A09 Rsa 1
A09 Rsa 1
Oleh
Ratih Safitri
A24104076
RINGKASAN
SUMMARY
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
Gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian
Institut Pertanian Bogor
Oleh
Ratih Safitri
A24104076
Judul Skripsi
Selada
(Lactuca
sativa)
secara
Hidroponik
Nama Mahasiswa
Ratih Safitri
Nomor Pokok
A24104076
Menyetujui,
Pembimbing I
Pembimbing II
Mengetahui
Dekan Fakultas Pertanian
Tanggal Lulus :
RIWAYAT HIDUP
KATA PENGANTAR
arahan dan nasehat serta dukungan moril maupun materil kepada penulis
dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.
3. Ibu Dr. Ir. Dyah Tj. Suryaningtyas Mappl.Sc, yang telah bersedia menjadi
dosen penguji dan saran-saran untuk perbaikan skripsi.
4. Mama dan Papa serta Kakak dan Abang yang selalu membantu penulis,
mendoakan, memberikan semangat dan kasih sayang serta motivator yang
tiada hentinya.
5. Staff Dosen dan Laboran di Laboratorium Fisika dan Kesuburan Tanah serta
Staff di Kebun Percobaan Cikabayan yang sedia membantu dalam
pelaksanaan penelitian.
6. Nji, yang selalu membantu penulis dalam doa, semangat dan kasih sayang.
7. Sahabat AZIMUTH 14, teman temanku di Lasapienza, Alma (Neng Nopi)
teman-teman di jurusan ilmu tanah angkatan 41 (PATAK) dan teman-teman
PIMNAS (Ceu Ima, Mang Bengkok, Holsim, Putli dan Sili) thanks for all
fren.
8. Serta semua pihak yang telah membantu penulis dalam kelancaran penelitian
dan penulisan skripsi ini.
Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat. Amien...
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ....................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................
PENDAHULUAN ......................................................................................
Latar Belakang ......................................................................................
Tujuan Penelitian ..................................................................................
Hipotesis ................................................................................................
1
1
2
2
3
3
4
4
5
7
8
9
10
11
11
11
11
11
12
14
16
16
18
18
19
19
21
23
26
26
28
30
30
31
32
LAMPIRAN ................................................................................................
35
DAFTAR TABEL
No.
Teks
Halaman
1.
2.
3.
4.
5.
14
15
6.
16
7.
20
8.
22
9.
24
Lampiran
1.
35
2.
35
35
4.
36
5.
37
6.
38
7.
40
8.
40
9.
41
10.
41
11.
42
12.
43
13.
43
14.
46
15.
47
16.
48
DAFTAR GAMBAR
No.
Teks
Halaman
1.
12
2.
15
3.
15
4.
19
5.
6.
7.
10.
25
9.
22
8.
21
27
28
29
Lampiran
1.
2.
38
38
3.
49
4.
50
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Air merupakan kebutuhan dasar manusia dan sumber daya yang perlu
dijaga
kelestariannya
untuk
kepentingan
manusia
dan
lingkungan.
permukaan air karena itulah dinamakan floating plant. Tanaman ini hidup dari
menyerap udara dan unsur hara yang terkandung di dalam air.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik limbah greywater
dari limbah pembuangan kamar mandi, mengetahui efektifitas pengolahan limbah
dengan tanaman air dengan mempelajari pengaruhnya sebelum ataupun sesudah
dilakukan percobaan dan pengaruh pengolahannya terhadap budidaya tanaman
selada secara hidroponik.
Hipotesis
Pengolahan limbah dengan menggunakan tanaman air seperti kayu apu
(Pistia stratiotes) dan kiambang (Salvinia molesta), diharapkan dapat mengurangi
kadar zat-zat pencemar pada limbah kamar mandi dan hasil olahannya dapat
dimanfaatkan untuk budidaya tanaman selada yang ditanam secara hidroponik.
TINJAUAN PUSTAKA
Limbah
Limbah adalah sisa dari suatu usaha atau hasil kegiatan manusia baik
berupa padat, cair ataupun gas yang dipandang sudah tidak memiliki nilai
ekonomis sehingga cenderung untuk dibuang (Hindarko, 2003).
Pencemaran air limbah dibatasi dengan standar kualitas (baku mutu) air
limbah. Menurut BAPPENAS (2003), baku mutu air limbah adalah ukuran batas
atau kadar unsur pencemar dan atau jumlah unsur pencemar yang ditenggang
keberadaanya dalam air limbah yang akan dibuang atau dilepas ke dalam sumber
air suatu usaha atau kegiatan (Lampiran 6). Pemerintah melalui Departemen
Kesehatan telah mengeluarkan Peraturan Pemerintah (PP), mengenai baku mutu
air limbah yang dibuang ke badan air. Dalam PP No. 20 tahun 1990 tentang
pengendalian pencemaran air, dimana badan air digolongkan ke dalam empat
kelompok utama, yaitu :
(i) Golongan A, air yang dapat digunakan sebagai air minum secara langsung
tanpa pengolahan terlebih dahulu
(ii) Golongan B, air yang dapat digunakan sebagai bahan baku air minum
(iii) Golongan C, air yang digunakan untuk keperluan pertanian, dan dapat
dimanfaatkan untuk usaha perkotaan, industri pembangkit listrik tenaga air
(iv) Golongan D, air yang dapat dipakai untuk pelayaran dan lalu lintas air di
sungai, danau dan laut.
Ada dua tipe limbah cair di rumah tangga dimana keduanya berbeda
perlakuan dan cara penggunaanya. Air limbah yang disebut blackwater
merupakan air hasil campuran dengan limbah dari toilet dan hasil pembuangan
industri. Blackwater ini harus diolah terlebih dahulu dengan cara biologi atau
kimiawi maupun dengan disinfektan sebelum digunakan kembali. Limbah ini
biasanya diolah dan didaur ulang di luar ruangan. Tipe limbah kedua disebut
greywater, yaitu limbah cair bukan dari hasil buangan toilet contohnya seperti
detergen, sisa mandi maupun sisa hasil wastafel rumah tangga. Penggunaan air
untuk greywater lebih banyak dibandingkan blackwater seperti ditunjukkan pada
Tabel 1.
Liter/Orang/Hari
22
Greywater
Liter/Orang/Hari
Kamar mandi
56
Westafel
Dapur
12
Cuci Piring
Laundry
Mesin Cuci
27
Total Greywater
113
Total
135
Sumber : (www.greenhouse.gov.au/yourhome/technical/fs23.htm/2005)
Karakteristik Limbah
Karakteristik air limbah yang biasanya diukur antara lain temperatur, pH,
alkalinitas, padatan-padatan, kebutuhan oksigen, nitrogen, dan fosfor sehingga
perlu diketahui karakter air limbah. Karakter air limbah meliputi sifat fisik, kimia,
dan biologi. Dengan mengetahui jenis polutan maupun karakteristik air limbah,
dapat ditentukan unit proses yang dibutuhkan.
Karakter fisik air limbah meliputi temperatur, bau, warna dan padatan.
Temperatur air limbah umumnya di atas suhu normal air, sekitar 25-50oC dimana
tinggi rendahnya suhu tergantung aktifitas atau sumber penghasil limbah. Pada air
limbah, warna biasanya disebabkan oleh kehadiran materi-materi dissolved,
suspended dan senyawa koloidal yang dapat dilihat dari spektrum warna yang
terjadi (Siregar, 2005).
sampel dengan oksidator kimia yang kuat. COD sama dengan BOD, yang
menunjukkan jumlah oksigen yang digunakan dalam reaksi kimia oleh bakteri.
Menurut Saeni (1989) Pengujian COD pada air limbah memiliki beberapa
keunggulan dibandingkan pengujian BOD.
Keunggulan COD dibandingkan BOD, antara lain :
Sanggup menguji air limbah industri yang beracun yang tidak dapat diuji
dengan BOD karena bakteri akan mati.
Banyak istilah yang diberikan pada sistem ini sesuai dengan mekanisme
yang terjadi pada prosesnya. Phytostabilization: polutan distabilkan di dalam
tanah oleh pengaruh tanaman. Phytostimulation: akar tanaman menstimulasi
penghancuran polutan dengan bantuan bakteri rhizosfere. Phytodegradation:
tanaman mendegradasi polutan dengan atau tanpa menyimpannya di dalam daun,
batang, atau akarnya untuk sementara waktu. Phytoextraction: polutan
terakumulasi di jaringan tanaman, terutama daun. Phytovolatilization: polutan
oleh tanaman diubah menjadi senyawa yang mudah menguap sehingga dapat
dilepaskan ke udara. Rhizofiltration: polutan diambil dari air oleh akar tanaman
pada sistem hidroponik (Gerloff, 1975). Beberapa penelitian bioremediasi dalam
mengolah limbah organik disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2. Beberapa penelitian bioremediasi dalam mengolah limbah organik.
No.
1.
2.
Sumber Limbah
Deasidifikasi nata
de coco
Rumah Potong
Hewan
3.
Limbah cair
tapioka
4.
Limbah kantin
5.
Limbah kantin
6.
Limbah kantin
Agen Biologi
Penurunan
Bahan Organik
(%)
BOD
COD
Eceng gondok
81.20
69.90
Kayu apu
81.70
73.53
Kangkung
87.99
73.53
10
Eceng gondok
Kayu apu
Kangkung
Kayu apu
Kiambang
Gulma itik
Alcagines sp.
Bacillus sp.
Chromabacterium sp.
46.79
26.92
22.69
55.73
59.71
54.45
68.04
32.22
31.69
91.00
92.00
89.00
63.09
66.44
63.08
Waktu
retensi
(hari)
Peneliti
Rudiyanto
(2004)
Sirait
(2005)
Siswoyo dan
Kasam
(2005)
Ismanto
(2005)
Mursalin
(2007)
Muchtar
(2007)
Proses remediasi polutan dari dalam tanah atau air terjadi karena jenis
tanaman tertentu dapat melepaskan zat carriers, yang biasanya berupa senyawaan
kelat, protein, glukosida, yang berfungsi mengikat zat polutan tertentu kemudian
dikumpulkan di jaringan tanaman, misalnya pada daun atau akar (Fahrizal, 2004).
Bioremediasi merupakan salah satu alternatif pengolahan limbah yang telah lama
dikenal dalam masyarakat. Tabel 3 menggambarkan keuntungan dan kerugian dari
bioremediasi.
Kerugian
Padat ilmiah
Tidak semua bahan kimia dapat diolah secara
bioremediasi
Adanya batasan konsentrasi polutan yang
dapat ditolerir oleh organisme
Pengotoran toksik
Sumber : Citrireksono (1996), Wisjnuprapto (1996), dan Subroto (1996) dalam Tri (2008)
: Plantae (tumbuhan)
: Magnoliophyta (berbunga)
Kelas
Sub-kelas
: Arecidae
Ordo
: Arales
Famili
Genus
: Pistia
Spesies
: Pistia stratiotes L.
Nama lokal tumbuhan ini adalah kayu apu. Bentuknya mirip dengan
sayuran kol atau kubis yang berukuran kecil. Banyak tumbuh di daerah tropis,
terapung pada genangan air yang tenang dan mengalir dengan lambat. Kayu apu
mempunyai banyak akar tambahan yang penuh dengan bulu-bulu akar yang halus,
panjang dan lebat. Bentuk dan ukuran daunnya sangat bervariasi, dapat
menyerupai sendok, lidah atau rompong dengan ujung daun yang melebar. Warna
daunnya hijau muda makin ke pangkal makin putih. Susunan daun terpusat
berbentuk roset. Batangnya sangat pendek, bahkan terkadang tidak tampak sama
sekali. Buah buninya bila telah masak pecah sendiri serta berbiji banyak. Selain
dengan biji, kayu apu berkembang biak dengan selantar atau stolonnya
(Sastrapradja dan Bimantoro,1981).
Tanaman air ini termasuk floating aquatic plant seperti tanaman eceng
gondok. Pada mulanya tumbuhan kayu apu hanya dikenal sebagai tumbuhan
pengganggu di danau, karena tanaman tersebut biasanya tumbuh dan berkembang
biak dengan cepat. Tanaman kayu apu banyak dijumpai pada kolam-kolam air
tawar, menempati permukaan dari perairan tersebut, karena tanaman ini tergolong
floating aquatic plant. Akar tanaman berupa akar serabut, terjurai pada lapisan
atas perairan dan sangat potensial untuk menyerap bahan-bahan yang terlarut pada
bagian itu (Yusuf, 2001).
Banyak kelebihan yang dimiliki oleh tumbuhan air ini, seperti sebagai
pakan ternak, obat dan pupuk. Kayu apu banyak ditumbuhkan di kolam-kolam
ikan, karena udang dan anak-anak ikan sangat senang hidup dan berlindung di
bawah tanaman ini. Selain itu, karena kayu apu mempunyai daya mengikat
butiran-butiran lumpur yang halus maka dapat digunakan untuk menjernihkan air
bagi industri maupun keperluan sehari-hari.
Menurut Pusat Litbang PU Sumberdaya Air (2008), Tanaman kayu apu
(Pistia stratiotes) mampu menurunkan unsur N dan P secara berturut turut yaitu
25% dan 12% per minggu dengan penyerapan kadar awal 0,847 mg/l dan 0,493
mg/l setiap minggunya.
: Plantae
Divisi
: Pteridophyta
Kelas
: Pteridopsida
Orde
: Salviniales
Famili
: Salviniaceae
Genus
: Salvinia
Species
: S. molesta D.mitch.
: Magnoliophyta
Kelas
: Magnoliopsida
Ordo
: Asterales
Famili
: Asteraceae
Genus
: Lactuca
Spesies
: L. sativa
Sebagai salah satu bahan makanan, sayuran menjadi salah satu unsur
makanan yang sangat penting bagi tubuh dan bukan sekedar sebagai pelengkap
saja. Sayuran yang kaya gizi ini dapat menjadi penyeimbang (balancing agent)
penting dalam diet menu karena bahan pangan ini akan memasok protein, vitamin,
mineral, energi, dan serat yang dibutuhkan oleh seluruh kalangan (Anonim, 2006).
Hidroponik
Istilah hidroponik berasal dari bahasa latin yang terdiri dari dua kata yaitu
hydros yang berarti air dan ponos yang berarti pengerjaan, sehingga arti dari
hidroponik adalah bercocok tanam dalam media air. Hidroponik dibedakan
berdasarkan media tanam yang digunakan yaitu kultur air dan kultur media.
Penanaman kultur air dilakukan langsung dalam larutan hara tanpa media tanam,
sedangkan penanaman kultur media perakaran berupa media organik, anorganik
atau campuran keduanya. larutan diberikan dengan cara mengairi, manyiram atau
dengan irigasi tetes. Hidroponik merupakan teknik budidaya tanaman yang
menggunakan larutan nutrisi (air yang mengandung unsur hara) dengan atau tanpa
menggunakan media buatan (pasir, kerikil, gambut, serbuk gergaji dan rockwall)
sebagai penunjang mekanik (Jensen, 1997 dalam Jones, 2008).
Biasanya pada tanaman sayuran daun, seperti selada, pakcoi atau kailan,
dengan kecepatan aliran nutrisi di dalam talang berkisar 0,75-1 liter/menit pada
kemiringan 3%. Jika akar tanaman semakin banyak, kecepatan aliran nutrisi
otomatis akan berkurang. Untuk meminimalkan efek negatif tersebut panjang
talang sebaiknya tidak lebih dari 12 m dan kemiringan tidak lebih dari 5%.
(Untung, 2003).
Tingkat EC yang digunakan dalam hidroponik tanaman daun seperti selada
yang ditanam di dataran rendah adalah 0,5-2,5 mScm-1. Total konsentrasi elemen
dalam larutan nutrisi antara 1000-1500 ppm (Morgan, 1999), sedangkan pada
penelitian Koerniawati (2003), selada dapat tumbuh baik pada TDS 250-300 ppm
atau 400-500 cm-1 dan dari penelitian Nurfinayati (2004) menyatakan bahwa
selada masih bisa tumbuh baik sampai EC 1550 cm-1.
Metode Penelitian
Penelitian ini terdiri dari dua penelitian yaitu penelitian pendahuluan dan
penelitian utama.
Penelitian Pendahuluan
Penelitian ini dimulai dengan pembuatan simulasi limbah (Lampiran 1) dan
penentuan biomassa. Kemudian dilakukan analisis pendahuluan air limbah, hal ini
dimaksudkan untuk mengetahui banyaknya kandungan unsur yang ada di dalam
air limbah tersebut.
Penentuan biomassa diawali dengan menghitung waktu penggandaan
(doubling time) yaitu menyetarakan luas penutupan tumbuhan air dengan
ln Xt ln X 0
t
= waktu (hari)
ln 2
RGR
Penelitian Utama
Secara skematis, kerangka fikiran penelitian disajikan pada Gambar 1.
phytoremediasi
digunakan untuk
tanaman air (Pistia
dan Salvinia)
buangan mandi
dapur
domestik
laundri
tinja
Greywater
mudah di
dekomposisi dan
sedikit unsur toksik
dimanfaatkan untuk
unsur hara ataupun
pupuk
kualitas air
limbah
industri
Blackwater
sulit di dekomposisi
dan banyak unsur
toksik dan patogen
penggunaan untuk
agrikultur (tanaman
selada)
tanaman, jumlah daun, bobot total tiap kontainer, bobot akar, dan bobot tajuk tiap
kontainer.
Rancangan Statistik
Rancangan penelitian ini terdiri dari dua rancangan percobaan yaitu
rancangan percobaan untuk limbah hasil remediasi dan rancangan percobaan
variabel tetap bobot tanaman selada.
Rancangan perlakuan percobaan untuk air limbah terdiri dari dua faktor
perlakuan percobaan yaitu bak remediasi dan tumbuhan air remediasi. Perlakuan
tanaman air dilakukan dengan tiga taraf yaitu tanpa tumbuhan (kontrol), tanaman
kayu apu dan tanaman kiambang, sedangkan perlakuan bak remediasi dilakukan
dengan dua taraf yaitu 1 bak remediasi dan 3 bak remediasi. Setiap satuan
percobaan dilakukan pengulangan sebanyak tiga kali sehinggga terdapat 18
percobaan, seperti pada Tabel 4.
Tabel 4. Percobaan perlakuan tumbuhan air dan bak remediasi pada variabel
tetap konsentrasi air limbah
Bak Remediasi (B)
Perlakuan
B1
B2
Tumbuhan Air
PB11
PB12
PB13
PB21
PB22
PB23
SB11
SB12
SB13
SB21
SB22
SB23
KB11
KB12
KB13
KB21
KB22
KB23
T1
T2
T3
P1
P1T11
P1T12
P1T12
P1T21
P1T22
P1T23
P1T31
P1T32
P1T33
P2
P2T11
P2T12
P2T12
P2T21
P2T22
P2T23
P2T31
P2T32
P2T33
S1
S1T11
S1T12
S1T12
S1T21
S1T22
S1T23
S1T31
S1T32
S1T33
S2
S2T11
S2T12
S2T12
S2T21
S2T22
S2T23
S2T31
S2T32
S2T33
K1
K1T11
K1T12
K1T12
K1T21
K1T22
K1T23
K1T31
K1T32
K1T33
K2
K2T11
K2T12
K2T12
K2T21
K2T22
K2T23
K2T31
K2T32
K2T33
KB22
KB12
KB11
KB23
Gambar 3.
PB12
PB11
KB21
PB21
SB23
PB13
SB21
PB22
SB12
SB13
KB13
SB22
SB11
PB23
Analisis
Analisis air limbah dilakukan mulai awal penelitian dan dilakukan setiap
minggu (0, 1, 2, 3, MST), analisis air dilakukan pada effluen 1 dan effluen 2,
sedangkan analisis jaringan tanaman dilakukan setelah panen tanaman selada,
untuk mengetahui kadar P dan Nitrat pada uptake tanaman selada dan yang
tertinggal dalam media tanam (pasir). Analisis ini digunakan metode pengabuan
basah.
Tabel 6. Parameter, metode dan peralatan untuk analisis penelitian
Parameter
Metode Analisis
Peralatan
Tanaman
1. Fosfor
Spektrofotometrik
Spektrofotometer
2. Nitrat
Spektrofotometrik
Spektrofotometer
Air
Kimia
1. COD (mg/l)
Titrimetrik
Buret
2. Fosfor (mg/l)
Spektrofotometrik
Spektrofotometer
3. Nitrat (mg/l)
Spektrofotometrik
Spektrofotometer
Biologi
4. Biomassa (g)
Timbangan
Timbangan
Analisis Statistik
Analisis statistik yang digunakan untuk melihat pengaruh perlakuan
digunakan model rancangan sebagai berikut :
Yij = + i + j + ij + k + ijk
Keterangan :
Yij = Respon pada perlakuan ke-i dan ke-j ulangan ke-k
= Rataan umum
i = Perlakuan taraf ke-i
j = Perlakuan taraf ke-j
ij= Interaksi perlakuan ke-i dan ke-j
k = Rataan perlakuan ulangan ke-k
ijk = Galat pada perlakuan i ulangan ke-k
Untuk mengetahui efek bioremediasi terhadap kualitas kimia air dan tanaman
selada setiap tingkat perlakuan terhadap peubah yang diuji, digunakan uji Tukey
(HSD) dengan selang kepercayaan 95%. Pada uji tersebut dapat diketahui
kemampuan setiap komposisi dan jenis tanaman air dalam menurunkan atau
meningkatkan setiap peubah yang diuji.
Penelitian Pendahuluan
Pengamatan hari ke-6 pada konsentrasi 25 % keadaan tanaman kayu apu
mulai layu, ujung daun agak kering, terdapat lapisan putih pada air limbah dan
effluen berwarna keruh, sedangkan pada konsentrasi 50% tidak terdapat lapisan
yang tipis pada air limbah dan effluennya berwarna lebih bening. Pada konsentrasi
75% tanaman mengalami pertumbuhan yang pesat tetapi akar tanaman kayu apu
mengalami kerontokan dan effluennya berwarna keruh dan pada konsentrasi
100% semua daun tanaman kayu apu mati serta akar mengalami kerontokan, pada
effluennya berwarna sangat keruh dan pekat (Gambar lampiran 3). Oleh karena itu
untuk penelitian ini digunakan konsentrasi limbah 50% yang memiliki hasil paling
baik karena sangat adaptif terhadap pertumbuhan tanaman air.
Tanaman air melakukan proses fotosintesa menggunakan CO2, H2O, hara
makro dan mikro kemudian melepaskan O2 ke dalam air, sehingga tanaman air
dapat menjernihkan air, mengurangi tingkat kesuburan air dan meningkatkan O2
terlarut air (LBN-LIPI, 1981).
Pengukuran biomassa tanaman kayu apu dilakukan untuk mengetahui
waktu penggandaan (doubling time) dan luas penutupan yang akan digunakan
pada penelitian, selain itu Doubling Time dan Relative Grow Rate digunakan
untuk menghitung biomassa tumbuhan air untuk menggandakan bobotnya. Luas
penutupan kayu apu yang digunakan untuk penelitian sebesar 40% dari luas air
limbah pada wadah. Hasil metode penyetaraan luas penutupan didapatkan luas
penutupan untuk kiambang sebesar 33% yaitu sekitar 282,105 cm2 dari luas bak
remediasi (Lampiran 6). Tanaman kayu apu memerlukan waktu selama 6 hari
untuk menggandakan bobotnya sedangkan salvinia membutuhkan waktu 5 hari.
Dalam keadaan optimum maka kayu apu dapat berlipat ganda populasinya setelah
10-15 hari (Dhahiyat, 1989 dalam Aphrodhayanti, 2006).
Berdasarkan Gambar 3, tanaman kayu apu yang diujikan menunjukan
peningkatan luas penutupan awal sebesar 40%, pada pengamatan akhir luas
penutupannya meningkat menjadi 70-75%, sedangkan pada kiambang luas
penutupan awal sebesar 33%, dan pada akhir pengamatan luas penutupannya
(a)
(b)
Gambar 4.
Penelitian Utama
Parameter kualitas kimia greywater secara umum memiliki nilai BOD dan
COD melebihi baku mutu yang telah ditetapkan pemerintah berdasarkan
Keputusan Gubernur Jabar No.6 tahun 1999 (Lampiran 3) dan jika air limbah ini
dibuang langsung tanpa diolah terlebih dahulu, maka akan menimbulkan
pencemaran di lingkungan perairan.
Kadar COD dalam Air
Berdasarkan Tabel 7 penurunan kadar COD pada 0 MST dan 1 MST
menunjukkan hasil yang berbeda nyata (Pr>F memiliki nilai <0,05) pada
perlakuan tanaman air. Pada 0 MST kadar COD perlakuan tanaman kayu apu
berbeda nyata menurun terhadap perlakuan kontrol tetapi tidak berbeda nyata
terhadap kiambang, sedangkan kadar COD pada perlakuan 1 MST kayu apu
berbeda nyata terhadap kiambang meskipun nilai COD pada pistia lebih rendah
berkisar 147,4 mg/l namun tidak berbeda nyata (P>0,05) dengan perlakuan
kontrol. Nilai COD pada 2 MST mengalami peningkatan, kenaikan tersebut
terjadi karena terdapat tambahan bahan organik yang berasal dari mikroorganisme
mati dan daun tanaman air yang gugur (Priyono, 1994). Berdasarkan Tabel 7
terlihat tidak ada pengaruh kombinasi antara tanaman air dan bak remediasi,
sedangkan pada 3 MST terdapat pengaruh penurunan kadar COD yang nyata
terhadap perlakuan bak remediasi.
Tabel 7. Rata-rata nilai COD (effluen 1)
0 MST
Perlakuan
Tanaman Air
Bak Remediasi
Kombinasi
Tanaman air
dan Bak
remediasi
1) 2)
1 MST
2 MST
3 MST
228,0 b 1)
147,4 a
196,5
55,1 a
248,3 ab
107,6 b
91,5
62,0 a
143,4 ab
102,9
89,6 a
134,6 a
144,7
92,3 a
329,3 a
B1
278,7 a
B2
258,4 a
131,0 a
116,0
45,5 b
PB1
238,1
143,4
231,1
81,3
PB2
217,9
151,4
162,0
28,9
SB1
248,3
95,6
134,1
100,5
SB2
248,3
79,7
71,7
23,4
KB1
349,6
164,7
68,9
95,0
2)
KB2
309,1
122,2
114,2
84,1
Angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak menunjukan perbedaan yang nyata menurut
uji tukey 5% ; P = Pistia, S = Salvinia, K = Kontrol, 1 = 1 Bak remediasi, 2 = 3 Bak
remediasi
Nilai rata-rata COD 0 MST berkisar antara 217,9-349,6 mg/l dan pada
4 MST berkisar antara 23,4-100,5 mg/l (Lampiran 11), sedangkan pada effluent 2
kadar COD awal berkisar 111,5-324,3 mg/l dan kadar COD akhir yaitu 15,1-37,2
mg/l. Dengan melihat hasil data di atas, kadar COD memenuhi baku mutu air
limbah sedang hingga baik menurut Kriteria dan standard kualitas air nasional,
Direktorat Penyelidikan masalah Air, Jakarta, Maret 1981 (241/LA-18/1981)
(Lampiran 5).
Gambar 5 menunjukkan grafik rata-rata kadar COD pada effluen 1 dan
effluen 2 tidak berbeda nyata. Kadar COD akan menurun pada 1 MST kemudian
naik kembali pada 2 MST dan menurun kembali pada 3 MST. Penurunan COD
dapat disebabkan oleh proses penguraian atau perubahan bentuk senyawa yang
kurang stabil karena pengaruh radiasi sinar ultraviolet, oksidasi, reduksi
(Stowellet et al,. 1980 dalam Khiatuddin, 2003).
400
350
300
250
200
150
100
50
0
PB1
PB2
SB1
SB2
KB1
KB2
0
1
2
Minggu Setelah Tanam
(a)
Kadar COD Air (mg/l)
350
300
PB1
250
PB2
200
SB1
150
SB2
100
KB1
50
0
KB2
0
(b)
Gambar 5.
Perlakuan
2 MST
3 MST
Tanaman Air
Bak Remediasi
0,55 a 1)
1,27
2,17 a
1,66 a
0,68 a
1,35
2,79 a
1,43 a
0,55 a
1,69
2,57 a
1,27 a
1,34
2,95 a
1,68 a
B1
0,75 a
2)
B2
0,43 b
1,53
2,06 b
1,22 b
PB1
0,75
1,15
2,77
1,87
PB2
0,35
1,38
1,56
1,44
SB1
0,88
1,46
3,32
1,85
SB2
0,47
1,24
2,25
1,00
KB1
0,62
1,41
2,76
1,31
KB2
0,47
1,96
2,38
1,23
Angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak menunjukan perbedaan yang nyata menurut
uji tukey 5% ; P = Pistia, S = Salvinia, K = Kontrol, 1 = 1 Bak remediasi, 2 = 3 Bak
remediasi
3.5
3.0
PB1
2.5
PB2
2.0
SB1
1.5
SB2
1.0
KB1
0.5
KB2
0.0
0
(a)
1.8
Kadar Fosfor Air (ppm)
1) 2)
1 MST
1.5
PB1
1.2
PB2
0.9
SB1
0.6
SB2
KB1
0.3
KB2
0.0
0
1
2
Minggu Setelah Tanam
(b)
Gambar 6.
Perlakuan
Tanaman Air
Bak Remediasi
1) 2) 3)
1 MST
2 MST
3 MST
0,13
0,15
0,14
B1
0,19
1)
0,11 b
0,28 a
0,12
0,44 a
0,14 a
0,20
0,04 b
0,18 a
0,15
0,32 a
0,29 a
0,17
0,06 b
0,11 b
0,13
0,10 a
0,41 a
0,37
2)
B2
0,09
PB1
0,59
PB2
0,33
0,05 b
0,17 b
0,18
SB1
0,40
0,02 a
0,48 a
0,19
SB2
0,18
0,08 b
0,23 b
0,16
KB1
0,20
0,04 a
0,19 a
0,15
3)
KB2
0,37
0,27 b
0,37 b
0,14
Angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak menunjukan perbedaan yang nyata menurut
uji tukey 5% ; P = Pistia, S = Salvinia, K = Kontrol, 1 = 1 Bak remediasi, 2 = 3 Bak
remediasi
0.90
0.80
0.70
0.60
0.50
0.40
0.30
0.20
0.10
0.00
PB1
PB2
SB1
SB2
KB1
0
KB2
(a)
Kadar Nitrat Air (ppm)
0.70
0.60
PB1
0.50
PB2
0.40
SB1
0.30
SB2
0.20
KB1
0.10
KB2
0.00
0
(b)
Gambar 7.
mudah terjangkau. Sumber hara nitrogen amat penting bagi tanaman, campuran
nitrogen nitrat dan nitrogen amonium dianggap lebih baik dibandingkan kedua
komponen tersebut secara mandiri. Tanaman selada menyerap nitrogen dan
kalium sangat rendah selama bulan pertama setelah penanaman dan sangat tinggi
pada minggu terakhir sebelum panen (Rubatzky dan Yamaguchi, 1990). Kadar
nitrat pada tanaman pada masing-masing perlakuan PB1, PB2, SB1, SB2, KB1
dan KB2 yaitu berkisar antara 0,040-0,136%, 0,023-0,072%, 0,104-0,150%,
0,075-0,135% 0,021-0,071 dan 0,073-0,106% (Lampiran 16).
Pertumbuhan Tanaman Selada
1. Tinggi dan Jumlah Daun
Keadaan yang kurang optimal pada tanaman selada di kontainer I
perlakuan PB1 disebabkan oleh adanya genangan air pada media pasir. Genangan
air ini mengakibatkan kondisi anaerob di sekitar perakaran tanaman. Bradford dan
Yang (1981) menyatakan bahwa kondisi tergenang menyebabkan terbatasnya
difusi oksigen pada zona akar.
Selain kondisi anaerob disekitar perakaran tanaman, temperatur yang
tinggi di rumah kaca sekitar 26-35oC menyebabkan tanaman selada mengalami
stress dan kelayuan. Temperatur yang tinggi dapat menyebabkan kerusakan yang
berat pada daun-daun tanaman dan kerusakan jaringan tanaman akibat gangguan
metabolisme sel (Fitter, 1991). Menurut Morgan (1999) saat temperatur tinggi
jumlah oksigen yang terkandung dalam larutan hara akan menurun cepat dan
meningkatkan laju respirasi dari sistem akar.
Tinggi tanaman selada mengalami kenaikan seiringnya dengan masa
tanam tetapi tingkat kematian pada tanaman selada yang ditanam pada percobaan
sangat besar ( 32%) yaitu pada perlakuan kontrol tanaman yang mati sebanyak
22% dan pada perlakuan kayu apu sekitar 10% sedangkan pada perlakuan
remediasi tanaman kiambang, tanaman selada tidak mengalami kematian.
Pertumbuhan tanaman akan terhambat bahkan mengalami kematian jika akar
mengalami kekurangan oksigen yang cukup berat dan berlangsung dalam waktu
yang lama (Prawinata et.al., 1981).
Nilai rata-rata tinggi tanaman selada pada perlakuan P1T1, P1T2, P1T3,
P2T1, P2T2, P2T3, S1T1, S1T2, S1T3, S2T1, S2T2, S2T3, K1T1, K1T2, K1T3,
K2T1, K2T2 dan K2T3 hingga akhir pengamatan yaitu 8,14; 14,86; 7,08; 14,27;
13,09; 15,80; 19,27; 18,20; 19,16; 19,92; 21,03; 19,81; 19,07; 16,61; 20,77;
21,12; 22,33 dan 22,38 seperti disajikan pada Lampiran 8 namun tinggi tanaman
selada pada percobaan belum memenuhi kriteria standar. Menurut Iqbal (2006)
tanaman selada yang memenuhi kriteria standar layak pasar PT. Parung Farm
Hidroponik yaitu berkisar 2730 cm.
Kurang optimalnya pertumbuhan tanaman selada dipengaruhi oleh
banyaknya daun yang mati akibat terendam air larutan dan kurangnya hara yang
diberikan oleh larutan air limbah effluen 1. Menurut Morgan (1999) pengaruh
terhadap bagian daun yang terendam air adalah episnati atau penurunan
lengkungan pada daun yang mengakibatkan tanaman terlihat kering, klorosis,
20.0
15.0
1 MST
10.0
2 MST
5.0
3 MST
0.0
4 MST
Perlakuan
(a)
8
Jumlah Daun
0 MST
6
1 MST
2 MST
3 MST
4 MST
Perlakuan
(b)
Gambar 8.
2. Biomassa
Hasil panen tanaman selada pada setiap perlakuan tidak berbeda nyata
(P>0,05) (Lampiran 13) namun tidak layak untuk dipasarkan karena belum
mencapai bobot ideal panen selada. Menurut Rubatzky dan Yamaguchi (1998)
bobot ideal tanaman selada adalah berkisar antara 100-400 g.
Bobot basah (utuh) rata-rata tanaman selada perlakuan PB1, PB2, SB1,
SB2, KB1 dan KB2 yang dipanen pada 4 MST berturut-turut adalah 3,22; 4,94;
Rata-rata
Bobot Panen (gr)
4.94 4.51
3.38
3.22
4.29
2.89
2.70
3.00
4.71
3.72
3.41
4.15
3.83
2.00
0.36
0.33
1.00
0.23
0.34
0.18
0.28
0.00
PB1
PB2
Bobot Basah
Gambar 9.
SB1
SB2
Perlakuan
Bobot Tajuk
KB1
KB2
Bobot Akar
PB1
PB2
SB1
SB2
KB1
KB2
Gambar 10. Hasil panen tanaman selada pada percobaan umur 4 MST
Oksigen yang kurang mencukupi dapat mengurangi kemampuan daya
serap akar terhadap air dan akan terjadi akumulasi racun akibat nitrifikasi yang
menghasilkan nitrat, sehingga air dan mineral-mineral tidak dapat diserap dengan
jumlah yang mencukupi untuk menjaga perkembangan tanaman terutama pada
saat stress (Dwijoseputro, 1980). Hal ini akan mulai terlihat yaitu pada akar-akar
yang mati, dan ukuran tanaman menjadi kecil.
Selain itu terjadi pertambahan pada tinggi tanaman saat panen dan batang
tanaman terlihat lebih kurus (Gambar lampiran 4), hal ini dikarenakan tanaman
selada pada saat percobaan mengalami kekurangan cahaya akibat adanya naungan
pada atap rumah kaca. Menurut Tjitrosomo (1980) naungan akan menurunkan
intensitas cahaya, meningkatkan kelembaban dan mengurangi laju transpirasi
persatuan luas daun. Faktor-faktor ini menyebabkan daun-daun yang tumbuh
menjadi panjang, lebar dan tipis dengan tulang daun lebih kecil. Lignin yang
menyebabkan kerapuhan dalam jaringan kering menjadi berkurang dalam daundaun yang dinaungi, karena itu daun-daun lebih lemas atau seperti lebih mudah
melentur. Oleh karena itu bobot panen tanaman selada tidak ideal akibat tanaman
mengalami etiolasi, sehingga menyebabkan batangnya tinggi dan kurus, daunnya
tidak berkembang baik, batang maupun daunnya tidak mempunyai klorofil dan
berwarna kuning pucat.
Kesimpulan
1. Karakteristik fisik greywater yaitu zat padat terlarut dan tersuspensi memiliki
nilai yang tidak melebihi kadar baku mutu air limbah, sedangkan karakteristik
kimia greywater yang ditandai dengan Chemical Oxygen Demand (COD)
memiliki nilai yang tinggi dan melebihi kadar baku mutu air limbah.
2. Kadar COD air limbah effluent 1 pada 0 MST menunjukan hasil yang berbeda
nyata (P<0,05) antara perlakuan tanaman air kayu apu dengan kontrol,
sedangkan pada 1 MST perbedaan nyata ditunjukkan oleh tanaman air
kiambang terhadap kontrol. Dan pada 3 MST perlakuan yang berbeda nyata
terjadi pada perlakuan bak remediasi, sedangkan pada 2 MST terjadi
penurunan kadar COD.
3. Kadar fosfor dan kadar nitrat dalam air limbah mengalami penurunan setelah
diolah perlakuan kombinasi tanaman air dan bak remediasi. Pada kadar fosfor
hasil air effluent 1 berbeda nyata menurun pada 0, 2 dan 3 MST pada
perlakuan bak remediasi, sedangkan penurunan kadar nitrat berbeda nyata
pada 1 MST pada perlakuan tanaman remediasi, bak remediasi dan
kombinasinya, sedangkan pada 2 MST dipengaruhi oleh perlakuan bak
remediasi dan kombinasi antara bak dengan tanaman air, sehingga kadar
fosfor maupun nitrat belum memenuhi kadar standar larutan hara untuk
hidroponik.
4. Tanaman selada mengalami kahat fosfor yaitu pada kadar fosfor dalam
jaringan tanaman selada pada perlakuan sekitar 0,04-0,99%, sedangkan kadar
nitrat dalam jaringan tanaman selada pada perlakuan yaitu sekitar
0,040-0,150%.
5. Tanaman air dapat menjernihkan air, mengurangi tingkat kesuburan air dan
meningkatkan O2 terlarut air. Tanaman kayu apu paling efektif dalam
memperbaiki kualitas air limbah dibandingkan kiambang.
6. Tingkat kematian pada tanaman selada pada percobaan sangat besar (32%).
7. Bobot hasil panen tanaman masih kurang mencapai bobot ideal panen
tanaman selada, sehingga belum layak dipasarkan.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian, perlu adanya beberapa saran yang perlu
ditambahkan, yaitu :
1. Menggunakan konsentrasi limbah yang lebih tinggi.
2. Menggunakan sistem hidroponik dengan media yang berbeda maupun dengan
metode yang berbeda.
3. Perlu diperhitungkan mengenai bahan terlarut yang mengendap dalam proses
pengolahan sistem untuk mengurangi drainase yang buruk.
3. Temperatur mempengaruhi pertumbuhan tanaman kayu apu, kiambang dan
selada, sehingga diperlukan temperatur yang sesuai dengan kondisi lingkungan
lapangan untuk tanaman selada.
4. Bila tanaman air sudah menutupi bak, perlu dilakukan pemanenan secara
teratur. Hasil tanaman air tersebut dapat bermanfaat untuk kegiatan lain,
misalnya penggunaan untuk pakan ternak dan bahan pembuatan kompos.
DAFTAR PUSTAKA
Grodowitz, M.J. 1998. an active approach to the use of insect biological control
for the management of non-naive aquatic plants. Journal of Aquatic Plant
Management. 36:57-61.
Jones, J. B. 2005. Hydroponics; A Practical Guide for Soilless Grower. 2nd ed.
CRC Press. London
Haryanto, Eko. 2003. Sawi dan selada. Penebar Swadaya . Jakarta. 112 hal.
Hindarko, S. 2003. Mengolah air limbah supaya tidak mencemari orang lain.
Penerbit ESHA. Jakarta.
Ismunadji, M., S. Partohardjono dan A. S. Karama. 1991. Fosfor peranan dan
penggunaannya dalam bidang pertanian. Balai Penelitian Tanaman
Pengan. Bogor.
Kawase, M. 1981. Anatomical and morphological adaptation of plant to water
logging. Hortscience. 16 (1) : 30-33.
KLH. 1988. Keputusan menteri negara kependudukan dan lingkungan hidup
Nomor: Kep.02/Men-KLH/1988, tentang pedoman penetapan baku mutu
lingkungan. Sekretariat Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan
Hidup. Jakarta.
Koerniawati, Yuni. 2003. Disain panel dan jenis media pada teknologi hidroponik
sistem terapung tanaman selada (Lactuca sativa var. Grand Rapids).
Skripsi. Departemen Budidaya Pertanian. Institut Pertanian Bogor.
LBN LIPI. 1981. Tumbuhan air. Lembaga Biologi NasionalLIPI. Bogor. 83 p.
Lewis, O. A. M. 1986. Plants and nitrogen. Southampon. The Camelot Press, Ltd.
Morgan, L. 1999. Hydroponics lettuce production. Casper Publ, Ltd. Narrabean.
Australia. 102 p.
MS. Saeni. Kimia lingkungan (Bahan pengajaran). 1989. DEPDIKBUD.
Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Pusat antar Universitas Ilmu Hayat.
IPB.
Mursalin. 2007. Pemanfaatan kayu apu (Pistia stratiotes), kiambang (Salvinia
molesta) dan gulma itik (Lemna perpusilla) dalam memperbaiki kondisi
air limbah kantin. Departemen Menejemen Sumberdaya Perairan. Fakultas
Perikanan dan Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Napitupulu, L. 2003. Pengaruh aplikasi pupuk daun dalam sumber nutrisi berbeda
pada teknologi hidroponik sistem terapung tanaman selada (Lactuca sativa
L. Var Grand Raphids). Skripsi. Departemen Budidaya Pertanian, Fakultas
Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
LAMPIRAN
Produk Limbah
Sabun (lifebouy)
8,970 gram
15,875 ml
Shampoo (Sunsilk)
5,460 ml
Satuan
Nilai
pH
ppm
14,00
ppm
0,25
ppm
2,16
Ca
ppm
3,33
Mg
ppm
1,01
Parameter
Nama
Satuan
Hasil Analisis
Gol II
Fisika
1
mg/l
1010
2000
4000
mg/l
550
200
400
Kimia
3
pH
6,0-9,0
Besi terarut
Fe
mg/l
9,07
0,098
6,0-9,0
10
Mangan terlarut
Mn
mg/l
0,045
Seng
Zn
mg/l
0,12
10
Cadmium
Cd
mg/l
<0,030
0,05
0,1
Flourida
Fe
mg/l
10
Klorin bebas
Cl2
mg/l
11
Khlorida
mg/l
145
12
Amoniak
NH3-N
mg/l
0,514
13
Nitrat
NO3-N
mg/l
11,76
20
30
14
Nitrit
NO2-N
mg/l
0,276
15
Total N
mg/l
18
16
Sulfat
SO4
mg/l
355
17
Phospat
PO4
mg/l
20,82
18
BOD5
mg/l
354
50
150
19
COD
mg/l
1343
100
300
* Limbah diambil berdasarkan kuesioner (limbah per satu kali mandi) dalam 1 keluarga (4 orang)
Menurut Keputusan Gubernur Jabar No. 6 tahun 1999
Sabun
(lifebuoy)
Pasta Gigi
(Pepsodent)
Shampo
(Sunsilk)
Bahan Kimia
Sodium soap
Fragrance
Glycerin
Titanium Dioxide
Trichlorohydroxy diphenyl ether
Tetrasodium EDTA
Triclocarban
Etidronic Acid
Cl 11710
Cl 74260
Water
Calcium Carbonat
Sorbitol
Hydrated sillicone Dioxide
Precipitated
Sodium Monoflourophosphate
Sodium Carboxy Methyl cellulose
Saccharin
Formaldehyde
Sodium Lauyl Sulfate
Sodium Sillicate
Flavour
Titanium Dioxide
Potassium Citrate Trihydrate
Calcium Glycerophosphate
Water
Sodium Laureth Sulphate
Sodium Chloride
Carbomer
Disodium Disulfonate
Sodium Hydroxide
Lactic Acid
Panthenol
Cocoamidopropyl Betaine
Dimethiconol
Alkyl Ether sulfates
Methylchloroisothiazoline
Water
Formula
C3H5(OH)3
2, 4, 4'-trichloro-2'-hydroxy-diphenyl
ether
C10H16N2O8
C13H9Cl3N2O
C2H8O7P2
Cl
Cl
H2O
CaCO3
C6H14O6
-
FNa2O3P
C7H5NO3S
CH2O
C11+nH23+4nNaO4+nS
Na2SiO3
-
TiO2
-
H2O
CH3(CH2)10CH2(OCH2CH2)nOSO3Na
NaCl
C30H6
Dinatrium-2,2'-([1,1'-biphenyl]-4,4'diyldivinylen)bis(benzolsulfonat)
NaOH
C3H6O3
C9H19NO4
C19H38N2O3
-
H2O
Tabel lampiran 5.
II
III
IV
Mutu Air
Baik
Sedang
Kurang
Kurang
Sekali
C
mg/l
mg/l
45
1000
100
45
3000
200
45
3000
400
45
50000
500
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
6,0-9,0
5
0,5
0,5
5
0,1
0,01
0,005
0,1
0,05
0,01
0,02
0,01
1,5
1
600
400
7
0,5
10
1
20
5,0-9,0
7
1
2
7
1
0,1
0,01
0,5
0,3
0,05
0,05
0,05
2
2
1000
600
1
20
2
100
4,5-9,5
9
3
3
10
3
0,5
0,05
1
0,7
0,5
0,5
0,1
3
3
1500
800
2
30
3
300
4,0-10
10
5
5
15
5
1
0,1
5
1
1
1
1
5
5
2000
1000
80
5
50
5
500
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
40
0,5
0,002
10
10
200
1
0,05
30
30
500
3
0,5
70
70
1000
5
1
100
100
Parameter
Fisika
Temperatur
Residu terlarut
Residu terlarut
Kimia
pH
Besi (Fe)
Mangan (mn)
Tembaga (Cu)
Seng (Zn)
Krom heksavalen (Cr(VI))
Kadmium (Cd)
Raksa total (Hg)
Timbal (Pb)
Arsen (Ar)
Aselenium (Se)
Sianida (CN)
Sulfida (S)
Flourida (F)
Klor aktif (Cl2)
Klorida (Cl)
Sulfat (SO4)
N-Kjehdahl (N)
Amoniak Bebas ( NH3-N)
Nitrat (NO3-N)
Nitrit (NO2-N)
Kebutuhan oksigen (BOD)
Biologi
Kebutuhan oksigen kimiawi
(COD)
Senyawa aktip biru metilen
Fenol
Minyak nabati
Minyk mineral
Radioaktifitas*)
Sumber :
Kriteria dan standard kualitas air nasional, Dir. Penyelidikan masalah Air, Jakarta, Maret 1981
(241/LA-18/1981).
Kondisi Akhir :
Berat (gram)
6,5
7,8
8,0
22,3
Rumpun 1
Rumpun 2
Rumpun 3
Jumlah
Rumpun 1
Rumpun 2
Rumpun 3
Jumlah
Berat (gram)
10,1
10,7
11,0
31,8
Gambar Lampiran 1. Kondisi awal dan kondisi akhir tanaman kayu apu
(Pistia stratiotes)
Kondisi Awal
Kondisi Akhir
RGR
DT
ln Xt ln X 0
t
ln 2
RGR
Pistia stratiotes
Salvinia molesta
0,1183
0,1383
6 hari
5 hari
Lampiran 6. Lanjutan
Diketahui :
Luas Penutupan Pistia sebesar 40 % (0,4) (Mursalin, 2007)
= 6 hari
= 5 hari
Waktu tanam
0 MST
1 MST
2 MST
3 MST
4 MST
P1T1
4,98
5,11
6,48
7,11
8,14
P2T1
5,98
7,45
11,71
13,15
14,86
S1T1
4,78
5,95
5,93
6,79
7,08
S2T1
5,18
6,72
12,33
13,13
14,27
K1T1
4,38
5,14
10,68
12,47
13,09
K2T1
5,65
7,95
13,44
14,78
15,80
P1T2
5,83
8,75
15,86
18,38
19,27
P2T2
5,23
7,75
14,66
16,13
18,20
S1T2
5,89
9,20
14,47
16,44
19,16
S2T2
6,24
9,48
16,58
18,38
19,92
K1T2
5,37
8,23
15,86
19,07
21,03
K2T2
5,71
9,74
16,62
18,21
19,81
P1T3
5,59
9,64
16,26
17,86
19,07
P2T3
5,62
8,49
14,13
16,13
16,61
S1T3
7,08
11,22
16,94
19,86
20,77
S2T3
7,08
10,76
17,21
19,15
21,12
K1T3
5,27
9,91
17,66
20,24
22,33
K2T3
5,88
9,61
16,83
20,49
22,38
Tabel lampiran 8. Nilai rata-rata jumlah daun tanaman selada per MST
Perlakuan
Waktu tanam
0 MST
1 MST
2 MST
3 MST
4 MST
P1T1
P2T1
S1T1
S2T1
K1T1
K2T1
P1T2
P2T2
S1T2
S2T2
K1T2
K2T2
P1T3
P2T3
S1T3
S2T3
K1T3
K2T3
Bobot Akar
Kontainer
Bobot Tajuk
Kontainer
Bobot Kering
Kontainer
Kontainer
T1
T2
T3
T1
T2
T3
T1
T2
T3
T1
T2
T3
P11
4,55
7,85
3,22
0,46
0,52
0,67
3,22
7,45
2,52
0,17
0,31
0,19
P12
1,78
1,97
3,55
0,31
0,26
0,29
1,39
1,65
3,12
0,13
0,08
0,11
P13
1,33
2,99
1,78
0,18
0,15
0,12
0,87
2,57
1,54
0,25
0,16
0,59
P21
1,7
2,74
3,32
0,35
0,16
0,16
1,26
2,53
3,08
0,12
0,13
0,19
P22
4,77
4,65
5,13
0,58
0,38
0,32
4,15
3,87
4,69
0,22
0,18
0,19
P23
1,66
3,78
5,69
0,95
0,14
0,2
12,05
3,52
5,45
0,80
0,13
0,07
S11
1,26
1,86
3,76
0,17
0,17
0,27
1,05
1,59
3,22
0,08
0,07
0,15
S12
1,98
4,3
2,53
0,34
0,17
0,16
1,6
4,01
2,27
0,14
0,19
0,14
S13
5,2
4,05
5,5
0,25
0,17
0,34
4,95
3,96
3,32
0,23
0,21
0,13
S21
6,73
5,79
0,62
0,42
0,25
5,93
5,98
6,12
0,29
0,38
0,28
S22
1,41
3,75
5,26
0,42
0,24
0,32
0,94
3,3
5,11
0,08
0,17
0,23
S23
8,13
2,48
1,8
0,54
0,14
0,13
7,19
1,62
2,41
0,38
0,09
0,16
K11
4,5
5,32
2,22
0,16
0,2
0,1
4,26
5,12
2,08
0,18
0,22
0,09
K12
6,67
2,85
3,09
0,28
0,19
0,1
6,39
2,7
2,9
0,30
0,12
0,20
K13
2,58
2,69
3,58
0,08
0,13
0,42
1,86
2,18
3,16
0,11
0,11
0,21
K21
2,7
6,44
6,09
0,11
0,18
0,51
2,31
6,29
5,25
0,13
0,32
0,29
K22
3,02
3,65
5,98
0,16
0,29
0,35
2,61
3,75
5,63
0,25
0,21
0,13
K23
1,97
2,81
4,69
0,33
0,21
0,34
1,61
2,64
4,35
0,13
0,11
0,12
0 MST
Effluent 1
1 MST 2 MST
3 MST
0 MST
Effluent 2
1 MST 2 MST
3 MST
P11
243,2
87,6
119,5
119,8
334,4
47,8
87,6
12,4
P12
228,0
191,2
119,5
78,5
273,6
39,8
103,6
20,7
P13
243,2
151,4
454,2
45,5
364,8
63,7
239,0
12,4
Rata-rata
238,1
143,4
231,1
81,3
324,3
50,5
143,4
15,1
P21
258,4
135,5
270,9
28,9
106,4
63,7
111,6
28,9
P22
288,8
191,2
103,6
37,2
258,4
55,8
87,6
20,7
P23
106,4
127,5
111,6
20,7
304,0
47,8
15,9
20,7
Rata-rata
217,9
151,4
162,0
28,9
222,9
55,8
71,7
23,4
S11
273,6
87,6
13,6
119,8
319,2
79,7
79,7
53,7
S12
228,0
87,6
277,2
103,3
334,4
47,8
63,7
20,7
S13
243,2
111,6
111,6
78,5
319,2
55,8
111,6
20,7
Rata-rata
248,3
95,6
134,1
100,5
324,3
61,1
85,0
31,7
S21
304,0
79,6
111,6
37,2
106,4
127,5
87,6
20,7
S22
319,2
87,6
63,7
20,7
106,4
15,9
79,7
37,1
S23
121,6
71,7
39,8
12,4
121,6
39,8
87,6
53,7
Rata-rata
248,3
79,7
71,7
23,4
111,5
61,1
84,9
37,2
Effluent 1
1 MST 2 MST
3 MST
0 MST
K11
349,6
207,2
79,2
119,8
339,4
47,8
103,6
20,7
K12
395,2
159,4
15,8
103,3
319,2
175,2
87,6
12,4
K13
304,0
127,5
111,6
62,0
304,0
63,7
96,0
70,0
Rata-rata
349,6
164,7
68,9
95,0
320,9
95,6
95,7
34,4
K21
304,0
151,4
111,6
37,2
288,8
55,8
95,6
37,1
K22
304,0
87,6
127,5
45,6
304,0
71,7
111,6
20,7
K23
319,2
127,5
103,6
169,4
288,8
63,7
143,4
20,7
Rata-rata
309,1
122,2
114,2
84,1
293,9
63,7
116,9
26,1
Perlakuan
Effluent 2
1 MST 2 MST
3 MST
0 MST
Effluent 1
1 MST 2 MST
3 MST
0 MST
Effluent 2
1 MST 2 MST
3 MST
P11
0,44
1,17
3,29
2,77
0,89
1,80
0,86
0,69
P12
0,75
1,12
2,64
1,38
0,49
1,02
1,09
0,92
P13
1,05
1,17
2,38
1,46
0,79
1,33
1,48
0,92
Rata-rata
0,75
1,15
2,77
1,87
0,72
1,38
1,15
0,85
P21
0,39
1,08
1,31
1,38
0,39
1,88
0,82
1,38
P22
0,27
1,58
1,72
1,23
0,48
0,86
1,15
1,31
P23
0,39
1,48
1,65
1,69
0,44
1,02
1,85
1,46
Rata-rata
0,35
1,38
1,56
1,44
0,44
1,25
1,27
1,38
S11
0,71
1,17
5,29
2,08
0,62
1,48
2,11
0,92
S12
1,02
2,04
2,29
1,92
0,59
1,25
0,94
1,15
S13
0,90
1,17
2,38
1,54
0,56
1,25
1,25
1,15
Rata-rata
0,88
1,46
3,32
1,85
0,59
1,33
1,43
1,08
S21
0,69
1,52
2,58
1,38
0,44
1,09
1,33
1,38
S22
0,25
1,17
2,72
0,69
0,59
1,33
1,44
2,08
S23
0,47
1,03
1,44
0,92
0,61
1,33
1,10
1,23
Rata-rata
0,47
1,24
2,25
1,00
0,55
1,25
1,29
1,56
K11
0,69
1,26
3,00
1,31
0,46
1,33
0,94
1,46
K12
0,64
1,30
2,00
1,38
0,48
1,33
1,17
1,31
K13
0,51
1,66
3,29
1,23
0,41
0,94
0,96
1,46
Rata-rata
0,62
1,41
2,76
1,31
0,45
1,20
1,02
1,41
K21
0,27
1,70
2,14
1,62
0,52
0,86
1,44
1,23
K22
0,41
1,97
2,58
1,23
0,49
1,17
0,75
1,38
K23
0,73
2,21
2,43
0,85
0,52
1,17
1,72
0,85
Rata-rata
0,47
1,96
2,38
1,23
0,51
1,07
1,31
1,15
Effluent 1
1 MST 2 MST
0 MST
3 MST
0 MST
Effluent 2
1 MST 2 MST
3 MST
P11
0,01
0.09
0,24
0,09
0,42
0,00
0,50
0,09
P12
0,05
0,15
0,48
0,06
0,57
0,23
0,26
0,41
P13
0,49
0,16
0,71
0,24
0,79
0,06
0,47
0,62
Rata-rata
0,18
0,13
0,48
0,13
0,59
0,10
0,41
0,37
P21
0,02
0,01
0,00
0,13
0,54
0,08
0,10
0,15
P22
0,11
0,15
0,16
0,12
0,27
0,07
0,22
0,13
P23
0,08
0,09
0,09
0,05
0,19
0,00
0,18
0,25
Rata-rata
0,07
0,08
0,08
0,10
0,33
0,05
0,17
0,18
S11
0,53
0,97
0,00
0,57
0,60
0,02
0,79
0,26
S12
0,05
0,97
0,00
0,16
0,30
0,04
0,20
0,19
S13
0,22
0,36
0,26
0,15
0,31
0,01
0,44
0,13
Rata-rata
0,27
0,77
0,09
0,29
0,40
0,02
0,48
0,19
S21
0,01
0,09
0,34
0,11
0,14
0,07
0,24
0,31
S22
0,02
0,10
0,00
0,09
0,24
0,11
0,21
0,10
S23
0,08
0,09
0,24
0,09
0,16
0,07
0,23
0,07
Rata-rata
0,04
0,10
0,19
0,10
0,18
0,08
0,23
0,16
K11
0,08
0,07
0,09
0,10
0,16
0,06
0,28
0,03
K12
0,07
0,05
0,35
0,10
0,20
0,06
0,08
0,05
K13
0,23
0,09
0,44
0,11
0,23
0,00
0,22
0,37
Rata-rata
0,12
0,07
0,29
0,10
0,20
0,04
0,19
0,15
K21
0,32
0,02
0,00
0,14
0,40
0,11
0,11
0,15
K22
0,03
0,02
0,20
0,17
0,40
0,48
0,26
0,11
K23
0,14
0,00
0,00
0,25
0,30
0,23
0,73
0,17
Rata-rata
0,16
0,01
0,07
0,19
0,37
0,27
0,37
0,14
Waktu
0 MST
COD
1 MST
SK
db
JK
KT
F Hit
Pr > F
Ulangan
1884
9422
3,15
0,087
Perlakuan
56511,8333
8073,119
2,7
0,0755
34567
17283,5
5,77
0,0215 **
1860,5
1860,5
0,62
0,4488
T*R
1240,3333
620,1667
0,21
0,8163
Galat
10
29934,6667
2993,4667
Total
17
86446,5
Ulangan
674,7778
337,3889
0,26
0,7754
Perlakuan
16955,2222
2422,1746
1,87
0,1774
13120,111
6560,0556
5,07
0,0301 **
1283,5556
1283,5556
0,99
0,03425 **
Waktu
2 MST
3 MST
0 MST
Fosfor
1 MST
2 MST
3 MST
SK
db
JK
KT
F Hit
Pr > F
T*B
1876,7778
938,3889
0,73
0,5077
Galat
10
12926,5556
1292,62225
Total
17
29881,7778
Ulangan
5675,1111
283,5556
0,22
0,807
Perlakuan
61658,8889
8808,4127
0,68
0,6871
39931,4444
19965,7222
1,54
0,2608
3698
3698
0,29
0,6047
T*B
12354,3333
6177,1667
0,48
0,634
Galat
10
129491,5556
12949,1556
Total
17
191150,4444
Ulangan
616,7778
308,3889
0,19
0,8292
Perlakuan
17840,5556
2548,6508
1,58
0,2475
3963,4444
1981,7222
1,23
0,3339
9893,5556
9893,5556
6,12
0,0328 **
T*B
3366,7778
1683,3889
1,04
0,3881
Galat
10
16157,2222
1615,7222
Total
17
33997,7778
Ulangan
0,0703
0,0352
0,88
0,4444
Perlakuan
0,6512
0,093
2,33
1,1091
0,066
0,033
0,83
0,4655
0,4481
0,4481
11,22
0,0074 *
T*B
0,0668
0,0334
0,84
0,4615
Galat
10
0,3994
0,0399
Total
17
1,1051
Ulangan
0,1401
0,0701
0,81
0,4704
Perlakuan
1,3324
0,1903
2,21
0,1233
0,5833
0,2917
3,39
0,0752
0,1568
0,1568
1,82
0,2069
T*B
0,4521
0,2261
2,63
0,1211
Galat
10
0,8608
0,0861
Total
17
2,1932
Ulangan
1,6590
0,8295
1,24
0,331
Perlakuan
6,9861
0,998
1,49
0,2741
1,1863
0,5932
0,88
0,4428
3,5467
3,5467
5,29
0,0442 **
T*B
0,5941
0.2971
0,44
0,654
Galat
10
6,7042
0,6704
Total
17
13,6901
Ulangan
0,8603
3,66
0,0643 *
0,4302
Waktu
0 MST
1 MST
Nitrat
2 MST
3 MST
Bobot Basah
SK
db
Perlakuan
T*B
JK
KT
F Hit
Pr > F
26813
0,383
3,26
0,0449 **
0,4431
0,2216
1,88
0,2022
0,9248
0,9248
7,86
0,0187 **
0,453
0,2265
1,93
0,1961
Galat
10
1,1764
0,1176
Total
17
3,8577
Ulangan
0,0728
0,0364
1,45
0,2802
Perlakuan
0,1778
0,0254
1,01
0,4776
0,0022
0,0011
0,04
0,957
0,0477
0,0477
1,9
0,1982
T*B
0,0550
0,0275
1,09
0,3718
Galat
10
0,2513
0,0251
Total
17
0,4291
Ulangan
0,0374
0,0187
0,82
0,4669
Perlakuan
1,2532
0,179
7,88
0,0021 *
0,5314
0,2657
11,69
0,0024 *
0,3019
0,3019
13,28
0,0045 *
T*B
0,3826
0,1913
8,42
0,0072 *
Galat
10
0,2272
0,0227
Total
17
1,4805
Ulangan
0,0951
0,0475
2,08
0,1762
Perlakuan
0,4881
0,0697
3,04
0,0543 **
0,0648
0,0324
1,41
0,2878
0,1324
0,1324
5,78
0,037 **
T*B
0,1958
0,0979
4,28
0,0455 **
Galat
10
0,229
0,0229
Total
17
0,7172
Ulangan
0,0168
0,0084
0,66
0,5401
Perlakuan
0,1039
0,0148
1,16
0,4011
0,0183
0,0092
0,72
0,5124
0,0097
0,0097
0,76
0,4051
T*B
0,0592
0,0296
2,32
0,1492
Galat
10
0,1278
0,0128
Total
17
0,2318
Ulangan
3,3366
1,6683
0,32
0,7286
Perlakuan
19
63,8992
3,3631
0,64
0,8439
22,1179
4,4236
0,85
0,5258
0,1783
0,0891
0,02
0,9831
T*K
10
38,2664
3,8266
0,73
0,6884
Galat
34
177,4418
5,2189
Total
53
241,3409
Bobot Akar
Bobot Tajuk
SK
db
JK
KT
F Hit
Pr > F
Ulangan
2,3533
1,1668
0,24
0,7851
Perlakuan
19
62,2270
3,2751
0,68
0,8137
24,3742
4,8748
1,01
0,4273
0,1864
0,0932
0,02
0,9809
T*K
10
35,3130
3,5313
0,73
0,6902
Galat
34
164,2028
4,8295
Total
53
226,4298
Ulangan
0,0236
0,0118
0,64
0,5353
Perlakuan
19
0,2151
0,0113
0,61
0,8727
0,0494
0,0099
0,53
0,7509
0,0183
0,0091
0,49
0,6151
T*K
10
0,1238
0,0124
0,67
0,7468
Galat
34
0,6314
0,0186
Total
53
0,8465
Tanaman Remediasi
F hit
Pr > F
COD
Bak Remediasi
F hit
Pr > F
Bak x Tanaman
F hit
Pr > F
5,77
0,02**
0,62
0,45 tn
0,21
0,82 tn
1 MST
5,07
0,03**
0,99
0,34 tn
0,73
0,51 tn
2 MST
1,54
0,26 tn
0,29
0,60 tn
0,48
0,63 tn
3 MST
1,23
0,33 tn
6,12
0,03**
1,04
0,39 tn
Fosfor
0 MST
0,83
0,47 tn
11,22
0,01**
0,84
0,46 tn
1 MST
3,39
0,08**
1,82
0,21 tn
2,63
0,12 tn
2 MST
0,88
0,44 tn
5,29
0,04**
0,44
0,65 tn
3 MST
1,88
0,20 tn
7,86
0,02**
1,93
0,20 tn
0,37 tn
Nitrat
0,04
0,96 tn
1,90
0,19 tn
1,09
1 MST
11,69
0,002*
13,28
0,004*
8,42
0,007*
2 MST
1,41
0,29 tn
5,78
0,04**
2,08
0,04**
3 MST
0,72
0,51 tn
0,76
0,40 tn
2,32
0,15 tn
Bobot Tanaman
--------------- g ---------------
Bobot Basah
0,85
0,53 tn
0,02
0,98 tn
0,32
0,73 tn
Bobot Tajuk
0,53
0,75 tn
0,49
0,61 tn
0,67
0,75 tn
0,98 tn
0,24
0,78 tn
Bobot Akar
Ket :
* =
** =
tn =
1,01
0,43 tn
0,02
Berbeda sangat nyata pada uji statistik (p<1%)
Berbeda nyata pada uji statistik ( 1%<p<5%)
Tidak nyata (p>5%)
T1
S1
T2
T3
T1
S2
T2
T3
ppm
446,721
0,045
1131,148
0,113
725,410
0,073
Rata-rata
767,760
Perlakuan
ppm
983,607
0,098
528,689
0,053
540,984
0,054
0,077
Rata-rata
684,426
532,787
0,053
1049,180
0,105
T1
P1
T2
Perlakuan
ppm
1027,132
0,103
775,194
0,078
511,628
0,051
0,068
Rata-rata
771,318
0,077
368,852
0,037
1395,349
0,140
438,525
0,044
813,953
0,081
T1
K1
T2
778,689
0,078
401,639
0,040
771,318
0,077
Rata-rata
786,885
0,079
Rata-rata
403,005
0,040
Rata-rata
993,540
0,099
28,689
0,003
643,443
0,064
593,023
0,059
1131,148
0,113
418,033
0,042
577,519
0,058
938,525
0,094
418,033
0,042
906,977
0,091
Rata-rata
699,454
0,070
Rata-rata
493,169
0,049
Rata-rata
692,506
0,069
786,822
0,079
331,967
0,033
585,271
0,059
864,341
0,086
475,410
0,048
720,930
0,072
T3
T1
T3
T1
379,845
0,038
635,246
0,064
546,512
0,055
Rata-rata
677,003
0,068
Rata-rata
480,874
0,048
Rata-rata
617,571
0,062
755,814
0,076
1094,262
0,109
1170,543
0,117
1143,411
0,114
840,164
0,084
965,116
0,097
1189,922
0,119
905,738
0,091
643,411
0,064
Rata-rata
1029,716
0,103
Rata-rata
946,721
0,095
Rata-rata
926,357
0,093
686,047
0,069
1303,279
0,130
585,271
0,059
538,760
0,054
811,475
0,081
527,132
0,053
701,550
0,070
901,639
0,090
759,690
0,076
Rata-rata
642,119
0,064
Rata-rata
1005,464
0,101
Rata-rata
624,031
0,062
P2
T2
T3
K2
T2
T3
T1
S1
T2
T3
T1
S2
T2
T3
ppm
1368.06
0.137
1287.70
0.129
1304.56
0.130
Rata-rata
1320.11
1
2
Perlakuan
ppm
1060.52
0.106
1235.12
0.124
1448.41
0.145
0.132
Rata-rata
1248.02
928.57
0.093
1287.70
0.129
T1
P1
T2
Perlakuan
ppm
533.73
0.053
53.57
0.005
44.64
0.004
0.125
Rata-rata
210.65
0.021
1314.48
0.131
662.70
0.066
1448.41
0.145
638.89
0.064
T1
K1
T2
904.76
0.090
1314.48
0.131
841.27
0.084
Rata-rata
1040.34
0.104
Rata-rata
1359.13
0.136
Rata-rata
714.29
0.071
1466.27
0.147
418.65
0.042
490.08
0.049
1539.68
0.154
352.18
0.035
710.32
0.071
1494.05
0.149
418.65
0.042
937.50
0.094
Rata-rata
1500.00
0.150
Rata-rata
396.49
0.040
Rata-rata
712.63
0.071
1304.56
0.130
174.60
0.017
854.17
0.085
928.57
0.093
1111.11
0.111
1315.48
0.132
T3
T1
T3
T1
669.64
0.067
860.12
0.086
1002.98
0.100
Rata-rata
967.59
0.097
Rata-rata
715.28
0.072
Rata-rata
1057.54
0.106
1287.70
0.129
542.66
0.054
662.70
0.066
1321.43
0.132
54.56
0.005
1148.81
0.115
1443.45
0.144
98.21
0.010
1061.51
0.106
Rata-rata
1350.86
0.135
Rata-rata
231.81
0.023
Rata-rata
957.67
1090.28
0.109
212.30
0.021
841.27
0.096
0.084
379.96
0.038
418.65
0.042
662.70
0.066
781.75
0.078
682.54
0.068
683.53
0.068
Rata-rata
750.66
0.075
Rata-rata
437.83
0.044
Rata-rata
729.17
0.073
P2
T2
T3
K2
T2
T3
25 %
50%
75 %
100%
KB11
KB12
KB13
KB21
KB22
KB23
PB11
PB12
PB13
PB21
PB22
PB23
SB11
SB12
SB13
SB21
SB22
SB23