Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas Daerah- Daerah
Provinsi dan Daerah Provinsi itu dibagi atas Kabupaten dan Kota yang
masing-masing mempunyai Pemerintahan Daerah untuk mengatur dan
mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas Otonomi dan tugas
pembantuan. Sistem Pemerintahan Daerah di Indonesia menurut Undang
Undang Dasar 1945 secara jelas mengatur adanya pembagian daerah dengan
susunan pemerintahannya yang bersifat otonom yang ditetapkan dengan
Undang-undang. Istilah yang bersifat otonom ini, memberikan keleluasaan
kepada Daerah untuk mengatur, mengurus serta menyelenggarakan sendiri
urusan pemerintahan menurut asas desentralisasi, dekonsentrasi, dan tugas
pembantuan (medebewind). Hal ini ditekankan pada percepatan terwujudnya
tingkat

kesejahteraan

masyarakat

melalui

peningkatan

pelayanan,

pemberdayaan dan peran serta dengan memperhatikan prinsip demokrasi,


pemerataan, keadilan, keistimewaan dan kekhususan serta potensi dan
keanekaragaman Daerah dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Pemberian Otonomi kepada Daerah merupakan penjabaran dari Pasal
18 UUD 1945 yang kemudian diimplementasikan ke dalam Undang-undang
Nomor

22

tahun

1999

tentang

Pemerintahan

Daerah

yang

pada

perkembangannya digantikan dengan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004


tentang Pemerintahan Daerah. Berdasarkan Pasal 18 Undang-undang Dasar
1945 menegaskan bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas
Daerah-Daerah Provinsi dan Daerah Provinsi dibagi atas Kabupaten dan Kota
yang tiap-tiap Provinsi, Kabupaten dan Kota itu mempunyai Pemerintahan
Daerah yang diatur dengan Undang-undang.
Negara
penyelenggaraan

Republik

Indonesia

pemerintahannya

sebagai

Negara

menganut

asas

Kesatuan

dalam

Desentralisasi,

Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan. Pelaksanaan asas Dekonsentrasi


diletakkan pada Daerah Provinsi dalam kedudukannya sebagai Wilayah
Administrasi untuk melaksanakan kewenangan pemerintahan tertentu yang
1

dilimpahkan kepada Gubernur sebagai Wakil Pemerintah Pusat di Daerah.


Konstruksi perwilayahan yang diatur dalam Undang-undang Nomor 32 Tahun
2004 tentang Pemerintahan Daerah menempatkan Provinsi sebagai Daerah
otonom sekaligus sebagai Wilayah Administrasi. Pengaturan sedemikian ini
berarti bahwa antara Provinsi dengan Kabupaten dan Kota mempunyai
keterkaitan dan hubungan hirarkis satu sama lain, baik dalam arti status
kewilayahan

maupun

dalam

sistem

dan

prosedur

penyelenggaraan

pemerintahan. Adanya pemikiran bahwa Provinsi dengan Kabupaten Kota


terlepas satu sama lain, mengingkari prinsip-prinsip Negara Kesatuan
Republik Indonesia dan Undang-undang Dasar 1945 yang secara jelas telah
mengatur secara sistematis antara masing-masing tingkat pemerintahan.
Menyadari hal itu, maka dalam rangka mewujudkan prinsip-prinsip Negara
Kesatuan Republik Indonesia, Gubernur sebagai wakil Pemerintah menerima
pelimpahan wewenang di bidang pemerintahan umum dan pelimpahan
wewenang urusan teknis sesuai dengan kewenangannya di samping
kewajibannya untuk menghormati hak-hak dan asal-usul Daerah serta nilainilai budaya.
Dalam perkembangannya, konsepsi mengenai otonomi daerah yang
pada dasarnya merupakan sistem pemerintahan desentralisasi atau tidak dari
pusat sering terjadi kesalah pahaman dalam menjalankannya.. Persoalan
otonomi daerah dan desentralisasi merupakan masalah yang ramai dibicarakan
di negeri ini, disamping integrasi nasional, korupsi, partai politik, dan kohesi
nasional. Pertumbuhan otonomi daerah di Indonesia sejak masa kemerdekaan
sampai sekarang (masa reformasi) telah mengalami perubahan-perubahan
secara fluktuatif (naik-turun) yang begitu kompleksitas. Pada kenyataannya
desentralisasi yang menjadi lokomotif demokrasi lokal ternyata menciptakan
raja-raja kecil di daerah karena pemerintahan daerah panen kekuasaan. Rakyat
daerah tetap saja tidak mempunyai keleluasaan, sehingga menimbulkan
ketidakadilan, kecemburuan sosial, dan pelayanan umum yang tidak
maksimal.
Pada saat Otonomi dan desentralisasi sudah diterapkan, pikiran kita
tertuju pada permasalahan Otonomi Khusus Aceh, Otonomi Khusus Papua,

dan Keistemewaan Yogyakarta, yang sebenarnya merupakan bentuk


federalistis

nyata.

Pemberlakuan

Otonomi

Khusus

tersebut

memicu

kecemburuan dan rasa ketidakadilan dari daerah lain yang kaya dengan
sumber daya alam. Sorotan penuh perlu diberikan kepada pemerintah daerah
mengenai kebijakan yang dibuat masing-masing daerah untuk memajukan
daerahnya. Hal ini dikhawatirkan terjadi penyalahgunaan kebijakan dalam
penyelenggaraan otonomi daerah. Dengan adanya penyalahgunaan kebijakan
mengenai otonomi daerah akan terjadi dampak yang signifikan menimpa
masyarakat. Otonomi daerah dikatakan cacat dalam pelaksanaannya apabila
kebijakan yang dibuat kurang mengutungkan bagi masyarakatnya. Kebijakan
penyelenggaraan otonomi daerah harus berpihak kepada seluruh elemen di
suatau daerah, sehingga tercipta keharmonisan dalam pelaksanaannya.
1.2 Tujuan Penulisan
Dengan adanya pemusatan wewenang kepada pemerintah daerah, yang
mana pemerintah daerah tidak mau berurusan dengan pemerintah provinsi
langsung ke Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah sehingga Provinsi sebagai
wakil pemerintah pusat tidak berfungsi. Dilatarbelakangi hal tersebut, penulis
menyusun makalah ini dengan tujuan :
1. Untuk mengetahui pengertian otonomi daerah
2. Untuk mengetahui tujuan, ciri-ciri, dasar hukum otonomi daerah
3. Untuk mengetahui syarat yang harus di penuhi dalam otonomi daerah
4. Untuk mengetahui implementasi otonomi daerah
5. Untuk mengetahui hubungan otonomi daerah dengan desentralisasi
1.3 Kegunaan
1.3.1 Secara Teoritis
Manfaat penulisan makalah ini adalah sebagi tambhan pengetahuan
tentang otonomi daerah yang berlaku di NKRI
1.3.2 Secara praktis
Sebagai literatur untuk lebih memahami otonomi daerah di indonesia.
1.4 Metodelogi Penulisan
Dari beberapa metode penulisan yang ada,penyusunan makalah ini
penulis menggunakan metode kepustakaan dimana selain mendapatkan materi
makalahnya dari buku-buku mengenai otonomi daerah dan UU otonomi
daerah serta penulis juga menggunakan media internet untyk mendukung data-

data yang sudah ada, mengungat keterbatasan wktu maka melalui internet data
mudah didapatkan dan cepat serta efisien.

BAB II
RUMUSAN MASALAH
Atas diselenggarakannya otonomi daerah di NKRI, maka perlu diketahui
bagaimana otonomi daerah yang berjalan di indonesia. Adapun rumusan masalah
dari penulisan makalah otonomi daerah di indonesia adalah sebagai berikut:
1. Apa pengertian otonomi daerah?
2. Apa tujuan, ciri-ciri, dan dasar dari otonomi daerah?
3. Apa saja syarat yang harus dipenuhi dalam otonomi daerah?
4. Bagaimana implementasi otonomi daerah?
5. Bagaimana hubungan otonomi daerah dengan desentralisasi?

BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Pengertian Otonomi Daerah
Otonomi berasal dari 2 kata yaitu , auto berarti sendiri,nomos berarti
rumah tangga. Otonomi dengan demikian berarti mengurus rumah tangga
sendiri.Dengan mendampingkan kata ekonomi dengan kata daerah,maka istilah
mengurus rumah tangga sendiri mengandung makna memperoleh kekuasaan
dari pusat dan mengatur atau menyelenggarakan rumah tangga pemerintahan
daerah sendiri.
Otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom
untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan
masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Secara
harfiah, otonomi daerah berasal dari kata otonomi dan daerah. Otonomi berarti
mengurus pemerintahan sendiri, sedangkan daerah adalah kesatuan masyarakat
hukum yang mempunyai batas-batas wilayah.
Pelaksanaan otonomi daerah selain berlandaskan pada acuan hukum, juga
sebagai implementasi tuntutan globalisasi yang harus diberdayakan dengan cara
memberikan daerah kewenangan yang lebih luas, lebih nyata dan bertanggung
jawab, terutama dalam mengatur, memanfaatkan dan menggali sumber-sumber
potensi yang ada di daerah masing-masing.
3.2 Tujuan Otonomi Daerah
Adapun tujuan pemberian otonomi daerah adalah sebagai berikut:

Peningkatan pelayanan masyarakat yang semakin baik.

Pengembangan kehidupan demokrasi.

Keadilan nasional.

Pemerataan wilayah daerah.

Pemeliharaan hubungan yang serasi antara pusat dan daerah serta antar
daerah dalam rangka keutuhan NKRI.

Mendorong pemberdayaaan masyarakat.

Menumbuhkan prakarsa dan kreativitas, meningkatkan peran serta


masyarakat, mengembangkan peran dan fungsi Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah.
Secara konseptual, Indonesia dilandasi oleh tiga tujuan utama yang

meliputi: tujuan politik, tujuan administratif dan tujuan ekonomi. Hal yang
ingin diwujudkan melalui tujuan politik dalam pelaksanaan otonomi daerah
adalah upaya untuk mewujudkan demokratisasi politik melalui partai politik
dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. Perwujudan tujuan administratif yang
ingin dicapai melalui pelaksanaan otonomi daerah adalah adanya pembagian
urusan pemerintahan antara pusat dan daerah, termasuk sumber keuangan,
serta pembaharuan manajemen birokrasi pemerintahan di daerah. Sedangkan
tujuan ekonomi yang ingin dicapai dalam pelaksanaan otonomi daerah di
Indonesia adalah terwujudnya peningkatan indeks pembangunan manusia
sebagai indikator peningkatan kesejahteraan masyarakat Indonesia.
3.3 Ciri-Ciri Otonomi Daerah

Setiap daerah memiliki perda (dibawah UU)


Perda terikat dengan UU
Hanya Presiden berwengan mengatur hukum
DPRD (provinsi) tidak punya hak veto terhadap UU negara yang disahkan
DPR
Perda dicabut pemerintah pusat
Bisa interversi dari kebijakan pusat
Perjanjian dengan pihak asing/luar negeri harus melalui pusat
APBN dan APBD tergabung
Pengeluaran APBN dan APBD dihitung perbandingan
Setiap daerah tidak diakui sebagai negara berdaulat
Keputusan pemda diatur pemerintah pusat
Tidak ada perjanjian antar daerah jika SDM/SDA dilibatkan
Masalah daerah merupakan tanggung jawab bersama
Hanya hari libur nasional diakui

3.4 Dasar Hukum Otonomi Daerah

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 18

Ketetapan MPR RI Nomor XV/MPR/1998 tentang Penyelenggaraan


Otonomi Daerah, Pengaturan, pembagian, dan Pemanfaatan Sumber Daya

Nasional yg Berkeadilan, serta perimbangan keuangan Pusat dan Daerah


dalam Kerangka NKRI.

UU No. 22 Tahun 1999 tentang otonomi daerah

UU No. 32 Tahun 2004 revisi dari UU No. 22 Tahun 1999 tentang


penyelenggaraan otonomi daerah

PP.No. 38 Tahun 2007 tentang pengaturan secara tegas pembagian


Pemerintahan Pusat, Provinsi dan Daerah/Kota

3.5 Syarat Syarat yang harus dipenuhi


Syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk mencapai tujuan dari
kebijakan otonomi daerah diatas yaitu;
a. Memiliki teritorial kebijakan yang jelas (legal territorial of power), yaitu
kebijakan dan keputusan yang dibuat serta dilakukan pemerintah dan
rakyat daerah yang hanya meliputi batas wilayah daerah kekuasaan daerah
tersebut.
b. Memiliki pendapatan daerah sendiri (local own income), yaitu agar daerah
memiliki pendapatan (income) sendiri yang dihasilkan dari potensi SDA
daerah, dan diperoleh dari Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana Alokasi
Khusus (DAK) yang berasal dari APBN.
c. Memiliki badan perwakilan (local representative body), yaitu dapat
memiliki badan legislatif dan eksekutif yang dibentuk menurut kebutuhan
daerah oleh anggota legislatif hasil pemilihan secara langsung dan kepala
pemerintahan daerah.
d. Memiliki kepala daerah yang dipilih sendiri melalui pemilu (local leader
executive by election), yaitu dapat memiliki kepala daerah (gubernur,
bupati/walikota) yang merupakan hasil pemilu langsung kepala daerah
(PILKADA) oleh rakyat daerah provinsi atau kabupaten/kota.

3.5 Implementasi Otonomi Daerah


Implementasi otonomi daerah bagi daerah tingkat I dan II , seiring
dengan pelimpahan wewenang pemeintah pusat dapat dekelompokkan dalam
lima bidang yaitu :

1. Implementasi Dalam Pembinaan Wilayah.


a. Pelaksanaan otonomi daerah tidak menghilangkan tugas, peran dan
tanggungjawab pemerintah pusat. Otonomi tidak dirancang agar suatu
daerah tidak memiliki sifat-sfat seperti negara . Pemerintah pusat
dalam rangka otonomi masih melakukan pembinaan wilayah dengan
mengelola dan mengerahkan segala potensi wilayah suatu daerah
untuk didayagunakan guna mewujudkan kesejahteraan rakyat.
b. Pola pembinaan wilayah dilaksanakan dengan mendelegasikan tugastugas pemerintah pusat kepada pemerintah daerah. Pada prinsipnya ,
pembinaan wilayah diserahkan kepada daerah untuk mengelola sumber
daya yang potensial untuk kesejahteraan daerah dan dalam Negara
kesatuan dan tugas pemerintah pusat adalah melakukan pengawasan .
c. Tugas dan fungsi pembinaan wilayah meliputi prinsip pemerintahan
umum yaitu penyelenggaraan pemerintah pusat ke daerah ,
memfasilitasi dan mengakomodasi kebijakan daerah , menjaga
keselarasan pusat dan daerah , menciptakan ketentraman dan ketertiban
umum , menjaga tertibnya hubungan lintas batas dan kepastian batas
wilayah, menyelenggarakan kewenangan daerah dan menjalankan
kewenangan lain.
d. Pejabat Pembina wilayah dilaksanakan oleh kepala daerah yang
menjalankan dua macam urusan pemerintahan yaitu urusan daerah dan
urusan umum.
2. Pembinaan Sumber Daya Manusia.
a. Pelaksanaan otonomi daerah memberikan wewenang pembinaan
sumber daya manusia kepada daerah .
b. Dalam era otonomi , daerah harus mempersiapkan SDM untuk
memenuhi kebutuhan dengan prinsip keterbukaan dan akuntabilitas.
c. Untuk menunjang kinerja daerah dalam rangka kerjasama antar daerah
dan pusat, pemerintah pusat membutuhkan sumber daya manusia yang
mempunyai kemampuan mengembangakan jaringan dan kerjasama
tim serta mempunyai etos kualitas kerja yang tinggi .
d. Untuk pembinaan sumer daya manusia , pemerintah daerah
diharapkan:
Membuat struktur organisasi yang terbuka
Menyediakan media untuk pns berkreatif dan membuat
terobosan baru.
9

Mendorong PNS berani mengembil resiko.


Memberikan penghargaan bagi yang berhasil.
Mengembangan pola komunikasi yang efektif antar PNS.
Membangun suasana kerja yang inovatif.
Mengurangi hambatan birokrasi.
Mencegah tindakan intervensi ang menggangu proses kerja

konvensional
Mendelegasikan tanggung jawab dengan baik.
e. Memperbaiki cara kerja birokrasi dengan cara memberikan teladan ,
membuat perncanaan , melaksanakan kerja dengan pengawasn kerja
yang memadai , menentukan prioritas , memecahkan maslah ,
melakukan komunikasi , melakukan hubungan antar pribadi dan
memperhatikan waktu kehadiran .
f. Mengurangi penyimpangan birokrasi dengan menegakkan disiplin
pegawai . membangun pelayanan yang berorientasi pelanggan ,
menetapkan tanggung jawab , mengembangkan budaya demokrasi
yang bersih, memberikan pelayanan yang tepat dengan biaya murah.
3. Penanggulangan Dan Percepatan Penurunan Kemiskinan.
a. Masalah kemiskinan merupakan masalah penting bagi pemerintah
daerah. Otonomi memberikan kewenangan kepada daerah untuk
mengelola sumber daya yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan
penduduk di wilayahnya .
b. Pengentasan kemiskinan menjadi masalah penting dari UU no 25
tahun 1999 dimana pemerintah daerah mempunyai wewenang luas dan
didukung dari dana APBD . pengentasan kemiskinan menggunakan
prinsip :
Memberdayakan peranan wanita
Mempermudah akses keluarga miskin untuk berusaha dengan
mendekatkan kepada modal dan pemasaran produknya
Menanggulangi bencana .
Membuat kebijakan yang berpihak kepada rakyat miskin.
c. Program penanggulangan kemiskinan dilakukan berdasar karakter
penduduk dan wilayah.
d. Penangggulangan kemiskinan harus mengedepankan peran masyarakat
dan swasta dengan melakukan investasi yang dapat menyerap tenaga
kerja bagi penduduk miskin

10

e. Membangun paradigma baru tentang peranan pemerintah daerah yaitu


dari pelaksana menjadi fasilitator, memberikan intruksi menjadi
melayani, mengatur menjadi memberdayakan masyarakat, bekerja
memenuhi aturan menjadi bekerja untuk mencapai misi pembangunan.
f. Peranan pemerintah daerah dalam pemberdayaan masyarakat adalah
memberikan legitimasi kepada LSM dan masyarakat penerima
bantuan, menjadi penengah, mendorong peningkatan kemampuan
keluarga miskin, turut mengendalikan pembanguna fisik dan
memberikan sosialisasi gerakan terpadu pengentasan kemiskinan.
g. Pemerintah daerah dalam rangka penanggulangan kemiskinan dapat
mengambil kebijakan keluarga yaitu mendata dengan benar karakter
keluarga miskin, mengidentifikasi tipe dan pola keluarga miskin,
melakukan intervensi kebijakan.
4. Penataan hubungan fungsional antara DPRD dan pemerintahan daerah
( Hubungan Fungsional Eksekutif dan Legislatif )
a. Hubungan eksekutif ( pemerintah daerah ) dan legislatif ( DPRD )
dalam era otonomi mencuat dengan munculnya ketidakharmonisan
antara pemerintah daerah dan DPRD . ketidakharmonisan dipicu oleh
interpretasi dari UU no.22 tahun 1999 yang menyatakan bahwa peran
legislatif lebih dominan dibandingkan peran pemerintah daerah, hal
ini bertentangan dengan kondisi sebelumnya dimana pemerintah
daerah lebih dominan daripada DPRD.
b. Ketidakharmonisan harus di pecahkan dengan sangat otonomi, yaitu
pemberian wewenang kepada daerah untuk mengatur daerahnya yang
meliputi administrasi pemeritahan, pembangunan, dan pelayanan
publik.
c. Asas dalam otonomi menurut UU Nomor 22 Tahun 1999 adalah: (1)
penyerahan wewenang dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah,
kecuali dalam bidang hankam, luar negeri, peradilan, agama, moneter,
dan fiskal, (2) pelimpahan wewenang pusat kepada gubernur sebagai
wakil pemerintah pusat di daerah, dan (3) pembantuan yaitu
penugasan pemerintah pusat kepada pemerintah daerah untuk
melaksanakan tugas tertentu yang disertai pembiayaan, sarana dan

11

prasarana, serta sumber daya manusia, dengan kewajiban melaporkan


pelaksanaan dan pertanggungjawaban kepada pemerintah pusat.
d. Kepada daerah mempunyai wewewang: memimpin penyelenggaraan
pemerintah daerah berdasarkan kebijakan yang ditetapkan DPRD,
bertanggungjawab kepada DPRD, dan menyampaikan laporan atas
penyelenggaraan pemerintah daerah kepada presiden.
e. DPRD dalam era otonomi mempunyai wewenang dan tugas: memilih
gubernur/wakil gubernur, bupati/wakil bupati, atau walikota/wakil
walikota,

membentuk

peraturan

daerah,

menetapkan

APBD,

melaksanakan pengawasan, serta menampung dan menikdaklanjuti


aspirasi masyarakat.
f. Kepala daerah dan DPRD dalam melakukan tugasnya dapat
melakukan komunikasi yang intensif, baik untuk tukar menukar
informasi, dan pengembangan regulasi maupun klarifikasi suatu
masalah.
g. Prinsip kerja dalam hubungan antara DPRD dan kepala daerah adalah
proses membuatan kebijakan, pelaksanaan kerja berdasar susduk,
yang mencakup kebijakan, prosedur, dan tata kerja, menjalankan
prinsip kompromi dan menjujung tinggi etika
5. Peningkatan Koordinasi Tim.
a. Koordinasi merupakan masalah yang serius dalam pemerintah daerah,
seperti sering bongkar pasang sarana prasarana pada PDAM, PLN dan
Telkom yang menunjukkan lemahnya koordinasi selama ini dan telah
menimbulkan dampak negatif seperti inefisiensi organisasi dan
pemborosan uang, tenaga dan alat, keputusan banyak yang tertunda,
tidak tepat dan terjadi kesalahan, serta tidak terjadi integrasi dan
sinkronisasi pembangunan.
b. Pemerintah daerah dapat mengatur sektor riil seperti transportasi,
sarana prasarana, pertanian dan usaha kecil, serta wewenang lain yang
ditentukan UU.
c. Penyebab kurangnya koordinasi dalam era otonomi daerah antara lain
karena sesama instansi belum mempunyai visi yang sama, tidak
adanya rencana pembangunan jangka panjang, rendahnya kemauan
bekerja sama, gaya kepemimpinan yang masih komando, rendahnya
ketrampilan, integritas, dan kepercayaan diri.

12

d. Pemerintah daerah harus menciptakan kerjasama tim dengan cara (1)


pelatihan kepada PNS pemda untuk menumbuhkan komitmen,
tanggungjawab, peduli terhadap pemerintah daerah, dan mempunyai
kompetensi, (2) mengembangkan visi dan misi pemerintahan daerah,
(3) membuat sistem kerja yang baik yaitu adanya kejelasan tugas
pokok, fungsi dan akuntabilitas pekerjaan, dan (4) membangun
suasana dialogis antar pimpinan dan staf pemda.
3.6 Hubungan Otonomi Daerah dengan Desentralisasi
Desentralisasi sebenarnya adalah istilah dalam keorganisasian yang
berarti penyerahan kewenangan dari pemerintah pusat kepada pemerintah
daerah untuk mengurusi urusan rumah tangganya sendiri berdasarkan prakarsa
dan aspirasi dari rakyatnya dalam kerangka NKRI. Dalam kaitannya dengan
sistem pemerintahan Indonesia, desentralisasi akhir-akhir ini seringkali
dikaitkan dengan sistem pemerintahan karena dengan adanya desentralisasi
sekarang menyebabkan perubahan paradigma pemerintahan di Indonesia.
Desentralisasi juga dapat diartikan sebagai pengalihan tanggung jawab,
kewenangan, dan sumber daya (dana, manusia dll) dari pemerintah pusat ke
pemerintah daerah. Sesuai UU Nomor 5 Tahun 1974, desentralisasi adalah
penyerahan urusan pemerintah dari pusat kepada daerah.
Pemerintah yang memilih desentralisasi memandang bahwa dengan
penerapan desentralisasi dapat meningkatkan stabilitas politik dan kesatuan
bangsa karena masing-masing daerah memiliki kebebasan dalam pengambilan
keputusan sehingga dapat meningkatkan keterlibatan dalam sistem politik.
Dengan adanya desentralisasi ini, maka Pemerintah Daerah diberikan
wewenang lebih besar dalam pengambilan keputusan bagi daerahnya dengan
pendekatan yang lebih sesuai. Pemberlakuan desentralisasi juga dapat
mengurangi biaya atas penyediaan layanan publik dengan menekan
diseconomy of scale.
Desentralisasi juga memiliki kelemahan yang harus dievaluasi.
Beberapa studi yang dilakukan di Negara-negara berkembang ditemukan
bahwa dengan sistem desentralisasi dapat mengurangi kualitas dari pelayanan

13

publik, dapat memperlebar disparitas antara daerah yang satu dengan daerah
yang lain dan juga cendrung dapat meningkatkan korupsi.
Otonomi daerah, dilaksanakan dengan tujuan untuk mempercepat
pelaksanaan pembangunan, meningkatkan pelayanan dan kesejahteraan rakyat
di daerah Provinsi, Kab/Kota di seluruh Indonesia.
Adapun Kekurangan dan kelebihan adanya sistem otonomi daerah
diantaranya:
a. Kelebihan/keuntungan :
- Pemerintah Prov/Kab/Kota mampu melihat kebutuhan yang mendasar
-

pada daerahnya untuk menjadi prioritas pembangunan.


Dengan dilaksanakannya Otoda maka pembangunan didaerah tersebut
akan maju, berkembang dalam pembangunan daerah, peningkatan

pelayanan dan kesejahteraan rakyat.


Daerah dapat mengatur sendiri tata kelola pemerintahannya dengan
membentuk Perda sepanjang tidak bertentangan dengan peraturan

pemerintah yang lebih tinggi.


Pemerintah daerah bersama rakyat di daerah itu akan bersama-sama

membangun daerah untuk kemajuan dan kepentingan bersama.


Pada dasarnya kelebihan otonomi daerah biasanya daerah lebih mampu
melihat persoalan yang mendasar pada daerah masing-masing, jadi
otonomi daerah akan membuat daerah itu lebih maju, berkembang dan
bersaing dengan daerah-daerah lain tanpa takut dianaktirikan oleh

pemerintah pusat.
b. Kekurangan/kerugian :
- Pemda ada yang mengatur daerahnya dengan menetapkan Perda yang
bertentangan dengan peraturan yang lebih tinggi, sehingga berpotensi
-

menimbulkan kerawanan di daerah.


Kalau kontrol/pengawasan pemerintah pusat lemah, maka besar
peluangnya untuk munculnya raja-raja kecil yang berpotensi terjadinya

disintegrasi bangsa.
Bila terjadi permasalahan di daerah, misalnya KKN, maka bukan
hanya pemda yang disalahkan, akan tetapi pemerintah pusat akan kena

getahnya (kurang pengawasan).


Peraturan yang ditetapkan pemerintah pusat, kadang-kadang tidak
sesuai dengan kondisi daerah tertentu, sehingga menimbulkan multi
tafsir yang dapat merugikan pemda dan rakyat didaerah itu

14

Kekurangan

yang

mendasar

pada

sistem

otonomi

daerah

adalah daerah suka 'kebablasan" dalam mengatur daerahnya. Hal


mana yang berdampak pada kesejahteraan warga daerah itu
sendiri. Jadi sebaiknya otonomi daerah diterapkan dengan pengawasan
yang ketat dari pemerintah pusat.

BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Otonomi daerah merupakan kewenangan suatu daerah untuk mengurus dan
mengatur sendiri urusan di daerahnya.
2. Dasar hukum atas otonomi daerah diantaranya adalah:
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 18
Ketetapan MPR RI Nomor XV/MPR/1998 tentang Penyelenggaraan
Otonomi Daerah, Pengaturan, pembagian, dan Pemanfaatan Sumber
Daya Nasional yg Berkeadilan, serta perimbangan keuangan Pusat dan

Daerah dalam Kerangka NKRI.


UU No. 22 Tahun 1999 tentang otonomi daerah
UU No. 32 Tahun 2004 revisi dari UU No. 22 Tahun 1999 tentang

penyelenggaraan otonomi daerah


PP.No. 38 Tahun 2007 tentang pengaturan secara tegas pembagian

Pemerintahan Pusat, Provinsi dan Daerah/Kota


3. Tujuan dari otonomi daerah adalah sebagai berikut:
Peningkatan pelayanan masyarakat yang semakin baik
Pengembangan kehidupan demokrasi.
Keadilan nasional.
Pemerataan wilayah daerah.
Pemeliharaan hubungan yang serasi antara pusat dan daerah serta antar

daerah dalam rangka keutuhan NKRI.


Mendorong pemberdayaaan masyarakat.
Menumbuhkan prakarsa dan kreativitas, meningkatkan peran serta
masyarakat, mengembangkan peran dan fungsi Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah.
15

4.

Ciri-ciri otonomi
Setiap daerah memiliki perda (dibawah UU)
Perda terikat dengan UU
Hanya Presiden berwengan mengatur hokum
DPRD (provinsi) tidak punya hak veto terhadap UU negara yang

5.

disahkan DPR
Perda dicabut pemerintah pusat
Bisa interversi dari kebijakan pusat
Perjanjian dengan pihak asing/luar negeri harus melalui pusat
APBN dan APBD tergabung
Pengeluaran APBN dan APBD dihitung perbandingan
Setiap daerah tidak diakui sebagai negara berdaulat
Keputusan pemda diatur pemerintah pusat
Tidak ada perjanjian antar daerah jika SDM/SDA dilibatkan
Masalah daerah merupakan tanggung jawab bersama
Hanya hari libur nasional diakui
Otonomi daerah merupakan bagian tak terpisahkan dari sistem demokrasi.
Otonomi daerah berintikan kebebasan suatu daerah untuk mengelola
daerahnya sendiri, dengan kata lain otonomi daerah bukan merupakan
suatu tujuan akhir, melainkan sebagai mekanisme dalam menciptakan

demokratisasi penyelenggaraan pemerintah.


6. Syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk mencapai tujuan dari kebijakan
otonomi daerah yaitu;
a. Memiliki teritorial kebijakan yang jelas (legal territorial of
power).
b. Memiliki pendapatan daerah sendiri (local own income).
c. Memiliki badan perwakilan (local representative body).
d. Memiliki kepala daerah yang dipilih sendiri melalui pemilu (local
leader executive by election).
7. Implementasi otonomi daerah bagi daerah tingkat I dan II , seiring dengan
pelimpahan wewenang pemeintah pusat dapat dekelompokkan dalam lima
bidang yaitu :
Implementasi Dalam Pembinaan Wilayah.
Pembinaan Sumber Daya Manusia.
Penanggulangan Dan Percepatan Penurunan Kemiskinan.
Penataan hubungan fungsional antara DPRD dan pemerintahan

8.

daerah ( Hubungan Fungsional Eksekutif dan Legislatif )


Peningkatan Koordinasi Tim.
Pemerintah yang memilih desentralisasi memandang bahwa dengan
penerapan desentralisasi dapat meningkatkan stabilitas politik dan
16

kesatuan bangsa karena masing-masing daerah memiliki kebebasan dalam


pengambilan keputusan sehingga dapat meningkatkan keterlibatan dalam
sistem politik. Pemberlakuan desentralisasi juga dapat mengurangi biaya
atas penyediaan layanan publik dengan menekan diseconomy of scale.
Desentralisasi juga memiliki kelemahan yang harus dievaluasi. Beberapa
studi yang dilakukan di Negara-negara berkembang ditemukan bahwa
dengan sistem desentralisasi dapat mengurangi kualitas dari pelayanan
publik, dapat memperlebar disparitas antara daerah yang satu dengan
daerah yang lain dan juga cenderung dapat meningkatkan korupsi.
B. Kritik dan Saran
Dalam otonomi daerah telah memberlakukan desentralisasi demi
meningkatkan stabilitas politik dan kesatuan bangsa, dimana Pemerintah Daerah
diberikan wewenang lebih besar dalam pengambilan keputusan bagi daerahnya
dengan pendekatan yang lebih sesuai. Yang juga dapat mengurangi biaya atas
penyediaan layanan publik dengan menekan diseconomy of scale. Namun
desentralisasi ini memiliki kelemahan yang harus dievaluasi. Di negara
berkembang ditemukan bahwa dengan sistem desentralisasi dapat mengurangi
kualitas dari pelayanan publik, dapat memperlebar disparitas antara daerah yang
satu dengan daerah yang lain dan meningkatkan korupsi. Oleh sebab itu, belum
tentu stabilitas politik dan kesatuan bangsa dapat meningkat ataupun lebih
berkualitas dengan menerapkannya sistem desentralisasi dalam otonomi daerah.

DAFTAR PUSTAKA

Rosyada, Dede, dkk. 2003. Demokrasi, Hak Asasi Manusia, dan Masyarakat
Madani. Jakarta: ICCE

17

Srijanti dkk. 2007. Pendidikan Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi. Jakarta:


Salemba Empat.
Sutoyo. 2011. Pendidikan kewarganegaraan untuk Perguruan Tinggi. Yogyakarta:
Graha Ilmu
Syaukani dkk. 2009. Otonomi Daerah dalam Negara Kesatuan. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar

18

19

Anda mungkin juga menyukai