
2.
TUJUAN TUGAS :
3.
URAIAN TUGAS :
a.
Obyek tugas :
b.
Perumahan Pesisir
158
Perumahan Pesisir
159
BAB III
PENUTUP
A. Penutup
Dengan tersedianya bahan/buku ajar matakuliah Perumahan Pesisir pada jaringan LMS
Universitas Hasanuddin, maka diharapkan dapat membantu mempermudah mahasiswa dalam
proses pembelajaran, sehingga memberikan kemampuan dalam memahami, mengetahui,
mengaplikasikan teori-teori perumahan pesisir dalam menyelesaikan permaslahan yang terjadi di
wilayah pesisir.. Dan memberikan kemandirian dalam berkreatifitas untuk menerapkan ide yang
disesuaikan dengan teori-teori perumahan pesisir yang berhubungan dengan estetika (kebenaran,
kelengkapan, kerapihan laporan hasil survey), kontribusi keaktifan dalam diskusi kelompok dan
kedisiplinan dalam perkuliahan.
Dapat
memperbanyak pembimbingan kepada mahasiswa karena bahan ajar dapat di input langsung
oleh mahasiswa. Dan membantu para tim pengajar/dosen untuk mempersiapkan bahan ajar per
semester dan mempermudah tim pengajar/dosen dalam mengevaluasi bahan ajarnya.
B. Daftar Pustaka
Adji
dan
Pengembangan
Wilayah.Graha
Perumahan Pesisir
160
Dahuri et al. 2001.Pengelolaan Sumber Daya Wilayah Pesisir dan Lautan Secara
Terpadu.Pradnya Paramita. Bogor
Dibyo S dan Ruswanto Pola Permukiman Penduduk
(google.com)
GeografiGeografi Kelas Xi
Depledge, D. 1997. Sanitation for small island : Guidelines for selection and development.
SOPAC Secretariat : SOPAC Miscellaneous Report 250. Diakses pada tanggal 6
Desember 2012 <http://ict.sopac.org/VirLib/MR0250.pdf>.
Hantoro, wahyoe.2004.Pengaruh Karakteristik Laut dan Pantai terhadap Perkembangan
Kawasan Kota Pantai. /GE/SEMI3/ PROSIDING/01Doxiadis, C. A. (1968), Ekistic, an Introduction to the Science of Human Settlements. London:
Hutchinson of London.
Idawarni (2013). Permukiman Tradisional Suku Makassar Berbasis Budaya dan Gaya
Hidup Sebagai Dasar Konsep Permukiman Resettlement di Wilayah Pesisir.
Unpublish. Disertasi ITS.
Kusnadi. 2000. Nelayan: Strategi Adaptasi dan Jaringan Sosial. Bandung: Humaniora. Utama
Press.
Kusnadi 2003. Akar Kemiskinan Nelayan . Cetakan pertama. Penerbit LKIS, Yogyakarta.
Kusnadi, Hari Sulistiyowati, Adi Prasodjo, dan Sumarjono. 2006. Perempuan Pesisir.
Naidah Naing, 2Haryanto Halim. SISTEM STRUKTUR RUMAH MENGAPUNG DI
DANAU TEMPE SULAWESI SELATAN Structure System Of Floating House At
Tempe Lake In South Sulawesi. Jurnal Permukiman Vol. 8 No. 3 November 2013 : 145152 145 Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Muslim Indonesi
Koestoer, dkk.1995. Prespektif Lingkungan Desa Kota.Jakarta : Ui Press.Parwata,I Wayan
(2004) , Dinamika Permukiman Pedesaan Pada Masyarakat Bali,Denpasar: Universitas
Warmadewa, 2004
Koentjaraningrat. 1983. Metode-metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: Gramedia.
Najib.
161
M. Ridwan Alimuddin (2005). Orang Mandar orang laut: kebudayaan bahari Mandar
mengarungi gelombang perubahan zaman. Gramedia, 2005
Legislation in the Danish coastal zone (After DCA in Slagelse Municipality, 2009)
Mulyadi (2007), Ekonomi Kelautan, PT Raja Graffindo Persada. Jakarta
Rapoport, Amos (1977), Human aspect of Urban Form, Pergamon Press, Oxford, New York,
Toronto, Sydney, Paris, Frankfurt.
Suprijanto, Iwan (2008.), Karakteristik Spesifik, Permasalahan dan Potensi Pengembangan
Kawasan Kota Tepi laut/Pantai (Coastal City) di Indonesia, Proceeding - Studi
Dampak Timbal Balik Antar Pembangunan Kota dan Perumahan di Indonesia dan
Lingkungan Global.
Setioko, Bambang. 2011. Conceptual Spatial Model Of Coastal Settlement in Urbanizing Area.
Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik UNDIP Semarang.
Whyne, Charles-Hammond. 1979. Elements of Human Geography. George Allen & Unwin
Ltd., London.
Undang-Undang No.32 Tahun 2009 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup
Pedoman Teknis Prasarana jalan Perumahan (system jaringan dan geometri Jalan). Dirjen
Cipta karya, 1998
NSPM Kimpraswil, Sistem Penyediaan Air Bersih, 2002.
Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor: KEP.10/MEN/2002 tentang Pedoman
Umum Perencanaan Pengelolaan Pesisir Terpadu . Badan Standardisasi Nasional,
(2003).Persyaratan Umum Sistem Jaringan Dan
Geometrik Jalan Perumahan. SNI 03-6967-2003, Bandung
Departemen Permukiman dan Prasarana wilayah Direktorat Jenderal Perumahan dan
Permukiman (2001), Petunjuk Pelaksanaan Peremajaan Lingkungan Permukiman
Kumuh di Perkotaan dan Perdesaan dengan Konsep TRIDAYA, Jakarta.
Departemen PU. Dirjen Cipta Karya Direktorat Perumahan (1989).Pedoman Pelaksanaan P3D
Nelayan. Buku 1, Jakarta.
Departemen . Permukiman dan Prasarana wilayah Direktorat Jenderal Perumahan dan
Permukiman, (Oktober 2002), Petunjuk Pelaksanaan Perbaikan Lingkungan
Permukiman Nelayan PLPN-KIP Nelayan, Jakarta.
Perumahan Pesisir
162
163
Presiden R.I. Peraturan Pemerintah republic Indonesia No. 38. Tahun 2011 Tentang Sungai
Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah No. 534/KPTS/M/2001
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1405/menkes/sk/xi/2002 tentang
Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran dan industri
http://b-foam.com/article-2012-teknik-penambatan-rumah-terapung.php
http://mynameaprie.blogspot.com/2011/10/ruang-terbuka-hijau-ruang-terbuka-dan.html
WAHYU.doc.April 2010 | Rumah Panggung Terapung Anti Gempa & Tsunami
psda@jatengprov.go.id ataudispsda@yahoo.com
Laporan Akhir Pengembangan Teknologi Bangunan Air Pengendalian Banjir Perkotaan
Menuju Waterfront City)
http://kompetiblog2011.studidibelanda.com/news/2011/05/1/656/holland_is_the_best_technolog
y_in_water_management.html)
http://agungsedayu.com/frame%20bebas%20banjir_pik.htm)
http://kompetiblog2011.studidibelanda.com/news/2011/05/1/656/holland_is_the_best_technolog
y_in_water_management.html)
http://agungsedayu.com/frame%20bebas%20banjir_pik.htm)
http://dc445.4shared.com/doc/xAz9SmM7/preview.html
Abrasi,
Proses pengikisan pantai oleh tenaga gelombanglaut dan arus laut yang bersifat
merusak.
Perumahan Pesisir
164
Aksesibilitas, Suatu ukuran kenyamanan dan kemudahan mengenai data lokasi tata guna lahan
berinteraksi satu sama lain dan mudah atau susahnya lokasi tersebut dicapai melalui
165ystem jarinagan transportasi
Drainase , Mengalirkan, menguras, membuang, atau mengalihkan air.Dalam bidang teknik sipil,
darinase secara umum dapat didefenisikan sebagai suatu tindakan teknis untuk
mengurangi kelebihan air irigasi dari suatu kawasan/lahan, sehingga fungsi
kawasan/lahan tidak terganggu.
Krip, Bangunan pengaman pantai yang mempunyai fungsi untuk mengendalikan pergerakan
material-material seperti pasir pantai yang bergerak secara alami yang disebabkan oleh
arus yang sejajar pantai
Perumahan Pesisir
165
Limbah, air bekas buangan yang bercampur kotoran, air bekas/air limbah ini tidak
diperbolehkan dibuang ke sembarangan / dibuang keseluruh lingkungan, tetapi harus
ditampung kedalam bak penampungan.
Perumahan, Kelompok rumah, yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau hunian
plus prasarana dan sarana lingkungan.
Permukiman, Bagian dari lingkungan hidup diluar kawasan lindung, dapat merupakan kawasan
perkotaan dan perdesaan, berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal/hunian dan
tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan.
Prasarana, Kelengkapan dasar fisik suatu lingkungan yang pengadaannya memungkinkan suatu
kawasan permukiman nelayan dapat beroperasi dan berfungsi sebagaimana mestinya
Pesisir, Daerah pertemuan antara darat dan laut; ke arah darat meliputi bagian daratan, baik
kering maupun terendam air, yang masih dipengaruhi sifat-sifat laut seperti pasang
surut, angin laut, dan perembesan air asin; sedangkan ke arah laut meliputi bagian laut
yang masih dipengaruhi oleh proses-proses alami yang terjadi di darat seperti
sedimentasi dan aliran air tawar, maupun yang disebabkan oleh kegiatan manusia di
darat seperti penggundulan hutan dan pencemaran
Revetment, Bangunan dibuat untuk menjaga stabilitas tebing atau lereng yang disebabkan oleh
arus atau gelombang.
Ruang Terbuka Hijau (Green Openspaces), Kawasan atau areal permukaan tanah yang
didominasi oleh tumbuhan yang dibina untuk fungsi perlindungan habitat tertentu, dan
atau sarana lingkungan/kota, dan atau pengamanan jaringan prasarana, dan atau
budidaya pertanian.
Ruang Terbuka Hijau Binaan (RTHB), Ruang atau kawasan yang lebih luas, baik dalam
bentuk areal memanjang/jalur atau mengelompok, dimana penggunaannya lebih bersifat
Perumahan Pesisir
166
terbuka/ umum, dengan permukaan tanah di dominasi oleh perkerasan buatan dan
sebagian kecil tanaman
Sanitasi, Alat pengumpulan dan pembuangan tinja serta air buangan masyarakat secara higienis
sehingga tidak membahayakan bagi kesehatan seseorang maupun masyarakat secara
keseluruhan
Sampah, Segala sesuatu yang tidak lagi dikehendaki oleh yang punya dan bersifat padat.Sampah
ini ada yang mudah membusuk dan ada pula yang tidak mudah membusuk.
Sampah Organik, Sampah yang mudah membusuk. Sampah Organik terdiri dari bahan-bahan
penyusun tumbuhan dan hewan yang diambil dari alam atau dihasilkan dari kegiatan
pertanian, perikanan atau yang lain.
Sampah Anorganik, Sampah yang tidak mudah dan bahkan tidak bisa membusuk.
Struktur bangunan, Susunan atau pengaturan bagianbagian bangunan yang menerima beban
atau konstruksi utama, tanpa mempermasalahkan tampilan apakah konstruksi tersebut
terlihat sebagai struktur bangunan atau tidak.
Tata ruang kawasan pesisir, Coastal area dimulai dari kawasan daratan hingga ke laut.
Tempat penambatan perahu, Tempat perahu-perahu bersandar / parkir sebelum dan sesudah
bongkar muat ikan.
Wilayah pesisir, Wilayah yang unik karena merupakan tempat percampuran antara daratan dan
lautan, hal ini berpengaruh terhadap kondisi fisik dimana pada umumnya daerah yang
berada di sekitar laut memiliki kontur yang relatif datar.
Perumahan Pesisir
167
Perumahan Pesisir
168