I.Definisi
Terdapatnya udara bebas di cavum pleura. Normal, rongga ini tidak terisi
udara dan memiliki tekanan negatif sebesar - 11 sampai - 12 cm air pada waktu
inspirasi dan - 4 sampai - 8 cm air pada saat ekspirasi.
II.EPIDEMIOLOGI
Pneumothoraks spontan primer insidensi nya 7,4-18 /100.000 org per tahun.
Pneumothoraks spontan sekunder insidensi nya 6-7/100.000 org/tahun. Insidens
terjadinya PSP pada usia 20-40 tahun, dg insidens tertinggi pada usia 20
tahunan. Rasio perbandingan nya antara laki-laki dan perempuan adalah 2:1.
Insidens terjadinya PSS terutama pada usia 60-65 tahun. Dengan rasio
perbandingan nya antara laki-laki dan perempuan adalah 2:1
III.Faktor resiko
Laki-laki,merokok, menstruasi, endometriosis, genetik
IV.Klasifikasi
1.Berdasar penyebab
2.Berdasar lokalisasi
Beberapa penderita tanpa bleb, robekan pleura viseralis pada titik perlengketan
dengan pleura parietalis.
Bulla : Suatu kantong udara dibatasi sebagian oleh pleura fibrotik yang menebal
dan sebagian oleh jaringan fibrotik paru serta oleh jaringan paru yang
emfisematous
Blep : Terbentuk oleh alveoli yang pecah melalui jaringan interstitial ke dalam
lapisan fibrous tipis dari pleura viseralis yang berkumpul dalam bentuk kista dan
biasanya di apex.
b. Pneumotoraks spontan sekunder, yaitu pneumotoraks yang terjadi
dengan didasari oleh riwayat penyakit paru yang telah dimiliki sebelumnya,
misalnya fibrosis kistik, penyakit paru obstruktik kronis (PPOK), kanker paru-paru,
asma, dan infeksi paru.
2. Pneumotoraks traumatik
Yaitu pneumotoraks yang terjadi akibat adanya suatu trauma, baik trauma
penetrasi maupun bukan, yang menyebabkan robeknya pleura, dinding dada
maupun paru. Pneumotoraks tipe ini juga dapat diklasifikasikan lagi ke dalam
dua jenis, yaitu :
a. Pneumotoraks traumatik non-iatrogenik, yaitu pneumotoraks yang
terjadi karena jejas kecelakaan, misalnya jejas pada dinding dada, barotrauma.
(pd ketinggian komposisi udara tetap, tekanan barometer menurun, tekanan
o2 menurun, ventilasi meningkat jika belum beraklimatisasi alkalosis
respiratorik.
b. Pneumotoraks traumatik iatrogenik, yaitu pneumotoraks yang
terjadi akibat komplikasi dari tindakan medis. Pneumotoraks jenis inipun masih
dibedakan menjadi dua, yaitu :
1) Pneumotoraks traumatik iatrogenik aksidental
Adalah suatu pneumotoraks yang terjadi akibat tindakan medis karena kesalahan
atau komplikasi dari tindakan tersebut, misalnya pada parasentesis dada, biopsi
pleura.
2) Pneumotoraks traumatik iatrogenik artifisial (deliberate)
sesuai
dengan
perubahan
tekanan
yang
disebabkan
oleh
gerakan
pernapasan. Pada saat inspirasi tekanan menjadi negatif dan pada waktu
ekspirasi tekanan menjadi positif . Selain itu, pada saat inspirasi mediastinum
dalam keadaan normal, tetapi pada saat ekspirasi mediastinum bergeser ke arah
sisi dinding dada yang terluka (sucking wound).
3. Pneumotoraks Ventil (Tension Pneumothorax)
Adalah pneumotoraks dengan tekanan intrapleura yang positif dan makin lama
makin bertambah besar karena ada fistel di pleura viseralis yang bersifat ventil.
Pada waktu inspirasi udara masuk melalui trakea, bronkus serta percabangannya
dan selanjutnya terus menuju pleura melalui fistel yang terbuka. Waktu ekspirasi
udara di dalam rongga pleura tidak dapat keluar . Akibatnya tekanan di dalam
rongga pleura makin lama makin tinggi dan melebihi tekanan atmosfer. Udara
yang terkumpul dalam rongga pleura ini dapat menekan paru sehingga sering
menimbulkan gagal napas.
V. ETIOLOGI
Kelainan yang sering timbul secara umum pada setiap trauma thorax baik tajam
maupun tumpul yaitu:
a. Kulit dan jaringan lunak : luka, memar, dan emfisemasubkutis
b. Tulang : fraktur costa, sternum, pernapasan paradoksal.
c. Pleura :Pneumothorax, hemothoraxhemopneumothorax,kilothorax, serothorax
d. Jaringan paru: traumatic wet lug
e. Mediastinum: pneumomediastinum, robekan esofagus, robekanbronkus
f. Jantung: hemoperikardium, luka jantung
VI. Patofisiologi
Keadaan fisiologis tekanan-tekanan di rongga dada dalam keadaan normal sebagai berikut:
1. Tekanan intrapleura inspirasi sekitar,
2. Tekanan intrapleura ekspirasi sekitar,
11
4
12 cm H2O
- 9 cm H2O
-1,5
- 7 cm H2O
-1,5
- 4 cm H2O
+ 30 cm H2O
+ 90 cm H2O
Paru-paru dibungkus oleh pleura parietalis dan pleura visceralis. Di antara pleura
parietalis dan visceralis terdapat cavum pleura. Cavum pleura normal berisi
sedikit cairan serous jaringan (10-20ml). Tekanan intrapleura selalu berupa
tekanan negatif. Tekanan negatif pada intrapleura membantu dalam proses
respirasi. Proses respirasi terdiri dari 2 tahap : fase inspirasi dan fase eksprasi.
Pada fase inspirasi tekanan intrapleura : -9 s/d -12 cmH2O; sedangkan pada fase
ekspirasi tekanan intrapleura: -3 s/d -6 cmH2O.
Pada waktu inspirasi tekanan intrapleura lebih negatif daripada tekanan intrabronkial, maka
paru mengembang mengikuti gerakan dinding toraks sehingga udara dari luar dengan tekanan
permulaan nol, akan terisap masuk melalui bronkus hingga mencapai alveol. Pada saat
ekspirasi, dinding dada menekan rongga dada sehingga tekanan intrapleura akan lebih tinggi
daripada tekanan udara alveol ataupun di bronkus, akibatnya udara akan ditekan keluar
melalui bronkus.
menimbulkan emfisema subkutis. Emfisema subkutis dapat meluas ke arah perut hingga
mencapai skrotum.2
pada
saat
inspirasi
rongga
dada
mengembang,
disertai
luka
yang
bersifat
katup
tertutup
terjadilah
penekanan
vena
ketika
tekanan
alveolar
melebihi
tekanan
interstisial
paru
sebagaimana yang terjadi pada PPOK dan inflamasi saluran nafas setelah batuk,
udara yang berasal dari ruptur alveolus bergerak ke interstisial dan belakang
paru sepanjang berkas bronkvaskuler ke arah hillus ipsilateral dari paru,
menghasilkan pneumomediastinum; jika terjadi ruptur pada hillusdan udara
bergerak
melalui
pleura
parietalis
mediastinalis
ke
cavum
pleura
dan
mengakibatkan
fistula
bronkopleura.
Pada
akibat
asma,
udara
rongga
pleura
dan
luasnya
paru-paru
yang
mengalami
kolaps
(mengempis)
Gejalanya bisa berupa:
-Nyeri dada tajam yang timbul secara tiba-tiba, dan semakin nyeri jika penderita
menarik nafas dalam atau terbatuk.
- Sesak nafas
- Dada terasa sempit
- Mudah lelah- Denyut jantung yang cepat
- Warna kulit menjadi kebiruan akibat kekurangan oksigen.
Gejala-gejala tersebut mungkin timbul pada saat istirahat atau tidur.Rasa nyeri
bersifat menusuk di daerah hemitoraks yang terserang dan bertambah berat
pada saat bernafas, batuk dan bergerak. Nyeri dapat menjalar ke arah bahu,
hipokondrium atau tengkuk. Rasa nyeri ini disebabkan oleh perdarahan yang
terjadi akibat robekan pteura viseralis dan darah menimbulkan iritasi pada
pleura viseralis
Keluhan utama yang diungkapkan penderita adalah nyeri dada disertai sesak
nafas yang timbul secara mendadak.
Sesak nafas makin lama makin hebat akibat pengempisan paru yang terkena
dan gangguan pengembangan paru yang sehat. Penderita dapat mengalami
kegagalan pernafasan akut, terutama bila penyakit yang mendasari timbulnya
pneumotoraks adalah asma atau penyakit paru obstruktif menahun. Kemoreseptor
refleks mengenali signal dari PCO2, pH, dan/atau PO2. Adanya signal dari bahan-bahan
kimia ini membantu pusat pernapasan untuk bekerja. Kemoreseptor periferTerdiri atas
glomus karotikum pada percabangan a. karotis komunis kiri-kanan serta glomus aortikum
pada arkus aorta. Reseptor ini peka terhadap peningkatan PCO2 dan penurunan PO2/pH
darah. Rangsang pada glomus karotikum diteruskan ke pusat respirasi melalui cabang n.
glosofaringeus, sedangkan rangsang dari glomus aortikum disalurkan melalui cabang
asendens n.vagus. Akibat perangsangan reseptor ini, ventilasi akan meningkat. Sebaliknya,
penurunan PCO2 dan peningkatan PO2/pH darah menyebabkan impuls ke pusat respirasi
berkurang dan ventilasi menurun.Kemoreseptor perifer tidak terlalu sensitif terhadap reduksi
PO2 arteri. Kemoreseptor perifer baru berespons apabila PO2 arteri turun sampai 60 mmHg
(reduksi >40%) dengan mengirimkan impuls aferen ke neuron I medula dan meningkatkan
ventilasi. PO2 turun sampai 60 mmHg hanya pada saat-saat yang tidak biasa, seperti penyakit
pulmoner berat / berkurangnya PO2 atmosfer, dan tidak terjadi pada respirasi normal.
Hb masih 90% tersaturasi pada PO2 60 mmHg, namun menurun drastis di bawah 60 mmHg.
Karena itu refleks kemoreseptor perifer ini merupakan mekanisme emergensi yang penting,
karena PO2 yang sangat rendah akan melemahkan pusat pernapasan serta keseluruhan
otak.Kemoreseptor perifer berespons terhadap PO2 darah, bukan total O2 darah. Karena itu,
total O2 darah arteri dapat turun sampai level yang berbahaya tanpa respons dari
kemoreseptor perifer. Total O2 dapat berkurang pada anemia, di mana Hb yang membawa O2
berkurang, atau pada keracunan CO, di mana Hb lebih mengikat CO daripada O2. Pada
kedua kasus tersebut, PO2 arteri normal, sehingga respirasi tidak distimulasi, meskipun
pengiriman O2 ke jaringan dapat berkurang sampai mengakibatkan kematian
Batuk pada umumnya tidak produktif, terutama pada pneumotoraks spontan
idiopatik. Keluhan lain yang dapat dijumpai tergantung pada kelainan yang
mendasari timbulnya pneumotoraks
VII.Anamnesis
Biasanya ditemukan anamnesis yang khas, yaitu rasa nyeri pada dada seperti
ditusuk, disertai sesak nafas dan kadang-kadang disertai dengan batuk-batuk.
Rasa nyeri dan sesak nafas ini makin lama dapat berkurang atau bertambah
hebat.Berat ringannya perasaan sesak nafas ini tergantung
dari derajat
penguncupan paru, dan apakah paru dalam keadaan sakit atau tidak. Pada
penderita
dengan
COPD,
pneumotoraks
yang
minimal
sekali
pun
akan
menimbulkan sesak nafas yang hebat. Sakit dada biasanya datang tiba-tiba
seperti ditusuk-tusuk setempat pada sisi paru yang terkena, kadang-kadang
menyebar ke arah bahu, hipokondrium dan skapula. Rasa sakit bertambah waktu
bernafas dan batuk. Sakit dada biasanya akanberangsur-angsur hilang dalam
waktu satu sampai empat hari.Batuk-batuk biasanya merupakan keluhan yang
jarang bila tidak disertai penyakit paru lain; biasanya tidak berlangsunglama dan
tidak produktif
Auskultasi : Pada bagian yang sakit, suara napas melemah sampai menghilang,
Suara vokal melemah dan tidak menggetar serta bronkofoni negative akibat
transmisi getaran yang terganggu.
infark miokard
pneumonia
emboli paru
X. HASIL RONTGEN
Foto saat pasien ekspirasi: Pada umumnya Thorax akan terlihat lebih kecil saat
ekspirasi, namun pada pneumothorax, thorax terlihat lebih besar saat ekspirasi.
Gambaran radiologis yang tampak pada foto rntgen kasus pneumotoraks antara
lain:
a. Bagian pneumotoraks akan tampak lusen, rata dan paru yang kolaps akan
tampak garis yang merupakan tepi paru. Kadang-kadang paru yang kolaps tidak
membentuk garis, akan tetapi berbentuk lobuler sesuai dengan lobus paru.
b. Paru yang mengalami kolaps hanya tampak seperti massa radio opaque yang
berada di daerah hilus. Keadaan ini menunjukkan kolaps paru yang luas sekali.
Besar kolaps paru tidak selalu berkaitan dengan berat ringan sesak napas yang
dikeluhkan.
c. Jantung dan trakea mungkin terdorong ke sisi yang sehat, spatium intercostals
melebar, diafragma mendatar dan tertekan ke bawah. Apabila ada pendorongan
jantung atau trakea ke arah paru yang sehat, kemungkinan besar telah terjadi
pneumotoraks ventil dengan tekanan intra pleura yang tinggi.
d. Pada pneumotoraks perlu diperhatikan kemungkinan terjadi keadaan sebagai
berikut:
Pneumothorax
Pasien di atas mengalami pneumothorax pada sisi sebelah kiri dengan kolaps
sebagian pada paru kiri. Lapangan paru luar terlihat hitam. Dapat kita lihat ujung
paru
yang
berwarna
hitam
(tanda
panah).
1. Perhatikan kualitas film. Film yang memilki basic fog tidak merata akan
menyebabkan
film
terlihat
hitam
sebagian.
2. Tentukan sisi mana yang mengalami kelainan. Hal ini biasanya mudah
ditentukan
dimana
merupakan
sisi
yang
mengalami
sisi
pengurangan
yang
tanda-tanda
mengalami
paru
kelainan.
paru
ditutupi
oleh
udara
yang
akan
terjadi
bersamaan
dengan
pneumothorax, bullous atau cystis lung disease (penyakit paru cystis) atau jika
pembuluh darah kekurangan darah sebagaimana terjadi pada emboli pulmonari.
Lalu
untuk
pulmonari,
membedakan
maka
antara
pneumothrax,
harus
bullous/cyst
dan
diperhatikan
emboli
:
1. Lihat ujung paru. Pada pneumothorax kita dapat melihat ujung dari paru
terlihat tidak normal. Perhatikan lebih seksama bagian atas, dimana udara akan
terakumulasi pertama kali. Mata kita terlatih untuk melihat garis horisontal lebih
baik dibandingkan dengan melihat garis vertikal sehingga kadang-kadang lebih
mudah mendeteksi ujung paru apabila foto thorax tersebut diputar sehingga
ujung paru berada di atas dan dibawah bukan di kanan dan di kiri.
2. Lihat Mediastinum. Mediastinum yang tampak, bergeser dari paru yang
berwarna hitam, menandakan berkembangnya tension pneumothorax. Ini
merupakan emergensi medis dan kita harus dengan segera memeriksa kembali
pasien
tersebut.
3. Lihat sisa paru yang ada. Bullous disease tampak berkurang jika sisa paru
yang
ada
tampak
normal.
4. Perbedaan antara pneumothorax dan bullae bisa sangat sulit dan seringkali
tidak mungkin. Lihat lagi dengan seksama tanda-tanda paru. Jika kita melihat
tanda-tanda paru tadi menyilang di atas daerah paru yang berwarna hitam,
maka kemungkinan kita sedang melihat bullae. Jika kita melihat tanda-tanda
paru mulai dari peripheral sampai daerah paru yang berawarna hitam, maka itu
juga
kemungkinannya
adalah
bullae.
5. Minta pasien untuk melakukan ekspirasi saat foto thorax diambil. Pada
umumnya Thorax akan terlihat lebih kecil saat ekspirasi, namun pada
pneumothorax,
3.
thorax
terlihat
Tension
lebih
besar
saat
ekspirasi.
Pneumothorax
Pasangan foto thorax diatas menunjukkan adanya potensi kondisi yang fatal dari
tension
pneumothorax
penekanan).
Pada
Foto
(pneumothorax
Inspirasi,
paru
yang
disebabkan
kanan
karena
semuanya
adanya
kolaps,
tetapi
tidak
segera
dikeringkan.
memungkinkan
lihat
pd
film
ekspirasi
dan
hitam
biasanya
sangat
besar.
dari
paru
yang
mengalami
tension
pneumothorax.
3. Lihat bentuk mediastinum. Lihat pada ujung dari paru yang berwarna hitam.
Jika dia cekung ke arah yang berwarna hitam, maka dicurigai adanya tension
pneumothorax.
4. Selalu ingat pada pasien. Tension Pneumothorax bisa berkembang kapan saja
dan
jika
pasien
tiba-tiba
mengalami
stres,
maka
gambaran
tension
pneumothorax bisa hilang saat diambil foto thorax pada kondisi stres ini, padahal
pasiennya masih memiliki tension pneumothorax
CONCLUSION RONTGEN:
-
garis dada viseralis putih, cembung thd diding dada dan terpisah dari
garis pleura parietalis
celah antar ke2 pleura: lusens, tak ada corakan bronkovaskuler ( KARENA
PARU COLAPS AKIBAT CAVUM PLEURA DIPENUHI UDARA BEBAS)
XII. CT SCAN
Untuk membedakan dengan emfisema bulosa, air fluid level intra dan
ekstrapulmoner, PS primer atau sekunder.
Torakoskopi : invasif tapi sensivitas > CT Scan
XII.EKG: Pneumotoraks kiri QRS axis dan precordial T-wave changes mirip
IMA.
ECG changes
In spontaneous left-sided pneumothorax:
pergeseran ke kanan of frontal QRS axis.
pengecilan precordial R voltage.
Decrease in QRS amplitude.
Precordial gelombang T terbalik
With right pneumothorax ECG may show :
pengecilan of the precordial QRS voltage,
right axis deviation,
penonjolan gel R di V2 terkait hilangnya tegangan gel S , mirip posterior
myocardial infarction
Perubahan EKG
Anterior
Inferior
Lateral
Posterior
Ventrikel kanan
XIV.PENATALAKSANAAN
Prinsip penanganan pneumotoraks:
-
torakotomi
Breathing Assesment :
Periksa frekwensi napas, Perhatikan gerakan respirasi, Palpasi toraks, Auskultasi
dan dengarkan bunyi napas
Management:
Lakukan bantuan ventilasi bila perlu, Lakukan tindakan bedah emergency untuk
atasi tensionpneumotoraks, open pneumotoraks, hemotoraks, flail chest
CirculationAssesment:
Periksa frekwensi denyut jantung dan denyut nadi, tekanan darah, Pemeriksaan
pulse oxymetri, Periksa vena leher dan warna kulit (adanya sianosis)
Management:
Resusitasi cairan dengan memasang 2 iv lines, Torakotomi emergency bila
diperlukan
XV.TINDAKAN BEDAH
1. Torakoskopi pemeriksaan endoskopi ke rongga pleura untuk mengetahui
perlengketan pleura, bula dan bleb kecil dengan VATS
Thoracoscopu Surgery) bila:
(Video Assisted
rekomendasikan SIMV?
Pressure control
b. Pneumotoraks Tension
Adalah pneumotoraks yang disertai peningkatan tekanan intra toraks yang
semakin lama semakin bertambah (progresif). Pada pneumotoraks tension
ditemukan mekanisme ventil (udara dapatmasuk dengan mudah, tetapi tidak
dapat keluar).
Ciri:
Terjadi peningkatan intra toraks yang progresif, sehingga terjadi: kolaps total
paru, mediastinal shift (pendorongan mediastinumke kontralateral), deviasi
trakhea ,venous return menurun, hipotensi & respiratory distress berat.
Tanda dan gejala klinis: sesak yang bertambah berat dengan cepat, takipneu,
hipotensi, JVP meningkat, asimetris statis & dinamis
Merupakan keadaan life-threatening , tdk perlu Ro
Penatalaksanaan:
1. Dekompresi segera:
large-bore needle insertion (sela iga II, lineamid-klavikula)
2. WSD
3. Pleurodesis: tindaakan menyatukan pleura viseralis dengan parietalis
c. Open Pneumothorax
Terjadi karena luka terbuka yang cukup besar pada dada sehingga udara dapat
keluar dan masuk rongga intra toraks dengan mudah. Tekanan intra toraks akan
sama dengan tekanan udara luar.Dikenal juga sebagai sucking-wound. Terjadi
kolaps total paru.
Penatalaksanaan:
1. Luka tidak boleh ditutup rapat (dapat menciptakan mekanisme ventil)
2. Pasang WSD dahulu baru tutup luka
chest
Sebuah
segmen
dinding
dada
bergerak
Lokasi pemasangan WSD yang ideal adalah pada sisi kanan: sela iga 5-6
lateral di antara garis aksilaris media dan posterior; pada sisi kiri: sela iga 6-7
lateral di antara garis aksilaris media dan posterior.
WSD dilepas bila keadaan intrapleura sudah fisiologis, yaitu:
1) paru-paru sudah mengembang sesuai dengan pemeriksaan klinis dan
radiologist
2) produksi drain dengan jumlah maksimal kurang dari 100 ml/24 jam
3) sudah tidak ada lagi gelembung udara yang keluar
4) selang WSD tidak tersumbat atau kinking (undulasi masih ada)
Tindakan Dekompresi
Hal ini sebaiknya dilakukan seawal mungkin pada kasus pneumotoraks yang
luasnya >15%. Pada intinya,tindakan ini bertujuan untuk mengurangi tekanan
intra pleura dengan membuat hubungan antara rongga pleura denganudara luar
dengan cara:
a. Menusukkan jarum melalui dinding dada terus masuk rongga pleura, dengan
demikian tekanan udara yang positif dirongga pleura akan berubah menjadi
negatif karena mengalir ke luar melalui jarum tersebut
b. Membuat hubungan dengan udara luar melalui kontra ventil :
Pengobatan Tambahan
1. Apabila terdapat proses lain di paru, maka pengobatantambahan ditujukan
terhadap penyebabnya. Misalnya :terhadap proses TB paru diberi OAT, terhadap
bronkhitisdengan obstruksi saluran napas diberi antibiotik danbronkodilator
2. Istirahat total untuk menghindari kerja paru yang berat .
3.
Pemberian
antibiotik
profilaksis
setelah
setelah
tindakanbedah
dapat
XVI.PENCEGAHAN
1. Penderita yang telah sembuh dari pneumotoraks harus dilakukan pengobatan
secara tepat untuk penyakit dasarnya.
2. Untuk sementara waktu, penderita dilarang mengejan, batuk atau bersin
terlalu keras.
3. Bila mengalami kesulitan defekasi karena pemberian antitusif, berilah laksan
ringan
4. Kontrol penderita pada waktu tertentu, terutama kalau adakeluhan batuk,
sesak napas.
5. tidak merokok
6. Hindari : ketinggian, unpressurized flight, scuba diving barotraumas?
XVII.KOMPLIKASI
-
pneumotoraks tension
aliran
mengakibatkan
darah
kegagalan
vena
ke
respirasi
atrium
akut,
kanan.
dapat
pio-pneumotoraks,
pio pneumotoraks
o
Faktor penyebab:
pneumotoraks bilateral
o
XVIII.PROGNOSIS
Angka kekambuhan:
-