KASUS
IDENTITAS PASIEN
Nama
: Tn. O
Jenis kelamin
: Laki-laki
Umur
: 75 tahun
Alamat
: Jl. Wijaya kusuma II/ 11 RT 007/07 no. 61 kel. Malakasari jakarta timur
Status
: Duda
Agama
: protestan
Tanggal Masuk
RPS
: Pasien mengeluh pusing berputar sejak 1 hari SMRS. Pasien juga mengeluh mual dan
muntah. Mual dan muntah dirasakan sejak tadi siang bersamaan dengan rasa pusing yang
berputar. Selain itu pasien juga diare dengan frekuensi 4 x hari ini. Tidak ada pandangan double,
tidur pada malam hari tidak terganggu, pendengaran tidak ada gangguan, jika melihat cahaya
lampu, tidak terasa silau.
RPD
RPK
R.Pengobatan : belum diobati, dan pasien tidak dalam penggunaan obat-obatan seperti
obatantihipertensi
R. Alergi
Keadaan umum
Kesadaran
GCS
Tanda vital
Mata
Hidung
Mulut
Telinga
: Sakit Sedang
: Composmentis
: E4V5M6
Tekanan darah
: 180/100 mmHg
Nadi
: 82 x / menit
Respirasi
: 21 x/menit
Suhu
: 36,C
Leher
Tiroid
Paru
Inspeksi
Palpasi
: Normal
Perkusi
: Normal
Auskultasi
Jantung
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Abdomen
Inspeksi
: tidak ada kelainan
Auskultasi
: BU (+) normal
Perkusi
: Timpani di semua kuadran
Palpasi : Supel, nyeri tekan ( - ), hepar dan lien DBN, nyeri epigastrium ( - )
EKSTERMITAS
Atas : Akral hangat, RCT < 2 detik, edema (-), sianosis (-)
Bawah : Akral hangat, RCT < 2 detik, edema (-), sianosis (-),
PEMERIKSAAN NEUROLOGIS
RANGSANG MENINGEAL
Kaku Kuduk : ( - )
Bruinski I,II : ( - )
Kernig
:(-)
Lasegue
:(-)
NERVUS CRANIAL
N.I (Olfaktorius)
N.II (Optikus)
: Tidak dinilai
Visus
KANAN
KIRI
Baik
Baik
Lapang Pandang
N.III(Okulomotorius)
KANAN
Ptosis
KIRI
-
Ukuran pupil
2 mm
2 mm
Bentuk pupil
bulat isokor
bulat isokor
Atas
Bawah
Medial
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
N.IV(Trokhlearis)
KANAN
KIRI
Refleks cahaya
N.V(Trigeminus)
Menggigit
Membuka mulut
Sensibilitas
Refleks kornea
N.VI(Abdusens)
:
:
:
KANAN
tidak ada kelaianan
tidak ada kelainan
tidak ada kelainan
tidak dilakukan
KANAN
+
KIRI
KIRI
4
N.VII(Fasialis)
KANAN
+
KIRI
Menutup mata
Mengangkat alis
N.VIII (Vestibulochoclearis)
Desisi Suara
N.IX&X
KANAN
+
KIRI
+
KANAN
KIRI
Arkus faring
Baik
Baik
Uvula
Baik
Baik
KANAN
KIRI
Memalingkan kepala
Mengangkat bahu
N.XI(Aksesorius)
N.XII (Hipoglosus)
Sikap lidah
Atrofi otot lidah
Fasikulasi lidah
EKSTERMITAS MOTORIK
Gerakan
: Bebas
Kekuatan Otot
KANAN
Kesan di tengah
-
KIRI
Kesan ditengah
-
Tonus otot
Klonus
N
N
Fungsi luhur
R.fisiologis :
Biceps
+ /+
Triceps
+ /+
Patela
+ /+
Biceps
+/+
Reflex patologis
Babinski - / Oppenheim - / -
Cara berjalan
: normal
Tes Romberg
: tidak dilakukan
Disdiadokokinesia
: tidak dilakukan
Dismetria
: (-)
Rebound fenomen
: tidak dilakukan
Nistagmus
: (-)
Manuver Hallpike
: (+)
RESUME
pasien mengeluh vertigo mendadak sejak 1 hari SMRS disertai mual, muntah(+), sesak (-),
trauma (-). Pada pemeriksaan fisik tanda-tanda vital tekanan darah meningkat. Pemeriksaan
neurologis dalam batas normal, tidak defisit neurologis, nistagmus (-), dismetria (-), manuver
Hallpike (+)
Pemeriksaan Tanda Vital
Kesadaran : Composmentis
TD
STATUS NEUROLOGIS
Motorik : Tidak ada kelaianan
Sensorik : Tidak ada kelainan sensibilitas kulit
Reflek fisiologis : +/+
Reflek patologis : -/-
TERAPI
Non-medikamentosa:
o Particle Repositioning Maneuver (PRM)
Medikamentosa:
o Betahistin tab 6 mg 3x1 tab per hari
o Domperidon tab 10 mg 3x1 tab perhari diminum 15-30 menit sebelum makan
o Candesartan 8 mg 1x1 tab perhari
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Vertigo adalah perasaan abnormal & menganggu bahwa seseorang seakan-akan bergerak
terhadap lingkungannya (vertigo subyektif) atau lingkungannya seakan-akan bergerak padahal
sebenarnya tidak (vertigo obyektif), biasanya disertai mual, muntah, kehilangan keseimbangan.
Pasien dengan vertigo juga dapat mengalami Osilopsia: ilusi visual berupa obyek yg terlihat
seakan-akan bergerak maju mundur.
B. ANATOMI SISTEM VESTIBULAR
Tiga sistem yang berbeda berpartisipasi dalam regulasi keseimbangan (ekuilibrium)
diantaranya sistem vestibular, sistem proprioseptif (yaitu persepsi posisi otot dan sendi) dan
sistem visual.
Sistem vestibular terdiri dari labirin, bagian vestibular nervus kranialis kedelapan (yaitu
nervus vestibularis, bagian dari nervus Vestibulokokhlearis) dan nuclei Vestibularis di batang
otak, dengan koneksi sentralnya.
1.
Labirin
Labirin terletak di dalam bagian petrosus os temporalis dan terdiri dari Utrikulus, Sakulus
dan tiga kanalis semisirkularis. Labirin membranosa terpisah dari labirin tulang oleh rongga kecil
yang terisi Perilimf dan organ membranosa berisi Endolimf.
Utrikulus, sakulus dan bagian kanalis semisirkularis yang melebar (ampula) mengandung
organ reseptor yang berfungsi untuk mempertahankan keseimbangan.
1. Tiga Kanalis Semisirkularis
Kanalis semisirkularis terletak di bidang yang berbeda.Kanalis semisirkularis lateral terletak
di bidang horizontal dan dua kanalis semisirkularis lainnya tegak lurus dengannya dan satu sama
lain. Kanalis semisirkularis posterior sejajar dengan
semisirkularis anterior tegak lurus dengan KSS posterior. Karena aksis os Petrosus terletak pada
sudut 45 terhadap garis tengah, Kanalis semisirkularis anterior satu telinga parallel dengan
Kanalis semisirularis posterior telinga sisi lainnya, dan kebalikannya. Kedua Kanalis
semisirkularis laeralis terletak di bidang yang sama (bidang horizontal).
Masing-masing Kanalis semisirkularis berhubungan dengan Utrikulus. Setiap Kanalis
semisirkularis melebar pada salah satu ujungnya membentuk Ampula, yang berisi reseptor
vestibularis yang disebut Krista ampularis. Rambut sensorik Krista tertanam pada salah satu
ujung massa gelatinosa yang memanjang, disebut Kupula, yang tidak mengandung Otolit.
Pergerakan Endolimf di KSS menstimulasi rambut sensorik Krista, merupakan reseptor kinetik
Utrikulus dan Sakulus mengandung makula Utrikularis dan makula Sakularis. Makula
utrikularis terletak di dasar Utrikulus parallel dengan dasar tengkorak, dan macula Sakularis
terletak secara vertikal di dinding medial Sakulus. Sel-sel rambut makula tertanam di membran
gelatinosa yang mengandung kalsium karbonat disebut Statolit. Kristal tersebut ditopang oleh
sel-sel penunjang. Reseptor ini menghantarkan impuls Statik, yang menunjukkan posisi kepala
terhadap ruangan, ke batang otak.
Impuls yg berasal dari reseptor labirin membentuk bagian aferen lengkung refleks yg
berfungsi mengkoordinasikan otot ekstra-okuler, leher & tubuh sehingga keseimbangan tetap
terjadi pada setiap posisi & setiap jenis pergerakan kepala.
Nervus Vestibulokokhlearis
Ganglion vestibulare terletak di Kanalis auditorius internus; mengandung sel-sel bipolar,
prosesus perifernya menerima input dari sel reseptor di organ vestibular; prosesus sentral
membentuk nervus Vestibularis.
Bergabung dgn n.Kokhlearis melintasi kanalis auditorius internus, menembus ruang
subarachnoid di Cerebellopontine angle & masuk ke batang otak di Pontomedularis junction.
Serabutnya melanjutkan ke nukleus Vestibularis yg terletak di dasar Ventrikel keempat.
Kompleks nuklear Vestibularis terbentuk oleh :
10
11
12
neuron motoris tertentu yang berhubungandengan gerakan mata. Jaras ini membantu agar mata
terfokus pada obyek tertentu ketika kepala berputar.
D. ETIOLOGI VERTIGO
Vertigo dapat disebabkan oleh kelainan di dalam telinga, di dalam saraf yang
menghubungkan telinga dengan otak & didalam otak. Vertigo dapat juga disebabkan karena
kecelakaan, stres, gangguan pada telinga bagian dalam, obat-obatan, terlalu sedikit atau banyak
aliran darah ke otak.
1. Penyebab umum Vertigo
- Keadaan lingkungan
o Motion sickness (mabuk darat, mabuk laut)
- Obat-obatan
o alkohol, gentamisin
- Kelainan sirkulasi
o Transient Ischemic Attack pada arteri vertebral & arteri basiler
- Kelainan telinga
o Endapan kalsium di kanalis semisirkularis di telinga dalam yg sebabkan Benign
Paroxysmal Positional Vertigo
o Infeksi telinga bagian dalam karena bakteri
o Herpes zoster
o Labirinitis
o Peradangan saraf vestibuler
o Penyakit Meniere
-
Kelainan neurologis
13
o Sklerosis multipel
o Patah tulang tengkorak disertai cedera labirin, persarafannya atau keduanya
o Tumor otak
o Tumor yang menekan saraf vestibularis
2. Penyebab vertigo dapat berasal dari perifer, dari organ vestibuler sampai ke inti
nervus VIII
Kelainan sentral dari inti nervus VIII sampai ke korteks
a. Labirin, telinga dalam
Benign Paroxysmal Positional Vertigo (BPPV)
Pasca trauma
penyakit Meniere
Labirinitis
Toksik (aminoglikosid, streptomisin, gentamisin)
Oklusi peredaran darah di labirin
Fistula labirin
b. Saraf otak ke VIII
Neuritis iskemik (misal pada Diabetes Mellitus)
Infeksi, inflamasi (Sifilis, Herpes zoster)
14
Neuritis vestibular
Neuroma akustikus
Tumor lain di sudut serebelo-pontin
c. Sentral
1) Supratentorial
Trauma
Epilepsi
2) Infratentorial
Insufisiensi vertebrobasiler
3. Obat-obatan yang dapat menyebabkan Vertigo
Yang dapat menyebabkan vertigo disertai tinitus & hilangnya pendengaran yaitu
aminoglikosid, diuretik, anti-inflamasi non-steroid. Streptomisin & gentamisin lebih bersifat
vestibulotoksik. Kanamisin, amikasin & netilmisin lebih bersifat ototoksik Antimikroba yang
dikaitkan dengan gejala vestibuler yaitu sulfonamid, asam nalidiksat, metronidazol dan
minosiklin.
E. PATOFISIOLOGI
Vertigo timbul jika ada gangguan alat keseimbangan yg mengakibatkan ketidakseimbangan
antara posisi tubuh (informasi aferen) dengan apa yang dipersepsi oleh SSP (pusat kesadaran).
Susunan aferen yg terpenting dalam sistem ini adalah susunan vestibuler.
Penyebab sebagian besar kasus Vertigo dianggap adalah ketidakseimbangan impuls sensorik
yang berhubungan dengan pergerakan yang mencapai otak melalui tiga system persepsi yang
15
berbeda diantaranya visual, vestibular dan somatosensorik (proprioseptif). Hal ini dikenal
sebagai hipotesis konflik sensorik atau Polysensory mismatch.
Susunan lain yang ikut berperan ialah sistem optik & proprioseptik, jaras yg menghubungkan
nuklei vestibularis dengan nukleus N. III, IV dan VI, susunan vestibuloretikularis &
vestibulospinalis.
Pada individu yang normal, berbagai jenis pergerakan yang tidak biasa dapat mencetuskan
Vertigo. Manifestasi Motion sickness yang paling menggang adalah gejala otonomik seperti
mual, pucat, hipotensi, fatigue, menguap, diaphoresis dan muntah), sedangkan Vertigo sendiri
biasanya menyebabkan gejala yang lebih ringan pada pasien dan mungkin tidak terlalu
diperhatikan. Pasien yang normal dapat menderita Motion sickness berat apabila terjadi konflik
sensorik yang jelas, misalnya ketika seseorang berada di bawah dek sebuah kapal yang besar,
pada situasiini, system visual melaporkan bahwa lingkungan dalam keadaan tidak bergerak,
kebalikan dengan gerakan terus menerus yang disampaikan oleh system vestibularis. Saat
stimulus yang membingungkan menghilang, Motion sickness perlahan-lahan menghilang dalam
24 jam berikutnya.
F. KLASIFIKASI VERTIGO
Vertigo diklasifikasikan menjadi 4 klasifikasi, yaitu :
Berdasar penyebab terjadinya
Berdasar pola serangan
Berdasar bentuk serangan
16
17
Vertigo Perifer
Vertigo Sentral
Sistem vestibuler
Ciri-ciri
Vaskular (otak, batang otak,
serebellum)
Penyebab
Benigne Paroxysmal
Positional Vertigo,
vertebrobasiler insufisiensi,
neoplasma,
peny. Meniere,
migren basiler
neuronitis vestibuler,
labirinitis, neuroma akustik
Gejala pada SSP
Tidak ada
Tidak ada
Ya
Tidak
Berat
Ringan
Ada
(+)
Tidak ada
(-)
Habituasi
Intensitas vertigo
Telinga berdenging
Nistagmus
NISTAGMUS
Kita dapat membedakan vertigo sentral & perifer berdasarkan Nistagmus. Nistagmus
merupakan Gerakan bola mata sifatnya involunter, bolak balik, ritmis, dgn frekuensi tertentu.
Nistagmus merupakan bentuk reaksi dari refleks vestibulo-okuler terhadap aksi tertentu.
Nistagmus dapat bersifat fisiologis atau patologis, muncul spontan atau dengan rangsangan alat
bantu seperti tes kalori, kursi berputar, tes posisional atau gerakan kepala.
Vertigo vestibular dirasakan sebagai perasaan yang berputar atau translasional (masingmasing sesuai dengan peran kanalis semisirkularis dan otolit) dan berkaitan dengan nistagmus.
Perbedaan Karakteristik Nistagmus pada Vertigo sentral dengan Vertigo perifer
Nistagmus
Arah
Sifat
Tes posisional
-
Latensi
Vertigo sentral
Berubah-ubah
Unilateral/bilateral
Singkat
Vertigo Perifer
Horizontal, horizontal rotatoar
Bilateral
Lebih lama
Lama
Singkat
19
Durasi
Sedang
Sedang
Intensitas
Susah ditimbulkan
Mudah ditimbulkan
Sifat
Jarang ditemukan
Sering ditemukan
Tidak terpengaruh
Terhambat
G. PENEGAKKAN DIAGNOSIS
1. Anamnesis
a. Anamnesis khusus dengan vertigonya, diantaranya ditanyakan kepada pasien
-
mengenai:
Kekhususan sifat vertigo, keparahan vertigonya
Intensitas timbulnya vertigo
Bagaimana timbul dan bagaimana berakhirnya
Pengaruh lingkungan atau situasi
Keluhan lain seperti telinga berdenging, mual, muntah
Anamnesis keluhan lain seperti misalnya :
Adanya gangguan penglihatan, disartria, disfonia, gangguan pergerakan jika keluhan ini
diketahui ototoksik/vestibulotoksik
Riwayat adanya penyakit sistemik seperti anemia, penyakit jantung, hipertensi, hipotensi,
penyakit paru, juga kemungkinan trauma akustik.
Pemeriksaan Fisik
-
a. Fungsi vestibuler/serebeler
a) Uji Romberg :
Pada kelainan vestibuler hanya pada mata tertutup badan penderita akan bergoyang
menjauhi garis tengah kemudian kembali lagi, pada mata terbuka badan penderita
tetap tegak.
Pada kelainan serebeler badan penderita akan bergoyang baik pada mata terbuka
maupun pada mata tertutup.
b) Tandem Gait
Penderita berjalan lurus dengan tumit kaki kiri/kanan diletakkan pada ujung jari kaki
kanan/kiri ganti berganti.
Pada kelainan vestibuler perjalanannya akan menyimpang, dan pada kelainan
serebeler penderita akan cenderung jatuh.
c) Uji Unterberger
Pada kelainan vestibuler posisi penderita akan menyimpang/berputar ke arah lesi
dengan gerakan seperti orang melempar cakram; kepala dan badan berputar ke arah
lesi, kedua lengan bergerak ke arah lesi dengan lengan pada sisi lesi turun dan yang
lainnya naik. Keadaan ini disertai nistagmus dengan fase lambat ke arah lesi
d) Past-pointing test (Uji Tunjuk Barany)
Dengan jari telunjuk ekstensi dan lengan lurus ke depan, penderita disuruh
mengangkat lengannya ke atas, kemudian diturunkan sampai menyentuh telunjuk
tangan pemeriksa. Hal ini dilakukan berulang-ulang dengan mata terbuka dan
tertutup.
Pada kelainan vestibuler akan terlihat penyimpangan lengan penderita ke arah lesi
22
e) Uji Babinsky-Weil
b.Pemeriksaan khusus oto-neurulogis
a. Uji dix-hallpike
b. Tes kalori
c. Elektronistagmogram
c.Tes fungsi pendengaran :
a. Tes garpu tala
b. Audiometri
c. Pemeriksaan vestibulospinal
d.fungsi ekstremitas superior : standing tes, past pointing test, writing vertical test
e.fungsi ekstremitas inferior : walking tes, stepping test
f.Pemeriksaan lainnya : finger to finger test, finger to nose test, diadokinesis
H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan laboratorium rutin atas darah dan urin, dan pemeriksaan lain sesuai indikasi.
2. Foto Rontgen tengkorak, leher, Stenvers (pada neurinoma akustik).
3. Neurofisiologi : Elektroensefalografi (EEG), Elektromiografi (EMG), Brainstem Auditory
Evoked Pontential (BAEP).
I. TATALAKSANA
Untuk terapinya dibagi menjadi:
1. Terapi kausal
23
Sebagian besar kausa vertigo tidak diketahui penyebabnya, sehingga terapi biasanya bersifat
simtomatik. Terapi kausal disesuaikan dengan faktor penyebabnya.
a. Benigne Paroxysmal Positional Vertigo
Merupakan penyebab tersering vertigo; umumnya hilang sendiri (self limiting) dalam 4
sampai 6 minggu
Dikaitkan dengan kondisi Otoconia (butir kalsium di dalam kanalis semisirkularis) yang
tidak stabil
Terapi fisik dan manuver Brandt-Daroff dianggap lebih efektif daripada medikamentosa
Penyakit Meniere
Disebabkan pelebaran & ruptur periodik kompartemen endolimfatik di telinga dalam;
biasanya disertai tinitus & gangguan pendengaran
Belum ada terapi yg terbukti efektif; terapi profilaktik juga belum memuaskan; 60-80 %
akan remisi spontan
Dapat dicoba pengggunaan vasodilator, diuretik ringan bersama diet rendah garam;
terkadang dilakukan tindakan operatif berupa dekompresi ruangan endolimfatik &
pemotongan N. vestibularis
Pada kasus berat atau jika sudah tuli berat, dapat dilakukan labirintektomi atau merusak
saraf dengan instilasi aminoglikosid ke telinga dalam (ototoksik lokal)
Pencegahan
antara lain dapat dicoba dengan menghindari kafein, berhenti merokok, membatasi
asupan garam
Obat diuretik ringan atau antagonis kalsium dapat meringankan gejala
Simtomatik dapat diberi obat supresan vestibuler
Neuritis Vestibularis
Self limiting disease, diduga disebabkan infeksi virus; jika disertai gangguan
24
2. Terapi simtomatik
Ditujukan kepada 2 gejala utama yaitu rasa berputar dan gejala otonomnya. Pemilihan obatobat anti vertigo tergantung pada efek obat bersangkutan, berat ringan vertigo dan fasenya.
Misalnya pada fase akut dapat diberikan obat penenang untuk menghilangkan rasa cemas,
disamping anti vertigo lainnya.
Contoh obat untuk meredakan vertigo :
Prometazin 25 mg (avopreg)
3. Terapi Rehabilitasi
Bertujuan untuk membangkitkan dan meningkatkan kompensasi sentral dan habituasi pada
pasien dengan gangguan vestibuler. Beberapa bentuk latihan yang dapat dilakukan adalah
latihan vestibuler, latihan visual vestibuler atau latihan berjalan.
b. Benigne Paroxysmal Positional Vertigo
25
Merupakan penyebab tersering vertigo; umumnya hilang sendiri (self limiting) dalam 4
sampai 6 minggu
c. Dikaitkan dengan kondisi Otoconia (butir kalsium di dalam kanalis semisirkularis) yang
tidak stabil
d. Terapi fisik dan manuver Brandt-Daroff dianggap lebih efektif daripada medikamentosa
Manuver Brandt Darrof
Latihan Lainnya
Latihan lain yang dapat dicoba ialah latihan visual-vestibular; berupa gerakan mata
melirik ke atas, bawah, kiri dan kanan mengikuti gerak obyek yg makin lama makin
cepat, lalu diikuti dengan gerakan fleksiekstensi kepala berulang dengan mata tertutup,
yang makin lama makin cepat
26
J. PROGNOSIS
Pada pasien dengan vertigo vestibular tipe perifer umumnya baik, dapat terjadi remisi
sempurna.
Pada pasien dengan vertigo vestibular tipe sentral, prognosis tergantung dari penyakit yang
mendasarinya
DAFTAR PUSTAKA
Baehr.M, Frotscher.M. 2007. Diagnosis Topik Neurologi DUUS Anatomi, Fisiologi, Tanda,
Gejala. EGC. Jakarta.
Dewanto.G, Suwono Wita.J, et al. 2007. Panduan Praktis Diagnosis dan Tatalaksana Penyakit
Saraf. EGC. Jakarta .
Fife D.T. Benign Paroxysmal Positional Vertigo. Semin Neurol Journal. 2009;29-500-508.
Teixeira L.J, Pollonio J.N., Machado. Maneuvers for the treatment of Benign Positional
Paroxysmal Vertigo: a systemic review. Brazilian Journal of Otorhinolaryngology. 2006;72(1):
130-8
27