Anda di halaman 1dari 2

BRONKIOLITIS

Bronkiolitis merupakan penyakit infeksi saluran napas akut bagian bawah yang ditandai
dengan adanya inflamasi pada bronkiolus. Umumnya, infeksi tersebut disebabkan oleh virus.
Secara klinis ditandai dengan episode pertama wheezing pada bayi yang di dahului dengan gejala
infeksi saluran napas akut.
Epidemiologi
Bronkiolitis merupakan infeksi saluran respiratori tersering pada bayi. Paling sering
terjadi pada usia 2-24 bulan, puncaknya pada usia 2-6 bulan. 95% kasus terjadi pada anak
berusia di bawah 2 tahun dan 75% di antaranya terjadi pada anak berusia di bawah 1 tahun.
Orenstein mengatakan bahwa bronkiolitis paling sering terjadi pada bayi laki-laki berusia 3-6
bulan yang tidak mendapatkan ASI, dan hidup di lingkungan padat penduduk. Selain Orenstein,
Louden menyatakan bahwa bronkiolitis terjadi 1,25 kali lebih banyak pada laki-laki daripada
perempuan. Angka morbiditas dan mortalitas lebih tinggi di Negara-negara berkembang daripada
di negara-negara maju. Hal ini mungkin disebabkan oleh rendahnya status gizi dan ekonomi,
kurangnya tunjangan medis, serta kepadatan penduduk di Negara berkembang. Angka mortalitas
di Negara berkembang pada anak-anak yang dirawat adalah 1-3%. Insiden bronkiolitis terbanyak
terjadi pada musim dingin atau musim hujan di Negara-negara tropis.
Etiologi
Sekitar 95% dari kasus-kasus tersebut secara serologi terbukti disebabkan oleh invasi
RSV. Orenstein menyebutkan pula beberapa penyebab lain seperti Adenovirus, virus Influenza,
virus Parainfluenza, Rhinovirus, dan mikoplasma, tetapi belum ada bukti kuat bahwa bronkiolitis
disebabkan oleh bakteri.
Faktor Resiko
Patogenesis dan patofisiologi
Penyebaran penyakit bronkiolitis melalui droplet infection. Virus masuk melaui saluran
pernafasan atas. Masa inkubasinya sekitar 2-5 hari di nasofaring. Kemudian virus berkolonisasi

dan bereplikasi dan menginfeksi saluran pernafasan bagian bawah. Infeksi virus pada epitel
bersilia bronkiolus menyebabkan respons inflamasi akut, ditandai dengan osbstruksi bronkiolus
akibat edema, sekresi mukus, timbunan debris seluler/sel-sel mati yang terkelupas, kemudian
diikuti dengan infiltrasi limfosit peribronkial dan edema submukosa. Karena tahanan aliran udara
berbanding terbalik dengan diameter penampang saluran respiratori, maka sedikit saja penebalan
mukosa akan memeberikan hambatan aliran udara yang besar, terutama pada bayi yang memiliki
penampang saluran respiratori kecil. Resistensi pada bronkiolus meningkat selama fase inspirasi
dan ekspirasi, tetapi karena radius saluran respiratori lebih kecil selama ekspirasi, maka akan
menyebabkan air trapping dan hiperinflasi. Atelektasis dapat terjadi pada saat terjadi obstruksi
total dan udara yang terjebak diabsorbsi.
Proses patologis ini akan menggangu pertukaran gas normal di paru. Penurunan kerja
ventilasi paru akan menyebabkan ketidakseimbangan ventilasi-perfusi (ventilation-perfusion
mismatching), yang berikutnya akan menyebakan terjadinya hipoksemia dan kemudia terjadi
hipoksia jaringan. Semakin tinggi laju respiratori, maka semakin rendah tekanan oksigen arteri.
Kerja pernapasan (work of breathing) akan meningkat selama end-expiratory lung volume
meningkat dan compliance paru menurun. Hiperkapnea biasanya baru terjadi bila respirasi
mencapai 60 x/menit.
Pemulihan sel epitel paru tampak setelah 3-4 hari, tetapi silia akan diganti setelah dua
minggu. Jaringan mati (debris) akan dibersihkan oleh makrofag.
Manifesktasi Klinis
Gejala awal berupa gejala infeksi respiratori akut akibat virus, seperti pilek ringan, batuk,
dan demam. Satu hingga dua hari kemudian timbul batuk yang disertai dengan sesak napas.
Selanjutnya dapat ditemukan wheezing , sinosis, merintih (grunting), napas berbunyi, muntah
setelah batuk, rewel, dan penurunan nafsu makan.

Anda mungkin juga menyukai