Anda di halaman 1dari 4

PERAN PERAWAT DALAM PEMENUHAN

KEBUTUHAN SPIRITUAL
Menurut Undang-undang Kesehatan No.23 tahun 1992 bahwa:
Perawat adalah mereka yang memiliki kemampuan dan kewenangan melakukan
tindakan keperawatan berdasarkan ilmu yang dimilikinya yang diperoleh melalui
pendidikan keperawatan. Aktifitas keperawatan meliputi peran dan fungsi pemberian
asuhan atau pelayanan keperawatan, praktek keperawatan, pengelolaan institusi
keperawatan, pendidikan klien (individu, keluarga dan masyarakat) serta kegiatan
penelitian dibidang keperawatan (Gaffar, 1999).Dalam hal ini klien dianggap sebagai
tokohutama (central figure) dan menyadari bahwa tim kesehatan pada pokoknya
adalah membantu tokoh utama tadi. Usaha perawat menjadi sia-sia bila klien tidak
mengerti, tidak menerima atau menolak atas asuhan keperawatan, karenanya jangan
sampai muncul klien tergantung pada perawat/tim kesehatan. Jadi pada dasarnya
tanggung jawab seorang perawat adalah menolong klien dalam membantu klien dalam
menjalankan pekerjaan-pekerjaan yang biasanya dia lakukan tanpa bantuan.Perawat
dapat melakukan beberapa hal yang dapat membantu kemampuan untuk memenuhi
kebutuhan klien, diantaranya :

a. Menciptakan rasa kekeluargaan dengan klien,


b. berusaha mengerti maksud klien,
c. berusaha untuk selalu peka terhadap ekspresi non verbal,
d. berusaha mendorong klien untuk mengekspresikan perasaannya,
e. berusaha mengenal dan menghargai klien.

Mengingat perawat merupakan orang pertama dan secara konsisten selama 24 jam
sehari menjalin kontak dengan pasien,sehingga dia sangat berperan dalam membantu

memenuhi kebutuhan spiritual pasien.


Menurut Andrew dan Boyle (2002) pemenuhan kebutuhan spiritual memerlukan
hubungan interpersonal, oleh karena itu perawat sebagai satu-satunya petugas
kesehatan yang berinteraksi dengan pasien selama 24 jam maka perawat adalah orang
yang tepat untuk memenuhi kebutuhan spiritual pasien. Kebutuhan spiritual klien
sering ditemui oleh perawat dalam menjalankan perannya sebagai pemberi pelayanan
atau asuahn keperawatan. Hal ini perawat menjadi contoh peran spiritual bagi klienya.
Perawat harus mempunyai pegangan tentang keyakianan spiritual yang memenuhi
kebutuhanya untuk mendapatkan arti dan tujuan hidup, mencintai, dan berhubungan
serta pengampunan (Hamid, 2000).
Peran perawat menurut konsorsium ilmu kesehatan tahun 1989 terdiri dari peran
sebagai pemberi asuhan keperawatan, advokad pasien, pendidik, koordinator,
kolaborator, konsultan, dan peneliti yang dapat digambarkan sebagai berikut (Hidayat,
2008):

a.

Peran Sebagai Pemberi Asuhan Keperawatan


Peran sebagai pemberi asuhan keperawatan ini dapat dilakukan perawat
dengan memperhatikan keadaan kebutuhan keadaan dasar manusia yang
dibutuhkan melalui pemberian pelayanan keperawatan dengan menggunakan
proses keperawatan sehingga dapat ditentukan diagnosis keperawatan agar
bisa direncanakan dan dilaksanakan tindakan yang sesuai dengan kebutuhan
dasar manusia, kemudian dapat dievaluasi tingkat perkembangannya.

b.

Peran Sebagai Advokat Klien


Peran ini dilakukan perawat dalam membantu klien dan keluarga dalam
menginterpretasikan berbagai informasi dari pemberi pelayanan atau
informasi lainkhususnya dalam pengambilan persetujuan atas tindakan
keperawatan

yang

diberikan

kepada

klien,

juga

dapat

berperan

mempertahankan dan melindungi hak-hak pasian yang meliputi hak atas


peleyanan sebaik-baiknya, hak atas informasi tentang penyakitnya, hak atas
privasi, hak untuk menentukan nasibnya sendiri dan hak untuk menerima

ganti rugi akibat kelalaian.


c.

Peran Edukator.
Peran ini dilakukan dengan membantu klien dalam meningkatkan tingkat
pengetahuan kesehatan, gejala penyakit, bahkan tindakan yang diberikan,
sehingga terjadi perubahan perilaku dari klien setelah mendapatkan
pendidikan kesehatan.

d.

Peran Koordinator.
Peran ini dilaksakan dengan mengarahkan, merencanakan, serta
mengorganisasi pelayanan kesehatan dari tim kesehatan sehingga pemberian
pelayanan kesehatan dapat terarah serta sesuai dengan kebutuhan klien.

e.

Peran Kolaborator.
Peran perawat disini dilakukan karena perawat bekerja melalaui tim
kesehatan yang terdiri dari dokter, fiisoterapis, ahli gizi dan lain-lain dengan
berupaya mengidentifikasi pelayanan keperawatan yang diperlukan termasuk
diskusi, atau bertukar pendapat dalam bentuk pelayanan selanjutnya.

f.

Peran Konsultan.
Peran perawat sebagai konsultan adalah sebagai tempat konsultasi
terhadap masalah atau tindakan keperawatan yang tepat untuk diberikan.
Peran ini dilakukan atas permintaan klien terhadap informasi tentang tujuan
pelayanan keperawatan yang diberikan.

g.

Peran Pembaharu.
Peran sebagai pembaharu dapat dilakukan dengan mengadakan
perencanaan, kerja sama, perubahan yang sistematis dan terarah sesuai
dengan metode pemberian pelayanan keperawatan.

peran perawat

1.

Memberikan ketenangan atau privasi sesuai dengan kebutuhan melalui berdoa

dan beribadah secara rutin


2.

Membantu individu yang mengalami keterbatasan fisik untuk melakukan ibadah.

3.

Menghadirkan

pemimpin

spiritual

untukmenjelaskan

berbagai

konflik

keyakinandan alternative pemecahannya.


4.

Mengurangi atau menghilangkan beberapa tindakan medis yang bertentangan

dengan keyakinan pasien dan mencari alternatif pemecahannya.


5.

Mendorong untuk mengambil keputusan dalam melakukan ritual.

6.

Membantu pasien untuk memenuhi kewajibannya

contoh
Peran yang cukup mendasar tentang peran keagamaan terhadap perubahan fisik
biologik, sebagaimana dituntut oleh para pakar yang berorientasi fisikalistik yang
mendapatkan bukti bahwa dengan perkataan yang baik dan halus sebagaimana
perkataan orang yang sedang berdoa dapat mengubah partikel air menjadi kristal
heksagonal yang indah, dan selanjutnya bermanfaat dalam upaya kesehatan secara
umum.
Penelitian yang mencari kaitan antara sholat tahajud dengan kesehatan telah
dilakukan oleh Sholeh (2000), dan mendapatkan bahwa mereka yang melaksanakan
sholat tahajud secara rutin, setelah 4 minggu akan menunjukkan peningkatan kadar
limfosit dan kadar imunoglobulin, danterus meningkat sampai minggu ke delapan.
Meningkatnya kadar limfosit dan imunoglobulin menggambarkan makin tingginya
daya tahan tubuh secara imunologik.
Pengaruh puasa Ramadhan terhadap kesehatan telah diteliti pula oleh Zainullah
(2005), dengan sampel para santri suatu pondok pesantren. Penelitian dilakukan 3
minggu sebelum Ramadhan sampai denganpuasa hari ke-26.
Penilaian terhadap substansi imunologik. Dari ketigahal diatas maka peran
perawat dengan memberikan bimbingan secara koprehensip yaitu melalui keagamaan
akan pengaruh terhadap kondisi bio, psiko,sosio dan spiritual.
Contoh lain : minuman beralkohol sesuatu yang dilarang agama dan akan berdampak
pada kesehatan bila dikonsumsi manusia.

Anda mungkin juga menyukai